Maukah
Arab Saudi dan Iran Dimediatori Damai oleh Indonesia
Friday, 08 January 2016 09:27
Ketegangan di Teluk Persia antara Iran dan
Arab Saudi terjadi setelah pemerintah Arab Saudi memutuskan mengeksekusi
seorang ulama Syiah dan tokoh oposisi, Sheikh Nimr al-Nimr. Keputusan Saudi ini
berujung pada penyerangan kedutaan dan konsulat Saudi di Teheran, Iran, oleh
massa demonstran yang mengecam eksekusi itu.
Ketegangan
yang terus bergulir dapat berimbas terhadap kondisi stabilitas di semua bidang
kehidupan di Timur Tengah, sehingga Menteri
Luar Negeri Republik Indonesia, Retno Marsudi berinisiatif bahwa pemerintah
Indonesia menawarkan diri untuk menjadi mediator dalam penyelesaian konflik
kedua negara itu secara damai.
"Semua upaya akan terus dilakukan agar situasi tidak
menjadi lebih buruk," kata Menlu Retno Marsudi dalam Pernyataan Pers
Tahunan Menteri Luar Negeri 2016 di Jakarta, Kamis (07/01) seperti dikutip antaranews.com.
Dalam beberapa hari terakhir, Menlu Retno telah melakukan
komunikasi dengan Iran dan Arab Saudi, selain itu juga dengan sejumlah negara
lain, yakni Malaysia, Uni Emirat Arab, Qatar, Turki, dan Rusia.
Menlu juga telah berkomunikasi dengan Sekretaris Jenderal
Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Iyad Ameen Madani untuk membahas solusi damai
bagi konflik Iran dan Arab Saudi.
"Dalam komunikasi tersebut, Indonesia meminta kepada
semua pihak untuk menahan diri sehingga situasi tidak memburuk," kata
Retno.
Indonesia juga menegaskan pentingnya perdamaian dan
stabilitas di Timur Tengah karena situasi di kawasan akan sangat dipengaruhi
oleh hubungan Iran dan Arab Saudi.
Menlu Retno juga menegaskan bahwa Indonesia bersikap netral
sebagai negara yang memiliki hubungan baik dengan Iran dan Arab Saudi. ( netral bukan berarti diam terhadap kebarbaran iran menghancurkan kedutaan Saudi di iran )
Desakan untuk menahan diri juga muncul dari Dewan Keamanan
PBB yang meminta semua pihak untuk mengambil langkah-langkah untuk meredakan
ketegangan di kawasan.
Dalam suatu pernyataan, 15 negara anggota Dewan Keamanan
mengecam dengan sangat keras serangan demonstran Iran yang melempar bom api ke
arah kantor kedutaan dan konsulat Arab Saudi.
Namun, Dewan Keamanan tidak menyebut sama sekali insiden yang
memicu serangan di dua kantor perwakilan Arab Saudi tersebut, yakni hukuman
mati Arab Saudi terhadap ulama dan aktivis Syekh Nimr al-Nimr yang memicu
protes keras dari pemeluk aliran Islam Syiah.
Rusia ( negara barbar ) Ajak Indonesia
Sebelumnya,
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov dan Menteri Luar Negeri Indonesia,
Retno Marsudi, melakukan pembicaraan untuk meredam ketegangan di Teluk Persian
melalui saluran telepon. Dalam pernyataannya, Kementerian Luar Negeri Rusia
mengatakan, kedua diplomat tingkat tinggi itu sepakat jika konflik yang timbul
antara pemerintah Arab Saudi dan Iran harus diatasi dengan dialog ( tidak pantas pembantai muslim suriah bicara perdamaian ! )
"Kedua
belah pihak bertukar pendapat tentang metode deeskalasi ketegangan yang timbul
dalam beberapa hari terakhir di Teluk Persia. Keyakinan itu diungkapkan bahwa
kontradiksi-kontradiksi ini harus diatasi melalui dialog," begitu
pernyataan Kemlu Rusia seperti dikutip dari laman Sputniknews, Rabu
(06/01).
Dalam
kesempatan itu, Menlu Retno Marsudi menekankan, Indonesia sebagai negara
berpenduduk Muslim terbesar di dunia, tertarik bekerjasama dengan Rusia dengan
tujuan untuk menghindari perpecahan di dunia Islam di Teluk Persia ( Ya Allah Ya Rabb, kenapa terjadi seperti ini ? )
Saling Boikot
Ketegangan
kedua negara terus bergulir. Kali ini, kedua negara terlibat aksi saling boikot
terhadap satu dengan yang lainnya. Iran mengumumkan larangan impor barang Arab
Saudi dan Arab Saudi menyerukan boikot produk asal Teheran.
Pemerintah
Iran mengumumkan larangan impor barang dari Arab Saudi setelah melakukan rapat
kabinet yang dipimpin langsung oleh Presiden Hassan Rouhani seperti
disitir Reuters dari
kantor berita IRNA, Kamis (07/01).
Selain
itu, Pemerintah Iran juga memberlakukan larangan umrah ke Mekkah. Larangan ini
adalah yang kedua kalinya setelah sebelumnya dilakukan pada bulan April lalu
sebagai reaksi atas serangan seksual terhadap dua pria asal Iran oleh penjaga
bandara Saudi.
Fadli Kritik Usulan agar RI Ikut
Damaikan Saudi-Iran
Jan 08, 2016 - 16:48
Wakil Ketua DPR Fadli
Zon mengkritik usulan Menteri Agama Lukman Hakim Saipuddin agar Indonesia ikut
ambil bagian dalam mendamaikan konflik Arab Saudi dengan Iran.
“Saya kira itu usulan
bagus, tapi gak usah jauh-jauhlah menangani konflik di sana, karena urus negara
sendiri aja belum beres,” tuturnya di Gedung DPR, Jakarta, Jumat (8/1/2016).
Namun demikian diakui,
keikutsertaan Indonesia dalam mendamaikan Saudi-Iran sangat dimungkinkan
mengingat Indonesia menganut sistem politik yang bebas aktif.
Tapi, lanjutnya,
pemerintah harus tau diri agar konflik di dalam negeri juga harus dapat
diatasi.
“Jangan mengurus
konflik negara lain, di dalam negeri banyak yang tidak teratasi,” cetus
politisi Gerindra ini.
Ia mengingatkan bahwa
Presiden mengurus menteri-menterinya saja belum benar, sehingga para menteri
seolah bekerja atas dasar kemauan sendiri.
“Mengatur menteri aja
nggak bisa, masak mau ngatur Saudi-Iran,” pungkasnya pedas.
Seperti diketahui,
hubungan Saudi dan Iran memanas setelah Saudi mengeksekusi 47 orang yang
dinyatakan bersalah karena terlibat tindak pidana terorisme oleh pengadilan.
Salah satunya ulama terkemuka Syiah Sheikh Nimr al-Nimr.
Eksekusi ini membuat
Kedubes Saudi di Teheran diserang dan dibakar warga Iran, sehingga Saudi
langsung memutus hubungan diplomatik dengan negara dengan mayoritas penduduk
penganut Syiah itu. (Rid)