Jan 10, 2016 - 14:18
Konflik antara Arab
Saudi dengan Iran nampaknya belum akan usai dalam waktu dekat ini meski banyak
negara menawarkan diri untuk membantu meredakan ketegangan dua negara penganut
Islam dengan aliran yang berbeda itu.
Sebaliknya, kedua
pihak justru saling mengompori.
Terbaru, Menteri Luar
Negeri Arab Saudi Adel al Jubeir mengatakan, negara kerajaan tersebut akan
mengambil langkah yang lebih keras lagi terhadap Iran setelah pemutusan
hubungan diplomatik. Pernyataan itu disampaikan dalam konferensi pers usai
mengadakan pertemuan luar biasa dengan para Menlu dari Dewan Kerjasama Teluk
(GCC).
“Kami berencana
melakukan tindakan lebih lanjut kepada Iran jika mereka tetap berperilaku
seperti sekarang ini,” tegas Jubeir, seperti diberitakan Reuters, Minggu (10/1/2016).
Ia menegaskan,
ketegangan ini berpangkal dari Iran, bukan dari Arab Saudi ataupun GCC.
“Kami sedang
mengevaluasi perilaku Iran dan akan mengambil langkah untuk membalas mereka.
Segalanya akan segera jelas di masa depan,” lanjut pria berkepala plontos itu.
Jubeir tidak merinci
apa langkah lanjutan yang akan diambil terhadap Iran. Yang jelas usai
pertemuan, GCC mengutuk keras aksi yang disebut sebagai intervensi Iran
terhadap urusan dalam negeri Arab Saudi serta kawasan. GCC sendiri diketahui
berisi negara-negara sahabat Arab Saudi seperti Bahrain, Qatar, Oman, dan Uni
Emirat Arab (UAE).
Pria 53 tahun itu juga
menuturkan negaranya sudah meminta Organisasi Kerjasama Islam (OKI), dimana
Iran merupakan salah satu anggota, untuk segera melakukan konferensi luar biasa
untuk membahas serangan terhadap perwakilan mereka di Teheran dan Mashhad.
Iran sendiri menuding
Arab Saudi sebagai penyebab krisis diplomatik antara kedua negara karena
dinilai melakukan provokasi dengan mengeksekusi mati ulama terkemuka Syiah
Sheikh Nimr al Nimr. (man)
Arab
Saudi akan mengambil tindakan lebih lanjut terhadap Iran
Ahad, 29 Rabiul Awwal
1437 H / 10 Januari 2016 12:17 –
Arab Saudi kemungkinan akan mengambil tindakan lebih lanjut
terhadap Iran setelah memutuskan hubungan dengan saingan regionalnya itu pekan
ini, menteri luar negeri Saudi mengatakan pada Sabtu (9/1/2016), sebagaimana
dilansir oleh Yahoo News.
Komentar Adel al-Jubeir datang dalam konferensi pers setelah
pertemuan luar biasa dengan para menteri luar negeri dari Gulf Cooperation Council (GCC), yang
diselenggarakan untuk membahas ketegangan dengan Iran setelah serangan terhadap
misi diplomatik Arab Saudi di sana.
“Kami akan mencari langkah-langkah tambahan yang harus
diambil jika (Iran) terus dengan kebijakannya saat ini,” kata Jubeir, tanpa
menjelaskan lebih lanjut tentang langkah-langkah apa yang akan diambil.
Krisis antara Arab Saudi dan Iran, yang keduanya merupakan
eksportir minyak utama, dimulai ketika Arab Saudi mengeksekusi tokoh terkemuka
Syiah Nimr al-Nimr pada 2 Januari, yang memicu kemarahan di kalangan Syiah di
Timur Tengah.
Di Iran, pengunjuk rasa menyerbu kedutaan Saudi di Teheran,
sehingga mendorong Riyadh untuk memutuskan hubungan dengan Iran.
Teheran memutus semua hubungan komersial dengan Riyadh, dan
melarang jamaah Iran untuk melakukan umrah ke Mekkah.
“Eskalasi itu berasal dari Iran, bukan dari Arab Saudi atau
GCC. Kami sedang mengevaluasi gerak gerik Iran dan mengambil langkah-langkah
untuk melawan mereka. Dan semuanya akan menjadi lebih jelas dalam waktu dekat,”
kata Jubeir.
Setelah pertemuan itu GCC, yang terdiri Arab Saudi, Bahrain,
Qatar, Oman, Kuwait dan Uni Emirat Arab, mengecam Iran yang dianggap selalu
turut campur dalam urusan internal Arab Saudi dan di kawasan tersebut.
Jubeir juga mengatakan bahwa Arab Saudi telah meminta
Organisasi Kerjasama Islam, dimana Iran termasuk salah satu anggotanya, untuk
mengadakan pertemuan luar biasa untuk membahas serangan yang dilakukan terhadap
kedutaan Arab Saudi.
(ameera/arrahmah.com)