Dua orang pejabat
Amerika di pemerintahan Presiden Barack Obama, yaitu mantan Direktur CIA dan
Komandan Pasukan Amerika di Irak Jenderal David Petraeus dan Direktur CIA,
menegaskan bahwa ancaman keamanan dan stabilitas Irak, bukan ISIS tapi
milisi-milisi Syi’ah, ungkap mereka.
Amerika yang secara diam-diam melakukan
kerjasama dengan dalam menghadapi ISIS, mulai menyadari kemungkinan jika
Irak jatuh ke tangan Teheran. Di mana dalam perang melawan ISIS sekarang ini,
milisi-milisi Syi’ah terlibat secara langsung. Bahkan, seorang jenderal Iran,
Qassem Sulaimani berada di gar is depan bersama milisi Syi’ah, menghadapi
ISIS. Sulaimani mengatur strategi dalam memenangkan perang melawan ISIS.
Amerika yang melakukan kontak-kontak
rahasia denga para pemimpin Iran, termasuk Ayatullah Ali Khamenei, dan
pemimpin tertinggi Syi’ah Iran itu, melakukan ‘barter’ dengan Amerika, yaitu
Iran akan mendukung Amerika dalam perang melawan ISIS, sedangkan Amerika
mendukung Iran dalam membangun arsenal nuklir di negeri para mullah itu.
Jika ISIS dikalahkan dan dimusnahkan dari
wilayah-wilayah Sunni di Irak, tidak berarti itu akan menjamin adanya
stabilitas politik, termasuk kepentingan Amerika di negara-negara Teluk yang
kaya minyak. Di mana 40 persen minyak dari negara-negara Teluk, termasuk Irak
di ekport ke Barat melalui selat Hormuz yang akan dikontrol oleh Iran.
Ini artinya posisi Iran sangat kuat dalam
percaturan regional di kawasan Timur Tengah, dan mengontrol seluruh
pasokan minyak ke Barat. Masalahnya, secara geostrategic politik, bukan
hanya negara-negara Barat yang terancam secara ekonomi, terkait dengan pasokan
minyak, tapi negara-negara Arab Teluk dan Timur Tengah semakin terancam.
Iran yang secara geopolitik menguasai
kawasan luas dengna ditopang ekonomi minya, ditambah dengan
kekuatan milisi di setiap negara, seperti Lebanon, Suriah, Irak, Iran,
dan Yaman ini akan menjadi mimpin buruk bagi para penguasa Arab. Ditambah lagi
, Iran akan memiliki arsenal nuklir, bersamaan dengan tercapainya persetujuan
nuklir antara Iran dengan fihak Barat, khususnya Amerika.
Amerika menganggap ISIS sudah selesai. Seperti
dikemukakan oleh dua orang pejabat CIA, David Petraeus dan John Brennan,
sekarang yang menjadi ancaman stabilitas terhadap Irak dan Timur Tengah atau
Dunia Arab, bukanlah ISIS, justru milisi Syi’ah yang sudah bercokol di setiap
negara Arab dengan militansi yang sangat tinggi, dan ditopang senjata dari
Iran.
Iran dengan agresif terus melakukan ekspansi
ideologi Syiah ke seluruh kawasan Arab dan Timur Tengah dengan ditopanng oleh
kekuatan senjata, milisi, ahli strategi militer untuk menguasai wilayah
yang luas, seluruh Timur Tengah. Inilah yang akan menjadi malapetaka bagi
Dunia Islam.
Skenario ini dimulai oleh Amerika dengan
melakukan invasi ke Irak, dan menjatuhkan Saddam Husien. Di mana
dampaknya tampilnya kekuasaan Syi’ah di seluruh dunia Arab. Wallahu’alam.