Syi’ah Itu Sesat Juragan (Sebuah Masukan untuk Bapak Profesor Umar Syihab dan Bapak Profesor Din Syamsuddin)
Label: Syi'ah
Adalah hal yang membuat kita mengelus dada ketika oknum ketua Majelis Ulama Indonesia yang masih mengaku ‘sunniy’ mengatakan Syi’ah itu tidak sesat. Ia adalah Prof. Umar Syihaab[1] – semoga Allah memberikan petunjuk kepadanya, dan orang-orang tidak silau dengan gelar yang disandangnya – yang mengatakan : “MUI berprinsip[2] bahwa mazhab Syiah tidak sesat. Karena itu, MUI mengimbau umat Islam tidak terpecah belah dan menjaga ukhuwah islamiah serta tidak melakukan tindak kekerasan terhadap golongan berbeda”.[3] Di lain kesempatan ia berkata : “Misalnya ada MUI Daerah yang mengeluarkan fatwa Syiah itu sesat -namun Alhamdulillah syukurnya belum ada MUI Daerah yang mengeluarkan fatwa seperti itu- maka fatwa tersebut tidak sah secara konstitusi, sebab MUI Pusat menyatakan Syiah itu sah sebagai mazhab Islam dan tidak sesat. Jika ada petinggi MUI yang mengatakan seperti itu, itu adalah pendapat pribadi dan bukan keputusan MUI sebagai sebuah organisasi".[4]
Tidak ketinggalan Prof. Diin Syansuddiin – ketua umum PP. Muhammadiyyah - yang memberikan angin segar atas ucapan Prof. Umar Syihab, dimana ia menegaskan bahwa antara Sunni dan Syiah ada perbedaan tapi hanya pada wilayah cabang (furu’iyyat), tidak pada wilayah dasar agama (akidah), karena keduanya berpegang pada akidah Islamiyah yang sama, walau ada perbedaan derajad penghormatan terhadap Ali bin Abi Thalib.[5]
Saya (Abul-Jauzaa’) katakan : Sesat perkataan yang menyatakan Syi’ah tidak sesat. Sesat pula perkataan yang menyatakan perbedaan Ahlus-Sunnah dengan Syi’ah tidak ada kaitannya dengan ‘aqidah. Berikut akan saya berikan bukti-bukti otentik akan kesesatan Syi’ah yang berbeda dengan perkataan dua tokoh di atas. Bukti-bukti berikut saya ambilkan dari kitab-kitab Syi’ah, website-website Syi’ah, dan perkataan para ulama Syi’ah.
1. Orang Syi’ah Raafidlah mengatakan Al-Qur’an yang ada di tangan kaum muslimin (baca : Ahlus-Sunnah) berbeda dengan Al-Qur’an versi Ahlul-Bait.
Berkata Muhammad bin Murtadlaa Al-Kaasyi dalam – seseorang yang dianggap ‘alimdan ahli hadits dari kalangan Syi’ah - :
لم يبق لنا اعتماد على شيء من القران. اذ على هذا يحتمل كل اية منه أن يكون محرفاً ومغيراً ويكون على خلاف ما أنزل الله فلم يقب لنا في القران حجة أصلا فتنتفى فائدته وفائدة الأمر باتباعه والوصية بالتمسك به
“Tidaklah tersisa bagi kami untuk berpegang suatu ayat dari Al-Qur’an. Hal ini disebabkan setiap ayat telah terjadi pengubahan sehingga berlawanan dengan yang diturunkan Allah. Dan tidaklah tersisa dari Al-Qur’an satu ayatpun sebagai hujjah. Maka tidak ada lagi faedahnya, dan faedah untuk menyuruh dan berwasiat untuk mengikuti dan berpegang dengannya ….” [Tafsir Ash-Shaafiy 1/33]
Berkata Muhammad bin Ya’qub Al-Kulainiy – seorang yang dianggap ahli hadits dari kalangan Syi’ah – (w. 328/329 H) :
عن أبي بصير عن أبي عبد الله عليه السلام قال : وَ إِنَّ عِنْدَنَا لَمُصْحَفَ فَاطِمَةَ ( عليها السلام ) وَ مَا يُدْرِيهِمْ مَا مُصْحَفُ فَاطِمَةَ ( عليها السلام ) قَالَ قُلْتُ وَ مَا مُصْحَفُ فَاطِمَةَ ( عليها السلام ) قَالَ مُصْحَفٌ فِيهِ مِثْلُ قُرْآنِكُمْ هَذَا ثَلَاثَ مَرَّاتٍ وَ اللَّهِ مَا فِيهِ مِنْ قُرْآنِكُمْ حَرْفٌ وَاحِدٌ قَالَ قُلْتُ هَذَا وَ اللَّهِ الْعِلْمُ
Dari Abu Bashiir, dari Abu ‘Abdillah ‘alaihis-salaam ia berkata : “Sesungguhnya pada kami terdapat Mushhaf Faathimah ‘alaihas-salaam. Dan tidaklah mereka mengetahui apa itu Mushhaf Faathimah”. Aku berkata : “Apakah itu Mushhaf Faathimah ?”. Abu ‘Abdillah menjawab : “Mushhaf Faathimah itu, di dalamnya tiga kali lebih besar daripada Al-Qur’an kalian. Demi Allah, tidaklah ada di dalamnya satu huruf pun dari Al-Qur’an kalian”. Aku berkata : “Demi Allah, ini adalah ilmu” [Al-Kaafiy, 1/239].
عَنْ هِشَامِ بْنِ سَالِمٍ عَنْ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ ( عليه السلام ) قَالَ إِنَّ الْقُرْآنَ الَّذِي جَاءَ بِهِ جَبْرَئِيلُ ( عليه السلام ) إِلَى مُحَمَّدٍ ( صلى الله عليه وآله ) سَبْعَةَ عَشَرَ أَلْفَ آيَةٍ
Dari Hisyam bin Saalim, dari Abu ‘Abdillah ‘alaihis-salaam ia berkata : “Sesungguhnya Al-Qur’an yang diturunkan melalui perantaraan Jibril ‘alaihis-salaam kepada Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa aalihi terdiri dari 17.000 (tujuh belas ribu) ayat” [Al-Kaafiy, 2/634].
Berkata Muhammad Baaqir Taqiy bin Maqshuud Al-Majlisiy (w. 1111 H) – seorang yang dianggap imam dan ahli hadits di masanya – ketika mengomentari hadits di atas :
موثق، وفي بعض النسخ عن هشام بن سالم موضع هارون ابن سالم، فالخبر صحيح ولا يخفى أن هذا الخبر وكثير من الأخبار في هذا الباب متواترة معنى، وطرح جميعها يوجب رفع الاعتماد عن الأخبار رأسا، بل ظني أن الأخبار في هذا الباب لا يقصر عن أخبار الامامة فكيف يثبتونها بالخبر ؟
”Shahih. Dalam sebagian naskah tertulis : ”dari Hisyaam bin Saalim” pada tempat rawi yang bernama Haaruun bin Saalim. Maka khabar/riwayat ini shahih dan tidak tersembunyi lagi bahwasannya riwayat ini dan banyak lagi yang lainnya dalam bab ini telah mencapai derajat mutawatir secara makna. Menolak keseluruhan riwayat ini (yang berbicara tentang perubahan Al-Qur’an) berkonsekuensi menolak semua riwayat (yang berasal dari Ahlul-Bait). Aku kira, riwayat-riwayat dalam bab ini tidaklah lebih sedikit dibandingkan riwayat-riwayat tentang imamah. Nah, bagaimana masalah imamah itu bisa ditetapkan melalui riwayat ? [Mir-aatul-‘Uquul fii Syarhi Akhbaari Aalir-Rasuul 12/525].
Kemudian,…. inilah hal yang membuktikan validitas keyakinan Syi’ah dalam hal ini :
Di atas adalah perkataan Dr. Al-Qazwiniy, salah seorang ulama kontemporer Syi’ah yang cukup terkenal. Menurutnya, firman Allah ta’ala :
إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى آدَمَ وَنُوحًا وَآلَ إِبْرَاهِيمَ وَآلَ عِمْرَانَ عَلَى الْعَالَمِينَ
“Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing)” [QS. Aali 'Imraan : 33].
Menurutnya, yang benar adalah :
إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى آدَمَ وَنُوحًا وَآلَ إِبْرَاهِيمَ وَآلَ عِمْرَانَ وَآلَ مُحَمَّدٍ عَلَى الْعَالَمِينَ
“Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim, keluarga Imran, dan keluarga Muhammad melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing)”.
Tambahan kalimat yang berwarna merah ini dihilangkan oleh para shahabat radliyallaahu ‘anhum – (dan ini adalah kedustaan yang sangat nyata !!).[6]
Apakah hal seperti ini menurut Umar Syihab tidak sesat ?. Apakah hal seperti ini menurut Din Syamsuddin tidak ada sangkut pautnya dengan ‘aqidah ?. Dimanakah posisi firman Allah ta’ala :
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya” [QS. Al-Hijr : 9] ?.
2. Orang Syi’ah Raafidlah telah mengkafirkan para shahabat, terutama sekali Abu Bakr Ash-Shiddiiq dan ‘Umar bin Al-Khaththaab radliyallaahu ‘anhumaa.
Orang Syi’ah telah mendoakan laknat atas Abu Bakr dan ‘Umar radliyallaahu ‘anhumaa – yang naasnya, doa itu dinisbatkan secara dusta kepada ‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhu[7] – sebagai berikut :
اللهم صل على محمد، وآل محمد، اللهم العن صنمي قريش، وجبتيهما، وطاغوتيهما، وإفكيهما، وابنتيهما، اللذين خالفا أمرك، وأنكروا وحيك، وجحدوا إنعامك، وعصيا رسولك، وقلبا دينك، وحرّفا كتابك.....
“Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad. Ya Allah, laknat bagi dua berhala Quraisy (Abu Bakr dan ‘Umar – Abul-Jauzaa’), Jibt dan Thaghut, kawan-kawan, serta putra-putri mereka berdua. Mereka berdua telah membangkang perintah-Mu, mengingkari wahyu-Mu, menolak kenikmatan-Mu, mendurhakai Rasul-Mu, menjungkir-balikkan agama-Mu, merubah kitab-Mu…..dst.” [selesai].
Saksikan video berikut, bagaimana ulama Syi’ah (Yasir Habiib) melaknat Abu Bakr, ‘Umar, dan para shahabat lain radliyallaahu ‘anhum dalam shalatnya :
Dan mari kita lihat sumber ajaran Syi’ah dalam kitab mereka yang mengkafirkan para shahabat :
عَنْ أَبِي جَعْفَرٍ ( عليه السلام ) قَالَ كَانَ النَّاسُ أَهْلَ رِدَّةٍ بَعْدَ النَّبِيِّ ( صلى الله عليه وآله ) إِلَّا ثَلَاثَةً فَقُلْتُ وَ مَنِ الثَّلَاثَةُ فَقَالَ الْمِقْدَادُ بْنُ الْأَسْوَدِ وَ أَبُو ذَرٍّ الْغِفَارِيُّ وَ سَلْمَانُ الْفَارِسِيُّ رَحْمَةُ اللَّهِ وَ بَرَكَاتُهُ عَلَيْهِمْ
Dari Abu Ja’far ‘alaihis-salaam, ia berkata : “Orang-orang (yaitu para shahabat - Abul-Jauzaa’) menjadi murtad sepeninggal Nabi shallallaahu ‘alaihi wa aalihi kecuali tiga orang”. Aku (perawi) berkata : “Siapakah tiga orang tersebut ?”. Abu Ja’far menjawab : “Al-Miqdaad, Abu Dzarr Al-Ghiffaariy, dan Salmaan Al-Faarisiyrahimahullah wa barakaatuhu ‘alaihim...” [Al-Kaafiy, 8/245; Al-Majlisiy berkata : “hasan atau muwatstsaq”].
عَنْ أَبِي عبد الله عليه السلام قال: .......والله هلكوا إلا ثلاثة نفر: سلمان الفارسي، وأبو ذر، والمقداد ولحقهم عمار، وأبو ساسان الانصاري، وحذيفة، وأبو عمرة فصاروا سبعة
Dari Abu ‘Abdillah ‘alaihis-salaam, ia berkata : “…….Demi Allah, mereka (para shahabat) telah binasa kecuali tiga orang : Salmaan Al-Faarisiy, Abu Dzarr, dan Al-Miqdaad. Dan kemudian menyusul mereka ‘Ammaar, Abu Saasaan, Hudzaifah, dan Abu ‘Amarah sehingga jumlah mereka menjadi tujuh orang” [Al-Ikhtishaasholeh Al-Mufiid, hal. 5; lihat : http://www.al-shia.org/html/ara/books/lib-hadis/ekhtesas/a1.html].
عَنْ أَبِي بَصِيرٍ عَنْ أَحَدِهِمَا عليهما السلامقَالَ إِنَّ أَهْلَ مَكَّةَ لَيَكْفُرُونَ بِاللَّهِ جَهْرَةً وَ إِنَّ أَهْلَ الْمَدِينَةِ أَخْبَثُ مِنْ أَهْلِ مَكَّةَ أَخْبَثُ مِنْهُمْ سَبْعِينَ ضِعْفاً .
Dari Abu Bashiir, dari salah seorang dari dua imam ‘alaihimas-salaam, ia berkata : “Sesungguhnya penduduk Makkah kafir kepada Allah secara terang-terangan. Dan penduduk Madinah lebih busuk/jelek daripada penduduk Makkah 70 kali” [Al-Kaafiy, 2/410; Al-Majlisiy berkata : Muwatstsaq].
Riwayat yang semacam ini banyak tersebar di kitab-kitab Syi’ah.
Apakah hal seperti ini menurut Umar Syihab tidak sesat ?. Apakah hal seperti ini menurut Din Syamsuddin tidak ada sangkut pautnya dengan ‘aqidah ?. Dimanakah posisi firman Allah ta’ala :
وَالسَّابِقُونَ الأوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar” [QS. At-Taubah : 100].
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الإنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan diaadalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar” [QS. Al-Fath : 29] ?.
3. Orang Syi’ah Raafidlah tidak menggunakan riwayat Ahlus-Sunnah.
Atau dengan kata lain, Syi’ah tidak menggunakan hadits-hadits Ahlus-Sunnah – yang merupakan referensi kedua setelah Al-Qur’an – dalam membangun agama mereka. Ini merupakan konsekuensi yang timbul dari point kedua karena mereka mengkafirkan para shahabat yang menjadi periwayat as-sunnah/al-hadits. Ini adalah satu kenyataan yang tidak akan ditolak kecuali mereka yang bodoh terhadap agama Syi’ah dengan kebodohan yang teramat sangat, atau mereka yang sedang menjalankan strategi taqiyyah. Adakah mereka (Syi’ah) akan mengambil riwayat dari orang yang telah murtad dari agamanya ?.
Syi’ah mempunyai sumber-sumber hadits tersendiri seperti Al-Kaafiy, Man Laa yahdluruhl-Faqiih, Tahdziibul-Ahkaam, Al-Istibshaar, dan yang lainnya.
Jika mereka mengambil referensi Ahlus-Sunnah, maka itu hanyalah mereka lakukan ketika berbicara kepada Ahlus-Sunnah, dan mereka ambil yang kira-kira dapat mendukung ‘aqidah mereka dan/atau menghembuskan syubhat-syubhat kepada Ahlus-Sunnah.
Apakah hal seperti ini menurut Umar Syihab tidak sesat ?. Apakah hal seperti ini menurut Din Syamsuddin tidak ada sangkut pautnya dengan ‘aqidah ?. Dimanakah posisi sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam :
أوصيكم بتقوى الله والسمع والطاعة وإن عبد حبشي فإنه من يعش منكم يرى اختلافا كثيرا وإياكم ومحدثات الأمور فإنها ضلالة فمن أدرك ذلك منكم فعليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين عضوا عليها بالنواجذ
“Aku nasihatkan kepada kalian untuk bertaqwa kepada Allah, mendengar dan taat walaupun (yang memerintah kalian) seorang budak Habsyiy. Orang yang hidup di antara kalian (sepeninggalku nanti) akan menjumpai banyak perselisihan. Waspadailah hal-hal yang baru, karena semua itu adalah kesesatan. Barangsiapa yang menjumpainya, maka wajib bagi kalian untuk berpegang teguh kepadaSunnahku dan sunnah Al-Khulafaa’ Ar-Raasyidiin yang mendapatkan petunjuk. Gigitlah ia erat-erat dengan gigi geraham” [Diriwayatkan oleh Ahmad 4/126-127, Abu Daawud no. 4607, dan yang lainnya; shahih[8]] ?.
4. Orang Syi’ah telah berbuat ghulluw kepada imam-imam mereka, dan bahkan sampai pada taraf ‘menuhankan’ mereka.
Al-Kulainiy membuat bab dalam kitab Al-Kaafiy :
بَابُ أَنَّ الْأَئِمَّةَ ( عليهم السلام ) إِذَا شَاءُوا أَنْ يَعْلَمُوا عُلِّمُوا
“Bab : Bahwasannya para imam (‘alaihis-salaam) apabila ingin mengetahui, maka mereka akan diberi tahu”.
Di sini ada 3 hadits/riwayat. Saya sebutkan satu di antaranya :
أَبُو عَلِيٍّ الْأَشْعَرِيُّ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الْجَبَّارِ عَنْ صَفْوَانَ عَنِ ابْنِ مُسْكَانَ عَنْ بَدْرِ بْنِ الْوَلِيدِ عَنْ أَبِي الرَّبِيعِ عَنْ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ ( عليه السلام ) قَالَ إِنَّ الْإِمَامَ إِذَا شَاءَ أَنْ يَعْلَمَ أُعْلِمَ .
Abu ‘Aliy Al-Asy’ariy, dari Muhammad bin ‘Abdil-Jabbaar, dari Shafwaan, dari Ibnu Muskaan, dari Badr bin Al-Waliid, dari Abur-Rabii’, dari Abu ‘Abdillah (‘alaihis-salaam), ia berkata : “Sesungguhnya seorang imam jika ia ingin mengetahui, maka ia akan diberi tahu” [Al-Kaafiy, 1/258].
Inilah riwayat dusta yang disandarkan kepada ahlul-bait – dan ahlul-bait berlepas diri dari riwayat dusta tersebut.
Bab yang lain dalam kitab Al-Kaafiy :
بَابُ أَنَّ الْأَئِمَّةَ ( عليهم السلام ) يَعْلَمُونَ عِلْمَ مَا كَانَ وَ مَا يَكُونُ وَ أَنَّهُ لَا يَخْفَى عَلَيْهِمُ الشَّيْءُ صَلَوَاتُ اللَّهِ عَلَيْهِمْ
“Bab : Bahwasannya para imam (‘alaihis-salaam) mengetahui ilmu yang telah terjadi maupun yang sedang terjadi. Tidak ada sesuatu pun yang luput dari mereka shalawatullah ‘alaihim”.
Di situ ada 6 buah hadits/riwayat, yang salah satunya adalah sebagai berikut :
أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدٍ وَ مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ الْحُسَيْنِ عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ إِسْحَاقَ الْأَحْمَرِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ حَمَّادٍ عَنْ سَيْفٍ التَّمَّارِ قَالَ كُنَّا مَعَ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ ( عليه السلام )...... فَقَالَ وَ رَبِّ الْكَعْبَةِ وَ رَبِّ الْبَنِيَّةِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ لَوْ كُنْتُ بَيْنَ مُوسَى وَ الْخَضِرِ لَأَخْبَرْتُهُمَا أَنِّي أَعْلَمُ مِنْهُمَا وَ لَأَنْبَأْتُهُمَا بِمَا لَيْسَ فِي أَيْدِيهِمَا لِأَنَّ مُوسَى وَ الْخَضِرَ ( عليه السلام ) أُعْطِيَا عِلْمَ مَا كَانَ وَ لَمْ يُعْطَيَا عِلْمَ مَا يَكُونُ وَ مَا هُوَ كَائِنٌ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ وَ قَدْ وَرِثْنَاهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ ( صلى الله عليه وآله ) وِرَاثَةً
Ahmad bin Muhammad dan Muhammad bin Yahyaa, dari Muhammad bin Al-Husain, dari Ibraahiim bin Ishaaq Al-Ahmar, dari ‘Abdullah bin Hammaad, dari Saif At-Tammaar, ia berkata : Kami pernah bersama Abu Ja’far (‘alaihis-salaam), …..kemudian ia berkata : “Demi Rabb Ka’bah dan Rabb Baniyyah – tiga kali - . Seandainya aku berada di antara Musa dan Khidlir, akan aku khabarkan kepada mereka berdua bahwasannya aku lebih mengetahui daripada mereka berdua. Dan akan aku beritahukan kepada mereka berdua apa-apa yang tidak ada pada diri mereka. Karena Musa dan Khidlir (‘alaihis-salaam) diberikan ilmu apa yang telah telah terjadi, namun tidak diberikan ilmu yang sedang terjadi dan akan terjadi hingga tegak hari kiamat. Dan sungguh kami telah mewarisinya dari Rasulullah (shallallaahu ‘alaihi wa aalihi)[9] dengan satu warisan” [Al-Kaafiy, 1/260-261].
Perhatikan penjelasan Dr. Al-Qazwiniy berikut :
Ia (Dr. Al-Qazwiiniy) pada menit 0:44 – 0:53 mengatakan : “Allah ta’ala Maha Mengetahui segala isi hati. Dan imam dalam riwayat ini juga mengetahui segala isi hati. Ilmu imam berasal dari Allah….. [selesai].
Apakah hal seperti ini menurut Umar Syihab tidak sesat ?. Apakah hal seperti ini menurut Din Syamsuddin tidak ada sangkut pautnya dengan ‘aqidah ?. Dimanakah posisi firman Allah ta’ala :
قُلْ لا أَقُولُ لَكُمْ عِنْدِي خَزَائِنُ اللَّهِ وَلا أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلا أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ إِنْ أَتَّبِعُ إِلا مَا يُوحَى إِلَيَّ
“Katakanlah: Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku" [QS. Al-An’aam : 50] ?.
Dan kalaupun Allah memberikan sebagian khabar ghaib – baik yang telah lalu maupun yang kemudian – kepada para hamba-Nya dari kalangan manusia, maka itu Allah ta’ala berikan kepada para Nabi dan Rasul-Nya :
وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُطْلِعَكُمْ عَلَى الْغَيْبِ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَجْتَبِي مِنْ رُسُلِهِ مَنْ يَشَاءُ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ
“Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang ghaib, akan tetapi Allah memilih siapa yang dikehendaki-Nya di antara rasul-rasul-Nya. Karena itu berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya” [QS. Ali ‘Imraan : 179].
Tidak ada dalam ayat di atas kata ‘imam’, akan tetapi menyebut kata ‘rasul’.[10]
Orang Syi’ah mengatakan bahwa imam lebih tinggi kedudukannya dari para Nabi (selain Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam).
Ayatullah Al-‘Udhmaa (baca : Ayatusy-Syi’ah) Ar-Ruuhaaniy – semoga Allah mengembalikannya kepada kebenaran – pernah ditanya sebagai berikut :
هل تعتقدون أن علياً كرم الله وجهه أفضل من الأنبياء؟
“Apakah engkau meyakini bahwasannya ‘Aliy karamallaahu wajhah lebih utama daripada para Nabi ?”.
Ia (Ar-Ruuhaaniy) menjawab :
اسمه جلت اسمائه
هذا من الامور القطعية الواضحة
هذا من الامور القطعية الواضحة
“Dengan menyebut nama-Nya yang Maha Agung,…. Ini termasuk perkara-perkara yang pasti lagi jelas (yaitu ‘Aliy lebih utama daripada para Nabi)” [selesai – sumber : http://www.alrad.net/hiwar/olama/rohani/r16.htm].[11]
Bahkan seandainya seluruh Nabi berkumpul, niscaya mereka tidak akan mampu berkhutbah menandingi khutbah ‘Aliy radliyallaahu ‘anhu. Ini dikatakan oleh salah seorang ulama Syi’ah yang sangat kesohor : As-Sayyid Kamaal Al-Haidariy :
Dasar riwayatnya (bahwa ‘Aliy lebih utama dibandingkan para Nabi, selain Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam) tertulis di video ini :
Apakah hal seperti ini menurut Umar Syihab tidak sesat ?. Apakah hal seperti ini menurut Din Syamsuddin tidak ada sangkut pautnya dengan ‘aqidah ?. Bukankah ini merupakan penghinaan terhadap para Nabi dan para rasul ?. Dimanakah posisi firman Allah ta’ala :
تِلْكَ الرُّسُلُ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ مِنْهُمْ مَنْ كَلَّمَ اللَّهُ وَرَفَعَ بَعْضَهُمْ دَرَجَاتٍ
“Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain. Di antara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan dia) dan sebagiannya Allah meninggikannya beberapa derajat” [QS. Al-Baqarah : 253] ?.
[Pelampauan keutamaan sebagian Rasul (termasuk Nabi) hanya dilakukan oleh sebagian (Rasul) yang lain. Allah tidak mengatakan bahwa pelampauan itu dilakukan oleh orang yang bukan Nabi atau Rasul].
5. Orang Syi’ah – dalam hal ini diwakili oleh Ayatusy-Syi’ah Khomainiy – mengatakan bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah menyembunyikan sebagian risalah dan gagal membina umat.
Khomainiy – semoga Allah memberikan balasan setimpal kepadanya - berkata :
وواضح أنَّ النبي لو كان بلغ بأمر الإمامة طبقاً لما أمر به الله، وبذل المساعي في هذه المجال، لما نشبت في البلدان الإسلامية كل هذه الإختلافات....
“Dan telah jelas bahwasannya Nabi jika ia menyampaikan perkara imaamah sebagaimana yang Allah perintahkan (padanya) dan mencurahkan segenap kemampuannya dalam permasalahan ini, niscaya perselisihan yang terjadi di berbagai negeri Islam tidak akan berkobar…..” [Kasyful-Asraar, hal. 155].
لقد جاء الأنبياء جميعاً من أجل إرساء قواعد العدالة في العالم؛ لكنَّهم لم ينجحوا حتَّى النبي محمد خاتم الأنبياء، الذي جاء لإصلاح البشرية وتنفيذ العدالة وتربية البشر، لم ينجح في ذلك....
“Sungguh semua Nabi telah datang untuk menancapkan keadilan di dunia, akan tetapi mereka tidak berhasil. Bahkan termasuk Nabi Muhammad, penutup para Nabi, dimana beliau datang untuk memperbaiki umat manusia, menginginkan keadilan, dan mendidik manusa – tidak berhasil dalam hal itu….” [Nahju Khomainiy, hal 46].
Dan yang lainnya.[12]
Apakah hal seperti ini menurut Umar Syihab tidak sesat ?. Apakah keyakinan seperti ini menurut Din Syamsuddin tidak ada sangkut pautnya dengan ‘aqidah ?. Dimanakah posisi firman Allah ta’ala yang menyatakan bahwa Rasulullahshallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah suritauladan yang baik :
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” [QS. Al-Ahzaab : 21] ?.
6. Orang Syi’ah mengkafirkan Ahlus-Sunnah.
Jika mereka mengkafirkan para shahabat radliyallaahu ‘anhum, maka jangan heran jika mereka juga mengkafirkan orang-orang yang berkesesuaian pemahaman dengan para shahabat radliyallaahu ‘anhum, yaitu Ahlus-Sunnah. Berikut perkataan para ulama Syi’ah dalam hal ini :
Al-Mufiid berkata :
اتّفقت الإماميّة على أنّ من أنكر إمامة أحد من الأئمّة وجحد ما أوجبه الله تعالى له من فرض الطّاعة فهو كافر ضالّ مُستحقّ للخلود في النّار
“Madzhab Imaamiyyah telah bersepakat bahwasannya siapa saja yang mengingkari imaamah salah seorang di antara para imam, dan mengingkari apa yang telah Allahta’ala wajibkan padanya tentang kewajiban taat, maka ia kafir lagi sesat berhak atas kekekalan neraka” [Awaailul-Maqaalaat, hal 44 – sumber : http://www.al-shia.org/html/ara/books/lib-aqaed/avael-maqalat/a01.htm].
Orang yang mengingkari keimamahan versi mereka tentu saja adalah Ahlus-Sunnah.
Yuusuf Al-Bahraaniy berkata :
إن إطلاق المسلم على الناصب وأنه لا يجوز أخذ ماله من حيث الإسلام خلاف ما عليه الطائفة المحقة سلفا وخلفا من الحكم بكفر الناصب ونجاسته وجواز أخذ ماله بل قتله
“Sesungguhnya pemutlakan muslim terhadap Naashib (baca : Ahlus-Sunnah) bahwasannya tidak diperbolehkan mengambil hartanya dengan sebab Islam (telah melarangnya), maka itu telah menyelisihi apa yang dipahami oleh kelompok yang benar (baca : Syi’ah Raafidlah) baik dulu maupun sekarang (salaf dan khalaf) tentang hukum kafirnya Naashib, kenajisannya, dan diperbolehkannya mengambil hartanya, bahkan membunuhnya” [Al-Hadaaiqun-Naadlirah, 12/323-324 – sumber : shjaffar.jeeran.com].
Berikut rekaman suara Yasiir Habiib yang mengkafirkan Ahlus-Sunnah yang ia sebut sebagai Nawaashib atau golongan ‘awwaam :
Sebagai penguat, silakan baca/lihat :
7. Shalat Syi’ah sangat berbeda dengan shalat Ahlus-Sunnah.
Langsung saja Anda buka halaman blog berjudul : Fiqh Syi’ah (5) : Kaifiyyah Shalat Syi'ah.
Adzannya pun lain, karena selain syahadatain, mereka menambahkan syahadat ketiga[13]. Simak :
Masih banyak sebenarnya kesesatan Syi’ah selain di atas.
MUI telah menetapkan kriteria sesat tidaknya satu kelompok atau pemahaman sebagai berikut :
1. Mengingkari rukun iman dan rukun Islam.
2. Meyakini dan atau mengikuti akidah yang tidak sesuai dalil syar`iy (Alquran dan as-sunah).
3. Meyakini turunnya wahyu setelah Alquran.
4. Mengingkari otentisitas dan atau kebenaran isi Al-Qur’an.
5. Melakukan penafsiran Al-Quran yang tidak berdasarkan kaidah tafsir.
6. Mengingkari kedudukan hadis Nabi sebagai sumber ajaran Islam.
7. Melecehkan dan atau merendahkan para nabi dan rasul.
8. Mengingkari Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam sebagai nabi dan rasul terakhir.
9. Mengubah pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan syariah.
10. Mengkafirkan sesama Muslim tanpa dalil syar’i.
Dari sepuluh kriteria di atas, menurut saya Syi’ah mempunyai delapan di antaranya.[14]Saya persilakan Umar Syihab dan Din Syamsuddin untuk mencocokkan fakta yang saya sebut di atas dengan kriteria sesat yang telah MUI tetapkan : sesat atau tidak sesat menurut mereka berdua.[15] Hanya saja, saya akan sebutkan beberapa perkataan ulama Ahlus-Sunnah, bagaimana pandangan mereka tentang kelompok Syi’ah Raafidlah.
1. ‘Alqamah bin Qais An-Nakha’iy rahimahullah (kibaarut-taabi’iin, w. 62 H).
عَنْ عَلْقَمَةَ، قَالَ: " لَقَدْ غَلَتْ هَذِهِ الشِّيعَةُ فِي عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ كَمَا غَلَتِ النَّصَارَى فِي عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ "
Dari ‘Alqamah, ia berkata : “Sungguh Syi’ah ini telah berlebih-lebihan terhadap ‘Aliyradliyallaahu ‘anhu sebagaimana berlebih-lebuhannya Nashara terhadap ‘Iisaa bin Maryam” [Diriwayatkan ‘Abdullah bin Ahmad bin Hanbal dalam As-Sunnah no. 1115 dan Al-Harbiy dalam Ghariibul-Hadiits 2/581; shahih].
2. Az-Zuhriy rahimahullah.
وَأَنْبَأَنَاهُ أَحْمَدُ بْنُ يَحْيَى الْحُلْوَانِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ يُونُسَ، عَنِ ابْنِ أَبِي ذِئْبٍ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، قَالَ: " مَا رَأَيْتُ قَوْمًا أَشْبَهَ بِالنَّصَارَى مِنَ السَّبَائِيَّةِ "، قَالَ أَحْمَدُ بْنُ يُونُسَ: هُمُ الرَّافِضَةُ
Telah memberitakan kepada kami Ahmad bin Yahyaa Al-Hulwaaniy, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin ‘Abdillah bin Yuunus, dari Ibnu Abi Dzi’b, dari Az-Zuhriy, ia berkata : “Aku tidak pernah melihat satu kaum yang lebih menyerupai Nashara daripada kelompok Sabaa’iyyah”. Ahmad bin Yuunus berkata : “Mereka itu adalah Raafidlah” [Diriwayatkan oleh Al-Aajurriy dalam Asy-Syaari’ah, 3/567 no. 2083; shahih].
3. Maalik bin Anas rahimahullah.
أَخْبَرَنَا أَبُو بَكْرٍ الْمَرُّوذِيُّ، قَالَ: سَأَلْتُ أَبَا عَبْدِ اللَّهِ: عَنْ مَنْ يَشْتِمُ أَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعَائِشَةَ؟ قَالَ: مَا أُرَآهُ عَلَى الإِسْلامِ، قَالَ: وَسَمِعْتُ أَبَا عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُ: قَالَ مَالِكٌ: الَّذِي يَشْتِمُ أَصْحَابَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسَ لَهُ سَهْمٌ، أَوْ قَالَ: نَصِيبٌ فِي الإِسْلامِ
Telah mengkhabarkan kepada kami Abu Bakr Al-Marwadziy, ia berkata : Aku bertanya kepada Abu ‘Abdillah tentang orang yang mencaci-maki Abu Bakr, ‘Umar, dan ‘Aaisyah ?. Maka ia menjawab : “Aku tidak berpendapat ia di atas agama Islam”. Al-Marwadziy berkata : Dan aku juga mendengar Abu ‘Abdillah berkata : Telah berkata Maalik (bin Anas) : “Orang yang mencaci-maki para shahabat Nabishallallaahu ‘alaihi wa sallam, maka ia tidak mempunyai bagian (dalam Islam)” – atau ia berkata : “bagian dalam Islam” [Diriwayatkan oleh Al-Khallaal dalam As-Sunnah no. 783; shahih sampai Ahmad bin Hanbal].
4. Asy-Syaafi’iy rahimahullah.
أنا أَبُو مُحَمَّدٍ عَبْدُ الرَّحْمَنِ، ثنا أَبِي، قَالَ: أَخْبَرَنِي حَرْمَلَةُ بْنُ يَحْيَى، قَالَ: سَمِعْتُ الشَّافِعِيَّ، يَقُولُ: لَمْ أَرَ أَحَدًا مِنْ أَصْحَابِ الأَهْوَاءِ، أَشْهَدُ بِالزُّورِ مِنَ الرَّافِضَةِ
Telah mengkhabarkan kepada kami Abu Muhammad ‘Abdurrahmaan : Telah menceritakan kepadaku ayahku, ia berkata : Telah mengkhabarkan kepadaku Harmalah bin Yahyaa, ia berkata : Aku mendengar Asy-Syaafi’iy berkata : “Aku tidak pernah melihat seorang pun dari pengikut hawa nafsu yang aku saksikan kedustaannya daripada Raafidlah” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Haatim dalam Aadaabusy-Syaafi’iy, hal. 144; hasan]
عن البويطي يقول: سألت الشافعي: أصلي خلف الرافضي ؟ قال: لا تصل خلف الرافضي، ولا القدري، ولا المرجئ....
Dari Al-Buwaithiy ia berkata : “Aku bertanya kepada Asy-Syafi’iy : ‘Apakah aku boleh shalat di belakang seorang Rafidliy ?”. Beliau menjawab : “Janganlah engkau shalat di belakang seorang Raafidliy, Qadariy, dan Murji’” [Siyaru A’laamin-Nubalaa’, 10/31].
5. Ahmad bin Hanbal rahimahullah.
وَأَخْبَرَنِي عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ عَبْدِ الْحَمِيدِ، قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ: " مَنْ شَتَمَ أَخَافُ عَلَيْهِ الْكُفْرَ مِثْلَ الرَّوَافِضِ، ثُمَّ قَالَ: مَنْ شَتَمَ أَصْحَابَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لا نَأْمَنُ أَنْ يَكُونَ قَدْ مَرَقَ عَنِ الدِّينِ "
Telah mengkhabarkan kepadaku ‘Abdul-Malik bin ‘Abdil-Hamiid ia berkata : Aku mendengar Abu ‘Abdillah berkata : “Barangsiapa yang mencaci-maki, aku khawatir ia akan tertimpa kekafiran seperti Raafidlah”. Kemudian ia melanjutkan : “Barangsiapa yang mencaci-maki para shahabat Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, maka kami tidak percaya ia aman dari bahaya kemurtadan” [Diriwayatkan oleh Al-Khallaal dalam As-Sunnah no. 784; shahih].
أَخْبَرَنِي يُوسُفُ بْنُ مُوسَى، أَنَّ أَبَا عَبْدِ اللَّهِ سُئِلَ، وَأَخْبَرَنِي عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ الصَّمَدِ، قَالَ: " سَأَلْتُ أَحْمَدَ بْنَ حَنْبَلٍ، عَنْ جَارٍ لَنَا رَافِضِيٍّ يُسَلِّمُ عَلَيَّ، أَرُدُّ عَلَيْهِ؟ قَالَ: لا "
Telah mengkhabarkan kepadaku Yuusuf bin Muusaa : Bahwasannya Abu ‘Abdillah pernah ditanya. Dan telah mengkhabarkan kepadaku ‘Aliy bin ‘Abdish-Shamad, ia berkata : Aku pernah bertanya kepada Ahmad bin Hanbal tentang tetanggaku Raafidliy yang mengucapkan salam kepadaku, apakah perlu aku jawab ?”. Ia menjawab : “Tidak” [Diriwayatkan oleh Al-Khallaal dalam As-Sunnah no. 787; hasan].
6. Al-Bukhaariy rahimahullah berkata :
مَا أُبَالِي صَلَّيْتُ خَلْفَ الْجَهْمِيِّ، وَالرَّافِضِيِّ أَمْ صَلَّيْتُ خَلْفَ الْيَهُودِ، وَالنَّصَارَى، وَلا يُسَلَّمُ عَلَيْهِمْ، وَلا يُعَادُونَ، وَلا يُنَاكَحُونَ، وَلا يَشْهَدُونَ، وَلا تُؤْكَلُ ذَبَائِحُهُمْ
“Sama saja bagiku shalat di belakang Jahmiy dan Raafidliy, atau aku shalat di belakang Yahudi dan Nashrani. Jangan memberikan salam kepada mereka, jangan dijenguk (apabila mereka sakit), jangan dinikahi, jangan disaksikan (jenazah mereka), dan jangan dimakan sembelihan mereka” [Khalqu Af’aalil-‘Ibaad, 1/39-40].
7. Al-Qaadliy ‘Iyaadl rahimahullahu berkata :
وَكَذَلِك نقطع بتكفير غلاة الرافضة فِي قولهم إنّ الْأَئِمَّة أفضل مِن الْأَنْبِيَاء
“Dan begitu pula kami memastikan kafirnya ghullat Raafidlah tentang perkataan mereka bahwasannya para imam lebih utama dari para Nabi” [Asy-Syifaa bi-Ahwaalil-Mushthafaa, 2/174].
8. Ibnu Hazm Al-Andaaluusiy rahimahullah berkata :
وأما قولهم ( يعني النصارى ) في دعوى الروافض تبديل القرآن فإن الروافض ليسوا من المسلمين ، إنما هي فرقة حدث أولها بعد موت رسول الله صلى الله عليه وسلم بخمس وعشرين سنة .. وهي طائفة تجري مجرى اليهود والنصارى في الكذب والكفر
“Adapun perkataan mereka (yaitu Nasharaa) atas klaim Raafidlah tentang perubahan Al-Qur’an (maka ini tidak teranggap), karena Raafidlah bukan termasuk kaum muslimin. Ia hanyalah kelompok yang muncul pertama kali 25 tahun setelah wafatnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam.... Raafidlah adalah kelompok berjalan mengikuti jalan orang Yahudi dan Nashara dalam dusta dan kekufuran” [Al-Fishal fil-Milal wan-Nihal, 2/213].
9. Dan lain-lain.
Seandainya ‘ijtihad’ dua profesor : ‘Umar Syihaab dan Diin Syamsuddin tetap menghasilkan kesimpulan Syi’ah tidak sesat, Anda dapat mengira-ira siapa sebenarnya yang ia bela : Ahlus-Sunnah atau Syi’ah Raafidlah ?.
Anyway,.... Syi’ah Raafidlah sering menggunakan dalih mencintai Ahlul-Bait untuk menutupi hakekat busuk ‘aqidah mereka, dan untuk menipu umat. Kecintaan mereka itu palsu. Kecintaan yang tidak diridlai oleh Ahlul-Bait sendiri. Ahlul-Bait berlepas diri dari mereka, dan mereka pun berlepas diri dari Ahlul-Bait.
عَنْ عَلِيَّ بْنَ حُسَيْنٍ، وَكَانَ أَفْضَلَ هَاشِمِيٍّ أَدْرَكْتُهُ، يَقُولُ: " يَا أَيُّهَا النَّاسُ، أَحِبُّونَا حُبَّ الإِسْلامِ، فَمَا بَرِحَ بِنَا حُبُّكُمْ حَتَّى صَارَ عَلَيْنَا عَارًا "
Dari ‘Aliy bin Al-Husain – dan ia adalah seutama-utama keturunan Bani Haasyim yang aku (perawi) temui – berkata : “Wahai sekalian manusia[16], cintailah kami dengan kecintaan Islam. Kecintaan kalian kepada kami senantiasa ada hingga kemudian malah menjadi aib bagi kami” [Ath-Thabaqaat, 5/110; shahih[17]].
عَنْ فُضَيْل بْنُ مَرْزُوقٍ، قَالَ: سَمِعْتُ إِبْرَاهِيمَ بْنَ الْحَسَنِ بْنِ الْحَسَنِ، أَخَا عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْحَسَنِ يَقُولُ: " قَدْ وَاللَّهِ مَرَقَتْ عَلَيْنَا الرَّافِضَةُ كَمَا مَرَقَتِ الْحَرُورِيَّةُ عَلَى عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ "
Dari Fudlail bin Marzuuq, ia berkata : Aku mendengar Ibraahiim bin Al-Hasan bin Al-Hasan, saudara ‘Abdullah bin Al-Hasan, berkata : “Sungguh, demi Allah, Raafidlah telah keluar (ketaatan) terhadap kami (Ahlul-Bait) sebagaimana Al-Haruuriyyah telah keluar (ketaatan) terhadap ‘Aliy bin Abi Thaalib” [Diriwayatkan oleh Ad-Daaruquthniydalam Fadlaailush-Shahaabah no. 36; hasan].
Ibraahiim bin Al-Hasan bin Al-Hasan adalah anggota Ahlul-Bait dari jalur Al-Hasan bin ‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhu. Ibnu Hibbaan berkata : “Ia termasuk di antara pemimpin penduduk Madiinah, dan Ahlul-Bait yang mulia/agung” [Masyaahir ‘Ulamaa Al-Amshaar, hal. 155 no. 995].
Ya, kecintaan Syi’ah terhadap Ahlul-Bait telah menjadi ‘aib bagi kemuliaan Ahlul-Bait.Mereka telah melakukan banyak kedustaan atas nama Ahlul-Bait untuk merusak ‘aqidah Islam dari dalam.
Wallaahul-musta’aan.
[abul-jauzaa’ – wonokarto, wonogiri, 5761s – 1433 H].
NB : Anda jangan mudah tertipu dengan perkataan tokoh Syi’ah dalam negeri yang katanya tidak mengkafirkan shahabat, tidak mengkafirkan kaum muslimin, Al-Qur’an tidak mengalami perubahan, dan yang lain-lain yang bertolak belakang dengan kontent tulisan ini. Ketika mereka ‘lemah’, maka topeng kedustaan taqiyyah mereka gunakan. Contohnya adalah perkaataan Dr. Jalaluddin Rahmat – yang dikenal dengan nama : Kang Jalal, tokoh Syi’ah Indonesia – yang menegaskan bahwa Syi’ah mengharamkan nikah mut’ah. Berikut katanya : “Kami di IJABI nikah mut’ah diharamkan”.[18] IJABI adalah singkatan dari Ikatan Jama’ah Ahlul-Bait Indonesia – organisasi resmi orang-orang Syi’ah di Indonesia. Sejak kapan mut’ah diharamkan oleh Syi’ah ?. Ya, sejak Kang Jalal ngomong diharamkan. Biasa, basa-basi karena takut kedok prostitusinya tercium masyarakat luas.
Oleh karena itu, bagi orang yang ingin tahu ‘aqidah (sesat) Syi’ah, ya langsung saja membaca buku-buku mereka yang terbitan Iran. Atau baca situs-situs asli mereka berbahasa ‘Arab, Persi, atau Inggris yang memang punya misi menyebarkan paham-paham Syi’ah. Jangan dengarkan penjelasan Kang Jalal, Quraisy Syihaab, atau ‘Umaar Syihaab karena Anda hanya akan disuguhi lawakan konyol saja, seperti perkataan Kang Jalal barusan.
[1] Ia menjabat sebagai salah satu ketua MUI (lihat : http://www.mui.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=52&Itemid=54).
[2] Perkataan ini sama sekali tidak valid, sebab MUI telah memvonis kesesatan Syi’ah melalui fatwanya sebagai berikut :
[by courtesy of : http://fakta-faktual.blogspot.com/2012/01/fatwa-resmi-mui-tentang-syiah.html].
Catatan : Fatwa MUI di atas tidaklah mencukupi untuk menggambarkan kesesatan dan penyimpangannya dari ajaran Islam sebagaimana dijelaskan dalam bukti otentiknya di artikel ini.
Perkataan Umar Syihab yang mengatasnamakan MUI ini banyak diikuti oleh beberapa media. Berikut contohnya dan bukti otentik perkataan Umar Syihab :http://youtu.be/ifwcLelePQ8.
[6] Baca : 'Aqidah Syi'ah tentang Al-Qur'an.
Baca pula artikel kami :
[7] Berikut referensi Syi’ah yang memuat riwayat dusta ini :
[8] Orang-orang Syi’ah berusaha membuat syubhat dengan melemahkan hadits ini. Namun usaha mereka gagal, karena kenyataannya hadits ini memang shahih. Baca artikel :
[9] Ini adalah dusta yang disandarkan kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
[11] Baca artikel : Imam Lebih Tinggi Kedudukannya dari Para Nabi.
[14] Admin situs nahi munkar mengatakan tujuh (http://nahimunkar.com/5243/mui-dari-10-kriteria-sesat-7-diantaranya-dimilik-syi%E2%80%99ah/).
[15] Catatan saja, MUI tidak mensyaratkan terpenuhi kesepuluh kriteria itu satu kelompok atau pemahaman dikatakan sesat.
[16] Dalam sebagian lafadh disebutkan : Wahai penduduk ‘Iraaq’ atau ‘Wahai penduduk Kuufah’.
[17] Baca uraian riwayatnya dalam artikel : Islam dan Ahlul-Bait Menolak Kecintaan ‘Berhala’ alaSyi’ah.
COMMENTS
Jazakallaahu khoir Ustadz. Semoga semakin banyak orang awam seperti saya yang tercerahkan mengenai apa hakikat syi'ah yang sesungguhnya.
Barokallohu fiikum
Adapun MUI, maka ia bukan lembaga pemerintah.
****
@Anonim kedua,... dikarenakan pernyataan keduanya disampaikan secara terbuka dan dikutip berbagai media, maka tulisan saya pun bersifat demikian. Semoga mereka membaca apa yang saya tulis, sebagaimana saya telah membaca dan mendengar apa yang mereka tulis/katakan.
semoga Alloh memberikan kebaikan dan kesehatan kepada para pemimpin bangsa indonesia.. amin
Apakah kalau ada ulama Syi'ah yang mengkafirkan para sahabat lalu secara ceroboh dan gampangan melakukan rampatan (generaliasasi) bahwa semua Syi'ah, termasuk Syi'ah Zaidiyah itu sesat? Perkara takfir / mengkafirkan itu bahkan banyak pula dilakukan oleh ulama Ahlussunnah, bahkan di antara sesama Ahlussunnah sendiri.
Marilah kita mengadakan tabayyun terhadap Syi'ah. Sebenarnya di dalam tubuh Syi'ah terdapat beragam jenis aliran. Sehingga kita pun tidak bisa mengatakan bahwa semua Syi'ah itu pasti sesat. Semua harus dirinci satu per satu, agar kita pun tidak terjebak dengan pendiskreditan sebuah kelompok.
Sebagian kalangan Syi'ah memang ada yang sampai mengingkari kekhalifahan Abu Bakar, 'Umar bnu Al-Khattab dan 'Utsman bin Affan R.Anhum. Bahkan ada juga yang lebih parah dari itu, karena telah menyangkut aqidah, yaitu mereka sampai hati mengatakan bahwa malaikat Jibril AS telah salah meneruskan wahyu, seharusnya kepada Ali bin Abi Thalib, bukan kepada Muhammad SAW. Sebagian dari pemeluk Syi'ah yaitu sekte Sabaisme berkeyakinan seperti itu. Ini boleh jadi berasal dari cerita Pendawa Lima dari Hindustan yang disuntikkan ke dalam Syi'ah oleh Abdullah bin Saba', bahwa utusan dari dewa Wisynu yang membawa senjata pamungkas salah memberikan senjata itu yakni kepada Dipati Karna, yang sesungguhnya itu mesti diberikannya kepada Harjuna.
Sebagian dari kelompok Syi'ah yang menyimpang dari segi aqidah adalah mereka yang mengaku-ngaku memiliki mushaf Al-Qur'an versi mereka sendiri. Dan isinya tidak sama dengan mushaf 'Utsmaniy.
Kalau kita telusuri ke belakang, aktor intelektual di belakang penyimpangan aqidah tsb adalah Abdullah bin Saba', yang dalam sejarah otentik terbukti menjadi provokator di wilayah-wilayah Islam. Tokoh ini telah menyebarkan fitnah, berita bohong, kebencian kepada para shahabat serta menanamkan paham-paham yang merusak aqidah. Dia tidak lain adalah yahudi Yaman yang berpura-pura masuk Islam.
Dalam lapangan fiqh, mazhab fiqh Imam Zaid bin Ali Zainal Abidin (w. 122 H) yang menjadi tokoh Syi'ah Zaidiyah, termasuk salah satu rujukan fiqh yang bisa diterima, yaitu termasuk mazhab ke lima setelah keempat mazhab lainnya dalam kalangan AhlusSunnah. Fiqih Zaidiyah ini secara umum nyaris tidak berbeda dengan fiqh AhlusSunnah. Mereka mengharamkan mut'ah (kawin kontrak) sebagaimana AhlusSunnah mengharamkannya.
Syi'ah Imamiyah yang memegang tampuk kekuasaan di Republik Islam Iran sekarang,(#) dimotori oleh Abu Abdullah Ja'far Ash-Shadiq (80-148 H), dalam banyak hal juga punya persamaan dengan fiqh AhlusSunnah. Secara umum, pendapat mereka banyak sekali persamaan dengan fiqh mazhab As-Syafi'iyah, kecuali pada 17 perkara. Misalnya tentang bolehnya nikah mut'ah.
Karena itu, dalam masalah pandangan kita kepada kelompok Syi'ah, kita perlu merinci dengan detail, tidak asal menilai, agar terhindar dari tuduhan yang bukan pada tempatnya.
-----------------------------
(#)
Republik Islam Iran telah menjabarkan "urusan mereka dimusyuwaratkan sesama mereka" (42:38) ke dalam fiqh ketata-negaraan, yang dikombinasikan dengan prinsip "imamah". Itu dapat dilihat dalam UUD-nya. Proses pembentukan kabinet dilakukan presiden (yang dipilih langsung oleh rakyat) bersama-sama dengan majelis (yang juga dipilih langsung). Setelah itu hasilnya disampaikan kepada Imam untuk persetujuan.
Syi'ah Zaidiyyah dibandingkan dengan semua sekte Syi'ah, penyimpangannya adalah yang 'paling ringan'. Tapi jangan diartikan bahwa jika dikatakan 'paling ringan' maka itu sama dengan 'ringan'. Karena pembandingan itu hanyalah pembandingan di antara sekte-sekte Syi'ah. Adapun Syi'ah Zaidiyyah sendiri di mata Ahlus-Sunnah, tetap merupakan firqah yang sesat karena menyerupai Mu'tazillah.
Dan perlu diingat bahwa Zaidiyyah ini terpecah lagi menjadi tiga sekte : Jaarudiyyah, Sulaimaaniyyah, dan Shaalihiyyah. Dan masing-masing pun terbagi lagi menjadi sub-sub sekte. Yang paling parah adalah orang-orang Huutsiyyiin yang sekarang memerangi Ahlus-Sunnah di Yaman. Ia termasuk dari kelompok Jaarudiyyah. Kelompok ini (Huutsiyyah)hampir-hampir tidak beda dengan Syi'ah Raafidlah. Dan memang kebanyakan Syi'ah Zaidiyyah yang ada di jaman sekarang ini lebih menyerupai Syi'ah Imaamiyyah (Raafidlah), berbeda dengan Syi'ah Zaidiyyah jaman sebelumnya.
Silakan baca keterangan mengenai Syi'ah Zaidiyyah di :
http://www.dd-sunnah.net/forum/showthread.php?t=115577.
Adapun perkataan Anda bahwa Syi'ah Imaamiyyah secara umum, pendapat mereka banyak sekali persamaan dengan fiqh mazhab As-Syafi'iyah, kecuali pada 17 perkara ; maka menurut saya ini hanyalah dikatakan olehorang yang tidak mengerti Syi'ah Imaamiyyah (Raafidlah). Bagaimana bisa dikatakan hanya 17 perkara, sedangkan asal perkara agama mereka (Syi'ah Raafidlah) adalah menyelisihi Ahlus-Sunnah ?.
wallaahul-musta'aan.
mohon disikapi, karena bagi saya yang awam dan mencoba meraih kebenaran, hal ini saya anggap sangat penting.
saya sangat berterima kasih dan menghargai kalimat anda yang tidak "sarkasme" secara implisit, dan masing-masing pihak tetap menjaga adab dalam berdialog/berdiskusi/berdebat.
Wassalamu'alaikum.
Sohibul Bayt.
Saya seorang alumni S-1 (jurusan Syari’ah) - Universitas Muhammadiyah Malang
Tidak ada 'diskusi' dengan Syi'ah Raafidlah karena kesesatannya telah jelas, sebagaimana tidak ada diskusi dengan Ahmadiyyah, Lia Eden, dan yang semisalnya. Ahlus-Sunnah tidak pernah mengutip hadits Syi'ah dalam membangun agama mereka, sebagaimana Syi'ah juga tidak pernah mengutip hadits Ahlus-Sunnah dalam membangun agama mereka; karena keduanya adalah berbeda. Yang ada adalah bagaimana mengembalikan mereka kepada Islam yang benar.
Jika Anda merasa awam tentang Syi'ah, semoga artikel ini dapat membuka cakrawala Anda tentang Syi'ah dslam rupa sebenarnya. Bukan Syi'ah yang tertutupi topeng taqiyyah (baca : dusta/kemunafikan) yang selama ini mungkin Anda kenal di Indonesia.
Tulisannya sangat provokatif gan.
udah lah biarin aja kalo emang syiah itu sesat, toh agan gak merasa rugi kan???
*****
@Faidzin, pertanyaan simpel Anda sebenarnya bisa saya jawab juga secara simpel dan retoris dengan bentuk pertanyaan :
"Menurut Anda, orang Syi'ah yang mempunyai keyakinan seperti di atas kafir atau tidak kafir ?".
[persis pertanyaan retoris yang hendak saya haturkan kepada dua profesor terhormat di atas]
Saya kira Anda tidak akan susah untuk menjawabnya. Lagi pula, pertanyaan simpel Anda pun telah dijawab oleh sebagian ulama Ahlus-Sunnah yang saya kutip di atas.
NB : Seandainya sikap istihzaa' pada sebagian syari'at saja bisa mengkafirkan pelakunya (QS. At-Taubah : 64-66), lantas bagaimana halnya dengan kondisi Syi'ah seperti di atas ?.
Hanya saja, kondisi masyarakat yang jahil yang asalnya adalah Ahlus-Sunnah dan kemudian termakan oleh syubhat Syi'ah, apa bisa langsung dikafirkan ?. Ini masuk dalam bahasan takfir mu'ayyan. Juga, jika kita sebut Syi'ah secara mutlak, apakah semua sekte Syi'ah beraqidah sama seperti di atas ?. Tentu jawabannya tidak,karena yang saya singgung di atas adalah keyakinan Syi'ah Raafidlah. Kesesatan kelompok-kelompok Syi'ah itu bertingkat-tingkat.
Olehg karena itu, penghukuman sekte-sekte Syi'ah tergantung pada keberadaan i'tiqad masing-masing (dan inilah yang menjadi sebab perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang kafir tidaknya golongan Syi'ah). Dan tidak semua orang yang terpengaruh atau bahkan melazimi agama Syi'ah Raafidlah pun (terutama sekali orang-orang Indonesia) 'sepakat' dengan semua yang saya sebutkan di atas, karena mereka sendiri tidak mengerti hakekat 'aqidah Syi'ah yang ada dalam kitab-kitab mereka, 'aqidah yang ditanamkan oleh ulama-ulama mereka, dan yang lainnya.
wallaahu a'lam.
فالرافضة بلا شك كفار…ومن شك في ذلك فليقرأ كُتبَ الرد عليهم، ككتاب القفاري في تفنيد مذهبهم، وكتاب (الخطوط العريضة)، وكتاب إحسان إلهي ظهير وغيرها
"Raafidlah adalah kafir tanpa keraguan,.... Barangsiapa yang ragu akan hal itu, hendaklah ia membaca kitab-kitab bantahan yang ditujukan kepada mereka, seperti kitab Al-Khuthuuthul-'Ariidlah, kitabnya Ihsaan Ilahi Dhaahir, dan yang lainnya...".
Syuqroan atas penjabarannya..
mungkin untuk masukan..kl bisa ditambah link untuk video yang ust cantumkan...mungkin ada sebagaian rekan kita ada yang bermasalah pada aplikasinya..sehingga tinggal klik pada link yang ada bisa melihat langsung video yang ustad cantumkan.
Barakawlohu Fikhum
Wassalam
Diriwayatkan oleh Musa bin Ismail , dari Juwairiyah, dari Nafi, dari Abdullah yg berkata: Nabi Saww. sedang berkhotbah dan beliau menunjuk ke arah kediaman Aisyah sambil berkata: Disinilah akan muncul tiga fitnah sekaligus, dan dari situlah akan muncul TANDUK SETAN
(Muslim, Shahih,Kitab Fadha'il, hadis 40. Lihat juga Musnad ahmad, jilid 1,jlm 453,jilid 2 hlm 28 jilid 5 hlm 48)
mohon pencerahannya dari ustad tentang kedudukan hadits tersebut.jazakumuwloh.
Wassalamualaikum
Tanduk Setan !!
Najd Bukan 'Iraaq ?
Fitnah Masyriq – Kemunculan Tanduk Setan.
Semoga ada manfaatnya.
Pertama-tama saya bersyukur pada Awloh karena dipertemuan dgn blog ini,semoga awloh selalu memudahkan jalan kehidupan ustad pengasuh blog ini
Saya pun berterimakasih atas penjelasan yang ustad berikan tentang hadits "Tanduk seta" itu sangat bermanfaat,semoga menjadi bahan dakwah bagi ustad dan saya khususnya dalam mengmbalikan kerusakan akudah umat dari pengaru ajaran sesat syiah.
pada kesempatan ini izinkan saya bertanya kembali tentang hadits yang dikemukakan oleh pengikut syiah,yang tujuannya sekali lagi untuk membenarkan ajaran syiah mereka laknatuwlo alaihimm.
Adapun hadits tersebut adalah sbb :
1.Rasulullah SAW bersabda: "Wahai Ali, engkau dan syiahmu kembali kepadaku di Al-Haudh dengan rasa puas dan wajah yang putih. Sedangkan musuh-musuh mereka kembali ke Al-Haudh dalam kehausan". (Ibnu Hajar, Ash-Shawaiq Al-Muhriqah, hlm. 66, cet. Al-Maimanah (Mesir);Allamah Shalih At-Turmudzi, Al-Manaqib Al-Murtadhawiyah, hlm. 101, cet. Bombay).
2.Nabi SAW bersabda kepada Ali Ali bin Abi Thalib: "...dan syiahmu berada di atas mimbar-mimbar dari cahaya dengan wajah putih di sekelilingku. Aku memberikan syafaat kepada mereka. Maka mereka kelak di surga bertetangga denganku". (Al-Kanji Asy-Syafi'i, Kifayah Ath-Thalib, hlm. 135; Manaqib Ibnu Maghazali, hlm. 238).
3.Dari 'Ashim ibn Dhumrah dari Ali bin Abi Thalib: Rasulallah SAW bersabda: "Ada sebuah pohon yang aku adalah pangkalnya, Ali adalah cabangnya, Al-Hasan dan Al-Husain adalah buahnya, dan Syiah adalah daun-daunya. Tidak keluar sesuatu yang baik kecuali dari yang baik". (Al-Kanji Asy-Syafi'i, Kifayah Ath-Thalib, hlm. 98).
4.Diriwayatkan dari Nabi SAW: "Janganlah kalian merendahkan Syiah Ali, karena masing-masing dari mereka diberi syafaat seperti untuk Rabi'ah dan Mudhar". (Al-Hakim, Al-Mustadrak 3/160; Ibnu Asakir, Tarikh 4/318; Muhibbuddin, Ar-Riyadh An-Nadhrah 2/253; Ibnu Ash-Shabagh Al-Maliki, Al-Fushul Al-Muhimmah 11; Ash-Shafuri, Nazhah Al-Majalis 2/222; Allamah Al-Hindi, Intiha' Al-Afham, hlm. 19, cet. Lucknow; Al-Qunduzi Al-Hanafi, Yanabi Al-Mawaddah, hlm. 257, cet. Istanbul).
5.Diriwayatkan dari Abu Sa'id Al-Khudri: Nabi SAW memandang kepada Ali ibn Abi Thalib dan bersabda: "Orang ini dan Syiahnya adalah orang-orang yang mendapat kemenangan pada hari kiamat". (Sabath ibn Al-Jawzi, Tadzkirah Al-Khawwash, hlm. 59, cet. Aljir).
ada lima hadits lagi yang hampir sama atau senada dengan itu..
semoga penejlasan ustad nantinya dapat membantu mematahkan argumen pengikut syiah tentang pemahaman mereka.
Barakawlohu Fikhum
Wassalamualaikum
Abu rafif (faeri03@yahoo.com)
Hadits-hadits yang Anda sebut itu tidak shahih. Bahkan, sebagian besar kutipan referensi di atas bukan merupakan kitab hadits standar.
Apa iya bila terdapat hadis dari syiah atau pendapat yang mengetengahkan pembahasan bahwa Alquran yang ada dalam hadis tersebut bila berbeda dengan al-quran yang ada sekarang dikatakan sesat?
coba lihat tuh hadis-hadis dalam kutubu sittah terutama yang shahihain-nya banyak sekali pembahsan di sana yang menyatakan alquran yang ada dalam hadis-hadis tersebut sangat berbeda sekali dengan alquran yang ada sekarang. itu artinya kalau mengamini pendapat ente, maka sunni ngga kalah sesat ama syiah kaleee?
ana bawakan satu saja hadis tersebut:
حدثنا يحيى بن يحيى قال قرأت على مالك عن عبدالله بن أبي بكر عن عمرة عن عائشة أنها قالت كان فيما أنزل من القرآن عشر رضعات معلومات يحرمن ثم نسخن بخمس معلومات فتوفي رسول الله صلى الله عليه و سلم وهن فيما يقرأ من القرآن
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya yang berkata aku membacakan di hadapan Malik dari ‘Abdullah bin Abi Bakar dari ‘Amrah dari Aisyah yang berkata “dahulu telah turun ayat Al Qur’an bahwa sepuluh kali susuan menjadikan seseorang sebagai mahram kemudian dinasakh dengan lima kali penyusuan. Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] wafat dan ayat-ayat itu masih dibaca sebagai bagian dari Al Qur’an [Shahih Muslim 2/1075 no 1452]
حدثنا عبدالله بن مسلمة القعنبي حدثنا سليمان بن بلال عن يحيى ( وهو ابن سعيد ) عن عمرة أنها سمعت عائشة تقول ( وهي تذكر الذي يحرم من الرضاعة ) قالت عمرة فقالت عائشة نزل في القرآن عشر رضعات معلومات ثم نزل أيضا خمس معلومات
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Maslamah Al Qa’nabiy yang berkata telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Bilal dari Yahya [dia adalah Ibnu Sa’id] dari ‘Amrah bahwa ia mendengar Aisyah berkata dan dia menyebutkan mahram yang disebabkan persusuan. ‘Amrah berkata Aisyah berkata “telah turun ayat sepuluh kali susuan yang menyebabkan mahram kemudian turun ayat lima kali susuan” [Shahih Muslim 2/1075 no 1452]
pertanyaan kita, ada dimana ayat tersebut karena di alquran sekarang sudah tidak ada, ingat lo hadis tersebut di atas shahih sekali, kalau ente mencari-cari alsan si perawi begini dan begitu maka akan gugurlah hadis-hadis shahih muslim lainnya karena perawinya ente tuduh begini begitu..
jawab tuh
wasalam
Al-Habib Husein Al-Idrus (mantan salafy wahaby)
Sejak kapan nasakh itu sama dengan tahrif ?. Bukankah lafadh hadits menyebutkan nasakh ?. Nasakh itu macem-macem bung. Ada nasakh tilawah bersamaan dengan hukumnya sekaligus. Ada nasakh tilawahnya saja, namun hukumnya tetap. Ada nasakh hukum, namun tilawahnya tetap. Dan yang Anda singgung itu adalah nasakh hukum dan tilawahnya sekaligus, sehingga lafadh ayat sepuluh kali penyusuan dan hukumnya tidak ada.
Adapun perkataan 'Aaisyah وَهُنَّ فِيمَا يُقْرَأُ مِنَ الْقُرْآنِ (dan itu termasuk yang dibaca dari Al-Qur'an), maka para ulama Ahlus-Sunnah telah menjelaskan. Pertama, maksudnya adalah yang dibaca hukumnya namun lafadhnya tidak. Kedua, maksudnya adalah ayat itu tetap dibaca oleh sebagian orang yang belum sampai kepadanya khabar adanya penasakhan [lihat : Syarh Al-Waraqaat fii Ushuulil-Fiqh]. Dua-duanya sangat mungkin dari segi bahasa dan ushul.
Perlu Anda ketahui, bahwa ulama Syi'ah pun mengakui adanya nasakh ayat susuan ini sebagaimana dikatakan oleh Ath-Thuusiy :
قد نسخ التلاوة والحكم معاً مثل ماروى عن عائشة أنها قالت كان فيما أنزله الله عشر رضعات يحرمن ثم نسخن
"Telah dihapus tilawah dan hukum ayat secara bersamaan seperti yang diriwayatkan dari 'Aaisyah bahwasannya ia berkata : Dulu yang termasuk ayat yang diturunkan Allah adalah sepuluh kali persususan yang menjadikan mahram, kemudian dihapus" [selesai - At-Tibyaan, 1/13].
Jadi, ayat yang Anda permasalahkan itu sebenarnya bukan masalah, baik dari sisi Ahlus-Sunnah ataupun Syi'ah. Hanya saja Anda mencari-cari untuk membela-bela 'aqidah tahrif Al-Qur'an ini. Atau pemahaman Anda yang memang perlu direkonstruksi.
Dan satu hal yang penting dapat dipetik di sini bahwa Syi'ah mengakui adanya dua hal dalam Al-Qur'an : Nasakh dan Tahrif. Nasakh itu diakui baik oleh Ahlus-Sunnah dan Syi'ah (dan satu contohnya adalah ayat susuan). Adapun tahrif, itu hanya diakui oleh Syi'ah. Tahrif ini adalah 'aqidah bahwasannya para shahabat telah mengacak-acak Al-Qur'an sehingga merugikan Ahlul-Bait (baca : SYi'ah). Hasil acak-acakan para shahabat radliyallaahu 'anhu itu adalah Al-Qur'an yang dipegang kaum muslimin saat ini. Makanya Muhammad bin Murtadlaa Al-Kaasyi berkata :
لم يبق لنا اعتماد على شيء من القران. اذ على هذا يحتمل كل اية منه أن يكون محرفاً ومغيراً ويكون على خلاف ما أنزل الله فلم يقب لنا في القران حجة أصلا فتنتفى فائدته وفائدة الأمر باتباعه والوصية بالتمسك به
“Tidaklah tersisa bagi kami untuk berpegang suatu ayat dari Al-Qur’an. Hal ini disebabkan setiap ayat telah terjadi pengubahan sehingga berlawanan dengan yang diturunkan Allah. Dan tidaklah tersisa dari Al-Qur’an satu ayatpun sebagai hujjah. Maka tidak ada lagi faedahnya, dan faedah untuk menyuruh dan berwasiat untuk mengikuti dan berpegang dengannya ….” [Tafsir Ash-Shaafiy 1/33]
Perkataan yang seperti ini banyak ternukil dari ulama Syi'ah.
Apa Anda tidak bisa membedakannya. Jika tidak, maka saya ucapkan : Selamat, Anda tertawa dalam kebodohan..... Kasihan.
Maka, apapun dalih Anda mengemukakan hadits ini untuk menegaskan bahwa Ahlus-Sunnah juga melakukan tahrif, maka itu hanyalah dalih-dalih katrok, tak bermutu, lagi tak berwawasan. Naasnya, dalih itu katrok, tak bermutu, dan tak berwawasan dari sudut pandang Syi'ah sendiri.
بَابُ أَنَّ الْأَئِمَّةَ ( عليهم السلام ) إِذَا شَاءُوا أَنْ يَعْلَمُوا عُلِّمُوا
“Bab : Bahwasannya para imam (‘alaihis-salaam) apabila ingin mengetahui, maka mereka akan mengetahui”.
Apakah sudah tepat terjemahan "'ulimuu" dengan "maka mereka akan mengetahui"?
atau lebih tepat dikatakan: "mereka akan diberi tahu"?
Hal serupa untuk bagian bawahnya:
قَالَ إِنَّ الْإِمَامَ إِذَا شَاءَ أَنْ يَعْلَمَ أُعْلِمَ
“Sesungguhnya seorang imam jika ia ingin mengetahui, maka ia akan mengetahui”
lafazh u'lima dengan "maka ia akan mengetahui"
atau "maka ia akan dikabari"?
Afwan
Irfan
siiip deh akh.
Untuk Habib Husein Al Idrus :
Justru ente yg menyesatkan orang awam yg tidak tahu kutubusittah secara mendalam.
Apakah Anda tidak merasa repot ?.
FPI sendiri membagi syiah menjadi 3 golongan.
Sebagai bahan perbandingan, silahkan berkunjung ke blog saya yg orang awam.
http://genghiskhun.com/syiah-sesat-generalisir-salah-kaprah
Sangat banyak pengagum negara iran, karena tidak mengetahui hakekat negara tersebut,
http://aslibumiayu.wordpress.com/2012/01/07/belum-ada-kewajiban-shalat-jumat-di-iran-keanehan-di-negara-syiah-aneh-tapi-nyata/
Seperti inikah yang dikatakan negara islam?
Tambah lagi ketua NU (nu.or.id/page/id/dinamic_detil/1/35644/Warta/PBNU__Syiah_Masuk_dalam_Golongan_Al_Firaq_Al_Islamiyyah.html).
Lengkap sudah.
Jadi inget seorang teman pernah baca suatu surat kabar yg mengutip pernyataan dari seorang tokoh syi'ah bahwa diam-diam mereka telah memasukkan secara diam-diam utusan syi'ah ke ormas-ormas/organisasi Islam & menjadi tokoh/pemimpinnya.
Afwan ana lupa gmn kalimatnya, tapi dalam bhs Indonesia kira2 gini "Sunni boleh tenang2 skrng, padahal mereka tidak tahu bahwa ormas2 mreka sudah kami susupi"
Jadi penyusupan orang syi'ah di tubuh ormas Islam sudah terindikasi kuat & mulai terlihat jelas.
syiah / antek yahudi = musuh ahlus sunah .
Terminologi Syiah di artikel ini semua Syiah atau syiah Rafidhoh saja?
keduanya berbeda, seperti halnya membedakan antara Sunni dengan Sunni NU.
FPI sendiri membagi Syiah menjadi 3 golongan, salah satunya TIDAK SESAT.
Silahkan cek di: http://fpi.or.id/?p=detail&nid=98
"Abul-Jauzaa’ katakan : Sesat perkataan yang menyatakan Syi’ah tidak sesat".
Dgn demikian FPI termasuk sesat menurut anda?
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ* صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّينَ
"Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat" [QS. Al-Faatihah : 6-7].
Dalam ayat di atas Allah telah menjelaskan bahwa jalan orang yang dimurkai dan sesat itu kebalikan dari jalan orang mendapat petunjuk dan dianugerahi nikmat.
Sebagian ulama menjelaskan bahwa makna ihdinash-shiraathal-mustaqiim adalah Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam dan dua shahabat sepeninggal beliau, yaitu Abu Bakr dan 'Umar [Tafsir Ath-Thabariy, 1/175].
Oleh karena itu, saya menulis dalam artikel di atas bahwa Syi'ah itu sesat, adalah dalam keadaan sadar dan mengetahui bahwasannya semua sekte Syi'ah itu sesat, karena mereka di luar petunjuk beragama Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam dan para shahabatnya. Adapun kemudian fokus pada pencontohan dalam artikel di atas tertuju pada Syi'ah Raafidlah bertujuan agar orang yang mengatakan Syi'ah itu tidak sesat itu sadar bahwa apa yang dikatakannya itu keliru. Juga karena, pembelaan dua tokoh itu tertuju pada pembelaan terhadap Syi'ah Raafidlah.
Tentang FPI, silakan mereka berkata seperti itu. Hanya saja, jika mereka mengatakan bahwa Syi'ah muta'adilah itu artinya ada Syi'ah yang tidak sesat, maka sepertinya harus dikoreksi kembali. Karena, itu mengkonsekuensikan ada kelompok Syi'ah yang berjalan sesaui dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya shallallaahu 'alaihi wa sallam dalam beragama. Jika demikian, maka tidak usah disebut Syi'ah, tapi Ahlus-Sunnah. Lagipula, kelompok Syi'ah mana yang mereka maksud ?. Zaidiyyah ?. Jika memang itu yang mereka maksud, maka saya sarankan mereka baca literatur Zaidiyyah dan pecahan-pecahannya, dan kemudian bandingkan dengan 'aqidah Ahlus-Sunnah. Ini bukan sekedar pengutamaan 'Aliy di atas para shahabat lain.......
Dalam hadits iftiraqul-ummah pun jelas bahwa semua firqah itu sesat kecuali Ahlus-Sunnah wal-Jama'ah. Para ulama pun telah menjelaskan bahwa Syi'ah adalah salah satu pokok kelompok yang tersesat tersebut [silakan baca : Talbis-Ibliis karya Ibnul-Jauziy].
Anyway, ketika dikatakan Syi'ah sesat, bukan berarti semua sesat dalam tingkatan yang sama. Ada yang sesatnya sangat parah, ada pula yang sesatnya tidak terlalu parah.
Jumpa lagi dengan ana Habib Husein As-Segaf,
Sebelumnya ane mohon dibukaan pintu maaf karena ana belum bisa cepat membalas komentar "Bul Dog" upss sorri maksud ana Bul Jauza...(eits ga boleh marah, dilarang sama Nabi loh) karena kesibukan ana mengisi "tahlilan" dimana-mana dan membimbing masyarakat untuk "ziarah kubur"..
Nah kembali kita ke inti masalah,
Melihat jawaban dari Bul Dog (uppss salah lagi deh, maksud ana BUl Jauza) di atas ana cuma bisa ketawa-ketiwi saja. Ana ketawa ngakak bareng jemaah ana habis tahlilan. Asyik Asyik benget deh...
Memang benar bahwa ilmu itu tidak bisa ditiru meski orang bodoh (seperti bul jogja ini) menirunya
dan nampak sekali jawabn dari si Abul ini kebodohan demi kebodohan:
Pertama, mana bukti bahwa Apa yang disampaikan Aisyah di atas, yakni pada ucapannya:
بخمس معلومات
lima kali penyusuan
dinasakh?
Memang benar 10 x susuan sudah dinasakh dengan 5 kali susuan, namun yang menjadi inti permaslahan ana dari awal adalah: mana bukti yang lima ini dinasakh sebab dalam Mushaf Utsmani ayat 5 kali susuan ini tidak ada?!!!
ana minta dalil hadis Nabi lengkap dengan rawinya yang shahih jika ente memang orang benar, kalau ngga maka ente bukan orang benar melainkan orang: "Bi Naar" hehehehe
Kedua, ana bingung dengan ente ini omongan Aiysah tiba-tiba ente jelaskan dengan penjelasan ulama yang ngga ada sanadnya. benar-benar kebodohan tingkat tinggi. Woi sadar, hadis yang sifatnya historis mebutuhkan sanad untuk menjelaskannya bukan tawil bathil tanpa sanad seperti yang ente kutip itu dari kitab X tersebut. kalau ana boleh mengutip fatwa dari Bang Haji Rhoma Irama:
"Sungguh terlalu!!"
dan ingat untuk hujjah asal-asaln ente ini ana minta hadis plus sanad yang mendukung argumetnasi ente itu yang mengatakan bahwa hal tersebut dinsakah kalau ngga mau ente ana katakan "Ajhalul Jahilin"
ketiga, Ngapain sih ente ngutip ucapan Ath-Thusi? apa hubungannya. kalau ente menganggap hal tersebut sebagai senjata ente untuk menyerang syiah maka ana katakan itu bathil sebab bagi Akhbariyyin seperti ana ini berita yang sifatnya historis sebagaimana yang disampaikan Aisyah membutuhkan sanad, silahkan bawa hadis-hadis syiah yang memang menyatakan bahwa 5 x susuan tersebut dinasakh kalau ente memang benar?! karena kalau cuma mengandalkan ucapan Ath-Thusi itu ngga nyambung bro, Aisyah lahirnya kapan dan At-Thusi lahirnya kapan? dasar jaka sembung bwa golok ya ngga nyambung!kalau ana boleh lagi mengutip fatwa dari Bang Haji Rhoma Irama:
"Sungguh terlalu!!"
ente memagn sungguh terlalu bul...
dan kalaupun memang ucapan Ath-THusi ini tetap dijadikan hujjah oleh ente karena ente miskin ilmu dan dalil maka ana tanya ente:
Ath-Thusi itu memang benar membicarakan penasakhan 10 x susuan tapi tidak 5 susuan, jadi bagaimana ini, siapa sih yang jahil antara kita ini?! jawab ayo jawab!
keempat, jadi jelaslah bahwa yang super katrok dan jahil di sini adalah ente karena bantahan ente ga ada isinya sama sekali mirip banget dengan balon, terlihat besar tapi ngga ada isinya.
Wasalam
Al-Habib Husein As-Seghaf
Bung Habiib, tambahan lafadh وَهُنَّ فِيمَا يُقْرَأُ مِنَ الْقُرْآنِ itu telah menjadi bahasan ulama sejak dulu.
Tambahan lafadh وَهُوَ فِيمَا يُقْرَأُ مِنَ الْقُرْآنِ adalah merupakan riwayat 'Abdullah bin Abi Bakr, dan ia seorang yang tsiqah sebagaimana dikatakan Ibnu Hajar. Ia dalam periwayatan dari 'Amrah telah diseleisihi oleh Yahyaa bin Sa'iiid yang meriwayatkan tanpa tambahan. Yahyaa bin Sa'iid seorang yang tsiqah lagi tsabt. Ia salah seorang yang paling kuat periwayatannya dari kalangan penduduk Madinah. Yahyaa mempunyai mutaba'ah dari Al-Qaasim bin Muhammad bin Abi Bakr yang meriwayatkan tanpa tambahan. Riwayat tanpa tambahan ini lebih kuat daripada dengan tambahan.
At-Tirmidziy meriwayatkan dari jalan 'Abdullah bin Abi Bakr, namun dengan lafadh :
أُنْزِلَ فِي الْقُرْآنِ عَشْرُ رَضَعَاتٍ مَعْلُومَاتٍ "، فَنُسِخَ مِنْ ذَلِكَ خَمْسٌ، وَصَارَ إِلَى خَمْسِ رَضَعَاتٍ مَعْلُومَاتٍ، فَتُوُفِّيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ وَالْأَمْرُ عَلَى ذَلِكَ.
"...... dan perkaranya tetap seperti itu" [selesai].
Maalik saat meriwayatkan hadits 'Abdullah bin Abi Bakr berkata :
وَلَيْسَ عَلَى هَذَا الْعَمَلُ
"Dan ini tidak diamalkan" [selesai] - yaitu dalam bacaannya.
Begitu juga dengan Ath-Thahawiy yang berkata :
ولو كان ما في هذا الحديث صحيحاً أن ذلك من كتاب الله ؛ لكان مما لا يخالفه ولا يقول بغير
[Musykilul-Aatsaar, 3/8].
Dan telah menjadi fakta dan ijma', bahwa ayat sepuluh dan lima kali susuan tidak menjadi bagian dari ayat. Dan ingat,... Maalik adalah orang yang paling mengerti madzhab penduduk Madiinah, sehingga perkataannya di atas mengandung keterangan bahwa lafadh itu tidak pernah dibaca dan termasuk bagian dari Al-Qur'an di Madinah (saat ia hidup).
Dari data-data ini menunjukkan - bung Habib, bahwa perkataan wahuwa fiimaa yuqra'u minal-qur'an itu mengandung beberapa kemungkinan makna sebagaimana telah saya tuliskan keterangannya dari para ulama ushul. Tidak ada ulama satu pun yang mengatakan bahwa dengan hadits yang Anda sebut itu telah terjadi tahrif (seperti keyakinan Syi'ah). Inilah cara pengkompromian (penjamakan) dari riwayat-riwayat yang ada.
Sebagaimana yang telah saya katakan sebelumnya,.... pendalilan Anda ini terlalu basi. Ahlus-Sunnah memahami ayat lima kali susuan itu telah mansukh tilawahnya. Sedangkan Anda - melalui kasus ini - hendak menyamakan dengan tahrif. Yo silakan saja Anda berpemahaman begitu. Tapi maaf, baseee.
Tentang Ath-Thuusiy, silakan saja Anda protes sama dia. Kenyataannya, dalam teori teologi Syi'ah itu dikenal nasakh ayat. Perkara ayat mana yang dinasakh (baik tilawaha dan/atau hukumnya), maka itu kasus cabang. Kalau Anda biasa berpikir tidak cerdas, biasalah.... membahas cabang masalah yang sebenarnya jika ditarik pada pokoknya sudah jelas. Yaitu : Syi'ah meyakini adanya naskh dan tahrif. Anda paham gak perbedaan pemahaman antara keduanya ?.
Bang Habib, terus bermimpilah dengan pembelaan kadaluarsa Anda....
Lha kalau sekarang Anda memaksakan pemahaman Anda atas hadits terhadap Ahlus-Sunnah, itu sebenarnya pemahaman Anda sendiri. Silakan telan sendiri.......
mau diapa-apain akan percuma menentang ijma'. mau sok jadi pahlawan bagi SYI'AH, yang ada justru jadi bulan-bulanan ahlussunnah.
antum orang yang plin plan. kalau sudah membenarkan bahwa itu adalah bentuk nasakh kenapa masih ngeyel kalo itu adalah tahrif? jadi yang Habib ambil pendapat yang mana tentang ayat itu? nasakh ataukah tahrif? kalau tahrif, maka sudah dijawab oleh Ustadz Abul Jauza? kalau nasakh, maka selesai sudah diskusi ini.
akh abul jauzaa , sebaiknya dicukupkan saja komentar manusia nggak mutu tersebut , supaya nggak membikin suasana panas.
Jujur dan malu anda di mana bung Habib?
Jikapun anda sebagai Sunni, tidak di perkenankan untuk berbohon ketika diskusi lowh.. :D
yang seperti itu hanya syiah imammiyah saja :)
ilmui dulu apa yang ingin antum ucapkan
ana hanya sekedar menambahkan, bahwa Belum ada fatwa MUI yg mengatakan dengan tegas "sesat" tentang Syi'ah ini. Hanya dikatakan "waspada" itu pun dari apa yang antum perlihatkan di artikel ini. Dan inilah yang jadi dasar orang-orang pembela Syi'ah bahwa "belum ada fatwa sesat untuk Syi'ah". Ya memang karena MUI tidak tegas. Ditambah dengan pernyataan orang dari MUI tersebut. Benar-benar ironis.
Iya memang dikatakan waspada, tapi maksudnya point satu sampai sepuluh itu sudah melebihi sesat karena seluruhnya itu merupakan prinsip dalam islam, makanya dikatakan waspada terhadap sepuluh point tadi, kalau tidak sesat apa yang harus diwaspadai. Kalau umar shihab tidak usah didengarin, karena dia memang syiah, kalau Din Syamsudin ga tau deh, kalau saya melihat masih belang-belang, mungkin menurut saya tergantung jabatannya itu, karena kalau dia bilang syiah itu sesat dia akan dimusuhi media, dibilang tidak toleran, mengganggu stabilitas nasional, dll sehingga akan mengguncang kedudukannya itu yang akan dibawanya sampai mati. (faisal)
Sebagaimana yang saya tulis di artikel di atas, jika Anda cuma baca artikel-artikel terjemahan dari kalangan Syi'ah, harapan Anda untuk mengetahui 'aqidah Syi'ah yang sebenarnya sangat sulit terwujudkan. Yang banyak ditulis sekarang ini hanyalah basa-basi semata dan omong kosong.
Mas, sudah menjadi kejamakan orang yang bicara saat ini bahwa jika kita berbicara tentang Syi'ah, maka itu yang dimaksudkan adalah agama Syi'ah yang dianut Khomeini. Oleh karena itu, basa-basi Prof. Umar Syihaab itu juga dalam rangka membela agama Syi'ah jenis ini.
Oleh karenanya, jika ada yang bilang bahwa Syi'ah itu NU minus imamah, maka saya katakan kepada yang bersangkutan : ANDA BODOH.
Saya sarankan, sekali lagi, jika Anda pingin bener-bener ngerti 'aqidah Syi'ah, silakan baca kitab-kitab ulama Syi'ah, dan kemudian bandingkan dengan Ahlus-Sunnah. Jangan baca artikel di detik, vivanews, kaskus, republika, kompas, atau yang semisalnya.
Salam dari dosen dan mahasiswa UI
Ustadz, ada hal yang mengganjal di hati saya mengenai perkataan dari Al Imam Asy-Syafi'i dalam Diwan Asy-Syafi'i yang artinya "Kalau memang cinta pada Ahlul Bait adalah Rafidhah, maka ketahuilah aku ini adalah Rafidhah". Apakah untuk membantah orang-orang syiah/rofidhoh atau mendukung? Mohon penjelasannya. Syukron.
Herry Setiawan - Bogor
Al-Imam Asy-Syafi’iy rahimahullah Bukan Seorang Rafidliy.
Semoga ada manfaatnya.
Terlalu naif, dan arogan jika anda merasa lebih hebat dari Pak Din-Muhammadiyyah, Pak Said Agil dari NU, atau KH Umar Shihab? Siapa anda pula, abul jauza? nama anda tidak jelas dalam referensi keilmuan? Lalu mengklaim anda, hebat, dan yang menggelikan dengan latah, kita semua terpana dengan provokasinya dalam tulisan yang penuh dengan nukilan untuk menyesatkan.
Saya pikir, anda bukan siapa2, dibandingkan orang-orang ini? Atau Syekh Ahmad Syaltut, atau Syekh Ali Jumah, keduanya Mufti Mesir, sekarang, yang berpendapat Syiah Imamiyyah, dan Zaidiyyah adalah bagian dari Islam, dan sejalan dengan deklarasi Amman.
Saya juga mahasiswa UI, saya kira, kita harus lebih berhati-hati dengan pendapat orang yang tidak memiliki otoritas keagamaa, dan keilmuan. Kemampuan ilmunya yang terbatas, digunakan untuk menyesatkan pandangannya yang berbeda. Buat saya inilah sejatinya pandangan yang menyesatkan, bukan meneduhkan dan meredam persaudaraan, tapi mengobarkan permusuhan. Saya kira sebagai alumni civitas UI, kita harus memilah sumber referensi, ini menyangkut kompetensi keilmuan. Ini sebagian tradisi ilmiah.
Buat saya, sekilas argumen yang anda bangun sama sekali tidak memberikan pemahaman yang memadai mengenai Syiah. Anda hanya menukil sebagian untuk membenarkan pendapat anda. Konteks keseluruhan tidaklah seperti yang anda gambarkan.
Kalau anda ingin menyesatkan Syiah, dan menuduhnya sebagai mazhab yang menyerang orang Sunni, adalah salah besar, dan penuh fitnah serta provokasi.
Buat saya mazhab yang sesat adalah, mazhab yang selalu menyesatkan pandangan mazhab yang berbeda dengan mereka dalam Islam, padahal mazhab yang disesatkan masih berTuhan satu, dengan nabi dan kitab yang sama.
Motifnya sederhana, bisa arogansi, kebencian, fanatisme, uang, dll. Bukan murni karena ingin mencintai kebenaran.
Lalu apa pula tanggapan anda tentang pernyataan Menteri Agama beberapa waktu lalu yg menyatakan syiah sesat, tak tanggung-tanggung di dalam kementrian agama itu banyak sekali pakar-pakar islam, begitu juga MUI, bagaimana pula tanggapan anda tentang pernyataan ulama sekelas Ahmad bin Hanbal rahimahullah, Asy-Syaafi’iy rahimahullah, Al-Bukhaariy rahimahullah, Ibnu Hazm Al-Andaaluusiy rahimahullah, dll yang menyatakan syiah sesat. Kembali kepada artikel, bagaimana pula tanggapan anda tentang artikel Ust Abul Jauza yang menukil dari kitab nya ulama-ulama syiah, jangan-jangan anda selama ini banyak membaca komik tau-tau anda melihat artikel ini dan langsung menyalahkannya sedangkan yang di nukil ini dari kitabnya syiah sendiri, seharusnya anda menunjukkan bagian dari artikel ini yang salah dan dapat pula mengemukakan bantahannya. Kalau yang tidak setujunya pada kitab yang dinukil itu, cara yang baik adalah anda harus menghujat ulama-ulama syiah yang membuat kitab itu, katakan kepadanya kenapa anda membuat kitab sejelek ini, jadi tak usah jauh-jauh ke Mesir, jangankan mufti Mesir, semua perkataan manusia dapat ditinggalkan kalau itu tidak benar, kecuali Rasulullah.
Bagaimana yang menyatakan ada syiah tidak sesat, survei membuktikan, syiah yang katanya "tidak sesat" itu akan terpengaruh oleh syiah Raafidlah, di Indonesia dia mengatakan kami bukan raafidlah dalam ceramahnya diradio, tapi ujung-ujungnya yang di rujuk adalah khomeini, ahmadinejad dan iran, itu sudah pasti, karena mereka tidak ada rujukan, mau merujuk ahlussunnah sudah gengsi, atau benci, karena para sahabatlah yang menyampaikan agama ini, mau tidak mau tetap merujuk ke raafidlah.
Kalau saya pribadi mengatakan saya lebih pintar dari Said Aqil Siradj dan Din Syamsuddin, walaupun sedikit ilmu tapi saya berani mengatakan apa adanya, kalau mereka belum tentu. Jadi mereka berdua itu berfaham nasionalis bukan agamis, cara kerjanya bagaimana agama2 yang ada di Indonesia bisa selaras dengan kepentingan Negara yang demokratis dan menjunjung tinggi hak asasi manusia, dan bukan sebaliknya bagaimana bisa Negara selaras dengan Agama, tidaklah mereka itu masuk secara rinci terhadap agama dan mempermasalahkannya. Pada dasarnya mereka tidak mungkin mau menyesat-nyesatkan, untuk itu yang dapat jadi pegangan adalah MUI dan Departemen Agama, tapi secara mutlak adalah Al-Qur,an dan Sunnah.
Yang terpenting yang harus anda pikirkan adalah kenapa syiah selalu mengejar-ngejar, selalu meminta-minta pengakuan ahlussunnah bahwa mereka tidak sesat, ga pede banget gitu lho. Kalau ahlussunnah jelas, walaupun kalangan ulama syiah menyatakan ahlussunnah sesat, tetapi ahlussunnah tidak begitu khawatir, karena ahlussunnah itu sampai kapanpun tetap terbuka silahkan diteliti dan di kritisi, logis, riwayat dan rujukannya jelas, dapat dipertanggungjawabkan, dan selalu ilmiah, jadi kalau ada tuduhan sesat dengan sendirinya terbantahkan. Bagaimana dengan syiah ?
Kalau memang sebagian besar seperti anda ini merupakan refresentasi dari mahasiswa UI, maka saya katakana sebentar lagi UI akan tutup, karena sudah tidak berkualitas.(fsl)
Beginilah orang indonesia.. dikasi tulisan disangkal, dikasi video masi ngeyel.. lha yang kamu percaya apa? ketemu langsung? ya jelas di taqiyya sama rofidhoh tho ya..
lihat aja video debat syiah vs sunni, sudah banyak kok.. tak jarang keliatan wujud asli rofidhohnya..
Memang betul sekali ustadz orang Indonesia itu awam mengenai syiah, saking awamnya sampe mbela2.. ahahahaha..
tapi kenapa kok kalo permasalahan wahabi.. saking awamnya sampe nentang2 ya? malah ada yang mengkapirkan..
Ga usah sampe syiah wahabi.. hijab aja dibilang "cuma" tradisi arab.. hahahha.. kalo yg ini bukan awam ustadz.. ini goblok.. hahhaha
akan aku jawab secara logika: !!
orang syiah mengaku dirisinya islam.. bahkan di KTP/paspor Orang syiah ITU tertulis orang islam, jadi mana bisa kita tau dia syiah atau bukan karna di ktp/pasport nya dituliskan dia beragama islam ... coba di ktp/paspor nya di tulis agama syiah, pasti akan di usir...!! dan saya rasa di iran ada juga orang islam sunni tapi mereka minoritas, kebanyakan dari mereka dikucilkan oleh pemerintah iran yg bermazhab syiah, denger2 banyak orang islam sunni yg dibunuh atau di siksa di sana..!! wallahualam..!!
by. rambideun
abu aisyah
sangat mencerahkan !!
Ustadz, izin copas
Izin copas ea,,
Luar biasa membabat habis syubhat-syubhat Syiah.
Baarakallahu Fiykum.
Kebetulan saya adalah Muallaf Sarjana Teologi Kristen, jadi seperti Pengurus MUI pada kenal sama saya.
saya sudah kasih tau, dan saya buktikan, mereka tentang kekafiran syi'ah, beserta muallaf dari agama syi'ah, dia hafal semua ajaran syi'ah karena dia dulu ngajar di pesantren syi'ah dan punya kitab2 syi'ah.
Dan akhirnya MUI dan Muhammadiyah mungkin malu, kalah hujjah sama Para Muallaf.
Tapi kalau Syi'ahnya Raafidlah, ya pasti kafir. Bagaimana bisa tidak kafir kalau ada yang meyakini kafirnya para shahabat, tidak memakai hadits-hadits Ahlus-Sunnah, punya versi Al-Qur'an sendiri, dan berbagai macam kekafiran seperti yang telah disebutkan di atas.
Paham ?.
"sesat itu sama dengan kafir".
Sesat itu tidak mesti kafir, namun kafir itu sudah mesti sesat. LDII itu sesat, tapi ia tidak sampai kafir. Sufi itu sesat, tapi tidak mesti kafir juga (karena ada sufi yang kesesatannya hingga taraf mengkafirkan, ada pula yang tidak). Dan yang lainnya.
Sudah lah, Anda terima saja keterangan saya, karena saya - alhamdulillah - dalam hal ini lebih tahu daripada Anda.
diantara penyebab yang paling menonjol yang menyebabkan saya bicara seperti itu tidak lain adalah kerna para mujahidin Sunni di suriah, banyak yang memojokkan mereka. padahal apa yang dilakukan oleh Mujahidin Sunni di suriah itu tida klain dalam rangka memerangi Thaghut. hanya saja pihak Rezim yang ada di suriah ini kebetulan dari kaum Syi'ah -lebih khusus lagi syiah nushairiyah-. nah, ternyata, sampai sekarang masih banyak orang yang memandang konflik di suriah itu adalah konflik antara sesama Muslim. yang satu dipihak penguasa, dan yang satunya lagi dipihak rakyat. mereka menganalogiskan pemerintahan sayyidina Ali Ra (yang merupakan pemerintahan islam) dengan Pemerintahan ala bashar assad. disisi lain, Ustadz abu al-Jauzaa tidak membuat tulisan/artikel yang isinya (secara khusus) membela para mujahidin Sunni di suriah serta membeberkan hakikat yang sebenarnya terkait konflik di suriah. semoga ustadz bisa memahami.
Tidak semua perkembangan mesti saya komentari. Saya bukanlah tukang warta yang mesti berbicara pada setiap hal yang terjadi di dunia. Tentang Suriah, saya kira halaman blog ini yang berjudul : Our Hearts are Always There : Syria sudah mewakili.
Menurut kalian Kristen,Hindu,Budha itu Berbeda ngk aqidah nya dengan Islam? Pasti kalian jawab "sangat berbeda" kan ! Dan kalau kita mau jujur didalam hati kita meyakini agama selain Islam adalah salah atau sesat"..
Tapi coba Liat diri kita selama ini..Kita hidup berdamping atau lewat di Vihara, atau rumah tinggal ngk jauh dari gereja tanpa masalah..Ngk ribut.. ngk mencak2..tuh..!!lalu kenapa Syi'ah yg dianggap sesat muncul,kita jd mencak-mencak...??
Jadi bagi siapa aja yg berpikir syi'ah itu sesat.. ya jaga diri sendiri lah.. jgn ikut2 jgn terpengaruh..! jgn pindah kekelompok syi'ah. Tetap aja ada dalam apa yang anda yakini, tetap menjaga kata2, menjaga ahlak dan menjadi Ihsan.
Kalau sesorang sudah menjadi Muslim yang "Mu'min", Jgnkan syi'ah yg dibilang sesat datang...! Iblis sekalipun datang..Biasa aja tuh... dan ngk takut tergoda.. apalagi merubah keyakinan.
Peace :D
Mas ini lucu deh..baca dulu deh tulisan akhuna Abul Jauzaa' diatas sampe tuntas (saran ana)..mas tau agama SYIAH ga sih? Agama SYIAH ini 'berbaju' Islaam namun pada kenyataannya SYIAH malah menyelisihi ajaran Islam itu sendiri bahkan menurut para Ulamaa, SYIAH ini BUKAN bagian dari agama Islaam..SYIAH ini lebih berbahaya dari Yahudi dan Nasrani.
utk anda ketahui aqidah agama SYIAH ini mencaci maki,mengkafirkan para sahabat,memfitnah Ummahatul muslimin : 'Aisyah ra,menghalalkan nikah Mut'ah,mengkafirkan org yg tidak ber-wilayah dgn mereka.ini sangat..sangat berbahaya mas..kalau mereka dibiarkan dan TIDAK ada yg mengingatkan kesesatan mereka..bakal kacau balau mas agama ini..coba lihat perkataan para ulama pd tulisan diatas spt Imaam Syafi'iy dsb,para Ulama dari dulu sdh menjelaskan kesesatan SYIAH,apakah anda akan bilang "mencak-mencak" ..kl begini mana loyalitas anda sebagai org Islam ? melihat agama islam di obok2 aja anda ga peduli malah org yg mengingatkan akan bahaya kesesatan sekte SYIAH anda bilang "mencak-mencak" ck..ck.. hebat..hebat..bagaimana kl yg terpengaruh SYIAH adalah: istri,anak,bapak,ibu anda sendiri? apakah anda tidak merasa khawatir kl mereka terjerumus kdlm kesesatan..Allohulmusta'aan...
yaa bagi orang2 semodel dgn anda, SYIAH tidak usah diwaspadai (ga usah paranoid lah)..anda mungkin TIDAK repot,naasnya para Ulama Ahlul SUnnah justru 'berepot-repot ria' mas..
Ahsan anda belajar lebih giat lagi..
Abuerzha
Artikel di atas membahas tentang kesesatan Syi'ah kelompok "Raafidlah" secara umum. bagus untuk tmabahan pengetahuan.
Insya Allah tidak terpengaruh, tidak perlu repot, tidak perlu paranoid.
http://akhlaqmuttaqin.wordpress.com/2012/02/10/tidak-memiliki-keraguan-sedikitpun-akan-keimanannya/
Fir'aun ditunjukin laut dibelah tapi tetep ngejer tuh.. Mungkinpas liat laut kebelah dia bilang gini juga :
"Ya kalau ga ada akal ya gini, sihirnya dangkal bin cetek..afwan Nabi Musa biar antum belah laut kaya gini juga ane kaga kepengaruuh tuuhh "
Tapi akhirnya dia tenggelam..
MENURUT SYIAH : Ali sangat membenci ABU BAKAR UMAR USMAN, karna merebut kekuasaan nya...inilah fakta yang sebenar nya........
SEMOGA BERMANFAAT BAGI UMAT ISLAM
http://www.youtube.com/watch?v=-O4j_cRjPYs
http://www.youtube.com/watch?v=8J-tHuowVA8
SEJARAH SYIAHH......
http://www.youtube.com/watch?v=UPKWbVBcvlI
TERIMA KASIH
http://moslemsunnah.wordpress.com/fakta-dan-data-syiah-di-indonesia/
Ketika Allah telah menutup hati seseorang maka tak akan ada lagi yang bisa membuka pintu hatinya. Hidayah milik Allah.
Seseorang akan buta karena dunia harkat dan jabatan sehingga dia menyembunyikan kebenaran.
4 IMAM MADZHAB
sikap Abu Hanifah terhadap sekte ini:
ﻭﺫﻛﺮ ﺍﻟﺴﺒﻜﻲ ﺃﻥ ﻣﺬﻫﺐ ﺃﺑﻲ ﺣﻨﻴﻔﺔ ﻭﺃﺣﺪ ﺍﻟﻮﺟﻬﻴﻦ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ
ﻭﺍﻟﻈﺎﻫﺮ ﻣﻦ ﺍﻟﻄﺤﺎﻭﻱ ﻓﻲ ﻋﻘﻴﺪﺗﻪ ﻛﻔﺮ ﺳﺎﺏ ﺃﺑﻲ ﺑﻜﺮ ، ﻓﺘﺎﻭﻯ
ﺍﻟﺴﺒﻜﻲ 2/590 ) . ﻭﻗﺪ ﺫﻛﺮ ﻓﻲ ﻛﺘﺎﺏ ﺍﻟﻔﺘﺎﻭﻯ ﺃﻥ ﺳﺐ ﺍﻟﺸﻴﺨﻴﻦ
ﻛﻔﺮ ﻭﻛﺬﺍ ﺇﻧﻜﺎﺭ ﺇﻣﺎﻣﺘﻬﻤﺎ ." ﻭﻛﺎﻥ ﺃﺑﻮ ﻳﻮﺳﻒ ﺻﺎﺣﺐ ﺃﺑﻲ ﺣﻨﻴﻔﺔ ﻳﻘﻮﻝ :
" ﻻ ﺃﺻﻠﻲ ﺧﻠﻒ ﺟﻬﻨﻤﻲ ﻭﻻ ﺭﺍﻓﻀﻲ ﻭﻻ ﻗﺪﺭﻱ . ﺍﻧﻈﺮ ﺷﺮﺡ ﺃﺻﻮﻝ
ﺍﻋﺘﻘﺎﺩ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﻟﻺﻣﺎﻡ ﺍﻟﻼﻟﻜﺎﺋﻲ 4 / 733
Imam As-Subki menyebutkan bahwa madzhab
Abu Hanifah dan salah satu pendapat syafi’I
dan yang lahir dari Ath-Thahawi dalam
akidahnya adalah kekufuran orang yang
mencela Abu Bakar. (Fatawa As-Subki 2/590)
Dan Imam As-Subki juga menyebutkan bahwa
mencela asy-syaikhani (Abu Bakar dan
Umar)adalah kekufuran, demikian pula jika
mengingkari kepemimpinan mereka berdua. “
Dan Abu Yusuf, sahabat Abu Hanifah berkata,
“Aku tidak shalat di belakang penganut
jahmiyyah dan tidak pula syiah rafidhah dan
juga qadariyyah (pengingkar takdir). “ lihat
Syarh Ushul I’tiqad Ahlissunnah wal Jama’ah
karya Imam Al-Lalika’i.
Pernyataan Imam Abu Hanifah rahimahullah
ﺃَﺻْﻞُ ﻋَﻘِﻴﺪَﺓِ ﺍﻟﺸِّﻴﻌَﺔِ : ﺗَﻀْﻠِﻴﻞُ ﺍﻟﺼَّﺤَﺎﺑَﺔِ، ﺭِﺿْﻮَﺍﻥُ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢِ
Landasan akidah Syi’ah adalah menyesatkan para
sahabat ridhwanullah ‘alaihim.
Pernyataan ini diriwayatkan oleh al-Baihaqi dari
Abu Hanifah rahimahullah .
Pernyataan Imam Malik bin Anas rahimahullah
Kemudian al-Imam Malik berkata: “Barang siapa
yang ada pada hatinya kedengkian (benci
ataupun marah-pen) terhadap para sahabat
Muhammad ‘ alaihissalam maka ayat ini (surat al-
fath ayat 29-pen) telah mengenainya.” (as-
Sunnah karya al-Khallal no. 765 versi al-
Maktabah asy-Syamilah)
Pernyataan Imam asy-Syafi’i rahimahullah
ﻟَﻢْ ﺃَﺭَ ﺃَﺣَﺪﺍً ﻣِﻦْ ﺃَﺻْﺤَﺎﺏِ ﺍﻟْﺄَﻫْﻮَﺍﺀِ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺑِﺎﻟﺰُّﻭﺭِ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺮَّﺍﻓِﻀَﺔِ
Aku belum pernah melihat suatu kaum yang
paling berani bersaksi dengan kedustaan melebihi
Rafidhah.
Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam Hilyatul
Auliya’.
Pernyataan Imam Ahmad rahimahullah
Siapakah Rafidhah itu?
Al-Imam Ahmad menjawab:
ﺍﻟَّﺬِﻱ ﻳَﺸْﺘُﻢُ ﻭَﻳَﺴُﺐُّ ﺃَﺑَﺎ ﺑَﻜْﺮٍ ﻭَﻋُﻤَﺮَ ﺭَﺣِﻤَﻬُﻤَﺎ ﺍﻟﻠﻪ
Orang yang mencela Abu Bakar dan Umar
rahimahumallah. (as-Sunnah karya al-khallal:
787)
ﻣَﻦْ ﺷَﺘَﻢَ ﺃَﺧَﺎﻑُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍﻟْﻜُﻔْﺮَ ﻣِﺜْﻞُ ﺍﻟﺮَّﻭَﺍﻓِﺾِ ، ﺛﻢ ﻗﺎﻝ : ﻣَﻦْ ﺷَﺘَﻢَ ﺃَﺻْﺤَﺎﺏَ
ﺍﻟﻨَّﺒِﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻟَﺎ ﻧَﺄْﻣَﻦُ ﺃَﻥْ ﻳَﻜُﻮﻥَ ﻗَﺪْ ﻣَﺮَﻕَ ﻋَﻦِ ﺍﻟﺪِّﻳﻦِ
Barang siapa yang mencela (sahabat Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam) maka aku aku
mengkhawatirkan kekafiran padanya seperti
kalangan Rafidhah. Kemudian berkata lagi:
Barang siapa yang mencela sahabat Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam maka kita
khawatirkan ia telah keluar dari agama. (as-
Sunnah karya al-Khallal: 790)
Pernah disampaikan kepada al-Imam Ahmad
tentang orang yang mencela Utsman bin ‘Affan
radhiyallahu ‘anhu , maka beliau menjawab:
ﻫﺬﻩ ﺯَﻧْﺪَﻗَﺔ
Ini adalah zindiq. (as-Sunnah karya al-Khallal:
791)
Kemudian al-Khallal mendengar langsung dari
Abdullah bin Ahmad bin Hambal:
“Aku bertanya kepada ayahku tentang orang yang
mencela salah seorang sahabat Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam. Kemudian beliau (al-Imam
Ahmad) menjawab:
ﻣَﺎ ﺃَﺭَﺍﻩُ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﺈِﺳْﻠَﺎﻡِ
Aku memandangnya tidak di atas Islam. (as-
Sunnah karya al-Khallal: 792)
Al-Imam Ahmad mengatakan:
ﻣَﻦْ ﺗﻨﻘﺺ ﺃَﺣَﺪًﺍ ﻣِﻦْ ﺃَﺻْﺤَﺎﺏِ ﺭَﺳُﻮﻝِ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓَﻠَﺎ ﻳَﻨْﻄَﻮِﻱ
ﺇِﻟَّﺎ ﻋَﻠَﻰ ﺑَﻠِﻴَّﺔ ، ﻭَﻟَﻪُ ﺧَﺒِﻴﺌَﺔُ ﺳُﻮﺀٍ ، ﺇِﺫَﺍ ﻗَﺼَﺪَ ﺇِﻟَﻰ ﺧَﻴْﺮِ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ، ﻭَﻫُﻢْ ﺃَﺻْﺤَﺎﺏُ
ﺭَﺳُﻮﻝِ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ
Barang siapa yang merendahkan salah seorang
sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
maka tidaklah ia akan terguling kecuali di atas
musibah (kesulitan dan kesempitan). Dan ada
padanya sesuatu keburukan yang tersembunyi,
yaitu ketika yang ia tuju (dengan celaanya itu-
pen) adalah orang-orang terbaik, yaitu mereka
adalah para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam. (as-Sunnah karya al-Khallal: 763)
KH. HASYIM ASY`ARI
dalam kitabnya
“Muqaddimah Qanun Asasi li Jam’iyyah
Nahdlatul Ulama’” memberi peringatan kepada
warga nahdliyyin agar tidak mengikuti paham
Syi’ah. Menurutnya, madzhab Syi’ah
Imamiyyah dan Syi’ah Zaidiyyah bukan
madzhab sah. Madzhab yang sah untuk diikuti
adalah Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali.
Beliau mengatakan: “Di zaman akhir ini tidak
ada madzhab yang memenuhi persyaratan
kecuali empat madzhab; Hanafi, Maliki, Syafi’i
dan Hambali. Adapun madzhab yang lain
seperti madzhab Syi’ah Imamiyyah dan Syi’ah
Zaidiyyah adalah ahli bid’ah. Sehingga
pendapat-pendapatnya tidak boleh
diikuti” (Muqaddimah Qanun Asasi li
Jam’iyyah Nahdlatul Ulama’, hlm: 9).