Islam merupakan ajaran yang
tidak saja mengatur urusan kehidupan manusia di dalam kehidupannya di
dunia. Islam mengatur kehidupan seseorang hingga persiapannya menuju alam
berikutnya, yaitu Akhirat. Bahkan Islam menganjurkan setiap Muslim agar
mengupayakan bentuk kematian yang paling mulia, yaitu mati syahid. Mati
syahid secara umum berarti mati dalam perjuangan menegakkan agama Allah sebagai
akibat pembunuhan oleh fihak musuh, yaitu kaum kuffar di medan perang.
Namun selain itu, Nabi shollallahu
’alaih wa sallam juga menyebutkan beberapa bentuk kematian yang bisa
mengantarkan seseorang kepada derajat mati sebagai syuhada. Misalnya orang yang
meninggal karena tenggelam atau saat sedang mempertahankan hartanya yang
dirampas para perampok atau mati karena terkena wabah atau seorang wanita yang
sedang berjuang melahirkan bayinya.
Di antara kisah menarik soal
mati syahid ialah pengalaman Umar bin Khattab radhiyallahu ’anhu. Ketika
Khalifah Umar radhiyallahu ’anhu sedang wukuf di Arafah ia membaca
doa sebagai berikut:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ شَهَادَةً فِي سَبِيلِكَ
وَوَفَاةً بِبَلَدِ رَسُولِكَ
“Ya Allah aku mohon
mati syahid di jalanMu dan wafat di negeri RasulMu (Madinah)” (HR Malik 878)
Sepulangnya beliau dari
menunaikan ibadah Haji beliau menceritakan soal doanya kepada salah seorang
sahabat di Madinah. Maka sahabat tersebut berkomentar: “Wahai Khalifah,
jika engkau berharap mati syahid maka tidak mungkin di sini. Pergilah keluar
untuk berjihad, niscaya engkau bakal menemuinya.”
Dengan ringan Umar radhiyallahu
’anhu menjawab: ”Aku telah mengajukannya kepada Allah. Terserah
Allah.”
Keesokan paginya, saat Umar radhiyallahu
’anhu mengimami sholat Subuh di masjid, tiba-tiba dalam kegelapan
waktu pagi itu seorang pengkhianat Majusi bernama Abu Lu’lu’ah menghunuskan
kerisnya ke tubuh mulia sang Khalifah yang menyebabkan beliau mendapat tiga
tusukan dalam dan tubuhnyapun rubuh di samping mihrab. Abdurrahman bin Auf radhiyallahu
’anhu segera menggantikan posisi Imam sholat melanjutkan hingga selesai
sambil menangis sesunggukan mengkhawatirkan nasib Umar radhiyallahu ’anhu.
Maka tidak lama sesudah itu
Umarpun menghembuskan nafas terakhir. Beliau syahid di jalan Allah. Beliau
wafat dalam keadaan sedang memimpin sholat kaum Muslimin. Subhanallah…!!!
Berdasarkan riwayat ini, kita
dapat menyimpulkan bahwa mengharapkan mati syahid di jalan Allah merupakan
suatu perbuatan yang dianjurkan dalam Islam. Bahkan ia merupakan kejadian yang
dinanti-nantikan sehingga dituangkan dalam bentuk doa oleh para pendahulu kita.
Asy-Syahid Abdul Aziz
Ar-Rantisi, misalnya. Ia merupakan salah seorang pemimpin Hamas di Gaza,
Palestina. Hanya beberapa waktu sebelum beliau wafat dalam sebuah wawancara
beliau berkata: ”Setiap orang pasti menemui kematian. Kematian bisa datang
dalam aneka bentuk. Andai aku boleh memilih, aku berharap mati syahid di jalan
Allah dalam bentuk dirudal oleh helikopter Apache pasukan Yahudi Zionis
Israel.” Beberapa waktu kemudian beliau benar-benar dirudal pasukan Zionis
oleh helikopter Apache sebagaimana yang ia sendiri cita-citakan. Abdul Aziz
Rantisi menemui mati syahid di jalan Allah. Subhanallah..!!
Saudaraku, marilah kita
tanamkan dalam diri kerinduan untuk mati syahid di jalan Allah. Sebab itu
merupakan bentuk kematian yang paling mulia. Marilah kita awali dengan
membiasakan diri sering-sering berdoa kepada Allah untuk meraih mati syahid di
jalanNya. Setiap orang pasti mengalami kematian. Marilah kita memohon kepada
Allah agar ruh kita dijemput burung-burung surga dalam bentuk terbaik yaitu
mati syahid di jalan Allah.
Memang kita hidup di negeri
dimana perang tidak sedang berkecamuk. Sementara itu, kemungkinannya sangat
tipis untuk bisa bergabung dengan Mujahidin di Afghanistan, Irak atau Palestina
misalnya. Maka menghadapi keadaan seperti ini kita harus optimis bahwa rezeki
mati syahid tetap terbuka. Sebab Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda:
مَنْ سَأَلَ اللَّهَ الشَّهَادَةَ بِصِدْقٍ
بَلَّغَهُ اللَّهُ مَنَازِلَ الشُّهَدَاءِ وَإِنْ مَاتَ عَلَى فِرَاشِهِ
“Barangsiapa memohon dengan
jujur kepada Allah agar mati syahid, maka Allah akan sampaikan ia kepada
kedudukan para syuhada walaupun ia mati di atas ranjangnya.” (HR Muslim 3532)