Dalam suatu acara peringatan hari karbala yang
dilaksanakan secara tertutup, Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj, menampakkan
dengan jelas keyakinannya tentang Syiah. Hal ini berbeda dengan sikapnya di
hadapan publik yang selalu membantah jika dirinya dianggap Syiah.
Ketua Umum PBNU ini mengajak agar jangan sampai
peringatan Asyura dan Arba’in Imam Husein ditinggalkan, karena menurutnya hal
itu adalah merupakan al-baaqiyaat al-shalihaat, perkara shalih yang
tersisa.
Alumnus dari Universitas Umm Alqura Mekkah ini
juga mengajak untuk selalu mengenang Syuhada Karbala. Bahkan mengatakannya
sebagai shoutul haq, suara kebenaran. Dimana semua ini merupakan Syi’ar
aliran sesat Syiah.
Dan yang paling menyakitkan adalah ketika dia
menyebut goblok warga Nahdliyin (NU) yang tidak mengenal dan menghidupkan
syiar-syiar aliran sesat Syiah ini. [AW]
Klik video dibawah :
Said Aqil Siradj Mendokan Agar Warga NU
Mengetahui Hakekat Perayaan Syiah
Perkataan Said Agil Siraj dalam sebuah buku
yang berjudul TASAWUF SEBAGAI KRITIK SOSIAL; MENGEDEPANKAN ISLAM SEBAGAI
INSPIRASI, BUKAN ASPIRASI yang diterbitkan oleh Lajnah Ta’lif wan Nasyr
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LTN PBNU) pada tahuan 2012
10 Agustus 2015
0leh Ustadz Muhammad Idrus Ramli
Berikut
ini tulisan Dewan Pakar Aswaja NU Center Jawa Timur yang juga Rais Syuriah NU
Kencong Jember Kiai Muhammad Idrus Ramli tentang pembusukan NU dari dalam
melalui tangan seorang Said Agil Siraj. Tulisan ini di ambil dari akun facebook
Ustadz Muhammad Idrus Ramli. Kalau ada yang bertanya, apakah tujuan organisasi
Nahdlatul Ulama didirikan? Jawabannya adalah jelas, bahwa para ulama pesantren
mendirikan NU tujuannya adalah untuk menjaga, melestarikan dan memperjuangkan
Islam Ahlussunnah Wal-Jamaah tetap berjalan dan tersosialisasi di Indonesia.
Hal tersebut dipicu dengan mulainya ekspor ajaran-ajaran yang menyimpang dari
Ahlussunnah, seperti Syiah dan Wahabi, ke bumi Nusantara. Sehingga mendorong
para kiai pesantren untuk mendirikan organisasi NU. Kesimpulannya, NU didirikan
untuk menjaga keislaman mayoritas bangsa Indonesia yang mengikuti Ahlussunnah
Wal-Jamaah, dari pengaruh dan rongrongan aliran-aliran di luar faham
Ahlussunnah Wal-Jama’ah, seperti Syiah dan Wahabi.
Dalam sebuah diskusi, di jejaring sosial group WhatsApp ada sebuah tema yang
menjadi bahan pembicaraan, yaitu berkaitan dengan sosok Said Aqil Siroj (SAS),
Ketua Umum PBNU, apakah SAS benar-benar memperjuangkan visi dan misi NU, yaitu
melestarikan, menjalankan dan mensosialisasikan ajaran Islam Ahlussunnah
Wal-Jamaah, atau selama
kepemimpinannya ia tidak memperjuangkan visi dan misi NU?
kepemimpinannya ia tidak memperjuangkan visi dan misi NU?
Dalam sebuah buku yang berjudul TASAWUF SEBAGAI KRITIK SOSIAL; MENGEDEPANKAN
ISLAM SEBAGAI INSPIRASI, BUKAN ASPIRASI yang diterbitkan oleh Lajnah Ta’lif wan
Nasyr Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LTN PBNU) pada tahuan 2012, SAS berkata:
“Secara historis, kelahiran Sunni dan Syiah merupakan sunnatullah yang harus
disyukuri sebagai khazanah pemikiran umat Islam. … Di samping itu, diskursus
teologi, baik itu Mu’tazilah, Asy’ariyah, Maturidiyah, maupun Syiah, semuanya
bersifat rasional. Semuanya tetap dalam bingkai Islam. Bahkan patut dikatakan
semuanya adalah Ahlussunnah sepanjang mengakui eksistensi Allah Swt, para nabi dan
rasul, Kitab-kitab Allah dan hari kiamat. Perbedaan di luar itu bersifat
furu’iyah saja.” Halaman 84.
Kalau kita membaca sedikit cermat pernyataan di atas, akan mengantarkan kita
pada beberapa kesimpulan.
Pertama, ajakan SAS untuk mensyukuri keberadaan Syiah di Indonesia, entah
apakah syukuran tersebut dengan mengadakan tumpengan, selamatan dan lain
sebagainya.
Kedua, dengan tegas dan tanpa tedeng aling-aling SAS menjelaskan bahwa
Mu’tazilah dan Syiah itu Ahlussunnah juga. Perbedaan antara Ahlussunnah dan
Syiah hanya sebatas furu’iyah saja, tidak berkaitan dengan masalah-masalah
ushuliyah (akidah).
Ketiga, syarat suatu kelompok disebut Ahlussunnah adalah keimanannya kepada
Allah, para nabi dan rasul, kitab-kitab Allah dan hari kiamat. Dengan
persyaratan yang sangat general ini, berarti seluruh aliran sesat termasuk
Ahlussunnah juga, selama beriman dengan hal-hal tersebut. Padahal hampir
kebanyakan aliran-aliran sesat seperti Syiah, Khawarij dan Mu’tazilah juga
beriman terhadap hal-hal tersebut.
Tentu pernyataan SAS tersebut bertentangan dengan realita dan pendapat seluruh
ulama Sunni dan Syiah sendiri. Di satu sisi, Syiah tidak mau menyebut dirinya
Ahlussunnah. Demikian pula sebaliknya, Ahlussunnah tidak menyebut dirinya
Syiah. Dan di sisi lain, Ahlussunnah dan Syiah sangat tegas menyatakan bahwa
perbedaan mereka lebih berkaitan dengan persoalan ushuliyah, bukan persoalan
furu’iyah saja.
Adalah Hadlratusy Syaikh KH Muhammad Hasyim Asy’ari yang menegaskan tentang
kesesatan Syiah dalam banyak kitab yang beliau tulis. Berikut beberapa
pernyataan Hadlratusy Syaikh tentang kesesatan Syiah dan bahwa mereka bukan
Ahlussunnah.
Pernyataan Pertama
فَصْلٌ فِيْ بَيَانِ تَمَسُّكِ أَهْلِ جَاوَى بِمَذْهَبِ أَهْلِ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ، وَبَيَانِ ابْتِدَاءِ ظُهُوْرِ الْبِدَعِ وَانْتِشَارِهَا فِيْ أَرْضِ جَاوَى، وَبَيَانِ أَنْوَاعِ الْمُبْتَدِعِيْنَ فِيْ هَذَا الزَّمَانِ.
قَدْ كَانَ مُسْلِمُوا اْلأَقْطَارِ الْجَاوِيَّةِ فِي اْلأَزْمَانِ السَّالِفَةِ الْخَالِيَةِ مُتَّفِقِي اْلآَرَاءِ وَالْمَذْهَبِ وَمُتَّحِدِي الْمَأْخَذِ وَالْمَشْرَبِ، فَكُلُّهُمْ فِي الْفِقْهِ عَلىَ الْمَذْهَبِ النَّفِيْسِ مَذْهَبِ اْلإِمَامِ مُحَمَّدِ بْنِ إِدْرِيْسَ، وَفِيْ أُصُوْلِ الدِّيْنِ عَلىَ مَذْهَبِ اْلإِمَامِ أَبِي الْحَسَنِ اْلأَشْعَرِيِّ، وَفِي التَّصَوُّفِ عَلىَ مَذْهَبِ اْلإِمَامِ الْغَزَالِيِّ وَاْلإِمَامِ أَبِي الْحَسَنِ الشَّاذِلِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ أَجْمَعِيْنَ.
ثُمَّ إِنَّهُ حَدَثَ فِيْ عَامِ اَلْفٍ وَثَلاَثِمِائَةٍ وَثَلاَثِيْنَ أَحْزَابٌ مُتَنَوِّعَةٌ وَآَرَاءُ مُتَدَافِعَةٌ وَأَقْوَالٌ مُتَضَارِبَةٌ، وَرِجَالٌ مُتَجَاذِبَةٌ، فَمِنْهُمْ سَلَفِيُّوْنَ قَائِمُوْنَ عَلىَ مَا عَلَيْهِ أَسْلاَفُهُمْ مِنَ التَّمَذْهُبِ بِالْمَذْهَبِ الْمُعَيَّنِ وَالتَّمَسُّكِ بِالْكُتُبِ الْمُعْتَبَرَةِ الْمُتَدَاوِلَةِ، وَمَحَبَّةِ أَهْلِ الْبَيْتِ وَاْلأَوْلِيَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ، وَالتَّبَرُّكِ بِهِمْ أَحْيَاءً وَأَمْوَاتًا، وَزِيَارَةِ الْقُبُوْرِ وَتَلْقِيْنِ الْمَيِّتِ وَالصَّدَقَةِ عَنْهُ وَاعْتِقَادِ الشَّفَاعَةِ وَنَفْعِ الدُّعَاءِ وَالتَّوَسُّلِ وَغَيْرِ ذَلِكَ…
وَمِنْهُمْ رَافِضِيُّوْنَ يَسُبُّوْنَ سَيِّدَنَا أَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا وَيَكْرَهُوْنَ الصَّحَابَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ، وَيُبَالِغُوْنَ هَوَى سَيِّدِنَا عَلِيٍّ وَأَهْلِ بَيْتِهِ رِضْوَانُ اللهِ عَلَيْهِمْ أَجْمَعِيْنَ، قاَلَ السَّيِّدُ مُحَمَّدٌ فِيْ شَرْحِ الْقَامُوْسِ: وَبَعْضُهُمْ يَرْتَقِيْ إِلىَ الْكُفْرِ وَالزَّنْدَقَةِ أَعَاذَنَا اللهُ وَالْمُسْلِمِيْنَ مِنْهَا. قَالَ الْقَاضِيْ عِيَاضُ فِي الشِّفَا: عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مُغَفَّلٍ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (اللهَ اللهَ فِيْ أَصْحَابِيْ لاَ تَتَّخِذُوْهُمْ غَرْضًا بَعْدِىْ فَمَنْ أَحَبَّهُمْ فَبِحُبِّيْ أُحِبُّهُمْ وَمَنْ أَبْغَضَهُمْ فَبِبُغْضِيْ أُبْغِضُهُمْ وَمَنْ آَذَاهُمْ فَقَدْ آَذَانِىْ وَمَنْ آَذَانِىْ فَقَدْ آَذَى اللهَ وَمَنْ آَذَى اللهَ يُوْشِكُ أَنْ يَأْخُذَهُ) وَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (لاَ تَسُبُّوْا أَصْحَابِيْ فَمَنْ سَبَّهُمْ فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللهِ وَالْمَلاَئِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْن لاَ يَقْبَلُ اللهُ مِنْهُ صَرْفًا وَلاَ عَدْلاً) وَقَالَ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (لاَ تَسُبُّوْا أَصْحَابِيْ فَإِنَّهُ يَجِيْءُ قَوْمٌ فِيْ آَخِرِ الزَّمَانِ يَسُبُّوْنَ أَصْحَابِيْ فَلاَ تُصَلُّوْا عَلَيْهِمْ وَلاَ تُصَلُّوْا مَعَهُمْ وَلاَ تُنَاكِحُوْهُمْ وَلاَ تُجَالِسُوْهُمْ وَإِنْ مَرِضُوْا فَلاَ تَعُوْدُوْهُمْ) وَعَنْهُ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (مَنْ سَبَّ أَصْحَابِيْ فَاضْرِبُوْهُ) وَقَدْ أَعْلَمَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ سَّبُهْم وَأَذَاهُمْ يُؤْذِيْهِ وَأَذَى النَّبِيِّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَرَامٌ فَقَالَ (لاَ تُؤْذُوْنِيْ فِيْ أَصْحَابِيْ وَمَنْ آَذَاهُمْ فَقَدْ آَذَانِىْ) وَقَالَ (لاَ تُؤْذُوْنِيْ فِيْ عَائِشَةَ) وَقاَلَ فِيْ فَاطِمَةَ (بُضْعَةٌ مِنِّىْ يُؤْذِيْنِيْ مَا آَذَاهَا). اهـ (الشيخ محمد هاشم أشعري، رسالة أهل السنة والجماعة، ص 9-10)..
Pasal untuk menjelaskan penduduk Jawa berpegang kepada madzhab Ahlusunnah wal
Jama’ah, dan awal kemunculan bid’ah dan meluasnya di Jawa, serta macam-macam
ahli bid’ah di zaman ini.
Umat islam yang mendiami wilayah Jawa sejak zaman dahulu telah bersepakat dan
menyatu dalam pandangan keagamaannya. Di bidang fikih, mereka berpegang kepada
mazhab Imam Syafi’i, di bidang ushuluddin berpegang kepada mazhab Abu al-Hasan
al-Asy’ari, dan di bidang tasawuf berpegang kepada mazhab Abu Hamid al-Ghazali
dan Abu al-Hasan al-Syadzili, semoga Allah meridhoi mereka semua. Kemudian pada
tahun 1330 H muncul kelompok, pandangan, ucapan dan tokoh-tokoh yang saling
berseberangan dan beraneka ragam. Di antara mereka adalah kaum salaf yang
memegang teguh tradisi para tokoh pendahulu mereka dengan bermazhab dengan satu
mazhab dan kitab-kitab mu’tabar, kecintaan terhadap Ahlul Bait Nabi, para wali
dan orang-orang salih, selain itu juga tabarruk dengan mereka baik ketika masih
hidup atau setelah wafat, ziarah kubur, mentalqin mayit, bersedekah untuk
mayit, meyakini syafaat, manfaat doa dan tawassul serta lain sebagainya.
Di antara mereka juga ada golongan rofidhoh yang suka mencaci Sayidina Abu
Bakar dan ‘Umar RA., membenci para sahabat nabi dan berlebihan dalam mencintai
Sayidina ‘Ali dan anggota keluarganya, semoga Allah meridhoi mereka semua.
Berkata Sayyid Muhammad dalam Syarah Qamus, sebagian mereka bahkan sampai pada
tingkatan kafir dan zindiq, semoga Allah melindungi kita dan umat Islam dari
aliran ini. Berkata Al-Qadhi ‘Iyadh dalam kitab As-Syifa bi Ta’rif Huquq
Al-Musthafa, dari Abdillah ibn Mughafal, Rasulullah SAW bersabda: Takutlah
kepada Allah, takutlah kepada Allah mengenai sahabat-sahabatku. Janganlah kamu
menjadikan mereka sebagai sasaran caci-maki sesudah aku tiada. Barangsiapa
mencintai mereka, maka semata-mata karena mencintaiku. Dan barang siapa
membenci mereka, maka berarti semata-mata karena membenciku. Dan barangsiapa
menyakiti mereka berarti dia telah menyakiti aku, dan barangsiapa menyakiti aku
berarti dia telah menyakiti Allah. Dan barangsiapa telah menyakiti Allah
dikhawatirkan Allah akan menghukumnya. (HR al-Tirmidzi dalam Sunan al-Tirmidzi
Juz V/hal. 696 hadits No. 3762). Rasulullah SAW bersabda, Janganlah kamu
mencela para sahabatku, Maka siapa yang mencela mereka, atasnya laknat dari
Allah, para malaikat dan seluruh manusia. Allah Ta’ala tidak akan menerima amal
darinya pada hari kiamat, baik yang wajib maupun yang sunnah. (HR. Abu Nu’aim,
Al-Thabrani dan Al-Hakim)
Rasulullah SAW bersabda, Janganlah kamu mencaci para sahabatku, sebab di akhir
zaman nanti akan datang suatu kaum yang mencela para sahabatku, maka jangan
kamu menyolati atas mereka dan shalat bersama mereka, jangan kamu menikahkan
mereka dan jangan duduk-duduk bersama mereka, jika sakit jangan kamu jenguk
mereka. Nabi SAW telah kabarkan bahwa mencela dan menyakiti mereka adalah juga
menyakiti Nabi, sedangkan menyakiti Nabi haram hukumnya. Rasul SAW bersabda:
Jangan kamu sakiti aku dalam perkara sahabatku, dan siapa yang menyakiti mereka
berarti menyakiti aku. Beliau bersabda, Jangan kamu menyakiti aku dengan cara
menyakiti Fatimah. Sebab Fatimah adalah darah dagingku, apa saja yang
menyakitinya berarti telah menyakiti aku. (Risalat Ahli Sunnah wal Jama’ah,
h.9-10)
Pernyataan Kedua
وَلَيْسَ مَذْهَبٌ فِيْ هَذِهِ اْلأَزْمِنَةِ الْمُتَأَخِّرَةِ بِهَذِهِ الصِّفَةِ إِلاَّ الْمَذَاهِبَ اْلأَرْبَعَةَ، اَللّهُمَّ إِلاَّ مَذْهَبَ اْلإِمَامِيَّةِ وَالزَّيْدِيَّةِ وَهُمْ أَهْلُ الْبِدْعَةِ لاَ يَجُوْزُ اْلاِعْتِمَادُ عَلىَ أَقَاوِيْلِهِمْ. اهـ (الشيخ محمد هاشم أشعري، رسالة في تأكد الأخذ بمذاهب الأئمة الأربعة، ص 29)..
Bukanlah yang disebut mazhab pada masa-masa sekarang ini dengan sifat yang
demikian itu kecuali Mazahib Arba’ah (Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam
Syafi’I dan Imam Ahmad). Selain dari pada itu, seperti mazhab Syiah Imamiyah
dan Syiah Zaidiyah, mereka adalah ahul bid’ah yang tidak boleh berpegang kepada
pandangan-pandangan mereka. (Risalah fi Ta’akkud Al-Akhdzi bi Al-Madzahib
Al-Arba’ah, h.29)
Pernyataan Ketiga
أَمَّا أَهْلُ السُّنَّةِ فَهُمْ أَهْلُ التَّفْسِيْرِ وَالْحَدِيْثِ وَالْفِقْهِ، فَإِنَّهُمْ الْمُهْتَدُوْنَ الَمُتَمَسِّكُوْنَ بِسُنَّةِ النَّبِيِّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالْخُلَفَاءِ بَعْدَهُ الرَاشِدِيْنَ، وَهُمُ الطَّائِفَةُ النَّاجِيَةُ، قَالُوْا وَقَدِ اجْتَمَعَتْ الْيَوْمَ فِيْ مَذَاهِبَ أَرْبَعَةٍ الْحَنَفِيُّوْنَ وَالشَّافِعِيُّوْنَ وَالْمَالِكِيُّوْنَ وَالْحَنْبَلِيُّوْنَ، وَمَنْ كَانَ خَارِجًا عَنْ هَذِهِ اْلأَرْبَعَةِ فِيْ هَذَا الزَّمَانِ فَهُوَ مِنَ الْمُبْتَدِعَةِ. اهـ (الشيخ محمد هاشم أشعري، زيادة تعليقات، ص 24-25)..
Adapun Ahlusunnah mereka adalah para Ahli Tafsir, Hadits dan Fiqih. Sungguh
merekalah yang mendapat petunjuk dan berpegang teguh dengan sunnah Nabi
Muhammad SAW dan para khalifah yang rasyid setelah beliau. Mereka adalah
‘kelompok yang selamat’ (thaifah najiyah). Para ulama berkata, pada saat ini
kelompok yang selamat itu terhimpun dalam mazhab yang empat; Hanafi, Maliki,
Syafi’I dan Hanbali. Maka siapa saja yang keluar atau di luar empat mazhab itu
adalah ahlul bid’ah di masa ini. (Ziyadat Ta’liqat, h. 24-25)
Pernyataan Keempat
وَاصْدَعْ بِمَاتُؤْمَرُ لِتَنْقَمِعَ الْبِدَعُ عَنْ اَهْلِ اْلمَدَرِوَالْحَجَرِ. قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ “اِذَاظَهَرَتِ الْفِتَنُ اَوِالْبِدَعُ وسُبَّ اَصْحَابِيْ فَلْيُظْهِرِالْعَالِمُ عِلْمَهُ فَمَنْ لَمْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللهِ وَالْمَلاَئِكَةِ وَالنَّاسِ اَجْمَعِيْنَ
Sampaikan secara terang-terangan apa yang diperintahkan Allah kepadamu, agar
bid’ah-bid’ah terberantas dari semua orang. Rasulullah SAW bersabda: “Apabila
fitnah-fitnah dan bid’ah-bid’ah muncul dan sahabat-sahabatku di caci maki, maka
hendaklah orang-orang alim menampilkan ilmunya. Barang siapa tidak berbuat
begitu, maka dia akan terkena laknat Allah, laknat Malaikat dan semua orang.”
(Muqadimah Qanun Asasi Nahdlatul Ulama)
Paparan dari Hadlratusy Syaikh di atas memberikan kesimpulan bahwa Syiah adalah
aliran sesat dan menyesatkan serta bukan termasuk bagian dari Ahlussunnah
Waljamaah. Pernyataan tersebut bertentangan dengan pernyataan SAS sebelumnya
yang menegaskan bahwa keberadaan Syiah harus disyukuri, bukan diberantas, dan
bahwa Syiah bukan aliran sesat, serta bahkan termasuk Ahlussunnah tanpa ada
perbedaan kecuali dalam masalah furu’iyah saja.
Dengan melihat adanya perbedaan yang saling bertolak belakang antara pernyataan
Hadlratusy Syaikh KH Muhammad Hasyim Asy’ari, selaku pendiri NU yang menolak
terhadap ajaran Syiah dan menganggapnya sebagai salah satu aliran sesat, dengan
pernyataan SAS yang mengajak mensyukuri keberadaan Syiah, serta menganggap
Syiah sebagai bagian dari Ahlussunnah yang ditulisnya dalam buku terbitan resmi
LTN PBNU, vonis apakah kiranya yang layak disematkan kepada SAS? Apakah dengan
sepak terjang dan sikap SAS di atas, SAS berarti telah melakukan perbaikan
(ishlah) kepada NU, atau justru melakukan perusakan (ifsad)? Apakah dengan
demikian, SAS telah benar-benar menjaga amanah sebagai pimpinan NU, atau justru
telah berkhianat kepada para ulama pendiri NU dan warga nahdliyyin yang
memberinya kepercayaan? Apakah SAS berarti telah memberikan pemantapan kepada
warga nahdliyyin terkait dengan ajaran Ahlussunnah Wal-Jamaah yang
diperjuangkan oleh NU, atau justru melakukan pendangkalan dan penyimpangan?
Apakah dengan sikap tersebut SAS telah melakukan penguatan terhadap NU sebagai
organisasi benteng Ahlussunnah, atau justru melakukan pembusukan dari dalam?
Saya kira para pembaca dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas dengan hati
nurani yang bersih.
Muhammad Idrus Ramli.
Muhammad Idrus Ramli.
(Bersambung)
NU GARIS LURUS adalah merupakan upaya
pengembalian pemahaman warga NU kepada ajaran KH. Hasyim Asy`ari yang murni
Sunni Syafi`i Non SEPILIS (Sekularisme, Pluralisme dan Liberalisme).
Said Aqil Siradj Mendukung Islam Liberal dan
Syiah
Pembelaan Said Aqil terhadap pluralisme, sering
dituliskan dalam opini di Kompas. Jauh sebelum itu, ia telah menulis pandangan
aqidah yang ngawur. Said menyamakan agama Islam, Nasrani dan Yahudi. Ia
menganggap –seperti Harun Nasution- ketiganya membawa misi Tauhid.
Berikut tulisan Said Aqil yang berjudul ‘Laa
Ilahaillallah Juga’:
“Agama yang membawa misi Tauhid adalah Yahudi,
Nasrani dan Islam. Ketiga agama tersebut datang dari Tuhan melalui nabi dan
rasul pilihan. Yahudi diturunkan melalui Musa, Nasrani diturunkan melalui Isa
dan Islam diturunkan melalui nabi Muhammad SAW. Kedekatan ketiga agama samawi
yang sampai saat ini dianut manusia semakin tampak jika dilihat dari genealogi
ketiga utusan (Musa, Isa, Muhammad) yang bertemu pada Ibrahim. Ketiga agama tersebut
mengakui Ibrahim sebagai the Founding Father’s bagi agama tauhid. Jadi ketiga
agama tersebut sama-sama memiliki komitmen untuk menegakkan kalimat
tauhid…..”(Lihat buku : Menuju Dialog Teologis Kristen Islam karya Bambang
Noorsena)
Kyai Said juga banyak melontarkan
pernyataan-pernyataan yang menyakiti hati umat Islam. Ia pernah menyatakan
bahwa situs jihadi radikal lebih berbahaya daripada situs porno. Menurutnya,
situs radikal merusak iman, sedangkan situs porno secara hukum fikih tak
berdosa, hanya makruh.
Dalam website NU Jalan Lurus diterangkan bahwa
Kiyai Said pernah menganggap warga NU bodoh karena tak mau menerima Syiah.
Pernyataannya ini gejolak di tubuh NU. Para kiai menganggap Kang Said bukan
sekedar mengimplementasikan sikap tasamuh dan moderasi yang merupakan watak
asli NU tapi seolah bertindak sebagai penganut Syiah dan pemimpin Syiah yang
membodohkan kiai-kiai NU.
Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta Prof Dr Ali
Musthafa Ya’qub memprotes keras pernyataan Said Aqil ini: ”Pernyataan Kiai Said
sungguh tidak pantas dilakukan sebagai pemimpin NU.Pernyataan tersebut
jelas-jelas bertentangan dengan pemikiran Rais Akbar KH Hasyim Asy’ari dan juga
bertentangan dengan AD/ART NU itu sendiri,” kata Kiai Ali Musthafa dalam
diskusi terbatas yang digelar PCNU Jember .
Menurut Kiai Ali Musthafa, Syiah adalah paham
yang sangat berbahaya terhadap Aswaja. ”Syi’ah memiliki paham bahwa membunuh
orang selain Syi’ah itu ibadah. Ini sangat berbahaya sekali kalau disebarkan di
Indonesia yang mayoritas umat Islam-nya berpaham ahlussunnah waljama’ah yang
bersebarangan dengan paham syi’ah. Akan banyak friksi-friksi dan konflik yang
berkecamuk di tengah masyarakat. Bahkan ini akan mengancam NKRI karena
menggoyahkan persatuan dan kesatuan bangsa,” papar tokoh NU ini.
”Bagi saya paham syi’ah itu lebih berbahaya
dari pada paham komunis, ini kalau dilihat dari perspektif ajaran dan dampak
yang ditimbulkan di tengah masyarakat,” ujar ulama lulusan dari King Saud
University Saudi Arabia yang dikenal sebagai ahli hadits terkemuka ini.
Ia lantas menunjukkan sejumlah fakta tentang
bahaya Syiah di beberapa negara di banding komunis, terutama di Iran dan Rusia
(dulu Uni soviet). ”Di Iran, masjid–masjid kaum Ahlussunnah wal Jama’ah sudah
dimusnahkan semua,dan bahkan imam-imam dan tokoh-tokoh sunni sudah dibantai
semua.
Bandingkan dengan Rusia, masjid-masjid Sunni
dan imam-imam serta tokoh-tokoh sunni alhamdulillah masih dilindungi oleh
negara Rusia,” paparnya.
Berdasarkan fakta itulah, maka Kiai Musthofa
Ya’qub memohon kepada jajaran NU agar menyelamatkan NU dan warganya dari
masuknya ajaran Syi’ah dan Islam liberal ke dalam tubuh NU. Ia mendesak jajaran
NU agar jangan menjadikan orang-orang Syi’ah dan Islam liberal sebagai pengurus
NU.
Indikasi bahwa Syi’ah sudah mulai menyusup di
tubuh NU, menurut Kiai Musthofa adalah kasus pidato Kang Said yang hadir pada
acara kaum Syi’ah. Dalam acara yang diadakan kelompok Syi’ah itu, menurut dia,
Kang Said telah membodoh-bodohkan orang NU.
Karena itu ia berharap dalam Muktamar NU yang
akan dilangsungkan di Jombang Jawa Timur pada tanggal 1 hingga 5 Agustus tahun
2015, ada perubahan yang lebih baik di tubuh NU yang dalam lima tahun terakhir
ini berjalan stagnan.
Pihaknya juga menghimbau, agar pengurus NU dari
berbagai tingkatan dapat memilih pemimpin NU yang mempunyai komitmen tinggi
untuk memperjuangkan misi Hadaratussyaikh Hasyim Asy’ari. Bukan memilih tokoh
NU yang membela Islam Liberal dan Syiah.
Dr. Said Aqil Siradj, dulu dan kini
KH Abdul Hamid Baidlowi: Said Aqil Siradj
menghina Nabi 2X
http://inilah-bukti-kesesatan-syiah.blogspot.com/2013/06/kh-abdul-hamid-baidlowi-said-aqil.html
http://inilah-bukti-kesesatan-syiah.blogspot.com/2013/06/kh-abdul-hamid-baidlowi-said-aqil.html
http://www.majulah-ijabi.org/taqrib/said-aqil-siradj-syiah-tidak-sesat