Apakah
Husein bin Ali menolak Baiat Kepada Yazid?
Sebagaimana
kita ketahui telah terjadi fitnah yang besar di masa Daulah Bani Umayyah yang
menyebabkan terbunuhnya cucu Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu perselisihan ini ditanggapi
berbeda-beda oleh orang-orang setelahnya, khususnya para
pembaca sejarah.
Ada yang
bersikap ghuluw dan tidak bijak dalam berpendapat dengan menggelari
Bani Umayyah adalah dinasti pembunuh cucu Rasulullah.Lalu memukul rata tragedi di suatu zaman
pemerintahan Bani Umayyah menjadi kesalahan seluruh khalifah yang
berafiliasi terhadap Bani Umayyah termasuk Umar bin Abdul Aziz atau bahkan yang
mengherankan termasuk khalifah rasyid yang ke-3 Utsman bin Affan al-Umawi radhiallahu
‘anhupun
disalahkan. Pendapat pertama ini adalah pendapat orang-orang yang
terpengaruh provokasi-provokasi Syiah dan membaca karya-karya penulis sejarah
di masa Abbasiyah yang kontra dengan Umayyah, lalu mereka menjatuhkan image Daulah Bani Umayyah.
Ada pula yang menyalahkan Husein bin Ali radhiallahu
‘anhu dengan
mengatakan beliau wafat dalam keadaan jahiliyah karena menolak berbaiat kepada
khalifah yang sah. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
من مات
وليس في عنقه بيعة مات ميتة جاهلية
“Barang
siapa yang mati dalam keadaan tidak membaiat (pemerintah), maka ia mati
sebagaimana matinya orang jahiliyah.” (HR. Muslim, III/1478 no. 1851).
Menurut
mereka berdasarkan hadits ini, maka Husein bin Ali radhiallahu
‘anhu wafat
dalam keadaan jahiliyah. Pendapat kedua ini disebabkan karena
pembacaan sejarah yang tidak lengkap dan ketidaktahuan akan kedudukan
Husein bin Ali radhiallahu
‘anhu.
Lalu bagaimana mendudukan permasalahan
ini?
Sikap bijak dan pendapat yang menenangkan, jauh dari
tendensi atau sentiment kepada kelompok tertentu akan kita dapatkan dengan
memperhatikan bebera hal berikut ini:
Pertama, kita harus memahami
posisi Yazid bin Muawiyah baik secara personal atau ketika telah menjadi khalifah.
Secara personal, Yazid bin Muawiyah adalah orang yang
memiliki keutamaan yang besar,bahkan hal itu telah disabdakan oleh
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau bersabda,
أوَّلُ
جيشٍ من أمَّتي يغزونَ مدينةَ قيصرَ مغفورٌ لهم
”Pasukan
pertama di kalangan umatku yang memerangi kotanya Kaisar (Konstatinopel),
mereka diampuni.” (HR. Bukhari 2924)
Pasukan ini adalah pasukan yang dipimpin oleh Yazid bin Muawiyah dan sabda Nabishallallahu
‘alaihi wa sallam ini adalah sebagai parameter dalam menimbang siapakah Yazid secara
personal. Dia telah mendapat jaminan dari Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam sebagai seorang yang mendapatkan ampunan dari Allah.
Kemudian sebagai seorang khalifah, Yazid adalah khalifah yang sah
secara syariat yang dibaiat oleh para sahabat dan tabi’in secara umum, termasuk tokoh-tokoh sahabat seperti
Abdullah bin Abbas dan Abbdullah bin Umar radhiallahu ‘anhum. Yang
diperselisihkan oleh para sahabat bukanlah Yazid sebagai khalifah akan tetapi cara pengangkatan Yazid yang
tidak dilakukan dengan bijak. Jadi harus dibedakan kedua hal ini.
Kedua,
mengenai penolakan Husein bin Ali radhiallahu ‘anhu. Husein bin Ali radhiallahu
‘anhumemiliki keutamaan
yang sangat besar, beliau adalah ahlul bait Rasulullah, putra dari penghulu
wanita di surga yakni putri Rasulullah, Fatimah binti Rasulullah radhiallahu
‘anha, dan Husein adalah
penghulu pemuda penghuni surga. Sebuah keutamaan yang sangat besar dan kedudukan
yang sangat mulia baik di dunia maupun di akhirat.
Mengenai
baiat Husein, Imam adz-Dzahabi dalam Siyar Alamin Nubala mengatakan, “Abdullah bin Ziyad mengutus
Umar bin Saad untuk menghadang Husein, lalu Husein mengatakan, ‘Wahai Umar,
pilihkan untukku tiga hal:
(1) Engkau
biarkan aku pulang,
(2) Engkau antar
aku menuju Yazid, lalu kuletakkan tangannku pada tangannya (baiat),
(3) Engkau
antar aku menuju daerah Turk sehingga aku bisa berjihad hingga ajal
menjemputku.”
Di dalam Minhaju
Sunnah Ibnu
Taimiyah mengatakan, “Sesungguhnya Husein tidaklah berpisah dari jamaah (umat
Islam) dan tidaklah ia dibunuh kecuali dalam keadaan meminta diizinkan
kembali ke tempat asalnya (Mekah atau Madinah pen.), atau menuju daerah perbatasan (untuk
berjihad), atau menuju Yazid kembali dalam persatuan umat
Islam dan menghindari perpecahan.
Dengan
demikian, di akhir hayatnya Husein bin Ali radhiallahu ‘anhu beliau merevisi
pendapatnya dan mengutamakan persatuan dan keutuhan umat Islam.
Pendapat
ini lebih menenangkan dan jauh dari tendesi manapun dan juga pendapat ini
adalah pendapat yang menyatukan umat, tidak saling menggembosi dan saling
menanamkan kebencian antara satu generasi dengan generasi lainnya. Semoga Allah menyatukan umat ini di atas
Alquran dan sunnah Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan pemahaman yang benar.
Sumber:
Islamstory.com
Terkait
Ritual
Asyura Orang-Orang Syiah Rafidhah, yang mengaku sebagai ahlul bait,.. kok
seperti ini ya?In
"ahlul bait"