Hizbullah Lebanon adalah
salah satu pemasok milisi Syiah yang bertempur di barisan rezim Suriah.
Organisasi Syiah di Lebanon Selatan ini mulai memublikasikan kehadiran mereka
di Suriah pada April 2013 di Qushair. Keinginan Syiah untuk merebut Qushair
membuat keberadaan milisi Syiah di Suriah lebih terbuka, tanpa ditutup-tutupi
lagi dari publik. Hal ini sekaligus memperlihatkan ada banyak kekuatan politik
dan militer Syiah bertempur membela rezim Suriah.
Hizbullah memasok tenaga militer
terbesar ke Suriah dibandingkan dengan jumlah keseluruhan kehadiran milisi
Syiah dari negara lain. Hal ini dapat dilihat dengan besarnya jumlah besar
korban yang dipublikasikan setiap pemakamannya di Lebanon Selatan, sebagai
basis milisi tersebut.
Meskipun pejabat Hizbullah
baru mengumumkan partisipasinya di pertempuran Qushair pada bulan April
2013, menurut sumber HAM Suriah (SNHR), dukungan militer dan logistik kepada
rezim sejatinya sudah dilakukan sebelum itu selama konflik Suriah.
Setelah pertempuran Qushair,
milisi Hizbullah mengambil bagian dalam pertempuran di pedesaan Damaskus,
mendukung pasukan rezim Suriah dan milisi Syiah Irak. Keterlibatan Hizbullah
mencapai klimaksnya ketika mengumumkan kampanye militer besar-besaran untuk
menyerang Qalamun dan Yabrud pada Februari 2014.
Selain Qushair, pertempuran
Yabrud pada bulan Februari dan Maret 2014 adalah titik penting dalam
keterlibatan Hizbullah di Suriah. Mereka mengambil kontrol dan manajemen
pertempuran. Rezim Suriah hanya berpartisipasi melalui artileri dan dukungan
udara karena semua pasukan infanteri berasal dari kombatan non-Suriah. Sebagian
besar dari Lebanon, di samping Irak dan milisi Syiah Afghan. Mereka berada di
garis pertahanan pertama dalam sebagian besar pertempuran yang dianggap sebagai
“darah murah”.
Hizbullah di Suriah
kehilangan tidak kurang dari 300 korban, sesuai dengan estimasi dari oposisi
Suriah. Jumlah milisinya di Suriah diperkirakan sekitar 7-10 ribu kombatan.
Akhir-akhir ini, kekuatan Hizbullah tergantung pada perekrutan relawan muda
untuk menutupi kerugian. Pemimpin dan para ahli mereka hadir di sebagian besar
medan untuk mengelola pertempuran atau menerapkan perencanaan dan disiplin yang
tinggi.
Keretakan
Hubungan dengan Teheran
Sebagai respon atas kerugian
tersebut, awal tahun ini, petinggi Hizbullah Hassan Nasrallah mengirim pesan
kepada Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei, meminta dia untuk penambahan
bantuan militer dan keuangan, seperti dilansir Radio Suara Beirut International,
melalui komunikasi dengan pemimpin senior di Hizbullah.
Permintaan tersebut
disampaikan terutama setelah peristiwa baru-baru ini yang diderita oleh
Hizbullah. Organisasi militan Syiah di Lebanon ini sedang mengalami krisis
akibat tewasnya para pemimpin dan peningkatan kematian anggotanya di Suriah di
tangan kelompok-kelompok Islam.
Nasrallah mengatakan
Khamenei tidak ada kemauan untuk bertanggung jawab atas sesuatu yang tidak
menguntungkan Hizbullah. Terutama dalam rangka menjaga dukungan masyarakat serta
tekanan keamanan dan politik. Atas semua alasan ini, Nasallah mengancam akan
mengundurkan diri dari kepemimpinan Hizbullah, bila kepemimpinan Iran tidak
menanggapi tuntutannya. (baca juga: Nasrallah Ancam Iran).
Banyaknya korban itu telah
menyebabkan kekacauan internal dan protes dari kalangan keluarga anggota.
Mereka menuduh Hizbullah telah membunuh anak-anak mereka. Partai telah menjadi
rumah sakit yang penuh dengan mayat anak-anak mereka yang tewas dan terluka,
setelah mereka mengambil bagian dalam pertempuran pasca seruan umum Hizbullah
untuk bertempur di Suriah sejak beberapa tahun lalu.
Kekacauan internal dan
protes dari kalangan keluarga anggota itu sejatinya telah berlangsung sejak
lama. Kebijakan Hasan Nasrullah, untuk mengirim para pemuda Lebanon ke Suriah
dikritik oleh komunitas mereka sendiri. Pada Musim Panas 2013 lalu, sebuah video
yang diunggah di media Online memperlihatkan sejumlah wanita yang sedang
memprotes Hasan Nasrullah dan menuntut agar para pemuda dikembalikan ke
Lebanon.
Seorang wanita Syiah yang
mewakili rekan-rekannya mempertanyakan mengapa Hasan Nasrullah mengirimkan para
pemuda Lebanon ke Suriah. Menurutnya, Hasan telah melakukan kesalahan dan tidak
lagi menjadi penolong Allah (dalam pandangan mereka; red). “Kini engkau (Hasan
Nasrullah; red) tidak lagi menjadi penolong Allah, tetapi menjadi penolong
Basyar,” ungkapnya. (baca juga: Hasan Nasrallah dihujat)
Fulus
Iran Terkuras
November 2014, Iran telah
memutuskan untuk mengurangi gelontoran bantuan untuk Hizbullah hingga 25%. Ini
adalah salah satu faktor yang memaksa organisasi teroris Syiah ini untuk
menarik pasukannya dari beberapa daerah pertempuran. Hal itu dilakukan hanya
karena satu alasan, yaitu kurangnya pendanaan. Baca juga: Hubungan Hizbullah dan Asad).
Dalam konteks yang sama,
akhir Februari lalu, anggota Dewan Kebijaksanaan Pemerintah, Ali Akbar Nateq
Nouri, dan juga pemimpin tinggi Iran, Ali Khamenei, mengatakan bahwa kas negara
kosong, sementara anggaran sedang menghadapi krisis besar karena penurunan
harga minyak dan akibat kebijakan pemerintah sebelumnya.
Iran telah mengalokasikan
sejumlah besar uang untuk kegiatan politiknya untuk organisasi-organisasi
pendukung di Lebanon, Irak dan Yaman, serta memberikan bantuan kepada rezim
Suriah Presiden Basyar Asad.[1]
Data
Korban Hizbullah di Suriah
Masalah ini masih menjadi
bahan perdebatan sejak awal intervensi Hizbullah di Suriah di sisi rezim
Suriah. Hizbullah sendiri enggan mengeluarkan informasi lengkap mengenai hal
ini. Satu-satunya pernyataan resmi dari Hizbullah datang pada awal Desember
2013, ketika Hassan Nasrallah, mengungkapkan bahwa milisinya yang tewas di
Suriah kurang dari 250 orang. Sekitar waktu yang sama, oposisi Suriah dan
kelompok anti Hizbullah Lebanon menyatakan bahwa jumlah korban tewas lebih
tinggi dari 500, dan bahkan melebihi 1000 orang.
Observatorium Suriah untuk
Hak Asasi Manusia (SOHR) menyebutkan kisaran yang hampir sama dengan pernyataan
Hizbullah, yakni 232 korban tewas pada tanggal 1 Desember 2013. Data SOHR
terbaru pada 13 Maret 2014 adalah sejumlah 332 orang.
Pemakaman 15 milisi Hizbullah yang tewas dalam pertempuran di
Qalamun Agustus 2014.
Hisyam Asykar, mahasiswa
doktoral di HafenCity University – Hamburg, membuat penelitian tentang rincian
kematian milisi Syiah Hizbullah di Suriah melalui upacara pemakaman yang
bersumber dari kantor berita resmi di situs Hizbullah, termasuk website pro-Hizbullah, dan referensi lainnya. Upacara
pemakaman biasanya dipublikasikan, sehingga menjadi konfirmasi kehadiran
Hizbullah di sisi Basyar Asad.
Biasanya pemakaman
berlangsung di hari-hari berikutnya setelah kematian. Tapi pada beberapa
kesempatan, mereka ditahan sebulan kemudian menunggu evakuasi jenazah. Sebagian
besar milisi dikuburkan di tempat asal atau residensi mereka. Namun, beberapa
pejuang yang dimakamkan di pemakaman komunal Hizbullah di Ghobeiry, sementara
yang lain dikuburkan, sesuai dengan kehendak mereka, di wilayah Sayidah Zainab.
Infografis menunjukkan pemakaman 313 milisi Hizbullah dilaporkan
tewas dalam pertempuran di Suriah. (Gambar: Hisyam Asykar)
Meskipun bukan daftar
lengkap, angka sebenarnya menurut Hisyam Asykar bisa lebih tinggi. Jumlah
korban itu tidak termasuk korban terluka. Yang terakhir ini biasanya jauh lebih
tinggi, tergantung pada berbagai faktor. Rasio bisa sangat tinggi. Dengan
asumsi rendah 3: 1, berarti 1000 milisi Hizbullah terluka. Ratusan anggota
mereka tentunya dinonaktifkan dan dihapus dari jajaran militer yang aktif.[2]
Kemajuan
Oposisi Terbaru di Aleppo
Aleppo, dalam pekan-pekan
terakhir ini telah menjadi medan tempur hebat. Pesawat terus berkeliaran di
langit di atas kota dan pedesaan yang meskipun kondisi cuaca yang keras dan
bersalju. Bentrokan terus berlangsung. Rezim dan sekutunya telah mengalami kerugian
besar dalam serangan terhadap kubu oposisi terbesar di pedesaan utara Aleppo.
Pasukan rezim, dengan
dukungan Hizbullah dan Iran, ingin menyelesaikan pertempuran di Aleppo,
terutama di pedesaan utara itu, yang merupakan kubu oposisi terbesar. Meskipun
kemajuan telah dibuat oleh pasukan rezim di awal serangan, mereka telah gagal
untuk mencapai tujuan politik dan militer rezim. Rezim dan sekutunya telah
mengalami kerugian besar dalam serangan.
Pejuang oposisi berkumpul di dekat garis depan di desa Ratyan,
sebelah utara Aleppo, 17 Februari 2015 (foto: Reuters)
Peristiwa dimulai pada 17
Februari 2015, saat pagi-pagi pasukan rezim melakukan serangan mendadak
terhadap kekuatan oposisi. Saluran berita Hizbullah Al-Manar, menyebutkan bahwa
peran Hizbullah sangat signifikan dalam pertempuran ini. Serangan itu dilakukan
dari beberapa posisi sekaligus, dengan tujuan membingungkan pasukan oposisi dan
mengalihkan perhatian mereka dari tujuan utama serangan itu. Pasukan rezim dan
Hizbullah dikabarkan berhasil menembus dan menyusup ke dalam pertahanan lawan
dan menguasai beberapa wilayah.
Namun, para pejuang oposisi
yang ditempatkan di Aleppo mengatakan kepada Al-Monitor bahwa serangan
Hizbullah gagal total dan lebih mirip usaha bunuh diri. Selama serangan, lebih
dari 75 anggota pasukan rezim tewas, termasuk Iran dan Lebanon, menurut Komisi
Forensik Medis Aleppo, yang mengevakuasi korban.[3]
Penutup
Banyaknya korban di kubu
Hizbullah. Namun tidak pernah dirilis secara detil dari Organisasi, seperti
dilakukan oleh oposisi. Data dan nama yang hanya diketahui melalui
upacara pemakaman besar-besaran. Inilah barang kali yang mengundang Jaringan
Revolusi Suriah mengeluarkan kicauan di aman resminya, “Hezbollah sectarian
terrorist gangs. They come to Syria to kill; they leave in boxes!
“Hizbullah geng teroris
sektarian. Mereka datang ke Syria untuk membunuh, pulang masuk kotak mati!”
[Agus Abdullah]
———————–
[1] http://www.almokhtsar.com/node/431697
[3] http://www.al-monitor.com/pulse/originals/2015/02/aleppo-syria-decisive-battle-regime-hezbollah-rebels.html