Idahram membawakan
beberapa hadits yang –menurut persangkaannya- menunjukkan bahwa khawarij
munculnya dari Najd yang ada di timur kota Madinah, yaitu daerah tempat munculnya
Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab, yang ini menunjukkan bahwa yang dimaksud oleh
Nabi dengan kaum khawarij adalah kaum Salafi Wahabi.
Diantara
hadits-hadits yang menunjukkan bahwa Najd adalah tempat munculnya fitnah
adalah:
عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي شَامِنَا وَفِي
يَمَنِنَا قَالَ قَالُوا وَفِي نَجْدِنَا قَالَ قَالَ هُنَاكَ الزَّلَازِلُ
وَالْفِتَنُ وَبِهَا يَطْلُعُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ
Dari Ibnu ‘Umar, ia
berkata : Nabi pernah bersabda : “Ya Allah, berikanlah barakah kepada kami pada
Syaam kami dan Yamaan kami”. Para shahabat : “Dan juga Najd kami ?”. Beliau
bersabda : “Di sana muncul bencana dan fitnah. Dan di sanalah akan muncul
tanduk setan”. (Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 1037. Diriwayatkan juga pada
no. 7094 dan Muslim no. 2095)
Dalam riwayat yang
lain dari Ibnu ‘Umar :
أَنَّهُ سَمِعَ
رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَهُوَ مُسْتَقْبِلَ الْمَشْرِقِ
يَقُوْلُ "أَلآ إِنَّ الْفِتْنَةَ هَهُنَا. أَلآ إِنَّ الْفِتْنَةَ هَهُنَا،
مِنْ حَيْثُ يَطْلُعُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ".
Bahwasanya ia
mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam - dimana beliau waktu itu
menghadap ke timur -, beliau bersabda : “Ketahuilah, sesungguhnya fitnah datang
dari sini, ketahuilah sesungguhnya fitnah datang dari sini, dari arah munculnya
tanduk setan” (HR Muslim no 2095)
Dalam lafadh lain:
فَقَالَ بِيَدِهِ
نَحْوَ الْمَشْرِقِ "الْفِتْنَةُ هَهُنَا مِنْ حَيْثُ يَطْلُعُ قَرْنُ
الشَّيْطَانِ" قالها مرتين أو ثلاثا.
"Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda dengan berisyarat dengan tangannya ke
arah timur : “Fitnah itu dari sini, dari arah munculnya tanduk setan”. Beliau
mengatakannya dua atau tiga kali" (HR Muslim 2905)
Dalam riwayat yang
lain : يُشِيرُ بِيَدِهِ نَحْوَ
الْمَشْرِقِ
"Beliau memberi isyarat dengan tangannya ke arah timur" (HR Muslim
2905)
Dalam hadits yang
lain menunjukkan bahwa kau khawarij munculnya dari arah timur.
عَنْ يُسَيْرِ بْنِ
عَمْرٍو، قَالَ: سَأَلْتُ سَهْلَ بْنَ حُنَيْفٍ، هَلْ سَمِعْتَ النَّبِيَّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَذْكُرُ الْخَوَارِجَ، فَقَالَ: سَمِعْتُهُ وَأَشَارَ
بِيَدِهِ نَحْوَ الْمَشْرِقِ «قَوْمٌ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ بِأَلْسِنَتِهِمْ لَا
يَعْدُو تَرَاقِيَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ، كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ
الرَّمِيَّةِ»
Dari Yusair bin
'Amr berkata, "Aku bertanya kepada
Sahl bin Hunaif (radhiallahu 'anhu), Apakah engkau mendengar Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam menyebutkan tentang khawarij?". Maka Sahl berkata,
"Aku mendengarnya –dan Nabi sambil mengisyaratkan tangannya ke arah timur-
beliau bersabda, "Suatu kaum yang membaca Al-Qur'an dengan lisan-lisan
mereka akan tetapi tidak melewati kerongkongan mereka, mereka keluar dari agama
sebagaimana keluarnya anak panah dari badan hewan buruannya" (HR Muslim no
1068)
Riwayat-riwayat di
atas menunjukkan bahwa akan muncul banyak fitnah dari arah timur kota Madinah,
yaitu dari Najd, yaitu tempat munculnya tanduk syaitan. Dan diantara
fitnah-fitnah tersebut yang datang dari timur adalah munculnya kaum khawarij.
Idahram berkesimpulan
bahwa yang dimaksud dengan Najd dalam hadits di atas adalah Najd yang ada di
Arab Saudi yaitu daerah sekitar kota Riyadh, tempat kelahirannya Syaikh
Muhammad bin Abdil Wahhab. Dengan demikian berarti pantaslah jika Syaikh
Muhammad bin Abdil Wahab adalah tokoh khawarij yang muncul dari arah timur kota
Madinah.
Idahram berkata,
"Nabi saw. telah
memberitahukan kepada umatnya bahwa kemunculan fitnah-fitnah yang menerpa
umatnya berasal dari arah timur (baca : timur Madinah, yakni Najd di Saudi Arabia).
Fitnah ini bukan hanya sekali, tetapi berkali-kali. Sebab, kata fitnah dalam
hadits di atas menggunakan bentuk plural, yaitu fitan (fitnah-fitnah). Sejarah
mencatat bahwa Musailamah ibnu Habib al-Kadzdzab, Sajah binti Al-Harits ibnu
Suwaid at-Tamimah, Thalhah ibnu Khuwailid al-Asadi, dan orang-orang semisal
mereka, semuanya berasal dari Najd, tanah kelahiran Muhammad ibnu Abdil Wahhab
si pendiri sekte Salafy Wahabi. Bahkan para pembuat fitnah itu berasal dari
kaum/kabilah yang sama dengan kabilahnya pendiri Wahabi, yaitu Bani Tamim"
(Sejarah Berdarah… hal 150).
Idahram juga berkata,
"Mereka yang
mengatakan bahwa Najd adalah "dataran tinggi"di Iraq, salah besar.
Karena selain Iraq bukan dataran tinggi, juga karena Iraq berada di sebelah
utara kota Madinah, dan tidak pernah ada nama daerah Najd di Iraq"
(Sejarah Berdarah… hal 152)
SANGGAHAN
Pernyataan-pernyataan
Idahram di atas adalah salah, bisa dilihat dari banyak sisi :
Pertama : Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Najd
dalam hadits di atas maka metode yang terbaik adalah dengan melihat
riwayat-riwayat hadits-hadits yang lain. Karena metode menafsirkan hadits yang
terbaik adalah menafsirkan hadits dengan hadits-hadits yang lain.
Jika kita kembali
memperhatikan hadits di atas :
عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ
قَالَ اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي شَامِنَا وَفِي يَمَنِنَا قَالَ قَالُوا وَفِي
نَجْدِنَا قَالَ قَالَ هُنَاكَ الزَّلَازِلُ وَالْفِتَنُ وَبِهَا يَطْلُعُ قَرْنُ
الشَّيْطَانِ
Dari Ibnu ‘Umar, ia
berkata : Nabi pernah bersabda : “Ya Allah, berikanlah barakah kepada kami pada
Syaam kami dan Yamaan kami”. Para shahabat : “Dan juga Najd kami ?”. Beliau
bersabda : “Di sana muncul bencana dan fitnah. Dan di sanalah akan muncul
tanduk setan”
Lantas kita
bandingkan dengan riwayat yang lain sebagaimana yang diriwayatkan oleh
Ath-Thabaraani dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhu:
أَنَّ النَّبِيَّ
صَلَّى اللهُ عليه وسلم قال : اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي شَامِنَا، اللَّهُمَّ
بَارِكْ فِي يَمَنِنَا، فَقَالَهَا مِرَاراً، فَلَمَّا كَانَ فِي الثَّالِثَةِ
أَوِ الرَّابِعَةِ، قَالُوا: يَا رَسُوْلَ اللهِ! وَفِي عِرَاقِنَا؟ قَالَ: إِنّ
بِهَا الزَّلاَزِلَ وَالْفِتَنَ، وَبِهَا يَطْلُعُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ
Bahwasannya Nabi
shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Ya Allah, berikanlah barakah kepada
kami pada Syaam kami dan Yamaan kami”. Beliau mengatakannya beberapa kali. Saat
beliau mengatakan yang ketiga kali atau keempat, para shahabat berkata : “Wahai
Rasulullah, juga pada 'Iraq kami ?”. Beliau bersabda : “Sesungguhnya di sana
terdapat bencana dan fitnah. Dan di sanalah muncul tanduk setan”
[Al-Mu’jamul-Kabiir, 12/384 no. 13422].
Hadits ini telah
dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah, beliau telah mentakhrij hadits
ini dengan menyebutkan seluruh jalan-jalan hadits ini. (Lihat Silsilah
Al-Ahaadiits As-Shahihah 5/302-306, takhriij hadits no 2246)
Kedua : Dalam hadits
juga disebutkan bahwa kaum khawarij keluar dari arah timur kota Madinah.
عَنْ يُسَيْرِ بْنِ
عَمْرٍو، قَالَ: سَأَلْتُ سَهْلَ بْنَ حُنَيْفٍ، هَلْ سَمِعْتَ النَّبِيَّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَذْكُرُ الْخَوَارِجَ، فَقَالَ: سَمِعْتُهُ وَأَشَارَ
بِيَدِهِ نَحْوَ الْمَشْرِقِ «قَوْمٌ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ بِأَلْسِنَتِهِمْ لَا
يَعْدُو تَرَاقِيَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ، كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ
الرَّمِيَّةِ»
Dari Yusair bin
'Amr berkata, "Aku bertanya kepada
Sahl bin Hunaif (radhiallahu 'anhu), Apakah engkau mendengar Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam menyebutkan tentang khawarij?". Maka Sahl berkata,
"Aku mendengarnya –dan Nabi sambil mengisyaratkan tangannya ke arah timur-
beliau bersabda, "Suatu kaum yang membaca Al-Qur'an dengan lisan-lisan
mereka akan tetapi tidak melewati kerongkongan mereka, mereka keluar dari agama
sebagaimana keluarnya anak panah tembus keluar dari badan hewan buruannya"
(HR Muslim no 1068)
Rasulullah juga
bersada
يَتِيهُ قَوْمٌ
قِبَلَ الْمَشْرِقِ مُحَلَّقَةٌ رُءُوسُهُمْ
"Tersesat suatu
kaum di arah timur, kepala-kepala mereka gundul" (HR Muslim no 1068)
Rasulullah juga
bersabda,
«يَخْرُجُ نَاسٌ مِنْ قِبَلِ المَشْرِقِ، وَيَقْرَءُونَ
القُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ، يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ
السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ، ثُمَّ لاَ يَعُودُونَ فِيهِ حَتَّى يَعُودَ
السَّهْمُ إِلَى فُوقِهِ»، قِيلَ مَا سِيمَاهُمْ؟ قَالَ: " سِيمَاهُمْ
التَّحْلِيقُ
"Akan keluar
dari arah timur segolongan manusia yang membaca Al-Qur'an namun tidak sampai
melewati batas kerongkongan mereka. Mereka keluar dari agama Islam seperti anak
panah tembus keluar dari (badan) binatang buruannya. Mereka tidak pernah
kembali sampai anak panah bisa kembali ke busurnya. Ciri-ciri mereka adalah
mencukur habis rambutnya atau gundul" (HR Al-Bukhari no 7562)
Lebih jelas dalam
riwayat berikut
عَنْ يُسَيْرِ بْنِ
عَمْرٍو قَالَ دَخَلْتُ عَلَى سَهْلِ بْنِ حُنَيْفٍ فَقُلْتُ حَدِّثْنِي مَا
سَمِعْتَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فِي
الْحَرُورِيَّةِ قَالَ أُحَدِّثُكَ مَا سَمِعْتُ لَا أَزِيدُكَ عَلَيْهِ سَمِعْتُ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَذْكُرُ قَوْمًا يَخْرُجُونَ
مِنْ هَاهُنَا وَأَشَارَ بِيَدِهِ نَحْوَ الْعِرَاقِ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لَا
يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنْ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنْ
الرَّمِيَّةِ قُلْتُ هَلْ ذَكَرَ لَهُمْ عَلَامَةً قَالَ هَذَا مَا سَمِعْتُ لَا
أَزِيدُكَ عَلَيْهِ
Dari Yusair bin
'Amr berkata, "Aku menemui Sahl bin
Hunaif (radhiallahu 'anhu) lalu aku berkata, "Sampaikanlah kepadaku hadits
yang engkau dengar dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tentang
Haruriyah". Sahl berkata, Aku akan menyampaikan kepada engkau hadits yang
aku dengar dan aku tidak akan menambah-nambahi. Aku mendengar Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam menyebut suatu kaum yang keluar dari arah sini
-dan Nabi mengisyaratkan tangannya ke arah Iraq- mereka membaca Al-Qur'an akan
tetapi tidak melewati kerongkongan mereka, mereka keluar dari agama sebagaimana
keluarnya anak panah tembus keluar dari badan hewan buruannya".
Aku (yaitu Yusair bin
'Amr) berkata, "Apakah Nabi menyebutkan suatu tanda tentang mereka?",
Sahl berkata, "Ini yang aku dengar, aku tidak menambah-nambahinya"
(HR Ahmad no 15977)
Sungguh benar sabda
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ini, ternyata sejarah menyatakan bahwa kaum
Khawarij keluar dan muncul di Iraq.
Ketiga : Kaedah
menunjukkan bahwasanya perawi hadits lebih paham dengan apa yang dia
riwayatkan, terlebih lagi jika perawi hadits tersebut sahabat atau tabi'in.
Imam Muslim
meriwayatkan dalam shahihnya dari Ibnu Fudhail, ia berkata :
سَمِعْتُ سَالِمَ
بْنَ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ، يَقُولُ: يَا أَهْلَ الْعِرَاقِ مَا أَسْأَلَكُمْ
عَنِ الصَّغِيرَةِ، وَأَرْكَبَكُمْ لِلْكَبِيرَةِ سَمِعْتُ أَبِي عَبْدَ اللهِ
بْنَ عُمَرَ يَقُولُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ: «إِنَّ الْفِتْنَةَ تَجِيءُ مِنْ هَاهُنَا» وَأَوْمَأَ بِيَدِهِ نَحْوَ
الْمَشْرِقِ «مِنْ حَيْثُ يَطْلُعُ قَرْنَا الشَّيْطَانِ» وَأَنْتُمْ يَضْرِبُ
بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ، وَإِنَّمَا قَتَلَ مُوسَى الَّذِي قَتَلَ، مِنْ آلِ
فِرْعَوْنَ، خَطَأً فَقَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُ: {وَقَتَلْتَ نَفْسًا
فَنَجَّيْنَاكَ مِنَ الْغَمِّ وَفَتَنَّاكَ فُتُونًا} [طه: 40]
Aku mendengar Salim
bin ‘Abdillah bin ‘Umar berkata : “Wahai penduduk ‘Iraq, aku tidak bertanya
tentang masalah kecil dan aku tidak mendorong kalian untuk masalah besar. Aku
pernah mendengar ayahku, Abdullah bin ‘Umar berkata : Aku pernah mendengar
Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa salam bersabda : ‘Sesungguhnya fitnah itu
datang dari sini - ia menunjukkan tangannya ke arah timur - dari arah munculya
dua tanduk setan’. Kalian saling menebas leher satu sama lain. Musa hanya
membunuh orang yang ia bunuh yang berasal dari keluarga Fir'aun itu karena
tidak sengaja. Lalu Allah 'azza wa jalla berfirman padanya : 'Dan kamu pernah
membunuh seorang manusia, lalu kami selamatkan kamu dari kesusahan dan Kami
telah mencobamu dengan beberapa cobaan." (Thaahaa: 40)” [Diriwayatkan oleh
Muslim no. 2905].
Salim bin ‘Abdillah
bin ‘Umar mengecam penduduk ‘Iraaq karena fitnah yang mereka timbulkan dengan
menyebut hadits kemunculan tanduk setan dari arah mereka. Ini menunjukkan bahwa
Salim bin ‘Abdillah bin ‘Umar memahami arah timur yaitu arah Iraq.
Keempat : Para ulama
juga memahami bahwa Iraq adalah sebelah timurnya Mekah.
Al-Hafizh Ibnu Hajar
berkali-kali menekankan makna "masyriq" (timur) dalam kitabnya
"Fathul Bari", beliau berkata :
"Sabda Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam ((Puncak kekufuran di arah timur)), …. Ini
menunjukkan akan parahnya kekafiran kaum majusi, karena kerajaan Persia dan
orang-orang Arab yang tunduk kepada mereka berada di arah timur kota Madinah.
Mereka berada di puncak kekerasan hati, kesombongan dan keangkuhan, hingga raja
mereka merobek surat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam –sebagaimana akan
datang penjelasannya pada tempatnya- dan fitnah-fitnahpun berkesinambungan dari
arah timur" (Fathul Baari 6/352)
Ibnu Hajar juga
berkata tatkala menjelaskan tentang hadits yang diriwayatkan oleh Usamah
radhiallahu 'anhu
أَنَّ النَّبِيَّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَشْرَفَ عَلَى أُطُمٍ مِنْ آطَامِ الْمَدِينَةِ،
ثُمَّ قَالَ: «هَلْ تَرَوْنَ مَا أَرَى؟ إِنِّي لَأَرَى مَوَاقِعَ الْفِتَنِ
خِلَالَ بُيُوتِكُمْ، كَمَوَاقِعِ الْقَطْرِ»
"Bahwasanya Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam melihat dari salah bangunan yang tinggi (benteng)
di kota Madinah, lalu beliau berkata, "Apakah kalian melihat apa yang aku
lihat?, Sesungguhnya aku benar-benar melihat tempat-tempat fitnah diantara
rumah-rumah kalian, sebagaimana tempat-tempat turunnya hujan" (HR
Al-Bukhari no 1878 dan Muslim no 2885)
"Hanyalah
dikhususkan kota Madinah dengan hal itu (*munculnya fitnah-fintah) karena
pembunuhan Utsman terjadi di Madinah, kemudian tersebarlah fitnah di
negeri-negeri setelah itu. Perang Jamal, perang shiffin semuanya karena
peristiwa pembunuhan Utsman. Perang di Nahrawaan disebabkan karena permasalahn
tahkiim yang dilakukan di siffin. Seluruh peperangan yang terjadi di masa itu
hanyalah buah dari pembunuhan Utsman atau karena sesuatu yang timbul akibat
pembunuhan Utsman. Kemudian sebab utama terjadi pembunuhan Utsman adalah
pencelaan terhadap para gubernur dan juga pencelaan terhadap Utsman yang telah
mengangkat para gubernur tersebut. Dan yang pertama kali timbul hal itu dari
Iraq, dan ia dari arah timur."
(Fathul Baari 13/13)
Ibnu Hajar juga
berkata
"Selain
Al-Khtthoobi berkata bahwasanya penduduk daerah timur tatkala itu orang-orang
kafir, maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengabarkan bahwa fitnah akan
datang dari arah timur, dan terjadilah sebagaimana yang dikabarkan oleh Nabi.
Fitnah yang pertama kali terjadi dari arah timur dan hal itu terjadi karena
perpecahan diantara kaum muslimin, dan hal ini merupakan perkara yang disukai
dan digembirai syaitan. Demikian juga bid'ah tersebar dari arah tersebut.
Al-Khottoobi berkata,
"Najd dari sisi timur, barang siapa yang di kota Madinah maka Najd nya
adalah padang Iraq dan sekitarnya, dan itu adalah bagian timur penduduk
Madinah. Dan Najd asalnya (*dalam bahasa) adalah setiap dataran yang tinggi,
hal ini berbeda dengan "ghour" karena ghour adalah dataran rendah.
Dan Tihamah seluruhnya dari ghour, dan kota Mekah termasuk Tihamah"
demikian perkataan Al-Khotthoobi.
Dengan demikian
diketahuilah kelemahan pendapat Ad-Dawudi yang menyatakan bahwa Najd (suatu
tempat) di arah Iraq, karena ia menyangka bahwa Najd adalah suatu tempat khusus
tertentu, padahal bukan demikian, seluruh tempat yang tinggi ditinjau dari
daerah yang setelahnya dikatakan dataran tinggi tersebut Najd dan dataran
rendah ghour" (Fathul Baari 13/47)
Ibnu Hajar juga
berkata,
"Sabda Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam ((Keluar sekelompok manusia dari arah timur)),
sebagaimana telah lalu… mereka adalah khawarij…dan awal kemunculan mereka di
Iraq, dan Iraq berada di arah timur jika ditinjau dari kota Mekah
Al-Musyarrofah" (Fathul Baari 13/536)
Kesimpulan dari
penjelasan Ibnu Hajar diatas diantaranya :
-Iraq merupakan timur
kota Madinah
-Fitnah khawarij munculnya di Iraq, tatkala
terpecah kaum muslimin
-Najd artinya adalah
dataran tinggi, dan ini adalah makna Najd menurut asli bahasanya.
-Najd bukanlah nama
suatu tempat khusus yang ada di Iraq, karenanya Ibnu Hajar membantah Ad-Dawudi
yang menyangka ada suatu daerah yang Namanya Najd di Iraq
-Jadi memang tidak ada
nama daerah Najd di Iraq
Kelima : Dari penjelasan
lalu maka kita pahami bahwasanya kata "masyriq" tidak berarti harus
persis ke arah timur, akan tetapi kata "masyriq" juga mencakup arah
timur laut. Karena posisi Iraq berada di arah timur laut kota Madinah.
Sebagai bukti
bahwasanya kata "masyriq" mencakup arah timur laut, sesungguhnya Nabi
shallallahu 'alaihi wa salam telah mengabarkan bahwa akan muncul Dajjaal dari
arah timur. Rasulullah bersabda:
أَلَا إِنَّهُ فِي
بَحْرِ الشَّأْمِ أَوْ بَحْرِ الْيَمَنِ، لَا بَلْ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ مَا
هُوَ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ، مَا هُوَ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ، مَا هُوَ
وَأَوْمَأَ بِيَدِهِ إِلَى الْمَشْرِقِ
"Ketahuilah,
bahwasannya ia (Dajjaal) keluar dari laut Syaam atau laut Yaman. Tidak, bahkan
ia keluar dari arah Timur. Ia dari arah Timur !, ia dari arah Timur !!”. Dan
beliau mengarahkan tangannya ke Timur" (HR Muslim no. 2942).
Rasulullah juga
bersabda dalam hadits yang lain yang diriwayatkan oleh Abu Hurairoh :
" يَأْتِي الْمَسِيحُ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ هِمَّتُهُ
الْمَدِينَةُ حَتَّى يَنْزِلَ دُبُرَ أُحُدٍ، ثُمَّ تَصْرِفُ الْمَلَائِكَةُ
وَجْهَهُ قِبَلَ الشَّامِ، وَهُنَالِكَ يَهْلِكُ "
“Al-Masiih
(Ad-Dajjaal) datang dari arah Timur menuju kota Madinah dan berhenti di
belakang bukit Uhud. Kemudian malaikat memalingkan mukanya ke arah Syaam dan ia
binasa di sana” (HR Muslim no. 1380).
Ternyata yang
dimaksud dengan arah timur tempat kemunculan dajjal adalah di daerah
Khuraasaan, sebagaimana dijelaskan dalam riwayat berikut :
عَنْ أَبِي بَكْرٍ
الصِّدِّيقِ، قَالَ: حَدَّثَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ: " الدَّجَّالُ يَخْرُجُ مِنْ أَرْضٍ بِالْمَشْرِقِ، يُقَالُ لَهَا:
خُرَاسَانُ، يَتْبَعُهُ أَقْوَامٌ كَأَنَّ وُجُوهَهُمُ الْمَجَانُّ الْمُطْرَقَةُ "
dari Abu Bakr
Ash-Shiddiiq, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda : “Dajjaal akan keluar dari
bumi Timur, yang bernama : Khuraasaan. Ia akan diikuti oleh beberapa kaum,
dimana wajah mereka itu seperti perisai yang ditambal” (HR At-Timidzi no. 2237,
Ibnu Majah no 4072, Ahmad no 12, dan Al-Hakim no 8608, dan dishahihkan oleh
Al-Hakim dan disepakati oleh Adz-Dzahabi, silahkan lihat takhrij hadits ini
secara luas di Silasilah Al-Ahaadiits As-Shahihah 4/165 no 1591).
Khuraasaan adalah
negeri yang letaknya tidak pas di arah timur mata angin kota Madiinah, namun ia
terletak di arah timur laut kota Madinah sebagaimana ‘Iraq.
Dalam hadits yang
lain disebutkan bahwa Dajjal muncul dari Asbahan, Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda
وَإِنَّهُ يَخْرُجُ
فِي يَهُودِيَّةِ أَصْبَهَانَ حَتَّى يَأْتِيَ الْمَدِينَةَ فَيَنْزِلُ فِي
نَاحِيَتِهَا
"Dan
sesungguhnya Dajjal akan keluar di Yahudi Asbahan hingga ia mendatangi kota
Madinah, lalu iapun berhenti di pinggiran Madinah" (HR Ahmad no 24467,
Ibnu Hibban no 1905 dan dishahihkan oleh Al-Haitsami dalam Majma' Az-Zawaid
7/651)
Dan semisal hadits
ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dengan lafal
يَتْبَعُ
الدَّجَّالَ مِنْ يَهُودِ أَصْبَهَانَ، سَبْعُونَ أَلْفًا عَلَيْهِمُ
الطَّيَالِسَةُ
"Dajjal diikuti
oleh 70 ribu Yahudi Asbahan, mereka memakai thoyalisah (semacam pakaian yang
diletakan di bahu)" (HR Muslim no 2944)
Al-Hafiz Ibnu Hajar
berkata :
وَأَمَّا مِنْ
أَيْنَ يَخْرُجُ؟ فَمِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ جَزْمًا، ثُمَّ جَاءِ فِي رِوَايَةٍ
أَنَّهُ يَخْرُجُ مِنْ خُرَاسَان، أَخْرَجَ ذَلِكَ أَحْمَدُ وَالْحَاكِمُ مِنْ
حَدِيْثِ أَبِي بَكْرٍ وَفِي أُخْرَى أَنَّهُ يَخْرُجُ مِنْ أَصْبَهَان
أَخْرَجَهَا مُسْلِمٌ
"Adapun dari
mana keluarnya Dajjal?, maka keluarnya pasti dari arah timur, kemudian dalam
sebuah riwayat bahwasanya Dajjal keluar dari Khurosan, sebagaimana riwayatnya
dikeluarkan oleh Imam Ahmad dan Al-Hakim dari hadits Abu Bakr As-Shiddiq, dan
dalam riwayat yang lain bahwasanya Dajjaal keluar dari Ashbahaan, riwayatnya
dikeluarkan oleh Muslim" (Fathul Baari 13/91)
Padahal Asbahan
terletak di timur laut kota madinah, dan tidak persis ke arah timur,
sebagaimana juga Iraq (tempat munculnya Khawarij), ternyata juga di timur laut
Madinah dan tidak persis di arah timur, akan tetapi Nabi menyatakan dua tempat
ini (Iraq dan Asbahan) adalah di masyriq (timur) kota Madinah. Perhatikan peta
di bawah ini (sumber : http://maps.google.co.id/,
kata kunci kufah)
Keenam : Para ahli
bahasa Arab juga menyatakan bahwa Najd dalam bahasa Arab artinya dataran
tinggi.
Al-Azhari (wafat 370
H) berkata
قال ابن شميل:
النَّجْدُ: قفاف الأرض وصلابتها، وما غلظ منها وأشرف، والجماعة: النَّجَادُ، ولا
يكون إلا قفاًّ أو صلابة من الأرض في ارتفاع مثل الجبل مُعترضاً بين يديك، يردُّ
طرفك عمَّا وراءه
"Ibnu Syumail
berkata, "An-Najd : Tanah kering dan keras, tanah yang keras dan tinggi.
Pluralnya An-Najaad, dan tidak dikatakn An-Najd kecuali dataran kering dan
keras serta tinggi, seperti gunung yang membentang dihadapanmu, ia menghalangi
pandanganmu dari apa yang ada di belakangnya" (Tahdziib Al-Lughoh 10/662)
Ibnu Faaris (wafat
395 H) berkata :
وَالنَّجْدُ
مُرْتَفَعٌ مِنَ الأَرْضِ
(Mu'jam Maqooyiis
Al-Lughoh 4/401)
Ibnul Atsiir (wafat
606 H) berkata :
والنَّجْد : ما
ارْتَفع من الأرض وهو اسمٌ خاصٌّ لما دون الحجاز ممَّا يَلي العِراق
"Dan An-Najd
adalah dataran tinggi, dan ia adalah nama khusus untuk daerah setelah Hijaz
(*Mekah-Madinah) ke arah Iraq" (An-Nihaayah fi Ghoriib Al-Hadiits 5/19)
Al-Fairuz Aabadi
(wafat 817 H) berkata:
النَّجْدُ : ما
أشْرَفَ من الأرضِ
"An-Najd adalah
dataran tinggi' (Qoomuus Al-Muhiith 1/337)
Dari perkataan para
Ahli bahasa Arab ini kita mengetahui dengan pasti bahwa An-Najd secara bahasa
adalah dataran tinggi.
Karenanya terdapat
banyak Najd di dunia ini, yang berarti dataran tinggi, sebagaimana disebutkan
oleh Yaquut bin Abdillah Al-Hamawi Ar-Rumi Al-Baghdadi dalam kitabnya Mu'jam
Al-Buldaan, bahwasanya ada Najd Barq, Najd Khool, Najd 'Ufr, Najd 'Uqoob, Najd
Kabkab, Najd Yaman, dll (Lihat Mu'jam Al-Buldaan 5/265)
Ketujuh : Terbukti
kalau Iraq memang tempat munculnya fitnah-fitnah, diantara fitnah-fitnah
tersebut:
-Terbunuhnya Al-Husain
bin Ali bin Abi Thoolib di Karbala
Tatkala ada penduduk
Iraq yang bertanya kepada Ibnu Umar radhiallahu 'anhu tentang hukum membunuh
seekor lalat tatkala sedang ihrom, maka Ibnu Umar berkata
أَهْلُ العِرَاقِ
يَسْأَلُونَ عَنِ الذُّبَابِ، وَقَدْ قَتَلُوا ابْنَ ابْنَةِ رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
"Penduduk Iraq mereka
bertanya tentang (hukum membunuh) lalat, sementara mereka telah membunuh putra
dari putri Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam !!" (HR Al-Bukhari no
3753)
-Munculnya Khawarij
juga di Iraq, sebagaimana sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam :
قَوْمًا يَخْرُجُونَ
مِنْ هَاهُنَا وَأَشَارَ بِيَدِهِ نَحْوَ الْعِرَاقِ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لَا
يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنْ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنْ
الرَّمِيَّةِ قُلْتُ هَلْ ذَكَرَ لَهُمْ عَلَامَةً قَالَ هَذَا مَا سَمِعْتُ لَا أَزِيدُكَ
عَلَيْهِ
"Suatu kaum yang
keluar dari arah sini -dan Nabi mengisyaratkan tangannya ke arah Iraq- mereka
membaca Al-Qur'an akan teapi tidak melewati kerongkongan mereka, mereka keluar
dari agama sebagaimana keluarnya anak panah dari badan hewan buruannya".(HR
Ahmad no 15977)
-Munculnya Mukhtaar
bin Abi 'Ubaid Ats-Tsaqofi yang mengaku sebagai nabi
-Fitnahnya Al-Hajjaaj
bin Yusuf Ats-Tsaqofi yang banyak menumpahkan darah kum muslimin.
-Di Baghdad mulai
munculnya fitnah Kholq Al-Qur'an, yaitu di masa Imam Ahmad, sehingga Imam Ahmad
dipenjara dan disiksa. Para ulama telah sepakat bahwa aqidah Al-Qur'an adalah
makhluk merupakan aqidah kufur.
-Iraq dahulu merupakan
sarangnya Syi'ah Rofidoh, bahkan hingga saat ini
-Yang pertama kali
mengingkari taqdir adalah Ma'bad Al-Juhani di Bashroh di Iraq
عَنْ يَحْيَى بْنِ
يَعْمَرَ، قَالَ: كَانَ أَوَّلَ مَنْ قَالَ فِي الْقَدَرِ بِالْبَصْرَةِ مَعْبَدٌ
الْجُهَنِيُّ
Dari Yahya bin Ya'mar
berkata, "Pertama kali yang menolak taqdir dalah Ma'bad Al-Juhani di
Bahsroh (*salah satu kota di Iraq)" (HR Muslim no 1)
-Fitnah Mu'tazilah
-Fitnah Murji'ah juga
pertama kali muncul di Iraq
-Dan di Iraqlah
mengalir darah-darah kaum muslimin yang terbunuh oleh bala tentara kaum Tatar
Mahmuud Syukriy
Al-Aaluusiy Al-‘Iraaqiy rahimahullah berkata :
“Bukan perkara yang mengherankan bahwa negeri
‘Iraq sumber setiap fitnah dan bencana. Kaum muslimin di sana senantiasa
ditimpa musibah demi musibah. Orang-orang Haruuraa’ (Khawaarij) dan apa yang
mereka lakukan terhadap Islam tidaklah samar lagi (akan kerusakannya). Begitu
juga dengan fitnah Jahmiyyah yang telah dikafirkan mayoritas ulama salaf, hanya
keluar dan lahir dari bumi ‘Iraq. Mu’tazillah dan apa yang mereka katakan
kepada Al-Hasan Al-Bashriy serta lima pokok keyakinan mereka yang masyhur yang
menyelisihi Ahlus-Sunnah, dan ahlul-bid’ah dari kalangan Shufiyyah yang
berpendapat akan adanya fanaa’ dalam tauhid ar-rububiyyah yang bermaksud menggugurkan
beban perintah dan larangan; juga muncul di Bashrah (‘Iraq). Lalu Raafidlah dan
Syi’ah serta apa yang terdapat pada mereka dari sikap ghulluw
(berlebih-lebihan) terhadap ahlul-bait, perkataan buruk mereka terhadap
Al-Imaam ‘Aliy dan seluruh imam-imam, serta caci-maki mereka terhadap para
pembesar shahabat Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam; maka semuanya ini
ma’ruuf lagi tersiar” (Ghayaatul-Amaaniy, 2/180).
Kedelapan : Jika kita
membaca tentang sejarah Islam tentang fitnah-fitnah yang terjadi di dunia
Islam, kita akan dapati daerah Najd Arab Saudi jauh dari tempat-tempat
munculnya fitnah. Di zaman para sahabat –terutama zaman dua khalifah, Utsman
dan Ali bin Abi Tholib-, muncul banyak fitnah, dan semua fitnah muncul di Iraq,
Syam, dan Mesir. Tidak ada fitnah yang lebih besar dari terbunuhnya Umar bin
Al-Khotthob, Utsman bin'Affan, dan Ali bin Abi Tholib. Termasuk fitnah yang
besar adalah peperangan yang terjadi antara Ali dan Mu'awiyah, demikian juga
perang jamal, juga perang antara Ali dan Khawarij. Dan jika kita mengecek
sejarah Islam dari zaman para sahabat hingga saat ini maka kita akan dapati
kebanyak fitnah besar yang timbul adalah di daerah Iraq, Mesir dan Syam, tidak
kita dapatkan hal tersebut terjadi di Najd Arab Saudi.
Kesembilan : Kalaupun
seandainya dakwah salafiyah (dakwah salafi wahabi) yang ada sekarang adalah
dakwah yang sesat, maka apakah fitnahnya lebih besar dibandingkan dengan fitnah
ilhad, kristenisasi, kefasikan, dan kefujuran yang muncul sekarang di
negeri-negeri yang lain selain di Najd Arab Saudi??. Apakah pantas kita
memvonis bahwa hadits-hadits tentang munculnya fitnah-fitnah itu adalah di Najd
Arab Saudi??, sementara negeri-negeri lain tenggelam dalam tersebarnya
kekufuran, liberalisme, kefasikan, kristenisasi, dll??!!
Jika memang dakwah
Salafy Wahabi dianggap sesat, maka tidak bisa dipungkiri, bahwasanya
aqidah-aqidah yang rusak dari firqoh-firqoh yang sesat banyak muncul di
negeri-negeri Islam, tidak sebanding dengan dakwah Salaf Wahabi
Terlebih lagi suku
kata "fitnah" seringnya digunakan untuk mengungkapkan terjadinya
pertumpahan darah dan peperangan, maka apakah telah terjadi perang
besar-besaran dan pertumpahan darah besar-besaran di Najd Arab Saudi bila
dibandingkan pertumpahan darah dan peperangan yang sering terjadi di Iraq??!!.
Kita tidak mengingkari adanya peperangan kecil-kecilan yang terjadi di Najd
Arab Saudi terutama di zaman Raja Abdul Aziz, akan tetapi itu merupakan hal
yang wajar, dan semua negara mengalami hal seperti ini.
Tatkala mengomentari
hadits tentang munculnya tanduk syaitan dari arah timur, maka Ibnu Abdil Barr
berkata :
"Maka Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam mengabarkan tentang datangnya fitnah-fitnah dari
arah timur, dan demikianlah kebanyakan fitnah muculnya dari timur dan terjadi
di timur, seperti perang jamal, perang sifin, terbunuhnya Al-Husai, dan
fitnah-fitnah yang lainnya yang panjang jika diceritakan, yaitu fitnah-fitnah
yang terjadi setelah itu di Iraq dan Khurosan hingga hari ini. Memang terjadi
fitnah-fitnah di negeri-negeri Islam, akan tetapi fitnah yang terjadi di timur
selalu lebih banyak" (At-Tamhiid 17/12)
Kesepuluh : Munculnya
fitnah di suatu tempat, tidaklah melazimkan rusaknya aqidah di tempat tersebut.
Dari Usamah
radhiallahu 'anhu
أَنَّ النَّبِيَّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَشْرَفَ عَلَى أُطُمٍ مِنْ آطَامِ الْمَدِينَةِ،
ثُمَّ قَالَ: «هَلْ تَرَوْنَ مَا أَرَى؟ إِنِّي لَأَرَى مَوَاقِعَ الْفِتَنِ
خِلَالَ بُيُوتِكُمْ، كَمَوَاقِعِ الْقَطْرِ»
"Bahwasanya Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam melihat dari salah satu bangunan yang tinggi
(benteng) di kota Madinah, lalu beliau berkata, "Apakah kalian melihat apa
yang aku lihat?, Sesungguhnya aku benar-benar melihat tempat-tempat fitnah diantara
rumah-rumah kalian, sebagaimana tempat-tempat turunnya hujan" (HR
Al-Bukhari no 1878 dan Muslim no 2885)
Bahkan dalam hadits
ini Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menyamakan fitnah yang terjadi di kota
Madinah ibarat tempat-tempat jatuhnya air hujan. Kesamaannya dari sisi
banyaknya fitnah tersebut dan juga tersebarnya fitnah tersebut (lihat
penjelasan Imam An-Nawawi di Syarh Shahih Muslim 18/7-8).
Lantas apakah
terjadinya fitnah-fitnah di kota Madinah menunjukkan akan rusaknya aqidah
penduduk kota Madinah??!!
Kesebelas : Kalaupun
hadits-hadits tentang fitnah menunjukkan akan rusaknya aqidah secara umum maka
hal ini tidaklah menunjukkan bahwa rusaknya aqidah tersebut akan secara terus
menerus dan berkesinambungan.
Penduduk Najd Arab
Saudi sebelum datangnya Nabi adalah kaum musyrikin sebagaimana penduduk
daerah-daerah yang lain, dan setelah wafatnya Nabi shallallahu 'alahi wa sallam
sebagian penduduk Najd Arab Saudi menjadi kafir dan mengikuti Musailamah
Al-Kadzdzab. Dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab baru berumur kurang lebih
dua abad, lantas bukankah sebelum munculnya dakwah wahabi di Najd maka penduduk
Najd sama seperti penduduk daerah-daerah yang lainnya. Dan menurut para
penentang dakwah wahabi bahwasanya penduduk Najd -dari zaman tewasnya
Musailamah hingga munculnya dakwah wahabi- semuanya dalam keadaan di atas
petunjuk dan terbebaskan dari fitnah. Jika perkaranya demikian, maka apakah
mereka tetap nekat memvonis hadits-hadits fitnah kepada kota Najd Arab
Saudi??!!
bersambung...
Abu Abdilmuhsin
Firanda Andirja
Telah berkata
Al-Imaam Al-Bukhaariy rahimahullah :
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى قَالَ حَدَّثَنَا حُسَيْنُ بْنُ
الْحَسَنِ قَالَ حَدَّثَنَا ابْنُ عَوْنٍ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ
قَالَ اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي شَامِنَا وَفِي يَمَنِنَا قَالَ قَالُوا وَفِي
نَجْدِنَا قَالَ قَالَ هُنَاكَ الزَّلَازِلُ وَالْفِتَنُ وَبِهَا يَطْلُعُ قَرْنُ
الشَّيْطَانِ
Telah menceritakan
kepada kami Muhammad bin Al-Mutsannaa, ia berkata : Telah menceritakan kepada
kami Husain bin Al-Hasan, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Ibnu
‘Aun, dari Naafi’, dari Ibnu ‘Umar, ia berkata : Nabi pernah bersabda : “Ya
Allah, berikanlah barakah kepada kami pada Syaam kami dan Yamaan kami”. Para
shahabat : “Dan juga Najd kami ?”. Beliau bersabda : “Di sana muncul bencana
dan fitnah. Dan di sanalah akan muncul tanduk setan”.
Diriwayatkan oleh
Al-Bukhaariy no. 1037. Diriwayatkan juga pada no. 7094 dan Muslim no. 2095.
Diriwayatkan juga
oleh Muslim no. 2095 (45), dari jalan Al-Laits, dari Naafi’, dari Ibnu ‘Umar :
أنه سمع رسول الله
صلى الله عليه وسلم، وهو مستقبل المشرق يقول "ألا إن الفتنة ههنا. ألا إن
الفتنة ههنا، من حيث يطلع قرن الشيطان".
Bahwasannya ia
mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam - dimana beliau waktu itu
menghadap ke timur -, beliau bersabda : “Ketahuilah, sesungguhnya fitnah di
sini, dari arah munculnya tanduk setan”.
Dalam lafadh lain
(46), dari jalan ‘Ubaidullah bin ‘Umar : Telah menceritakan kepadaku Naafi’,
dari Ibnu ‘Umar :
أن رسول الله صلى
الله عليه وسلم قام عند باب حفصة، فقال بيده نحو المشرق "الفتنة ههنا من حيث
يطلع قرن الشيطان" قالها مرتين أو ثلاثا.
Bahwasannya
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam berdiri di samping pintu Hafshah[1],
beliau bersabda dengan berisyarat dengan tangannya ke arah timur : “Fitnah itu
dari sini, dari arah munculnya tanduk setan”. Beliau mengatakannya dua atau
tiga kali.
Riwayat di atas
menjelaskan tentang kemunculan fitnah di Najd, sebelah timur Madiinah, yaitu
tempat keluarnya tanduk setan. Namun, apa yang dimaksud dengan Najd di sini ?
Telah berkata
Al-Imaam Ath-Thabaraaniy :
حدثنا الحسن بن علي
المعمري ثنا إسماعيل بن مسعود ثنا عبيد الله بن عبد الله بن عون عن أبيه عن نافع
عن ابن عمر : أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : اللهم بارك لنا في شامنا، اللهم
بارك في يمننا، فقالها مراراً، فلما كان في الثالثة أو الرابعة، قالوا: يا رسول
الله! وفي عراقنا؟ قال: إنّ بها الزلازل والفتن، وبها يطلع قرن الشيطان
Telah menceritakan
kepada kami Al-Hasan bin ‘Aliy Al-Ma’mariy[2] : Telah menceritakan kepada kami
Ismaa’iil bin Mas’uud[3] : Telah menceritakan kepada kami ‘Ubaidullah bin
‘Abdillah bin ‘Aun[4], dari ayahnya, dari Naafi’, dari Ibnu ‘Umar : Bahwasannya
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Ya Allah, berikanlah barakah
kepada kami pada Syaam kami dan Yamaan kami”. Beliau mengatakannya beberapa kali.
Saat beliau mengatakan yang ketiga kali atau keempat, para shahabat berkata :
“Wahai Rasulullah, dari juga ‘Iraaq kami ?”. Beliau bersabda : “Sesungguhnya di
sana terdapat bencana dan fitnah. Dan di sana lah muncul tanduk setan”
[Al-Mu’jamul-Kabiir, 12/384 no. 13422].
Sanad hadits ini
jayyid.
Naafi’ dalam riwayat
ini mempunyai mutaba’ah dari Saalim bin ‘Abdillah bin ‘Umar.
حدثنا محمد بن عبد
العزيز الرملي : حدثنا ضمرة بن ربيعة عن ابن شوذب عن توبة العنبري عن سالم عن ابن
عمر قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : اللهم بارك لنا في مدينتنا، وفي
صاعنا، وفي مدِّنا وفي يمننا وفي شامنا. فقال الرجل : يا رسول الله وفي عراقنا ؟.
فقال : رسول الله صلى الله عليه وسلم : بها الزلازل والفتن، ومنها يطلع قرن
الشيطان.
Telah menceritakan
kepada kami Muhammad bin ‘Abdil-‘Aziiz Al-Ramliy[5] : Telah menceritakan kepada
kami Dlamrah bin Rabii’ah[6], dari Ibnu Syaudzab[7], dari Taubah
Al-‘Anbariy[8], dari Saalim[9], dari Ibnu ‘Umar, ia berkata : Telah bersabda
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Ya Allah, berikanlah barakah
kepada kami pada Madinah kami, pada (takaran) shaa’ kami, pada (takaran) mudd
kami, pada Yaman kami, dan pada Syaam kami”. Seorang laki-laki berkata : “Wahai
Rasulullah, dan juga pada ‘Iraaq kami ?”. Beliau menjawab : “Di sana terdapat
bencana dan fitnah. Dan di sana pula akan muncul tanduk setan” [Diriwayatkan
oleh Al-Fasawiy dalam Al-Ma’rifah 2/746-747].
Sanad hadits ini
hasan.
Muhammad bin
‘Abdil-‘Aziiz mempunyai mutaba’ah dari Sa’iid bin Asad[10] sebagaimana
diriwayatkan oleh Al-Fasawiy (2/747), Al-Hasan bin Raafi’ Ar-Ramliy[11]
sebagaimana diriwayatkan Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah (6/133), dan ‘Iisaa bin
Muhammad An-Nuhaas[12] sebagaimana diriwayatkan Ibnu ‘Asaakir dalam At-Taariikh
(1/130); dengan sanad shahih.
Ibnu ‘Asaakir
(1/130-131) dan Abu Nu’aim (6/133) meriwayatkan dari jalan Al-‘Abbaas bin
Al-Waliid bin Mazyad Al-’Udzriy : Telah menceritakan kepadaku ayahku : Telah
mengkhabarkan kepada kami ‘Abdullah bin Syaudzab : Telah mengkhabarkan kepada
kami ‘Abdullah bin Al-Qaasim, Mathr, dan Katsiir bin Sahl, dari Taubah
Al-‘Anbariy, dari Saalim, dari Ibnu ‘Umar secara marfu’.
Diriwayatakan juga
oleh Ibnu ‘Asaakir dalam At-Taariikh 1/130-131 dan Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah
6/133 dari jalan Taubah Al-Anbariy.
Taubah mempunyai
mutaba’ah dari Ziyaad bin Bayaan Ar-Raqiy.
حدثنا علي بن سعيد،
قال : نا حماد بن إسماعيل بن علية، قال : نا أبي، قال : نا زياد بن بيان، قال : نا
سالم بن عبد الله بن عمر [عن أبيه] قال : صلى النبي صلى الله عليه وسلم صلاة
الفجر، ثم انتفل، فأقبل على القوم، فقال : اللهم بارك لنا في مدينتنا، وبارك لنا
في مدِّنا وصاعنا، اللهم بارك لنا في شامنا، ويمننا. فقال جل : والعراقُ يا رسول
الله، فسكت، ثم قال : اللهم بارك لنا في مدينتنا، وبارك لنا في مدِّنا وصاعنا،
اللهم بارك لنا في حرمنا، وبارك لنا في شامنا، ويمننا. فقال رجل : والعراق يا رسول
الله، قال : من ثَمَّ يطلع قرن الشيطان، وتهيج الفتن.
Telah menceritakan
kepada kami ‘Aliy bin Sa’iid[13], ia berkata : Telah mengkhabarkan kepada kami
Hammaad bin Ismaa’iil bin ‘Ulayyah[14], ia berkata : Telah mengkhabarkan kepada
kami ayahku[15], ia berkata : Telah mengkhabarkan kepada kami Ziyaad bin
Bayaan[16], ia berkata : Telah mengkhabarkan kepada kami Saalim bin ‘Abdillah
bin ‘Umar, dari ayahnya, ia berkata : Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam
pernah shalat shubuh, kemudian berdoa, lalu menghadap kepada para orang-orang.
Beliau bersabda : “Ya Allah, berikanlah barakah kepada kami pada Madinah kami,
berikanlah barakah kepada kami pada (takaran) mudd dan shaa’ kami. Ya Allah,
berikanlah barakah kepada kami pada Syaam kami dan Yaman kami”. Seorang
laki-laki berkata : “Dan ‘Iraaq, wahai Rasulullah ?”. Beliau diam, lalu
bersabda : “Ya Allah, berikanlah barakah
kepada kami pada Madinah kami, berikanlah barakah kepada kami pada (takaran)
mudd dan shaa’ kami. Ya Allah, berikanlah barakah kepada kami pada tanah Haram
kami, dan berikanlah barakah kepada kami pada Syaam kami dan Yaman kami”.
Seorang laki-laki berkata : “Dan ‘Iraaq, wahai Rasulullah ?”. Beliau bersabda :
“(Tidak), dari sana akan muncul tanduk setan dan berkobar dan fitnah”
[Diriwayatkan oleh Ath-Thabaraaniy dalam Al-Ausath, 4/245-246 no. 4098].
Sanadnya shahih.
Selain itu, Saalim
bin ‘Abdillah bin ‘Umar pun pernah mengecam penduduk ‘Iraaq karena fitnah yang
mereka timbulkan dengan menyebut hadits kemunculan tanduk setan.
حدثنا عبدالله بن
عمر بن أبان وواصل بن عبدالأعلى وأحمد بن عمر الوكيعي (واللفظ لابن أبان). قالوا:
حدثنا ابن فضيل عن أبيه. قال: سمعت سالم بن عبدالله بن عمر يقول: يا أهل العراق!
ما أسألكم عن الصغيرة وأركبكم للكبيرة! سمعت أبي، عبدالله بن عمر يقول : سمعت رسول
الله صلى الله عليه وسلم يقول "إن الفتنة تجئ من ههنا" وأومأ بيده نحو
المشرق "من حيث يطلع قرنا الشيطان" وأنتم يضرب بعضكم رقاب بعض. وإنما
قتل موسى الذي قتل، من آل فرعون، خطأ فقال الله عز وجل له: {وقتلت نفسا فنجيناك من
الغم وفتناك فتونا} [20/طه/40].
Telah menceritakan
kepada kami ‘Abdullah bin ‘Umar bin Abaan, Waashil bin ‘Abdil-A’laa, dan Ahmad
bin ‘Umar Al-Wakii’iy (dan lafadhnya adalah lafadh Ibnu Abaan); mereka semua
berkata : Telah menceritakan kepada kami Ibnu Fudlail, dari ayahnya, ia berkata
: Aku mendengar Saalim bin ‘Abdillah bin ‘Umar berkata : “Wahai penduduk
‘Iraaq, aku tidak bertanya tentang masalah kecil dan aku tidak mendorong kalian
untuk masalah besar. Aku pernah mendengar ayahku, Abdullah bin ‘Umar berkata :
Aku pernah mendengar Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa salam bersabda : ‘Sesungguhnya
fitnah itu datang dari sini - ia menunjukkan tangannya ke arah timur - dari
arah munculya dua tanduk setan’. Kalian saling menebas leher satu sama lain.
Muusaa hanya membunuh orang yang ia bunuh yang berasal dari keluarga Fir'aun
itu karena tidak sengaja. Lalu Allah 'azza wa jalla berfirman padanya : 'Dan
kamu pernah membunuh seorang manusia, lalu kami selamatkan kamu dari kesusahan
dan Kami telah mencobamu dengan beberapa cobaan." (Thaahaa: 40)”
[Diriwayatkan oleh Muslim no. 2905 (50)].
Riwayat-riwayat di
atas menunjukkan bahwa Najd yang dikatakan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa
sallam sebagai tempat munculnya tanduk setan, berbagai bencana, dan fitnah
adalah ‘Iraaq.
Telah berkata
Al-Imaam Al-Khaththaabiy rahimahullah :
نجد: ناحية المشرق،
ومن كان بالمدينة كان نجده بادية العراق ونواحيها، وهي مشرق أهلها، وأصل النجد: ما
ارتفع من الأرض، والغور: ما انخفض منها، وتهامة كلها من الغور، ومنها مكة، والفتنة
تبدو من المشرق، ومن ناحيتها يخرج يأجوج ومأجوج والدجال، في أكثر ما يروى من
الأخبار
“Najd adalah arah timur.
Dan bagi Madinah, najd-nya sahara/gurun ‘Iraaq dan sekelilingnya. Itulah arah
timur bagi penduduk Madinah. Asal makna dari najd adalah : setiap tanah yang
tinggi; sedangkan ghaur adalah setiap tanah yang rendah. Seluruh wilayah
Tihaamah adalah ghaur, termasuk juga Makkah. Fitnah muncul dari arah timur; dan
dari arah itu pula akan keluar Ya’juuj, Ma’juuj, dan Dajjaal sebagaimana
terdapat dalam kebanyakan riwayat” [I’laamus-Sunan, 2/1274].
Telah berkata
Al-Haafidh Al-Kirmaaniy rahimahullaah :
ومن كان بالمدينة
الطيبة -صلى الله على ساكنها- كان نجده بادية العراق ونواحيها، وهي مشرق أهلها
“Dan bagi Al-Madinah
Ath-Thayyibah – semoga Allah melimpahkan barakah kepada penduduknya - , maka
najd-nya adalah sahara/gurun ‘Iraaq dan sekelilingnya. Ia adalah arah timur
bagi penduduk Madinah” [Syarh Shahiih Al-Bukhaariy, 24/168].
Bila kita lihat
sejarah, kemunculan firqah Khawarij/Haruriyyah, Mu’tazilah, Jahmiyyah,
Raafidlah, dan yang lainnya dari daerah ‘Iraaq.
Telah berkata
Al-‘Allamah Mahmuud Syukriy Al-Aaluusiy Al-‘Iraaqiy rahimahullah berkata :
ولا بدع فبلاد
العراق معدن كل محنة وبلية، ولم يزل أهل الإسلام منها في رزية بعد رزيّة، فأهل
حروراء وما جرى منهم على الإسلام لا يخفى، وفتنة الجهمية الذين أخرجهم كثير من
السلف من الإسلام، إنما خرجت ونبغت بالعراق، والمعتزلة وما قالوه للحسن البصري،
وتواتر النقل به واشتهر من أصولهم الخمسة، التي خالفوا بها أهل السنة، ومبتدعة
الصوفية الذين يرون الفناء في توحيد الربوبية غايةً يسقط بها الأمر والنهي، إنما
نبغوا وظهروا بالبصرة، ثم الرافضة والشيعة وما حصل فيهم من الغلو في أهل البيت،
والقول الشنيع في الإمام علي، وسائر الأئمة ومسبة أكابر أصحاب رسول الله صلى الله
عليه وسلم، كل هذا معروف مستفيض
“Bukan perkara yang
mengherankan bahwa negeri ‘Iraaq sumber setiap fitnah dan bencana. Kaum
muslimin di sana senantiasa ditimpa musibah demi musibah. Orang-orang Haruuraa’
(Khawaarij) dan apa yang mereka lakukan terhadap Islam tidaklah samar lagi
(akan kerusakannya). Begitu juga dengan fitnah Jahmiyyah yang telah dikafirkan
mayoritas ulama salaf, hanya keluar dan lahir dari bumi ‘Iraaq. Mu’tazillah dan
apa yang mereka katakan kepada Al-Hasan Al-Bashriy serta lima pokok keyakinan
mereka yang masyhur yang menyelisihi Ahlus-Sunnah, dan ahlul-bid’ah dari kalangan
Shufiyyah yang berpendapat akan adanya fanaa’ dalam tauhid ar-rububiyyah yang
bermaksud menggugurkan beban perintah dan larangan; juga muncul di Bashrah
(‘Iraaq). Lalu Raafidlah dan Syii’ah serta apa yang terdapat pada mereka dari
sikap ghulluw (berlebih-lebihan) terhadap ahlul-bait, perkataan buruk mereka
terhadap Al-Imaam ‘Aliy dan seluruh imam-imam, serta caci-maki mereka terhadap
para pembesar shahabat Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam; maka semuanya ini
ma’ruuf lagi tersiar” [Ghayaatul-Amaaniy, 2/180].
Oleh karena itu,
keshahihan (kebenaran) dan kesharihan (kejelasan) penunjukan makna Najd
terhadap negeri ‘Iraaq sebagai tempat kemunculan tanduk setan dan berbagai
macam fitnah lebih terang dari cahaya matahari di siang hari. Akan tetapi,
masih banyak kaum yang menafikkan berbagai dalil dan keterangan hanya karena
alasan rivalitas madzhab. Nas-alullaaha as-salaamah wal-‘aafiyyah.
Wallaahu ta’ala
a’lam.
[abu al-jauzaa’ –
setelah shalat shubuh sebelum berangkat ke kantor, 14 Ramadlaan 1431 H]. Silakan
baca sambungannya di artikel Najd Bukan 'Iraq dan artikel :Fitnah
Masyriq - Kemunculan Tanduk Setan.
[1] Lafadh ‘di samping pintu Hafshah’
menurut Asy-Syaikh Al-Albaaniy adalah syaadz [Silsilah Ash-Shahiihah, 5/653].
Dalam riwayat Ahmad (2/18) dengan lafadh :
قام رسول الله صلى
الله عليه وسلم عند باب عائشة
“Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam berdiri di samping pintu ‘Aaisyah”.
Dalam lafadh
Al-Bukhaariy (no. 3104) :
قام النبي صلى الله
عليه وسلم خطيباً، فأشار نحو مسكن عائشة، فقال: هنا الفتنة -ثلاثاً- من حيث يطلع
قرن الشيطان
“Nabi shallallaahu
‘alaihi wa sallam berdiri berkhutbah, lalu berisyarat ke arah tempat tinggal
‘Aaisyah dan bersabda : “Di sini lah fitnah – beliau katakan tiga kali – dari
arah munculnya tanduk setan”.
[2] Al-Hasan bin ‘Aliy bin Syabiib Abu
‘Aliy – dikatakan juga : Abul-Qaasim – Al-Ma’mariy Al-Baghdaadiy (w. 295 H);
seorang haafidh masyhuur yang mempunyai beberapa riwayat ghariib. Ia kadang
menyambungkan riwayat mursal dan memarfu’kan riwayat mauquf. Akan tetapi pada
dasarnya, riwayatnya adalah shahih hingga jelas terbukti keterangan yang
memalingkannya [lihat : Irsyaadul-Qaadliy, hal. 264-267 no. 373].
[3] Ismaa’iil bin Mas’uud Al-Jahdariy Abu
Mas’uud Al-Bashriy (w. 248 H); seorang yang tsiqah [Taqriibut-Tahdziib, hal.
144 no. 487].
[4] ‘Ubaidullah bin ‘Abdillah bin ‘Aun bin
Arthabaan Al-Bashriy. Al-Bukhaariy berkata : “Ma’ruuful-hadiits” [At-Taariikh
Al-Kabiir, 5/388 no. 1247]. Abu Haatim berkata : “Shaalihul-hadiits” [Al-Jarh wat-Ta’diil,
5/322 no. 1531].
[5] Muhammad bin ‘Abdil-‘Aziiz bin Muhammad
Al-‘Umariy Abu ‘Abdillah Ar-Ramliy; seorang yang shaduuq sering ragu (shaduuq
yahimu). Dipakai Al-Bukhaariy dalam Shahih-nya [Taqriibut-Tahdziib, hal. 872
no. 6133].
[6] Dlamrah bin Rabii’ah Al-Filisthiiniy
Abu ‘Abdillah Ar-Ramliy; seorang yang tsiqah. Telah ditsiqahkan oleh Ahmad,
Ibnu Ma’iin, An-Nasaa’iy, Ibnu Sa’d, Ibnu Hibbaan, dan ‘Ijliy. Abu Haatim
berkata : “Shaalih”. Adan bin Abi Iyaas berkata : “Aku tidak pernah melihat
orang yang lebih berakal pada apa yang keluar dari kepalanya (pikiranya)
daripada Dlamrah”. As-Saajiy berkata : “Shaduuq, namun sering ragu. Ia
mempunyai riwayat-riwayat munkar”. (w. 202 H) [lihat biografi selengkapnya
dalam Tahdziibut-Tahdziib, 4/460-461 no. 804].
[7] ‘Abdullah bin Syaudzab Al-Khuraasaaniy
Abu ‘Abdirrahmaan Al-Balkhiy; seorang yang tsiqah, telah ditsiqahkan oleh
jumhur ulama. Ibnu Hazm menyendiri dengan mengatakan : “Majhuul” (86-144 H)
[idem, 5/255-256 no. 447].
[8] Taubah Al-‘Anbariy Al-Bashriy
Abul-Muwarri’; seorang yang tsiqah. Dipakai Al-Bukhaariy dan Muslim dalam
Shahih-nya [Taqriibut-Tahdziib, hal. 183 no. 816].
[9] Saalim bin ‘Abdillah bin ‘Umar bin
Al-Khaththaab; seorang yang tsabat, ‘aabid, lagi mempunyai keutamaan (w. 106 H).
Dipakai Al-Bukhaariy dan Muslim dalam Shahih-nya [idem, hal. 360 no. 2189].
[10] Sa’iid bin Asad bin Muusaa Al-Mishriy;
seorang yang tsiqah. Telah ditsiqahkan oleh Ibnu Hibbaan (8/271), dan
meriwayatkan darinya Abu Zur’ah dan Ya’quub bin Sufyaan Al-Fasawiy. Periwayatan
Abu Zur’ah darinya dianggap sebagai satu pentsiqahan, sebab tidaklah ia
meriwayatkan kecuali dari perawi tsiqah – sebagaimana dikatakan Ibnu Hajar saat
menjelaskan Daawud Daawud bin Hammaad Al-Balkhiy [Al-Lisaan, 3/396 no. 3019].
[11] Kemungkinan ada tashhif dalam Al-Hilyah,
karena yang termasuk murid Dlamrah adalah Al-Hasan bin Waaqi’ bin Al-Qaasim Abu
‘Aliy Ar-Ramliy; seorang yang tsiqah (w. 220 H) [Taqriibut-Tahdziib, hal. 243
no. 1299].
[12] ‘Iisaa bin Muhammad bin Ishaaq Abu
‘Umair An-Nuhaas Ar-Ramliy; seorang yang tsiqah (w. 276 H) [idem, hal. 770 no.
5356].
[13] ‘Aliy bin Sa’iid bin Basyiir bin Mihraan
Abul-Hasan Ar-Raaziy; seorang yang tsiqah, kadang ragu, dan diperbincangkan
para ulama atas sirahnya (w. 299 H) [Irsyaadul-Qaadliy, hal. 430-431 no. 679].
[14] Hammaad bin Ismaa’iil bin ‘Ulayyah
Al-Asadiy Al-Bashriy Al-Baghdadiy; seorang yang tsiqah (w. 244 H). Dipakai
Muslim dalam Shahih-nya [Taqriibut-Tahdziib, hal. 267 no. 1496].
[15] Ismaa’il bin Ibraahiim bin Miqsam
Al-Asadiy Al-Bashriy, yang terkenal dengan nama Ibnu ‘Ulayyah; seorang yang
tsiqah lagi haafidh (w. 193 H). Dipakai Al-Bukhaariy dan Muslim dalam
Shahih-nya [idem, hal. 136 no. 420].
[16] Ziyaad bin Bayaan Ar-Raqiy; seorang yang
shaduuq lagi ‘aabid [idem, hal. 343 no. 2068].
COMMENTS
mengatakan...
afwan ustadz...jika
kitaliat pada peta konvensional, kita akan melihat bahwa daerah sebelah timur
madinah adalah riyadh, ibukota negara saudi. dengan bekal peta konvensional
inilah musuh2 salafi menafsirkan hadits fitnah nejd adalah bahwa Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahhab inilah fitnah yang dimaksud oleh Rasulullah. lalu
bagaimana memecahkan masalah ini?
27 Agustus 2010
21.53
Abu Al-Jauzaa' :
mengatakan...
Itulah mereka.
Mereka ingin memahami hadits, tapi tidak dengan thariqah ahlul-hadits.
Sebenarnya hadits-hadits di atas telah mencukupi bagi kita sebagai pemutus
dalam masalah ini, walau itu tidak akan pernah mengenyangkan perut mereka.
Tentang peta, mereka
juga tidak memahami sesuai dengan pemahaman orang Arab dulu. Orang Arab dulu
mengenal arah : Timur, Barat, kanan, dan kiri. Mereka tidak mengenal arah
semisal Timur Laut, Tenggara, dst. Oleh karena itu, 'Iraq, walau tidak persis
betul di arah timur kompas modern, tapi ia masih merupakan arah Timur bagi
penduduk Madinah. Itulah yang tergambar dalam hadits dan penjelasan ulama di
atas.
28 Agustus 2010
04.37
Anonim mengatakan...
wahabi yg mana dulu
nih? klo yg dimaksud adalah Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab At Tamimi,
saya amat sangat tidak setuju beliau adalah fitnah wahabi, tp klo yg dimaksud
fitnah wahabi adalah Ibnu Rustum (Abdul Wahab bin Abdurrahman bin Rustum, wafat
211 H), seorang dedengkot khawarij, saya setuju.
28 Agustus 2010
10.59
Anonim mengatakan...
sukron ustad ,
...lebih terang dari
cahaya matahari di siang hari.
28 Agustus 2010 11.56
Sa'ad mengatakan...
Assalaamu'alaykum..
Masya Allah, bagus
akh, pembahasannya. Izin menyebarkan dg meng-copy di blog ana ..
Baarokallohu fiik ..
4 September 2010
08.56
curious
mengatakan...
حدثنا محمد بن عبد الله بن عمار الموصلي قال حدثنا أبو هاشم محمد بن علي عن
المعافى عن أفلح بن حميد عن القاسم عن عائشة قالت وقَّت رسول الله صلى الله عليه
وسلم لأهل المدينة ذا الحُليفة ولأهل الشام ومصر الجحفة ولأهل العراق ذات عرق
ولأهل نجد قرناً ولأهل اليمن يلملم
Telah menceritakan
kepada kami Muhammad bin ‘Abdullah bin ‘Ammar Al Maushulli yang berkata telah
menceritakan kepada kami Abu Haasyim Muhammad bin ‘Ali dari Al Mu’afiy dari
Aflah bin Humaid dari Qasim dari Aisyah yang berkata Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam menetapkan miqat bagi penduduk Madinah di Dzul Hulaifah, bagi
penduduk Syam dan Mesir di Juhfah, bagi penduduk Iraq di Dzatu ‘Irq, bagi
penduduk Najd di Qarn dan bagi penduduk Yaman di Yalamlam [Shahih Sunan Nasa’i
no 2656]
mohon dibhs hadits
diatas ust? bukankah di hadits tsb dikatakan, bhw najd dan iraq itu tempat yg
berbeda?mohon pencerahannya ust.
baarokallohu fiik !
1 Oktober 2010 06.17
Anonim mengatakan...
Izin mengcopy dan
menyebarkan.......agar diketahui pada yg suka memfitnah bahwa Syaikh Muhammad
Abdul Wahhab itulah yg dimaksud dg tanduk syaitan
dari : Mantan Ahlul
Bid'ah
24 Maret 2011 05.12
Ahlussunnah Bali
mengatakan...
Izin Share artikel
ini dan artikel yang bertautan.
15 September 2011
13.57
septio akbar rosier
mengatakan...
Izin copas buat bikin
status saya di blog pribadi saya yah akhi
9 Februari 2014 23.34
dodisalafiyun
mengatakan...
Assalaamualaikum..
menurut saya dakwah syaikh muhammad bin abdul wahhab adalah cikal bakal
kekhalifahan imam mahdi.. kalau bicara najd.. tidak pernah ada kegoncangan
selain musailamah al kadzab dan dzul khuwaishiroh dan mereka ternyata satu
zaman dgn Rasulullooh.. jadi tidak ada alasan untuk menafikan iraq sebagai
tenpat yg dimaksud dalah hadist2 fitnah masyriq..
Bicara mengenai kaum
mudhar dan rabi'ah.. memang betul bahwa dari yg pernah saya baca bahwa syaikhul
islam ibnu taimiyah dan dan syaik muhammad bin abdul wahhab adalah berasal dari
kaum mudhar.. tetapi saya tidak melihat bahwa mereka adalah seorang peternak
unta atau sapi.. mereka adalah para ulama dan berasal dari keluarga para ulama
pula.. adapun bani saud.. mereka zaman dulu dikenal sebagai bani peternak
kambing yang miskin... walloohu a'lam.. wassalaamualaikum
17 April 2015 06.13
Bersambung ke bagian kedua