Ketua Badan Perencanaan
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Bukhari Yusuf, Lc tak setuju jika Muhammad bin
Abdul Wahab dikait-kaitkan dengan radikalisme. Menurutnya ulama yang
dianggap sebagai pelopor gerakan yang disebut Wahabi itu mencoba
untuk mengembalikan karakter umat Islam.
“Jika gerakan Abdul Wahab itu adalah mengembalikan kepada
pemahaman yang dasar yaitu pemahaman Al-Quran dan Sunnah apa yang salah dengan
dia?” kata Bukhari kepada wartawan seusai seminar bertajuk “Radikal dan Terorisme
dalam Perfektif NKRI” yang digelar Fraksi PKS di Gedung DPR Jakarta, Kamis
(21/04).
Menurut mantan anggota komisi III DPR RI itu selama ini
terjadi pemahaman yang tak tepat terkait Muhammad bin Abdul Wahab. Seseorang
harus mempelajari betul sosoknya jika ingin memahami gerakan Wahabi.
Bukhari menambahkan bahwa ada usaha-usaha untuk memunculkan
konflik di antara umat Islam dengan memunculkan isu Wahabi. Ujung-ujungnya
menjadikan Muhammad bin Abdul Wahab sebagai tumbalnya.
“Apabila ini dijadikan justfikasi untuk memunculkan konflik
secara horizontal di publik, maka inilah yang kemudian diinginkan agar antara
yang satu dengan yang lain saling berkonflik”, ujarnya.
Sementara terkait pola pikir radikal, hal itu merupakan
kodrat seorang manusia, bukan semata-mata terjadi pada Muhammad bin Abdul
Wahab. Sebaliknya, menurut Bukhari, selama ini dia justru berusaha
mengembalikan karakter umat Islam.
“Muhammad bin Abdul Wahab mencoba untuk mengembalikan
kembali karakter muslim,” tutupnya.
Bukan Wahabi Bila
Dinisbahkan pada Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab, Tapi Muhammadiyah
Sejarawan Islam Dr. Tiar
Anwar Bachtiar menegaskan, vonis Muhammadiyah semestinya dinisbatkan kepada
pengikut Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab, bukan Wahabi.
“Penyebutan istilah Wahabi sebenarnya kuranglah tepat.
Seharusnya kalau dinisbahkan kepada Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab, maka semestinya
bernama: Muhammadiyah,” ujar Dr. Tiar dalam acara perdana Ngobrol
Bareng Sejarah Indonesia (NGOBRAS) di aula AQL Islamic Center, Tebet Jakarta
Selatan, pada Sabtu, 19 September 2015.
Ketua Persatuan Pemuda PERSIS ini menjelaskan, mengenai nama
Wahabi ini sengaja dipilih oleh para pembencinya. Tujuannya agar dikesankan
negatif seperti gerakan Wahabiyah abad keempat di Maroko, yang dinahkodai
seorang Khawarij bernama Wahab bin Rustum.
“Maka dari itu, kita harus berhati-hati dalam menggunakan
istilah,” ujar Tiar.
Menanggapi isu panasnya masalah konflik antara Wahabi dan
Asyari, Dr. Tiar melanjutkan, setidaknya ada dua hal mendasar yang menyebabkan
isu ini memanas kembali.
Pertama, isu ini dipolitisasi sedemikian rupa oleh pihak
berkepentingan untuk memecah-belah umat. Kedua, buntunya komunikasi umat.
Akibatnya, terjadi kesenjangan luar biasa di antara umat
Islam. Apalagi, jika masalah khilafiyah furu`iyah (perbedaan pada masalah agama
yang cabang bukan pokok, red) dibesar-besarkan, maka akan menjadi semakin
runyam.
Di akhir pembicaraan ia meminta agar umat islam bisa menjaga
persatuan dan tidak terpengaruh dengan istilah-istilah provokatif. Kedua,
pentingnya menjalin komunikasi yang baik antar umat Islam.
Imam Haramain Membantah Statemen Ahmad Qubaisi Bahwa
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab
‘Boneka Buatan Yahudi’
Imam Haramain, Syaikh Saud Ash-Shuraim, Rabu (6/8/2014) seperti dilansir islammemo
merespon perkataan Ahmad Qubaisi, seorang pemuka agama di Irak yang
mengeluarkan statemen bahwa Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab adalah “boneka buatan
Yahudi”.
Qubaisi mengatakan hal ini dalam sebuah acara televisi
ketika menanggapi pertanyaan berkenaan dengan pemboman kuil-kuil di kota Mosul
yang dilakukan oleh ISIS. “Dengarkan dan saksikan bahwa ini adalah perbuatan
anak-anak anjing dari Abu Bakr Al-Baghdadiy, pembunuh Hussain Ashraf. Mereka
tidak lebih adalah anak buah Yahudi…Demi Allah, ISIS dan para mujahidin Iraq
dan Syam bahkan Muhammad bin Abdul Wahhab adalah boneka buatan Yahudi seratus
persen dan biarkanlah jika mereka ingin membunuhku.” kata Qubaisi.
Qubaisi menambahkan, “Saya siap bertanggung jawab dengan
statement ini di depan Rabb Semesta Alam.. Demi Allah mereka adalah harakah
buatan Yahudi yang digunakan untuk memecah belah umat dan sekarang mereka telah
memecah belahnya.”
Dalam akun Twitternya, Syaikh Suraim mengatakan, “Semua apa
yang didakwahkan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab sesuai dengan manhaj salafush
shalih. Orang-orang yang menuduh beliau sebagai boneka Yahudi adalah musuh yang
nyata bagi al-haq.”
Reaksi yang bervariasi juga terjadi diantara para follower
imam 2 masjid mulia itu di Twitter, yaitu menyerukan penghentian semua program
Qubaisi dan menuntut pengusirannya dari UEA. Mereka mengecam atas statement
yang dikeluarkan oleh Qubaisi.
Hal tersebut juga berdasarkan apa yang telah dilakukan
Qubaisi kepada para Shahabat Radhiyallahu ‘anhum. Seseorang menulis tentang
Qubaisi dan mengatakan, “Allah merahmati Syaikh Bin Baz, dan Qubaisi berpikir
bahwa dia berkedudukan sama dengan beliau. Peringatan bagi kita bahwa jangan
sekali-kali mengambil sesuatu darinya, karena dia adalah budak hawa nafsu dan
kebid’ahan”.
Ada juga yang menambahkan, “Orang yang berani menghina
Shahabat Rasulullah SAW, yaitu Muawiyah bin Abi Sufyan, bukanlah suatu keanehan
jika dia berani menghina mujaddid umat ini, yaitu Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahhab.” Statement ini muncul karena sekitar dua tahun lalu, Qubaisi telah
membuat gempar atas kritiknya kepada beberapa Shahabat Rasulullah SAW,
terkhusus kepada Shahabat Muawiyah bin Abi Sufyan yang berakibat suspensi atau
pemberhentian di salah satu program televisinya.