Thursday, December 3, 2015

Syair JIHAD Ibnu Al-Mubarok, Ulama Ahli Hadits, Hartawan, Zuhud Dan Mujahid


Wahai 'abid Al Haramain ...
seandainya engkau memperhatikan kami
engkau pasti tahu bahwa selama ini engkau hanya bermain-main dalam ibadah.
Kalau pipi-pipi kalian basah dengan air mata
maka leher-leher kami basah bersimbah darah.
Kalau kuda-kuda kalian letih dalam hal yang sia-sia,



maka kuda-kuda kami letih di medan laga.
Semerbak wanginya parfum, itu untuk kalian
sedangkan wewangian kami, pasir dan debu-debu.
Telah datang Al Quran kepada kita menjelaskan,
para syuhada tidak akan pernah mati, dan itu pasti.
Syair di atas ditulis oleh Abdullah ibnu Al-Mubarak dalam suratnya, yang ditujukan kepada Fudlail bin 'Iyadl (seorang imam ahli zuhud, ahli ibadah di zamannya). Bukan bertujuan untuk mencela atau pun menghina, tapi semata-mata mengingatkan untuk kepentingan FASTABIQUL KHOIROOT. Dan memang Fudlail sendiri juga mengakui apa yang telah ditulis Ibnu Mubarak adalah bukanlah salah adanya. Terbukti Fudlail langsung menitikkan air mata usai membacanya seraya berkata,"Engkau benar Ibnu Al-Mubarak, demi Allah, engkau benar."
Bahkan Al-Fudhoil bin ‘Iyadh Rohimahullah memberi kesaksian -seraya bersumpah dalam perkataannya-, “Demi pemilik Ka’bah, kedua mataku belum pernah melihat orang yang semisal dengan Ibnu al-Mubarok."

Dan apabila dikembalikan ke diri kita, apa yang terlintas dipikiran antum wahai ikhwah usai membaca syair di atas?


IBNU MUBARAK: Ulama Ahli Hadits, Hartawan, Zuhud dan Mujahid

Sejarah manusia selalu diisi oleh orang-orang besar yang jumlah mereka sangat sedikit. Karena itulah jumlah orang-orang besar atau pahlawan yang pernah ada di muka bumi ini terhitung, sementara jumlah manusia biasa tidak terhitung.
Tetapi sejarah pula mencatat, mereka yang mewarnai kehidupan manusia ini adalah orang-orang besar yang sedikit jumlahnya. Baik itu sebagai ilmuwan, ekonom atau pemimpin. Salah satu orang besar itu bernama Abdullah bin Mubarak.
Abdullah bin Mubarak bin Wadhih al Handzaly at Tamimy atau lebih dikenal dengan nama Ibnu Mubarak dilahirkan pada tahun 118 Hijriyah, di sebuah kota wilayah Khurasan bernama Maru. Pada masa khalifah Umayyah, Hisyam bin Abdul Malik. Dan wafat pada tahun 181 Hijriyah (797 Masehi), di masa khalifah Abbasiyyah, Harun ar Rasyid. Ibnu Mubarak merupakan salah seorang dari pengikut tabiin.
Ibnu Mubarak tumbuh dan berkembang di kota kelahirannya. Saat itu kota Maru merupakan pusatnya ilmu dan ulama. Ia tumbuh dari keluarga Muslim yang taat kepada ajaran Islam. Ayahnya bekerja sebagai penjaga kebun, yang kemudian beralih profesi sebagai pedagang. Masa kecil Ibnu Mubarak ia habiskan dengan mempelajari berbagai ilmu dengan berguru kepada para ulama. Sehingga dasar-dasar ilmu keislaman tertanam kuat dalam dirinya.

Ibnu Mubarak adalah orang yang beruntung bisa merasakan masa-masa kejayaan Dinasti Abbasiyyah. Di zaman itu berkembang pesat berbagai disiplin ilmu, mulai dari Fiqih, Hadist dan Sastra. Tercacat beberapa ulama besar yang hidup saat itu seperti Imam Al Auza’i, Sufyan at Tsauri, Imam Malik dan Imam Abu Hanifah, serta beberapa ulama besar lainnya.

Ibnu Mubarak melakukan perjalanan mencari ilmu keseluruh penjuru jazirah Arab. Yaman, Syam, Hijaz, Bashrah, Kuffah dan Mesir adalah negeri-negeri yang pernah didatanginya. Abu Usamah dalam Tazkiratu-l Huffadz mengatakan, “aku tidak melihat seseorang yang paling giat mencari ilmu keseluruh penjuru negeri selain Ibnu Mubarak.” Dalam riwayat lain disebutkan Ibnu Mubarak mengunjungi kurang lebih seperempat dunia untuk mencari hadist-hadist.

Disebabkan kesungguhannya mencari ilmu dan banyaknya bertemu dengan para ulama, menjadikan Ibnu Mubarak sebagai orang yang berwawasan luas. Ia dikenal sebagai ahli Hadist yang tsiqah, ahli Fiqih dan juga seorang sastrawan. Dari semua disiplin ilmu yang ia kuasai, ilmu hadist-lah yang paling menonjol darinya. Karena pengetahuannya tentang hadist yang mendalam, orang-orang menjulukinya dengan sebutan “dokter”. Kata-katanya yang termasyhur dikalangan ulama hadist yaitu, “sanad bagian dari agama. Kalaulah bukan karena sanad, niscaya orang akan berbicara semaunya.” Satu waktu ia juga mengatakan, “seorang yang menuntut ilmu tanpa sanad bagaikan naik atap tanpa memakai tangga.” Guru-gurunya dalam bidang hadist tidak terhitung, sebuah riwayat menyebutkan Ibnu Mubarak berguru kepada 800 orang ulama. Sementara itu dalam bidang fiqih ia berguru kepada Sufyan At Tsauri, Malik bin Anas dan Abu Hanifah. Karya Ibnu Mubarak yang sangat populer adalah kitab Az Zuhd.

Dan yang membuat pribadi agung ini lebih istimewa adalah peranannya di medan jihad. Adalah Ibnu Mubarak semasa hidupnya berkali-kali terlibat dalam peperangan. Ia sering mengajarkan pasukan Islam tentang keberanian dan teknik berperang. Ibnu Mubarak memiliki keyakinan manisnya iman hanya bisa didapat dengan berjihad di jalannya. Maka ketika ia melihat al Fudhail bin ‘Iyyad hanya larut dalam beribadah di mesjid Nabawi, ia mengirim bait-bait puisi yang salah satu baitnya berbunyi:

Wahai Abid Haramain
Jika engkau melihat kami,
Niscaya engkau akan tahu,
Sesungguhnya ibadahmu hanya main-main.

Sang Zahid yang Hartawan

Banyak ulama menyebut Ibnu Mubarak sebagai imamnya ahli zuhud. Gelar itu memang sangat layak, ia bukan saja mengetahui hakikat zuhud, akan tetapi menerapkannya dalam segenap jiwa dan raganya. Terkadang orang salah memahami makna zuhud, bahwa zuhud adalah meninggalkan dunia, hidup dalam kemiskinan, mengasingkan diri dari kehidupan sosial, lalu menggantungkan hidupnya pada belas-kasih para dermawan. Inilah zuhud yang salah.

Ibnu Mubarak adalah seorang zahid yang hartawan. Kecerdasannya dalam berbisnis berasal dari ayahnya dan gurunya Imam Abu Hanifah, yang juga seorang pebisnis sukses. Ibnu Mubarak memiliki harta yang banyak dan bisnis yang beragam. Ibnu Katsir dalam al Bidayah wa an Nihayah, menyebutkan bahwa Ibnu Mubarak memiliki modal sekitar 400 ribu Dinar. Jumlah yang sangat banyak pada waktu itu. Modal itu ia kembangkan untuk berbisnis di beberapa negeri yang ia kunjungi. Dari keuntungan bisnisnya yang berkisar sekitar 100 ribu Dinar itu ia infaq-kan semuanya di jalan Allah. 

Ketika ditanya mengapa ia masih berbisnis, bukankah ia mengajarkan orang untuk senantiasa zuhud pada dunia? Simaklah jawaban Ibnu Mubarak berikut ini, “aku berbisnis untuk menjaga kehormatanku—dari para penguasa dan meminta-minta. Dengan harta, membantuku semakin taat kepada Allah. Tidak satu pun hak Allah yang aku ketahui, kecuali segera aku melaksanakannya.”

Abdullah bin Mubarak suatu hari menjamu makan orang-orang miskin, lalu setelah itu dia berkata,
لَوْلاَكَ وَأَصْحَابَكَ مَا اتَّجَرْتُ
"Kalau bukan kalian dan orang-orang seperti kalian, saya tidak akan berdagang…."

(Siyar A'lam An-Nubala..)