Wednesday, April 6, 2016

Rezim Barbar Assad Semakin Terdesak, Warga Alawiyyin Mulai Ambil Jarak. Lima Tahun Perang Suriah, Tujuan Iran Menghapus Sunni Dari Dunia Arab.

Rezim Assad Semakin Terdesak, Warga Alawiyyin Mulai Ambil Jarak

Rezim Assad Semakin Terdesak, Warga Alawiyyin Mulai Ambil Jarak

Damaskus – Selama kurun waktu lima tahun Perang Sipil di Suriah, kelompok minoritas Alawiyyin, di mana keluarga besar Presiden Assad juga berasal dari sekte komunitas ini, berada di pihak Assad  dan sangat kuat mendukung rezim Nushairi. Serangan-serangan kelompok oposisi yang juga menargetkan wilayah mereka membuat para penganut sekte Alawy itu kembali berfikir ulang bahwa kekalahan militer Assad di berbagai wilayah di Suriah itu sangat membahayakan posisi mereka.
Sementara proses perdamaian dan gencatan senjata tengah digagas dan dicoba untuk diimplementasikan oleh rezim Assad dan negara-negara lainnya di bawah pengawasan PBB, para tokoh dan pemimpin agama sekte Alawy mencoba memposisikan diri dengan mengambil jarak terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah Basyar Assad. Mereka menegaskan bahwa mereka mendukung kesepakatan damai, di samping itu juga mencoba mencitrakan komunitas mereka bukan merupakan representasi rezim Assad.
Sebagai bagian dari sekte Syiah, jumlah para penganut agama Alawiyyin ini mencapai 12 persen dari seluruh populasi warga Suriah. Asal daerah tradisional mereka berada di bagian barat laut Suriah di Latakia, di samping itu populasi mereka juga terkonsentrasi di sekitar ibukota Damaskus yang dalam beberapa tahun terakhir terus meningkat akibat perpindahan para Alawiyyin terutama dari Latakia karena khawatir akan serangan pasukan oposisi.
Pernyataan sikap para tokoh dan pemimpin agama sekte Alawy itu dilaporkan oleh sejumlah media asing, dan nampaknya pesan-pesan tersebut memang ditujukan kepada komunitas internasional. Sayangnya, pernyataan sikap “netral” tersebut kemungkinan tidak akan berdampak signifikan di level domestik, karena mereka (Alawiyyin) dan sekte-sekte minoritas lainnya masih akan dianggap sebagai pendukung pemerintah rezim Assad oleh faksi-faksi oposisi Sunni.
Sumber: Antiwar



Wednesday, April 06, 2016 
Damascus - Para pemimpin agama sekte syiah alawiyah mulai menjaga jarak dengan Presiden Suriah Bashar al-Assad dan meminta warganya membentuk Suriah Baru.

Deutsche Welle mengabarkan Senin (4/4/2016), hal itu terungkap dalam 'Deklarasi Reformasi Identitas' yang diselundupkan ke luar Suriah. 

Sejumlah kantor berita terkenal melansir bocoran itu, di antaranya BBC, harian 'Welt am Sonntag, harian La Repubblica dari Italia dan Le Figaro dari Prancis.

Deklarasi sebanyak delapan halaman itu menyebutkan pembentukan Suriah masa depan berdasarkan sekularisme dan demokrasi. Dokumen itu juga menyebutkan bahwa Pemerintahan Assad adalah rezim totaliter. 

''Penguasa politik sekarang, siapapun dia, tidak mewakili kami dan tidak membuat identitas dan reputasi kami jadi aman,'' tulis deklarasi itu.

Selama ini aliran syiah Alawiyah menjadi keyakinan utama Keluarga Bashar al-Assad, walaupun hanya mewakili 12 persen dari penduduk Suriah. Pengaruh Alawiyah semakin kuat seiring dengan bertumbuhnya Partai Baath pendukung Assad.

Para pemimpin Alawiyah juga bertekad untuk bertarung melawan sektarian dan meminta rekonsiliasi Suriah yang mayoritas dihuni penduduk Sunni. 

''Suriah membutuhkan integrasi nasional, dan menerapkan sekularisme, sebuah sistem di mana Islam, Kristiani dan agama lain adalah sama,'' bunyi deklarasi itu.

Apakah ini langkah para pemimpin Alawiyah ini merupakan isyarat Presiden al-Assad bakal mundur? Leon Goldsmith, seorang ahli Alawiyah menjelaskan pada harian Daily Telegraph bahwa dokumen itu bisa jadi menjadi titik balik.

''Dokumen itu sangat penting, dan bisa mengancam posisi Assad,'' kata Leon Goldsmith.



Lima Tahun Perang Suriah, dan Tujuan Iran Menghapus Sunni Dari Dunia Arab

Lima Tahun Perang Suriah, dan Tujuan Iran Menghapus Sunni Dari Dunia Arab
Gerombolan Pengacau Majusi

Iran yang menjadi 'induknya” Syi'ah di seluruh dunia, ikut memiliki peran yang sangat besar atas luluh-lantaknya Suriah. Iran yang memiliki ambisi ingin menguasai Dunia Arab dan Timur Tengah dengan mengeksploitasi krisis dan perang di Suriah, Irak, Yaman, dan Lebanon yang menjadi pusat pusaran koflik dan perang, dan bertujuan melakukan pemusnahan golongan Sunni
Peran Iran dalam perang di Suriah benar-benar menjadi sejarah yang sangat kelam, absurd dan menjijikkan. Campur tangan dan dukungan dana, senjata, dan seluruh kekuatan personil militer telah digunakan secara total mendukung rezim Syi'ah Alawiyyin Bashar al-Assad, memusnahkan golongan Sunni.
Iran yang pernah mendapat julukan oleh Presiden Amerika George Bush Jr sebagai “evil” (setan), berhasil memanipulasi pusat-pusat kekuasaan di Barat dengan membuat opini palsu yaitu “teroris”. Dengan bekal “teroris” itulah Iran menggerus, menghancurkan golongan Sunni, dan dengan segala dukungan oleh negara-negara utama Barat. Termasuk Barat dalam hal ini, Amerika, Rusia, Cina, Inggris, Perancis, dan Jerman telah mendukung program nuklir Iran.
Iran berhasil memanipulasi dunia, bahwa golongan Sunni sebagai “biang kerok” aksi-aksi terorisme secara global. Sekarang seluruh kekuatan global berada dibelakang Iran, dan mereposisi Iran sebagai kekuatan koalisi baru di Timur Tengah bersama dengan negara-negara utama Barat, bahu membahu dalam kerjasama memerangi teroris. Syi'ah Iran telah berhasil menggeser masalah utama di Timur Tengah menjadi isu terorisme.
Masalah utama di Timur Tengah dan di Dunia Arab, yaitu adanya “cancer” yang sangat ganas, dan berada di dalam jantung Dunia Arab, yaitu Zionis-Israel. Inilah hakikat masalah utama yang sangat mendasar. Sejak Zionis menjadi entitas politik dan berhasil menciptakan negara di tanah Palestina, maka “cancer” itu, semakin menggerogoti tubuh bangsa Arab secara kejam.
Sejak perang dan konflik yang sudah berlangsung selama lima tahun, Suriah sudah hancur berkeping-keping, luluh-lantak, dan terjadinya tragedi kemanusiaan yang sangat luar biasa. Rezim minoritas Syi'ah Alawiyyin, yang dipimpin oleh Bashar al-Assad telah melakukan “genosida” dan “pembersihan” kaum Sunni di Suriah, yang di dukung Iran dan Barat dengan dalih memerangi teroris.
Iran hakikatnya dengan menghancurkan para pejuang Islam di Suriah, hanyalah ingin menyelamatkan Zionis-Israel. Itulah hakikatnya sebenarnya, dan Iran berhasil  dengan menggunakan "topeng" memerangi teroris, terus membangkitkan perang di seluruh kawasan di Timur Tengah  dan Dunia Arab, melawan para pejuang Sunni. Dengan cara ini Iran memberikan rasa keamanan dan damai bagi Zionis-Israel yang sudah melakukan kejahatan kemanusiaan terhadap bangsa Palestina, sejak tahun l948.
Sejak tahun 2009 sampai hari ini, rezim Syiah Iran membantu rezim Syiah Suriah dengan dukungan teknis, sistem sosial, media, pengawasan, intelijen dan dukungan penasihat militer bertujuan memadamkan protes terhadap Bashar al-Assad. Sekarang berubah total dukungan Iran menjadi dukungan yang tanpa batas terhadap Bashar al-Assad. Iran terus memasok senjata rudal, termasuk rudal balistik, pasukan, milisi dan ahli-ahli strategi perang guna melanggengkan Bashar al-Assad dan menghancurkan para pejuang Sunni.
Teheran tidak ingin melihat negara-negara Arab jatuh ke tangan fundamentalis Sunni yang dipandang menjadi ancamann bagi Iran. Dengan menggunakan pion-pion yang menjadi perpanjangan tangan Teheran, seperti Bashar al-Assad, Al Abadi, Hasan Nasrullah, dan sejumlah tokoh Syiah lainnya, Iran terus memainkan perannya menggerus dan menghancurkan golongan Sunni. Sampai tak bersisa lagi. Seperti di Suriah dan Irak. Wallahu'alam.

Jaysh al-Islam melancarkan perang psikologis di Damaskus

Kantor media yang berafiliasi dengan Jaysh al-Islam mengumumkan, Kamis, mereka menyebarkan selebaran di sekitar distrik Damaskus, menjanjikan pembebasan ibukota, di tengah naiknya tingkat kewaspadaan di jajaran pasukan rezim al-Assad.
Sumber tersebut mengatakan bahwa sebuah pesawat tanpa awak milik Jaysh al-Islam hari ini telah menjatuhkan selebaran di lingkungan Masjid Umayyah, dan Masaken Barza, al-Muhajirin, dan daerah lain yang dikendalikan oleh rezim al-Assad, mengumumkan penaklukan Damaskus yang semakin dekat dan pejuang revolusi telah berada di gerbang kota untuk mengembalikan hak kepada pemiliknya.
Selebaran meminta penduduk kota Damaskus dan mengimbau untuk mencegah anak-anak mereka bergabung dengan rezim Assad, dan agar tidak membunuh atau meneror orang yang tidak bersalah.

Ini adalah pertama kalinya sebuah faksi militer oposisi menggunakan perang psikologis revolusioner melawan rezim al-Assad, dimana selama ini metode yang sama telah digunakan rezim untuk melemahkan kepercayaan diantara warga sipil dan faksi pejuang oposisi.
ElDorar AlShamia