Meningkatnya
eskalasi di Palestina, memunculkan perdebatan lama terkait Hamas, Harakat
al-Muqawamah al-Islamiyyah (Gerakan Perlawanan Islam).
Beberapa
ulama dengan tegas menyatakan bahwa Hamas bukan sebagai harakah islamiyah. Di
antaranya Syaikh Al-Albani yang mengatakan “Harakah Hamas bukan Harakah
Islamiyah, engkau suka atau tidak.”
Bahkan
lebih tegas lagi, Syaikh Ruslan mengatakan: “Hamas mengusung pasukannya untuk
menyerang Mesir, Hamas itu buatan Yahudi, Hamas itu Rafidhah.”
Pendapat
di atas, selain pendapat lain yang senada, ditolak tegas oleh pendukung Hamas,
sebagaimana yang telah beredar di media sosial akhir-akhir ini.
Pendapat
yang menentangnya memastikan Hamas adalah kelompok pembebasan Palestina Sunni,
berasal dan dicintai rakyat Palestina, selain dianggap satu-satunya yang
terdepan melawan Yahudi Israel.
Di
saat yang sama, beredar foto dan rekaman video petinggi Hamas dari dulu hingga
sekarang sangat akrab menjalin hubungan dengan Syiah Iran.
Permasalahannya,
bukan sekedar bantuan senjata Syiah Iran untuk Hamas, tetapi sikap berkasih
sayang, pengakuan berlebihan petinggi Hamas terhadap musuh Ahlu Sunnah, terkait
akidah.
Di
antaranya, pengakuan petinggi Hamas, Khaleed Meshaal yang menyatakan: “Hamas
adalah anak spiritual Imam Khomeini.” Menyematkan pembantai kaum muslimin di
Suriah dan Irak, Sulaimani, sebagai “syahid al-Quds,” dan seterusnya.
Yang
lebih mengherankan lagi, bagaimana seorang yang dianggap Ahlu Sunnah bertarahum dan berbaiat berjuang di jalan kelompoknya.
Sebagaimana video yang tersebar luas:
https://youtu.be/kPC0WrDrQtA
Loyalitas dan Disloyalitas
Syaikh
Shalih Al-Fauzân hafizhahullâhu menjelaskan dalam risalah beliau Al-Walâ wa
Al-Barô (Loyalitas dan Disloyalitas):
Manusia,
dalam permasalahan al-walâ dan al-barô terbagi menjadi 3 kelompok:
Pertama,
orang-orang yang dicintai dengan cinta yang murni tanpa ada permusuhan yang
menyertai kecintaan tersebut. Mereka adalah kaum mukminin yang murni keimanan
mereka dari kalangan para nabi, para shiddiqîn, para syuhada’ dan para
sholihin.
Kedua,
Orang-orang yang dibenci dan dimusuhi dengan kebencian dan permusuhan yang
murni, tanpa disertai kecintaan dan loyalitas. Mereka adalah orang-orang kafir
murni, dari kalangan kafirin, musyrikin, munafiqin, orang-orang murtad, para
atheis, dengan berbagai model mereka.
Ketiga,
orang-orang yang dicintai dari satu sisi dan dibenci dari sisi yang lain. Maka
terkumpul padanya kecintaan dan permusuhan, mereka itu adalah para pelaku
maksiat dari kaum mukminin. Mereka dicintai karena keimanan yang ada pada
mereka, dan mereka dibenci karena kemaksiatan mereka yang di bawah kekufuran
dan kesyirikan…
Akan
tetapi mereka tidak dibenci dengan kebencian murni dan ber-baro’ dari mereka
sebagaimana yang dikatakan oleh Khawarij tentang pelaku dosa besar yang di
bawah kesyirikan…” (Al-Walâ wa Al-Barô hal. 12-14).
Posisi Syiah Iran
Tidak
diragukan lagi, Iran adalah aktor yang berperan merusak stabilitas keamanan dan
perdamaian di kawasan, utamanya di negara-negara Arab Timur Tengah.
Hal
ini tidak bisa dilepaskan dari faktor sejarah, Syiah bukanlah kelompok kemarin
sore yang hadir di lingkungan umat Islam, kelompok ini memiliki sejarah yang
panjang. Cikal bakal pemikiran ini muncul di akhir pemerintahan Khalifah
al-Rasyid, Utsman bin Affan.
Baca :
Sejarah Pengkhianatan Syiah
Kekejaman Kaum Syi’ah Terhadap Ahlu Sunnah
Di
era modern, permusuhan Syiah kembali mencuat terhadap Ahlu Sunnah, setelah
berhasilnya revolusi di Iran, tahun 1979.
Ahlussunnah
di Teheran yang lebih dari satu juta jiwa di sana, tidak diperkenankan memiliki
masjid. Sedangkan Yahudi yang jumlahnya sekitar 25 ribu orang saja memiliki 76
sinagog di seluruh Iran (Baca: REVOLUSI IRAN).
Jadi,
sangat mengherankan jika ada sebuah kelompok yang diakui sebagai Sunni, Ahlu
Sunnah, tetapi bersabahat, berkasih sayang, menganggap bagian dari musuhnya
sendiri.
Di
mana Al-Walâ wa Al-Barô Hamas? Sekali lagi, ini bukan terkait bantuan senjata,
karena banyak negara yang melakukan kerja sama serupa, tetapi tidak sampai
menggadaikan akidahnya.