PBB: Jika Negosiasi Jenewa Kembali
Gagal, Pilihannya Hanya Perang
Jenewa – Utusan PBB untuk Suriah menegaskan bahwa jika pembicaran
Jenewea kembali gagal, satu-satunya rencana B hanyalah kembalinya perang.
Berbicara pada awal perundingan damai di Jenewa, Staffan de Mistura
mengatakan bahwa pembicaraan damai Suriah ini harus mempunyai perencanaan yang
jelas.
Apabila perundingan kembali gagal, de Mistura menuturkan bahwa
satu-satunya rencana lanjutan hanyalah kembalinya perang di Suriah.
“Sejauh yang saya tahu, satu-satunya rencana B yang tersedia hanyalah
kembali ke perang dan perang terburuk yang akan kita lihat,” katanya pada Senin
(14/03).
Selain itu, dia juga akan mengembalikan masalah Suriah ini kepada
Federasi Rusia, Amerika Serikat, ISSG, dan Dewan Keamanan PBB.
“Jika selama pembicaraan ini, dan di putaran berikutnya tidak ada
kemauan apapun untuk bernegosiasi. Kami akan mengembalikan masalah ini kepada
mereka yang memiliki pengaruh, dan itu adalah Federasi Rusia, Amerika Serikat,
ISSG, dan Dewan Keamanan PBB,” ungkapnya.
Terkait pembicaraan Jenewa, de Mistura mengatakan bahwa ia akan bertemu
delegasi dari rezim Suriah dan Internasional Suriah Support Group (ISSG) pada
hari Senin. Selanjutnya, dia juga diperkirakan akan bertemu dengan oposisi
Suriah pada hari Selasa.
Dalam pembicaraan ini, utusan PBB ini akan memfokuskan pembicaraan pada
pemerintahan, konstituante, penyelenggaraan pemilihan presiden dan parlemen
dalam jangka waktu 18 bulan.
Pembicaraan Jenewa untuk membahas konflik Suriah kembali digelar pada
Senin (15/03). PBB masih kesusahan mengendalikan rezim yang enggan memenuhi
syarat oposisi untuk menghentikan serangan udara.
Sebelumnya, Komisi Tinggi untuk Negoisasi Suriah menyatakan menghadiri
tidak langsung pembicaraan damai di Jenewa. Komisi yang dibentuk di Arab Saudi
dan dianggap sebagai satu-satunya perwakilan oposisi Suriah ini menambahkan
pihaknya tidak menuntut syarat-syarat sebelumnya.
“Kami akan berpartisipasi pembicaraan tersebut untuk menanggapi upaya
internasional menemukan solusi politik di Suriah,” kata Komisi yang
dikendalikan oleh oposisi Suriah di bidang politik itu dalam pernyatannya,
seperti dilansir Al-Jazeera.
Sementara itu, Koordinator Pusat Komisi Tertinggi untuk Negoisasi Riyadh
Hijab meragukan terjadi kesepakatan dengan rezim Suriah. Mereka terus melakukan
pelanggaran dan kejahatan terhadap warga Suriah. Saat ini, mereka tengah
menyiapkan operasi militer besar-besaran.
Di sisi lain, Wakil Riyadh Hijab, Yahya Al-Qadzmani, menegaskan bahwa
oposisi memiliki rambu-rambu untuk berpatisipasi dalam negoisasi. Utusan PBB,
de Mistura, tidak bisa begitu saja memaksa kami mengikuti kemauannya. Namun
oposisi berkomitmen dengan kesepakatan Jenewa 1 dan keputusan internasional.
Sumber: Anadolu Agency
Presiden Sudan: Assad tidak akan pernah
mundur; ia akan dibunuh
March 15, 2016
Presiden
Sudan Omar al-Bashir mengatakan bahwa “Pimpinan rezim Suriah Bashar Assad
tidak akan pernah mundur, melainkan ia akan dibunuh,” menambahkan bahwa solusi
di Suriah tidak akan pernah dicapai melalui jalan damai.
Dalam
sebuah wawancara dengan surat kabar Saudi Okaz, al-Basheer mengatakan: “Assad
tidak akan pernah meninggalkan kekuasaan karena ia telah bertempur bersama
dengan semua sekte nya. Sekte Syiah Alawite (Nushairiyyah) ini terkait dan
terhubung satu sama lain baik di Suriah, Lebanon dan Irak, seperti yang Anda
saksikan. ”
Al-Basheer
menegaskan bahwa solusi militer Suriah akanberakhir dalam situasi
membunuh atau
dibunuh.
Dia
juga mengatakan situasi di Suriah berbeda dari negara-negara Arab lainnya,
karena para penguasa di Suriah berasal dari minoritas dan kelompok minoritas
ini mempertahankan diri sampai titik darah penghabisan.
Orient
News
Presiden Sudan: Tidak Ada Kata Menyerah Bagi Assad,
Yang Ada Menang Atau Dibunuh
Presiden Sudan Omar
al-Bashir mengingatkan dunia bahwa Presiden Syiah Bashar Al Assad tidak pergi
meninggalkan Suriah, dan akan tetap bertempur disana hingga memperoleh
kemenangan atau tewas dalam pertempuran.
“Assad bertempur di
Suriah bersama seluruh kelompok yang ada di negara tersebut, dan setiap
kelompok pendukung Assad berkaitan dengan kelompok lainnya di Suriah, Irak,
Lebanon dan Iran,” ujar Presiden Omar al-Bashir dalam pernyataan persnya pada
hari Senin (14/03) kemarin.
Presiden Omar
al-Bashir melanjutkan, “Syiah Assad memerintah di Suriah dengan golongan
minoritasnya. Dan setiap kelompok minoritas akan mempertahankan diri dan
kekuasaannya sampai tetes darah terakhir,” seraya menunjukkan solusi militer
adalah jalan satu-satunya di Suriah.
“Saya telah berbicara
dengan Assad sejak 3 tahun lalu untuk mencari solusi damai di negara tersebut,
akan tetapi yang kita lihat pada hari ini adalah terus berkecamuknya perang di
Suriah sejak tahun 2011 lalu,” Presiden Omar al-Bashir menenkankan.
Menurutnya Assad
tidak akan pergi dari Suriah kecuali dengan kekuatan, karena mereka yang tidak
ingin pergi dari negaranya tidak akan mau menyerahkan negaranya kepada kelompok
lain. (Rassd/Ram)
PBB: Masa Depan Suriah Tergantung Perundingan Saat ini
Selasa, 6 Jumadil Akhir 1437 H / 15 Maret
2016 17:30 WIB
Delegasi khusus PBB
untuk Suriah, Staffan de Mistura, memperingatkan bahwa gagalnya perundingan
damai Suriah yang di pelopori oleh Dewan Keamanan PBB akan menyebabkan situasi
yang lebih buruk terjadi di negara tersebut.
“Gagalnya rancangan
alternatif untuk mengakhiri krisis di Suriah dalam perundingan kali ini akan
menyebabkan kedua belah pihak kembali ke medan perang, dan ini tentunya akan
menjadi perang yang lebih buruk dari sebelumnya,” ujar Staffan de Mistura
kepada wratawan pada hari Senin (14/03).
Sementara itu disisi
lain, delegasi kelompok revolusi Suriah dengan tegas menolak pembagian Suriah
menjadi negara federal seperti yang diwacanakan oleh pemerintah Rusia, dan akan
fokus dalam negosiasi pembentukan pemerintahan transisi untuk mengakhiri
kekuasaan Syiah Bashar Al Assad, sebelum menggelar pemilu presiden dalam 18
bulan kedepan.
Senin 14 Maret 2016
Dewan Keamanan PBB memulai kembali perundingan damai kelompok revolusi dan
rezim Syiah Bashar Al Assad di kota Jenewa, Swiss, yang akan berakhir pada 24
Maret mendatang.
Tercatat di hari
pertama perundingan damai, Rusia secara mendadak memutuskan untuk berhenti dan
menarik pasukan militernya dari Suriah yang dimulai pada hari Selasa (15/03)
ini. (Rassd/Ram)