Uni Eropa : Rusia Akan Kalah
Dan Terusir Dari Suriah Seperti Di Afghanistan.
PM Turki: Teroris Biadab
Komunis Rusia Akan Mundur Dari Suriah Dalam Keadaan Terhina Seperti Dulu Di
Afghanistan, Era Soviet Sudah Berakhir ! Rusia Butuh 15 Tahun Untuk Pemulihan
Ekonomi ( Masya Allah )
Turki Tolak Semua Rencana
Terkait Suriah Jika Rezim Assad Belum Lengser. Turki: Ingin Kuasai Suriah?
Hadapi Kami Dulu!! Erdogan: Iran Akan Dukung Asad Sampai Kapan Pun, Kami Juga
Akan Melawan Asad Sampai Kapan Pun
Putin Perintahkan Bagian Utama Tentara Rusia Memundurkan Diri
dari Suriah
March 15, 2016
Presiden
Rusia, Vladimir Putin, telah mengeluarkan perintah untuk memulai penarikan
pasukan Rusia dari Suriah mulai dari tanggal 15 Maret, TASS melaporkan.
“Saya
berpikir bahwa tugas yang diatur Kementerian Pertahanan umumnya telah
terpenuhi. Itulah sebabnya saya perintahkan untuk memulai penarikan sebagian
besar militer kami dari Suriah mulai besok,” TASS mengutip pernyataan Putin
pada hari Senin(14/03) pada pertemuan dengan Menteri Pertahanan Sergei Shoigu
dan Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov.
“Jadi
saya perintahkan menteri pertahanan (Rusia) untuk mulai menarik sebagian besar
pasukan kita dari Suriah,” tambah Putin.
Putin
mengatakan dia berharap penarikan pasukan Rusia akan menjadi stimulus untuk
resolusi politik dari konflik Suriah.
Putin
mengatakan bahwa pangkalan udara Rusia di Hemeimeem di provinsi Latakia pesisir
Suriah dan pusat angkatan laut di pelabuhan Tartous Suriah akan terus
beroperasi.
Menurut
juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, Putin telah membahas dan mengkoordinasikan
keputusan pada awal penarikan pasukan Rusia dari Suriah dengan Bashar Assad.
“Semua yang bersuara pada pertemuan (Putin, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey
Lavrov dan Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu) telah memberitahu kepada
rekan Suriah kami,” kata Peskov.
Keputusan
Putin ini sangat mengejutkan dan tidak dapat dipercayai begitu saja, mengingat
manuver teroris Putin di Suriah yang telah banyak menumpahkan darah rakyat
sipil yang tak berdosa terutama anak-anak dan wanita serta selalu melanggar
segala bentuk perjanjian termasuk kesepakatan gencatan senjata yang dimulai
sejak 27 Februari lalu. Keanehan terasa lebih kental mengingat keputusan ini
keluar sehari pasca serangan teror di Ankara, apakah hal ini ada berhubungan?
wAllahua’lam.
Orient
News, Middle EAST Update
Presiden
Rusia Vladimir Putin Perintahkan Tarik Mundur Sebagian Pasukannya dari Suriah
MOSKOW,
RUSIA - Rusia akan menarik keluar "bagian utama" dari pasukannya dari
Suriah, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pada Senin (14/3/2016),
mengklaim bahwa ia ingin mengabdikan tenaganya untuk menengahi kesepakatan
perdamaian di negara itu.
Namun,
Moskow mengatakan akan terus menjaga kehadiran militer mereka di negara itu dan
tidak akan keluar dari pangkalannya di kota pesisir Tartous atau pangkalan
udara Hmeymim di provinsi Latakia Suriah.
Menurut
laporan-laporan, Putin telah memerintahkan penarikan untuk dimulai besok
(Selasa-Red) tapi belum memberikan batas waktu apapun untuk .
Pengumuman
mengejutkan ini datang ketika putaran baru perundingan damai Suriah dimulai di
Jenewa.
Putaran
terbaru, yang berlangsung pada bulan Februari, cepat rusak setelah serangan
udara Rusia dan Suriah secara terus-menerus pada daerah-daerah oposisi.
Berbicara
pada pertemuan di Kremlin dengan menteri pertahanan dan menteri luar negeri
nya, Putin dilaporkan mengatakan bahwa militer Rusia, yang mulai pemboman
Suriah September lalu, telah mencapai sebagian besar tujuannya.
"Pekerjaan
yang efektif dari militer kita menciptakan kondisi untuk memulai proses
perdamaian," klaim Putin.
"Saya
percaya bahwa tugas yang diletakkan sebelumnya kepada kementerian pertahanan
dan angkatan bersenjata Rusia telah, secara keseluruhan, telah terpenuhi.
Dengan partisipasi militer Rusia ... angkatan bersenjata Suriah telah mampu
mencapai perputaran mendasar dalam memerangi terorisme (baca;jihad)
internasional dan telah mengambil inisiatif di hampir semua hal," klaim
Putin.
oposisi
utama Suriah memuji keputusan itu pada Senin malam, namun mengatakan akan
menunggu dan melihat apakah dampak perintah itu akan terjadi di lapangan.
"Kita
harus memverifikasi sifat keputusan ini dan maknanya," Salem al-Meslet,
juru bicara Komite Tertinggi Negosiasi oposisi kepada wartawan di Jenewa.
"Jika
ada keputusan untuk menarik pasukan (Rusia), itu adalah keputusan yang positif,
dan kita akan melihatnya di lapangan (Tapi) melakukan keputusan ini berarti
memindahkan kekuatan atau hanya mengurangi jumlah pesawat mereka di Suriah,
(yang) kita harus periksa," katanya.
Rusia
terlibat dalam perang saudara di Suriah mulai September 2015 dengan mendukung
pemerintah Damaskus, yang berupaya merebut kembali sejumlah wilayah yang
dikuasai kelompok-kelompok pejuang oposisi.
Keterlibatan
Rusia secara luas telah memberi nafas baru bagi rezim Assad yang hampir keok
oleh mujahidin meski telah dibantu Iran dan Syi'ah Hizbullaat Libanon. (st/mee)
Jabhat
Al-Nusrah Bersiap Luncurkan Serangan Baru Setelah Penarikan Tentara Rusia dari
Suriah
SURIAH -
Afiliasi Al-Qaidah di Suriah Jabhat Al-Nusrah sedang mempersiapkan untuk
meluncurkan serangan baru, seorang komandan jihad mengatakan hari Selasa
(15/3/2016), setelah Rusia mengumumkan penarikan pasukannya dari negara yang
dilanda perang tersebut.
"Jelas
bahwa Rusia telah mengalami kekalahan, dan dalam 48 jam ke depan Al-Nusrah akan
meluncurkan ofensif di Suriah," seorang komandan kelompok itu mengatakan
kepada AFP melalui Skype.
"Rusia
menarik diri untuk satu alasan, dan itu karena ketika mereka mendukung rezim,
rezim tidak mampu menguasai wilayah yang mereka ambil alih," katanya,
berbicara tanpa menyebut nama.
"Kalau
bukan karena pesawat-pesawat tempur Rusia, kita akan berada di (kota)
Latakia," katanya, merujuk pada ibukota provinsi jantung sekte Alawit
Presiden Bashar al-Assad.
"Tentara
(Suriah) mengecewakan Rusia. Ini adalah tentara pengecut," katanya.
Rusia
"tidak akan melakukan lebih banyak pengorbanan untuk sebuah rezim yang
pada dasarnya runtuh, katanya."
Moskow
mulai serangan udara dalam mendukung pasukan Assad pada bulan September, sebuah
langkah yang sangat membantu pasukan rezim untuk merebut kembali wilayah dari
mujahidin.
Sebuah
gencatan senjata sementara antara pasukan Assad dan lawan sebagian besar telah
diselenggarakan sejak 27 Februari tetapi kesepakatan damai itu tidak mencakup
kelompok Jabhat Al-Nusrah dan Islamic State (IS). (st/AFP)
Oposisi Ragukan Pengumuman Rusia Tarik
Pasukan dari Suriah
Damaskus – Oposisi Suriah masih meragukan niat Rusia menarik sebagian
pasukan tempurnya dari Suriah. Mereka meminta bukti, bukan hanya sekedar
pernyataan.
Juru bicara Komisi Tinggi untuk Negosiasi Oposisi Suriah, Salim
Al-Musallath, mengatakan kepada Al-Jazeera, Senin (14/03), jika niat Rusia
menarik sebagian pasukannya benar terealisasi akan memberikan dorongan
positif untuk pembicaraan damai di Suriah. Dia mengatakan, pihaknya ingin
benar-benar melihat penarikan tersebut.
Hal senada juga diutarakan delegasi oposisi untuk pembicaraan Jenewa,
Muhammad Alloush. Namun, komandan dari gerakan Jaisyul Islam itu belum melihat
tanda-tanda penarikan tersebut.
“Saya apresiasi penarikan pasukan Rusia jika itu benar dilakukan, bukan
hanya untuk bermanuver,” kata Alloush.
Sebagaimana diberitakan, pemerintah Rusia dan Suriah mengumumkan bahwa
armada tempur udara Rusia di Suriah akan dikurangi. Kesepakatan itu dilakukan
melalui sambungan telepon.
Menurut pengakuan Rusia, pihaknya hanya menyisakan pasukan di pangkalan
militer mereka di pelabuhan Turtuz dan bandara militer Humaimim di pesisir
Latakia. Misi di Suriah dianggap selesai dan mencapai target.
Pengumuman penarikan pasukan Rusia ini di saat digulirkannya kembali
pembicaraan Jenewa. Pertemuan untuk mencari solusi bagi konflik Suriah itu
berulang kali gagal karena keengganan rezim Suriah dan sekutunya menghentikan
serangan udara.
Sumber: Al-Jazeera
Penulis:Hunef Ibrahim
http://www.kiblat.net/2016/03/15/oposisi-suriah-ragukan-keputusan-rusia-tarik-pasukan-dari-suriah/
http://www.kiblat.net/2016/03/15/oposisi-suriah-ragukan-keputusan-rusia-tarik-pasukan-dari-suriah/
Biayai
Perang Suriah, Jumlah Orang Miskin Rusia Bertambah 20%
A woman
shouts in front of a poster reading “The resignation of Putin if he doesn’t
stop prices going up” during a rally in Vladikavkaz, 13 October 2007. AFP PHOTO
/ KAZBEK BASAYEV (Photo credit should read KAZBEK BASAYEV/AFP/Getty Images)
Selasa, 13 Jumadil Akhir 1437 H / 22 Maret 2016 14:30 WIB
Boikot ekonomi yang dilakukan negara-negara Uni Eropa
dilaporkan telah mengingkatkan jumlah orang miskin di Rusia melonjak hingga 20%
dari jumlah total keseluruhan.
Dalam
laporan terbaru yang dirilis Badan Pusat Statistik Rusia pada hari Senin
(21/03) kemarin menyatakan, “Sepanjang tahun 2015 jumlah orang yang hidup
dibawah garis kemiskinan di Rusia mencapai 19,2 juta orang atau sekitar 13
persen dari total penduduk.”
Rusia
sendiri menetapkan mereka yang hidup dibawah 9.662 rubel perbulannya sebagai
garis ambang kemiskinan.
Sejak ikut
campur dalam konflik Ukraina pada tahun 2014 lalu, negara-negara Eropa
memberlakukan sanksi ekonomi kepada Rusia sebagai bentuk hukuman atas
pencaplokan wilayah Crimea. Hal ini bertambah buruk ketika di akhir tahun 2015
kemarin Rusia memutuskan menggelar intervensi militer di suriah
Tercatat di
tahun 2016 ini Rusia juga mengumumkan penurunan anggaran pertahanan sebagai
reaksi atas krisis ekonomi yang melanda 2 tahun terakhir. (Skynewsarabia/Ram)