Lebih dari sepuluh desa yang terletak di
wilayah “Crete” Al-Ahwaz merupakan wilayah yang sangat kaya akan minyak bumi,
tetapi masyarakat pedesaan setempat bertahun-tahun mengalami penjajahan dan
penindasan yang tidak berujung dan sangat keras bahkan banyak diantara penduduk
desa yang kehilangan akses air bersih yang dapat dikonsumsi.
Penindasan berkepanjangan yang disponsori oleh
rezim pemerintah syiah Iran tampaknya bertujuan mengusir orang-orang arab Ahwaz
dari tanah leluhur mereka.
Penduduk setempat mengatakan bahwa penderitaan
orang-orang Arab di pedalaman pedesaan tak dapat dilukiskan. Mereka percaya
bahwa situasi mereka menyerupai orang benua Afrika yang kesulitan hidup makmur
tanpa sumber penghasilan atau pekerjaan tetap . Sekitar 90 persen dari orang-orang
arab Ahwazi di daerah pedesaan menderita kemiskinan dengan pendapatan perkapita
sangat rendah.
Mereka sangat bergantung pada sektor pertanian
dan perikanan untuk makanan pokok sehari-hari mereka, tetapi saat ini mereka
telah kehilangan sektor pertanian setelah tanah mereka yang subur itu direbut
paksa oleh rezim pemerintah Iran tanpa ada ganti rugi apapun dan tanpa
alternatif sumber mata pencaharian lainnya. Sebagai akibatnya, mereka rentan
terhadap krisis kelaparan, dan banyak dari mereka bermigrasi ke kota untuk
mencari pekerjaan walaupun di kota tersebut mereka terpaksa harus tinggal di
gubug yang tak layak huni.
Masyarakat lokal setempat menuturkan bahwa
“orang-orang berpendapat desa-desa di wilayah kami mungkin kurang pengairan,
tetapi kenyataannya, penderitaan masyarakat di pedesaan ini bukanlah karena
kurang pengairan.
Fakta sejarah membuktikan 150 tahun lalu ketika
desa diberkahi curah hujan yang baik , dan mata pencarian utama penduduk desa
adalah sektor pertanian dan peternakan, pada saat itu desa kami tidak memiliki
sistim pengairan apapun, hanya dari air sumur, hujan musiman saja sudah cukup
untuk kebutuhan air minum dan membasahi lahan pertanian yang kering.
Kebahagiaan dan pola hidup penduduk lokal
berakhir pada saat penemuan lahan minyak yang luas di wilayah pertanian ini,
nama “wilayah pertanian subur” kemudian digantikan oleh “wilayah kaya minyak” .
Dibangunnya instalasi-instalasi minyak, pipa minyak raksasa untuk pengeboran
sumur, pompa-pompa besar dengan pipa yang tebal-tebal dan banyaknya dikirim
mesin-mesin berat untuk menggali dan mengeksploitasi tanah di daerah kami.
Semua tanah yang rata dan subur telah dihujam
oleh sumur-sumur minyak. Aktifitas pertanian, pekebunan gandum dan barley di
keseluruhan lahan pertanian dihentikan secara paksa dan digantikan oleh
proyek-proyek instalasi minyak karena minyak lebih memiliki daya jual daripada
gandum dan membawa lebih banyak keuntungan untuk devisa negara. Namun, para
penduduk desa arab Ahwazi tidak memperoleh apapun kecuali hanya polusi dan
kerusakan ekologi daerahnya”.
Pihak berwenang Persia mendominasi instalasi
minyak dan perusahaan gas Karoon di daerah Crete, mereka mengambil alih secara
paksa terhadap lahan masyarakat Arab dari penduduk setempat dan tanpa
memberikan kompensasi apapun kepada penduduk lokal asli. Orang-orang Arab lokal
tidak mempunyai hak untuk protes karena suara mereka tidak memiliki arti
sedikitpun di pemerintahan rezim Persia ini.
Setelah kehilangan lahan, mereka bertarung
dengan kemiskinan, kesengsaraan dan kemelaratan yang tidak dapat digambarkan.
Mereka juga tidak diberi kesempatan bekerja di perusahaan-perusahaan minyak dan
gas di desa mereka.
Tidak ada satu pekerja Arab lokal
diperusahaan-perusahaan tersebut, semua pekerja adalah orang-orang Persia yang
didatangkan dari Propinsi lain yang bekerja dan didukung sepenuhnya oleh
pemerintah rezim syiah Iran.
Sebagian besar orang-orang muda di desa ini
tidak memiliki pekerjaan , beberapa dari mereka terpaksa menjual semua yang
mereka miliki untuk membeli mobil dan bekerja sebagai sopir taksi di kota
Ahwaz.
Desa-desa di daerah ini memiliki tiga sekolah
dasar yang hampir tidak ada kursi dan meja dan juga tidak ada kenyamanan yang
baik karena mereka belajar dibawah kipas angin yang sudah sangat tua yang
menggantung dilangit-langit dan menggeluarkan bunyi gemeretak jika dinyalakan.
Sekolah-sekolah disini benar-benar terlantar,
tidak ada fasilitas air bersih dan ventilasi yang memadai. Sebagai akibatnya,
siswa-siswa miskin ini harus belajar dalam kondisi kegerahan dan suhu panas
yang sangat ekstrim dimana suhu didesa tersebut mencapai hingga lebih 50
derajat Celcius. Masing-masing dari tiga sekolah ini hanya memiliki satu toilet
dan satu tangki air dengan kwalitas air minum yang tidak sehat bahkan tidak
cocok untuk konsumsi manusia.
Beberapa siswa yang ingin melanjutkan
pendidikan ke sekolah menengah harus pergi ke kota Ahwaz yang berjarak 40 Km,
tetapi karena kemiskinan, jalan yang sempit dan kontur jalan yang tidak rata
serta kurangnya dan langkanya armada transportasi, mayoritas siswa, kebanyakan
anak perempuan, memilih berhenti sekolah.
Hal yang paling kejam adalah akses jalan ke
desa-desa di wilayah ini semua mengarah kesatu jalan bebas hambatan yang
dikendalikan oleh polisi rezim sehingga jika seseorang ingin pergi ke kota Ahwaz
dengan mobil pribadi atau kendaraan umum, mereka dipaksa untuk membayar
sejumlah uang kepada polisi rezim.
Orang-orang mengatakan bahwa masalah paling
serius pada desa kami adalah kurangnya air layak konsumsi dalam komunitas kami,
yang benar-benar menyebabkan kondisi hidup kami sangat sulit dan menyakitkan.
Dalam beberapa tahun ini akibat kekeringan yang
parah, kita tidak memiliki pasokan air dan air sumur yang digali sejak
berpuluh-puluh tahun silam semuanya mulai mengering.
Hal ini diakibatkan karena sumur minyak di
wilayah ini, kami tidak diperbolehkan untuk menggali sumur air yang dalam,
hanya diizinkan menggunakan sisa pasokan air aja. Penduduk secara bertahap
mulai menjual ternak mereka karena tidak adanya sumber air bagi manusia apalagi
untuk hewan.
Pengeringan lahan pertanian dan
ketidakmungkinan pengadaan irigasi dan budidaya tanaman telah menyebabkan lahan
pertanian kami benar-benar menjadi tanah yang tandus .Ditambah badai debu yang
kerap terjadi, karena ketiadaan tanaman budidaya yang dapat membuat partikel
debu turun, seluruh kehidupan penduduk desa dipengaruhi oleh paparan partikel
debu yang tidak sehat ini secara terus-menerus, menyebabkan banyak penduduk
menderita penyakit pernapasan dan bahkan hewan domestik juga menderita batuk
kronis, akibatnya banyak hewan ternak yang mati.
Masalah lain adalah kurangnya klinik kesehatan
di desa-desa. Untuk kasus-kasus darurat, pasien seharusnya dirujuk segera ke
kota, dimana ada rumah sakit yang lengkap di wilayah Crete , tapi penduduk desa
tidak diperbolehkan untuk masuk , apalagi menerima perawatan medis di dalamnya
karena rumah sakit itu khusus menyediakan perawatan bagi staf perusahaan dan
anggota keluarga mereka saja.
Orang yang bekerja di perusahaan-perusahaan
minyak tersebut berasal dari berbagai daerah di negara ini kecuali orang-orang
Arab Ahwazi. Seorang penduduk desa mengeluh dengan rintihan yang sangat
menyakitkan, dia berkata, “kami sekarang ini berada di neraka, sungguh-sungguh
neraka , hampir semua penduduk desa ingin keluar dari desa ini demi mencari
kehidupan yang layak, tapi untuk itu semua kami perlu uang yang cukup,
sedangkan kami tidak memiliki uang, penduduk desa sangat ingin bermigrasi untuk
menyelamatkan kehidupan mereka dari polusi udara yang menyesakkan, kehausan
yang berkepanjangan dan kurangnya air bersih serta kurangnya sumber mata
pencaharian untuk mencari nafkah selama bertahun-tahun.”
Kami pergi ke salah satu desa Ahwaz bernama
Mlygt, yang dikelilingi oleh sumur minyak. Lingkungan di sana sangat tercemar,
dan banyak penduduk desa menderita kanker.
Desa dengan populasi sekitar 554 jiwa ini hanya
berjarak 25 km dari kota Ahwaz. Meskipun terdapat 140 unit sumur minyak sekitar
desa, penduduk asli lokal tidak mendapat kekayaan apapun kecuali menderita
epidemi penyakit, polusi dan kemiskinan yang nyata. Masyarakat setempat sudah
mati rasa dengan segala penderitaan yang mengerikan ini dan menderita kerugian
yang sangat besar.
Beberapa penduduk desa meninggal dunia dalam
tahun-tahun terakhir karena menderita kanker dan gangguan pernapasan sebelum
mencapai usia 40 tahun.
Pabrik-pabrik di desa ini tidak bekerja sesuai
standar analisis kesehatan lingkungan yang baik, mereka benar-benar menggunakan
asam dengan volume dan tekanan tinggi untuk merangsang produksi minyak,
sehingga menghasilkan berbagai jenis minyak derivatif sebagai limbahnya.
Kepemilikan pabrik-pabrik ini bersifat
sub-Nasional dan semua limbah polutan berbahaya tidak dikelola dengan baik,
sementara limbah-limbah ini mengalir di dekat sumber air minum yang digunakan
masyarakat desa.
Pipa minyak dan gas yang banyak di wilayah ini
sudah terlalu usang, berkarat, rusak dan sangat tidak layak pakai . Dari waktu
ke waktu kami menyaksikan ledakan dari pipa-pipa minyak ini. Namun, sayangnya,
pihak keamanan rezim dengan kasarnya menyalahkan penduduk lokal dan menuduh warga
desa melakukan sabotase atau tindakan vandalisme untuk mengakui erosi pipa.
Setelah setiap ledakan terjadi, pihak keamanan
meluncurkan kampanye penangkapan massa yang sewenang-wenang terhadap anak-anak
kami yang miskin. Penderitaan kami ibarat pepatah lama, “sup hangat yang belum
dimakan , namun mulut sudah terbakar “. Sumber kami menambahkan: “Dengan adanya
ledakan pipa, daerah ini akan menjadi seperti medan perang, warga harus
mengungsi dari rumah mereka karena risiko ledakan-ledakan yang mungkin akan terjadi
di sekitar mereka.”
“Tinggal di daerah ini sangat berbahaya, kami
khawatir anak-anak kami akan menderita penyakit. Polusi yang disebabkan oleh
asap instalasi minyak tersebut sangatlah beracun, selain itu kami takut
terjadinya insiden ledakan pada pipa-pipa minyak yang akan mengancam kehidupan
kami. Banyak diantara anak-anak kami menjadi sakit karena polusi dan limbah
dari instalasi-instalasi minyak di dekat desa kami.
Dari lima pasien kanker di desa kami, dua
diantaranya adalah anak-anak, dan tahun lalu satu anak telah meninggal dan yang
satunya lagi adalah anak usia 12 tahun, yang telah dirawat selama 8 tahun di
Shafa hospital, satu-satunya rumah sakit khusus kanker.”
Mengenai perekrutan dan peluang kerja di
perusahaan minyak, gas dan petrokimia ini, perusahaan hanya merekrut banyak
orang etnis persia dari daerah lain, tetapi menolak kami (warga lokal Ahwaz)
untuk bekerja di sana.
Bahkan kami tidak berani mendekati pintu
gerbang perusahaan karena penjagaan yang sangat ketat dan para penjaga
menghadapi kami dengan pentungan listrik ditangan mereka, mereka acapkali
berteriak dan menghina kami dengan slogan-slogan anti-Arab yang sangat rasis.
Autoritas rezim merekrut banyak orang etnis
Persia dari luar wilayah Ahwaz menjadi aparat keamanan untuk lingkungan
perusahaan, tidak ada seorang Arab lokal pun yang dapat ditemukan di antara
mereka. Sementara pipa-pipa tersebut melewati desa-desa di wilayah Ahwaz yang
mana sebenarnya penduduk desa dapat dengan mudah melindunginya dari kerusakan.”
Perusahaan memiliki lebih dari tiga pipa air
besar, masing-masing berdiameter 20 inci yang digunakan untuk keperluan
petrokimia dan fasilitas pendinginan di perusahaan, penduduk desa berulang kali
meminta pihak berwenang untuk memberikan mereka satu aliran cabang kecil dari pipa
air untuk memenuhi kebutuhan pokok harian warga desa, namun pihak perusahaan
yang dikendalikan rezim ini selalu menolak.
Penduduk desa berkata : “Air limbah dari
instalasi dilepaskan ke lubang besar yang digali di samping perusahaan,
banyaknya air limbah yang mengalir membuat lubang tersebut terlihat seperti
sebuah danau besar yang mengandung berbagai macam bahan kimiawi beracun yang
membahayakan dengan bau yang sangat menyengat.
Perusahaan-perusahan tersebut tidak mengenal
sistem pengelolaan limbah , sebagai akibatnya, limbah yang dihasilkan akan
dialirkan ke desa-desa dan desa kami telah menjadi tong sampah dari
perusahaan-perusahaan minyak ini. Dahulu, tanah kami begitu hijau, tapi
sekarang telah berubah menjadi tempat sampah dan rawa-rawa zat kimia beracun.
Perusahaan-perusahaan ini telah memberikan
manfaatnya ke seluruh wilayah di negara Iran ini bahkan mengekspor ke luar
negeri, tetapi mereka tidak memberikan sedikitpun produksinya ke penduduk desa
setempat.
Terkait dengan jalan raya, penduduk desa telah
meminta pihak berwenang yang bekerja diperusahaan sekitarnya untuk membuka
jalan ke penduduk desa, tetapi pihak perusahaan menolak dan mengatakan itu
bukan urusan kami.
Orang-orang mengatakan bahwa penindasan yang terjadi atas penduduk wilayah
Ahwaz tidak pernah dialami oleh orang-orang dari daerah lain di negara Iran
ini.
Ada lebih dari 150 sumur minyak dan pengeboran
gas di sini namun penduduk desa (arab Ahwaz) tidak memiliki gas domestik untuk
konsumsi pokok harian mereka.
Penduduk wilayah Ahwaz sengaja ditindas ,
barang-barang dan sumber daya alam mereka dirampas tanpa pengecualian oleh
autoritas rezim syiah Iran yang ingin memaksa mereka meninggalkan tanah air
mereka.
Sumber : Ahwazna Diterjemahkan Middle East
Update
Artikel terkait :
Suku Ahwaz, Aswaja Yang Ditindas Rezim Syiah
Iran ( Update )
Shalat Ied Berubah Menjadi Demo Anti Penjajah Iran
Inilah Kondisi Kaum Sunni di Iran
Penderitaan Sunni Di Iran
Derita Muslim Ahwaz dari penjajahan Syi'ah Iran [ Ya Allah Ya Rabb, Binasakanlah Syiah Majusi (Iran) Laknatullah Seperti “Kaum-kaum Terdahulu” Yang Telah Engkau Binasakan ]
Ulama Syiah:Jika Kehilangan Suriah, Kami Tak Bisa Pertahankan Teheran