Ustadz Farid Ahmad Oqbah,
M.Ag menyatakan bahwa istilah sunni sangat jelas tercantum didalam sejumlah
hadits yang disabdakan oleh Rasulullah SAW. Jadi istilah atau sebutan sunni
bukanlah karangan para ulama, melainkan perkataan Rasulullah SAW.
Selain diperintah untuk mengikuti sunah Nabi Muhammad SAW, umat Islam
juga diperintah untuk mengikuti para sahabat Nabi, khususnya empat sahabat yang
menjadi Khalifah setelah Rasulullah SAW wafat, yakni Abu Bakar Ash-Shidiq, Umar
bin Khaththab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib.
“Kalau ada orang yang menyatakan dirinya muslim, bukan ahlu sunnah juga
bukan Syi’i, orang munafik itu muslim juga. Sekarang kalau Rasulullah
mengatakan ‘alaikum bi sunnati wa sunnati
khulafa’ur-rasyidin, makanya kita mengatakan
sunni,” jelasnya kepada voa-islam.com pada Kamis (25/7/2013).
Ustadz Farid Oqbah pun mengatakan bahwa orang yang tidak tegas terhadap
Syi’ah adalah orang yang bermasalah kesesatan Syiah sudah begitu jelas.
Untuk itu, Direktur Islamic Center al-Islam Bekasi Jawa Barat ini
menegaskan, Syi’ah bukanlah salah satu madzhab dari Islam dan dalam barisan
umat Islam. Maka, umat Islam harus berani dengan tegas dan jelas menyatakan
dirinya sebagai mukmin dan sunni.
“Jadi, seorang mukmin itu pasti muslim, tapi belum tentu seorang muslim
itu mukmin. Kalau mukmin, dia itu pasti sunni, kalau muslim bisa saja Syi’i.
Lalu kenapa masih ada orang tidak mau menyebut dirinya mukmin dan sunni?,”
tandasnya.
Pembagian Syiah Mu’tadilah
Bisa menjadi Masalah di Indonesia
Bumisyam - Terkait pembagian Syiah yang di
golongkan menjadi 3 kelompok, yakni Syiah Ghulat, Syiah Rafidhah dan Syiah
Mu’tadilah (moderat), menurut Anggota Komisi Pengkajian dan Penelitian MUI
Pusat, Ustadz Fahmi Salim, Lc, MA bisa mendatangkan masalah, sebab dalam
beberapa kitab yang ditulis para masyayikh tidak disebutkan
kata-kata Syiah Mu’tadilah, namun spesifik kepada Syiah Zaidiyah.
“‘ala kulli
hal, dalam persoalan ini pembagian Syiah memang yang menjadimusykil (masalah,
red.) itu ada kata moderat (Syiah Mu’tadilah). Karena dalam beberapa kitab yang
ditulis oleh Syaikh Ali Ash-Shalabi, kemudian dalam kitabnya Ali Ahmad Ats
Tsaluts itu memang tidak disebutkan kata-kata mu’tadilah, tapi yang disebutkan
adalah Syiah Ghulat, Syiah Rafidhah dan Syiah Zaidiyah,” kata ustadz Fahmi
Salim di Markas Syariah FPI, Petamburan, Jakarta Pusat, Selasa (11/6/2013) di
lansir voa-islam.com.
Masih menurut
Ustadz Fahmi, adanya pembagian kelompok Syiah Mu’tadilah (moderat) ini maka
bisa jadi penganut Syiah yang lain akan memproklamirkan diri sebagai Syiah
Mu’tadilah.
Untuk
mengidentifikasi alian sesat Syiah di Indonesia, menurut ustadz Fahmi bisa
dilihat dari buku-buku yang ditulis dan kitab-kitab mereka. seperti
buku-bukunya Jalaludin Rahmat dan kitab -kitab yang di pakai IJABI maupun ABI
patronasenya adalah ICC yang arahnya ke Iran, berkonsep wilayah faqih dan
Imamah yang mengkafirkan sahabat, dan itu jelas rafidhah.
Kemudian, untuk
memberikan panduan kepada umat Islam tentang aliran sesat Syiah, MUI telah
berencana untuk membuat buku mengenai penyimpangan Syiah.
Ustadz Fahmi pun
menegaskan bahwa berdasarkan kajian yang telah dilakukan ternyata Syiah yang
berkembang di negeri ini adalah Syiah Rafidhah sebagaimana yang berkembang di
Iran.