Wednesday, April 27, 2016

Tokoh Sufi Habib Luthfi Bin Yahya: Anti Maulid Lebih Berbahaya Daripada Anti Sahabat. Sedangkan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam, Para Sahabat, Para Thabi’in, Thabi’ut Thabi’in, Imam Empat Mazhab, Para Ulama Ahlul Hadits Seperti Imam Bukhari, Muslim dan lain-lain, Tidak Ada Yang Pernah Satu Kalipun Mengadakan Perayaan Maulid Nabi....


“Orang yang mencela sahabat-sahabat Nabi, maka ia tidak termasuk dalam golongan Islam (kafir)”
Imam Ja’far Bin Muhammad Ash-Shadiq Menyebut Orang (Hatinya) Tidak Cinta Kepada Abu Bakar RA Dan Umar RA Adalah Ahli Neraka !
Al-Imam Malik rahimahullaah berkata (murid Imam Ja’far Ash-Shadiq): “Apa yang di jaman Nabi shallallaahu ‘alayhi wa sallam dan sahabatnya bukan bagian dari agama, maka pada hari ini pun tak akan pernah menjadi agama!” 
Kajian Lengkap Pro-Kontra Hakikat Mencintai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam Dan Maulid Nabi. Sampai Akhir Abad Ketiga Hijriyah Tidak Pernah Ada Perayaan Maulid. Pro-Maulid Merujuk Pendapat Ulama Setelah Abad Kelima Hijriyah.
Ustadz Abdul Somad, Lc, MA : Hukum Peringatan Maulid. Juga Pendapat Zon Jonggol (Mutiara Zuhud) dan Ustadz Drs. Idrus Ramli (NU Garis Lurus). Bandingkan Dengan Paparan Artikel Komprehensif (Pro-Kontra) dilamurkha.

لَوْ كَانَ خَيْرًا لَسَبَقُوْنَا إِلَيْهِ
"Lau Kaana Khairan Lasabaquuna Ilaihi“
“Kalau sekiranya perbuatan itu baik tentulah para sahabat telah mendahului kita dalam mengamalkannya”
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam, Para Sahabat, Para Thabi’in, Thabi’ut Thabi’in, Imam Mazhab yang Empat, Para Ulama Hadits Seperti Imam Bukhari- Muslim, Tidak Ada Yang Pernah Satu Kalipun Mengadakan Perayaan Maulid Nabi....
 (Tiga Abad Pertama Hijriyah dan Paling Utama)

Habib Luthfi: Anti Maulid Lebih Berbahaya Daripada Anti Sahabat
( ?! tipikal syi'ah )

Rabu, 13 April 2016
Propaganda Syiah Bukan Islam beberapa tahun terakhir didengungkan kelompok wahabi membuat Habib Luthfi bin Yahya, Pekalongan, membuat pegel (kesal) karena sudah keterlaluan. Mereka yang mempropagandakan Syiah kafir rata-rata anti maulid. Menurut Habib Luthfi, walau anti sahabat juga harus diingatkan, namun yang anti maulid tidak boleh dibiarkan. (Baca Duta Islam: Habib Luthfi: Jangan Jadi Penerus yang Memalukan Leluhur)
[silahkan baca ratusan artikel ilmiyyah di lamurkha terkait "Syi'ah bukan bagian dari Islam" dan "Risalah Aman". ditunggu bantahannya.red ]
Dalam video berjudul "Sindiran Keras dari Habib Luthfi bin Yahya", diunggah oleh Zain As-Sujai'i pada 13 April 2016, Habib Luthfi juga menyindir keras kelompok pemecah belah NU. Bagi Habib Lutfhi, NU hanya satu, yakni Nahdlatul Ulama yang didirikan KH Hasyim Asy'ary. Mereka yang megaku paling lurus mengikuti Mbah Hasyim, harus diluruskan dan diperingatkan. Duta Islam mengetik ulang perkataan Maulana Habib Luthfi dalam video Aswaja TV berdurasi 5.30 menit itu:
------------------------------------
"Walaupun yang kecil tidak bisa dianggap kecil....Ada kelompok tertentu oknumnya benci kepada sahabat, itu diperbesar. Tapi yang anti maulud lebih besar daripada anti sahabat, kita diamkan? Kebalik tidak? Anti maulud berarti mengingkari maulidin nabi, mengingkari nubuwah, mengingkari risalah. ( ???! tipikal taqiyaher syi'ah, tidak ilmiyyah dan berdalil.red) Ojo main-main, Sebabnya apa, kalau kita cinta kepada Nabi, umat Islam tidak bisa dipecah belah. Tapi kalau kelompok yang anti sahabat kita serang, bisa pecah belah dan manfaatnya besar. Apa itu? Bisa njeblokake (permusuhan) antar habaib. Itu bahayanya, ( menghujat sahabat jelas kafir ! silahkan baca dan bantah artikel di lamurkha secara ilmiyyah, dengan dalil yang shahih dan sharih.red lamurkha )

"Habaib yang satu akidahnya beda, yang satu lagi akidahnya beda, dijeblokake (dibenturkan). Akhirnya, antar habib saling memaki. menuding. Yang tidak senang habaib ngomongnya "terus...terus...kalau bisa saling bunuh...bunuh saja....". Jadi, ini menghabisi habaib dengan tangan habaib. (Contoh pembenci: Dilaporkan Alisa Wahid, Fanpage Kistara Palsu Dihapus)
"Pertanyaannya cuma satu, apa kalian rida jika anak cucu Nabi dihabisi? (Tidak....jawab hadirin). Itu tandanya kalian semua cinta kepada Kanjeng Nabi. Andai saya bisa meminta kepada Allah, saya minta dan ridho ada di pintu surga agar orang-orang yang cinta kepada Nabi dimasukkan surga terlebih dahulu. Ini karena mahabbah, karena cinta, 

"Kalau habib sudah dibenturkan, nanti antar habib dibenturkan dengan NU. Akhirnya NU dan Habaib pisah. Ini yang mengkhawatirkan. Saya ingatkan. Kalau sudah begitu, tinggal NU nya bakal dipecah. Membuat dua kelompok NU. Yang satu bikin NU kelompok Gus Dur-Aqil Siraj, yang satu NU Mbah Hasyim Asy'ary. Tidak ada NU Gus Dur, tidak ada NU Habib Luthfi, tidak ada NU Aqil Siraj, yang ada NU Nahdlatil Ulama' yang didirikan Mbah Hasyim As'ary, 
Peringatan keras ini harus didengarkan oleh kelompok pemecah belah keutuhan NKRI dan anti NU. Mereka pembuat rusuh kerukunan beragama dan keagamaan di Nusantara. Pemecah belah, pembentur dzurriyah Nabi salah satunya kelompok ideologis ektrem penganut Muhammad bin Abdul Wahab atau wahabi. Dan, pemecah belah NU salah satunya Gerombolan Garis Lurus (GGL). [dutaislam.com/abdullah]
[ lihat Comments dibawah ]

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah, seandainya Rasulullah, para sahabat, tabi’in, maupun 4 imam mazhab mau merayakan maulid Nabi, tentu mudah bagi mereka untuk merayakannya. Faktor pendorong merayakan maulid sudah ada, yakni kecintaan mereka kepada Nabi yang teramat besar, ditambah lagi tidak ada faktor yang menghalangi mereka untuk merayakannya. Namun, mengapa mereka tidak merayakannya? Apa sih susahnya maulidan? Hal ini semata karena keyakinan mereka bahwa maulid bukanlah ajaran Rasul yang mulia shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Yang pertama adalah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam,..apakah beliau pernah merayakan ulang tahunnya? atau ulangtahun bapaknya, ibunya, atau anaknya? TIDAK PERNAH SAMA SEKALI.
Yang kedua, para Sahabat.,.orang yang paling mencintai Rasulullah. Apakah ada sahabat yang pernah mengadakan ulang tahun?? TIDAK PERNAH SAMA SEKALI.
Yang ketiga, Para Thabi’in,.. apakah ada thabiin yang pernah mengadakan ulang tahun?? TIDAK PERNAH SAMA SEKALI.
Yang keempat, Para Thabiut thabi’in,..apakah mereka ada yang pernah mengadakan ulang tahun?? TIDAK PERNAH SAMA SEKALI.
Yang kelima,.. Imam yang empat, …..apakah mereka ada yang pernah mengadakan ulang tahun?? TIDAK PERNAH SAMA SEKALI.
Yang ke enam, para Ulama, seperti Imam Bukhari, Muslim,..dan ulama-ulama lainnya, sangat banyak sekali, ..apakah mereka ada yang pernah mengadakan ulang tahun?? TIDAK PERNAH SAMA SEKALI.
Dari keterangan diatas, sungguh kita dapati fakta sebenarnya,ternyata yang pertama mengadakan ulang tahun nabi adalah orang-orang yang sangat jelek agamanya,.. bahkan bukanlah dari pemeluk agama islam. Abu Lahab orang musyrik quraisy, bukan seorang muslim. Bani Ubaidiyyun adalah dari kelompok syiah qaramithah batinniyah yang jelas-jelas kesesatannaya..
Sedangkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, para sahabat, para thabi’in, thabi’ut thabi’in, Imam yang empat, para Ulama,tidak ada yang pernah satu kalipun mengadakan maulid nabi..
Kok ada sekelompok orang yang mengaku mencintai Rasulullah, mereka rame-rame mengadakan maulid nabi???
Padahal yang pertama kali mengadakan maulid nabi adalah orang-orang yang sudah dikenal keburukannya,..
Oleh karena itu, sudah saatnyalah kita kembali kepada ajaran yang benar. Tidak melakukan ritual-ritual yang ternyata itu dilakukan oleh orang-orang yang ingin menghancurkan islam itu sendiri….
Tidak ada hadits Nabi, riwayat sahabat, serta ucapan 4 imam mazhab yang menunjukkan dianjurkannya merayakan maulid Nabi.
“Sesungguhnya para salaf tidak merayakannya (maulid Nabi-pen) padahal ada faktor pendorong untuk merayakannya dan juga tidak ada halangan untuk merayakannya. Seandainya perbuatan itu isinya murni kebaikan, atau mayoritas isinya adalah kebaikan, niscaya para salafradhiyallahu ‘anhum lebih berhak untuk merayakannya. Karena mereka adalah orang yang lebih besar kecintaannya dan pengagungannya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamdibandingkan kita. Mereka -para salaf- lebih semangat untuk berbuat kebaikan” (lihat Iqtidho Shirothil Mustaqim, 2/612-616, dinukil dari Al Bida’ Al Hauliyah, hal. 198)

Tentang sosok habib lutfi bin yahya. Gus idrus : Musryid atau Mufsid ?

nugl2

NUGarisLurus.Com – Ada tokoh yang sangat disegani sebagai mursyid NU dalam thoriqoh muktabar namun pernyataannya sering membela penyimpangan dan sering menyerempet kebathilan -kebathilan agama. Bagaimanakah seharusnya menjadi seorang mursyid? Ini pernyataan Pakar Aswaja NU Center KH. Muhamnad Idrus Ramli melalui facebooknya.
BEDA MURSYID DENGAN MUFSID

Dalam ilmu tashawuf, syarat seorang Mursyid (guru spiritual dalam tashawuf), harus menguasai ilmu syari’ah (tafsir, hadits, akidah, fiqih dan lain-lain) secara mendalam (tabahhur).

Mursyid harus punya kemampuan batin (mukasyafah) untuk mengetahui penyakit hati para muridnya.

Kalau ada orang yang diakui sebagai Mursyid, tetapi tidak bisa membedakan mana ajaran Ahlussunnah Waljamaah, mana Syiah dan lain-lain. Atau terang-terangan membela seorang tokoh yang menyebarkan faham Syiah, itu namanya bukan Mursyid.

Karena orang semacam ini belum bisa memberikan petunjuk kepada dirinya sendiri. Apalagi kepada orang lain.

Orang semacam ini sebenarnya adalah Mufsid, yaitu orang yang menyebarkan kerusakan, baik kepada dirinya, maupun kepada orang-orang yang mempercayainya sebagai Mursyid.
Wallahu Alam
http://www.nugarislurus.com/2015/10/tentang-sosok-habib-luthfi-bin-yahya-gus-idrus-mursyid-atau-mufsid.html
http://www.islam-institute.com/idrus-ramli-sebut-habib-lutfi-sebagai-mufsid-nadzubillah/


Ust. Muhammad Idrus Ramli melalui status facebook pribadinya sedikit memberikan penjelasan mengenai perbedaan antara Mursyid dengan Mufsid. Istilah Mursyid yang tiba-tiba dijadikan lawan kata (kebalikan) dariMufsid oleh Ust. Idrus Ramli memberikan kesan “serangan” kepada pimpinan thariqah mu’tabarah dilingkungan Nahdlatul Ulama.
Berikut Status Ust. MIR (21/10/2015) : 
BEDA MURSYID DENGAN MUFSID 

Dalam ilmu tashawuf, syarat seorang Mursyid (guru spiritual dalam tashawuf), harus menguasai ilmu syari’ah (tafsir, hadits, akidah, fiqih dan lain-lain) secara mendalam (tabahhur). Mursyid harus punya kemampuan batin (mukasyafah) untuk mengetahui penyakit hati para muridnya. Kalau ada orang yang diakui sebagai Mursyid, tetapi tidak bisa membedakan mana ajaran Ahlussunnah Waljamaah, mana Syiah dan lain-lain. Atau terang-terangan membela seorang tokoh yang menyebarkan faham Syiah, itu namanya bukan Mursyid. Karena orang semacam ini belum bisa memberikan petunjuk kepada dirinya sendiri. Apalagi kepada orang lain. Orang semacam ini sebenarnya adalah Mufsid, yaitu orang yang menyebarkan kerusakan, baik kepada dirinya, maupun kepada orang-orang yang mempercayainya sebagai Mursyid..

****
Status Ust. MIR dikutip oleh NU GL dkk sebagai “serangan” kepada tokoh Mursyid NU yang sangat disegani dalam Thariqah Mu’tabar, tetapi oleh NU GL dkk dianggap sering membela penyimpangan dan menyerempat kepada kebatilan agama.
Tokoh yang diserang oleh komplotan NU GL tidak lain adalah Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya sebagaimana foto Habib Luthfi dicantumkan pula didalam situs NU GL dkk. Sementara dalam status Ust. MIR tidak ada penyebutan nama maupun pencantuman foto Habib Luthfi bin Yahya.
Didalam lingkungan NU terdapat badan otonom yang mewadahi para pengamal ajaran thariqah yang mu’tabar. Mereka berada dalam Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh Al Mu’tabarah An Nahdliyyah (JATMAN). JATMAN mengembangkan sayapnya hingga merambah ke mahasiswa-mahasiswa yang melahirkan MATAN (Mahasiswa Ahli Thariqah Al Mu’tabaroh An-Nahdliyyah).
Saat ini, pimpinan tertinggi atau dikenal dengan istilah Rais ‘Am Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh Al Mu’tabarah An Nahdliyyah adalah Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya.

ImamSyafi’i rahimahullah mengatakan,
“Seandainya seseorang menjadi sufi pada pagi hari, maka siang sebelumz dhuhur ia menjadi orang yang dungu.”
ooooo00000ooooo

Habib Ahmad Bin Zain Al Kaff : Harus Berani Menasehati Orang-Orang Wahabi Di Depan Mereka, Secara Ilmiyyah Dan Berdalil, Bukan Dengan Mengancam/Kekerasan.

Dialog Habib AZA Dengan NU GL: Syiah Dan Wahabi

15 Maret 2016
NUGarisLurus.Com – Redaksi NU GL berkesempatan berdialog dengan A’wan Syuriah PWNU Jatim Habib Ahmad Bin Zain Al Kaff (AZA). Sosok yang terkenal sangat tegas melawan syiah namun sebagian kalangan mempertanyakan sikap beliau terhadap aliran wahabi.
Redaksi berkesempatan menanyakan tentang isu bahwa beliau membela wahabi. Namun Ketua Umum Forum Anti Aliran Sesat (FAAS) ini menyatakan bahwa justru beliau satu satunya habib yang berani menasehati orang orang wahabi di depan mereka, tidak seperti sebagian muballigh yang hanya berani membantah wahabi, tapi didepan habaib dan orang orang NU, tdk didepan orang orang Wahabi.

Habib AZA juga menyatakan bahwa sebagai seorang Nahdliyyin tidak akan mungkin berkhianat terhadap isi kitab Risalah ‘Ahlus Sunnah Wal Jama’ah’ Hadhrotussyaikh KH. Hasyim Asy’ari .

Yg beliau sesatkan harus kita sesatkan.

“Kalau ada pengurus NU tidak setuju dengan apa yang sudah digariskan oleh pendiri NU. Maka berarti dia telah berkhianat kepada KH.Hasyim Asy’ari, tegasnya kepada NUGarisLurus.Com, Selasa 15 Maret 2016.
Habib AZA juga meminta kepada para Dai baik para habaib dan kiai agar jangan hanya berani membantah wahabi di belakang orang orang wahabi, tapi juga harus berani menasehati mereka secara langsung agar tidak saling menyerang.
Habib AZA menegaskan bahwa beliau sudah menulis15 buku dalam 30 tahun untuk  mengoreksi ajaran syiah dan wahabi. Wallahu Alam

Habib Ahmad Zein Al Kaff : Kalau wahabi kitab rujukannya sama, rukun Iman, rukun Islamnya juga sama, sedangkan Syiah berbeda, kita hanya berbeda dalam masalah furu’iyah (cabang) dengan Wahabi/salafi
Habib ahmad zen: 
wahabi masih saudara,, syiah bukan!
4 March 2015   
JAKARTA- Kaum Muslimin yang mengkritik ajaran syiah kerapkali difitnah dengan sebutan-sebutan yang buruk, diantaranya pemecah belah umat, agen Zionis, dan yang lebih sering dengan tudingan sebagai Wahabi [ Salafi, red]
Namun, hal itu dibantah oleh Pimpinan Yayasan Al Bayyinat Jawa Timur, Habib Ahmad Zein Al Kaff yang bukan dari kalangan Wahabi saat menjawab pertanyaan soal kenapa setiap ada upaya membongkar kesesatan Syiah,kalangan Syiah sering menyerang balik dengan menyatakan bahwa Wahabi dibelakang aksi yang menuduh Syiah sesat .
Wahabi sama-sama Ahlussunnah, kalau mereka (Syiah) bukan. Kalau wahabi kitab rujukannya sama, rukun Iman, rukun Islamnya juga sama, sedangkan Syiah berbeda, kita hanya berbeda dalam masalah furu’iyah (cabang) dengan Wahabi” tegas Habib Zein dalam konferensi pers setelah acara tabligh akbar bertajuk “Mengokohkan Ahlus Sunnah wal Jamaah di Indonesia”, yang digelar Ahad kemarin (16/9) di masjid Al-Furqan Dewan Dakwah Jakarta.
Anggota dewan Syuriah PWNU Jawa Timur ini, menyatakan bahwa masyarakat tidak perlu terkejut mendengar tuduhan seperti itu, sebab hal tersebut juga yang menimpa dirinya yang jelas-jelas warga Nahdliyin.
“Tidak usah heran, saya aja yang sudah jelas-jelas bukan Wahabi, dituduh Wahabi juga sama mereka (Syiah)” tutupnya. (bilal/arrahmah.com) Selasa, 18 September 2012 12:27:09

ooooo00000ooooo 

Ayo Bermaulid 'Ala Nabi

Diterbitkan pada 17 January 2014
Ayo Bermaulid 'Ala Nabi ...!
وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ الِاثْنَيْنِ؟ قَالَ: «ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ، وَيَوْمٌ بُعِثْتُ - أَوْ أُنْزِلَ عَلَيَّ فِيهِ -
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam ditanya tentang puasa hari senin, maka beliau menjawab : "Itu adalag hari aku dilahirkan, hari aku diutus sebagai nabi, dan hari diturunkan wahyu kepadaku" (HR Muslim no 1162)
Cara maulid Nabi yaitu :
1) dengan berpuasa sebagai bentuk bersyukur kpd Allah.
2) dilakukan setiap pekan bukan tiap tahun
Namun cara maulid ala Nabi diganti dgn cara model sekarang ;
1)dengan bersenang-senang dengan menyediakan banyak makanan, bahkan ada yg mengadakan pawai dengan membuat patung-patungan hewan makhluk bernyawa. Sehingga banyak mubadzir
2)dilakukan setiap tahun
https://www.firanda.com/index.php/artikel/status-facebook/631-ayo-bermaulid-ala-nabi
3)terkadang dibarengi dengan kemungkaran-kemungkaran seperti:
-musik-musikan
Apakah kita ingin mengganti cara maulid nabi dengan cara yang buruk?
أَتَسْتَبْدِلُونَ الَّذِي هُوَ أَدْنَىٰ بِالَّذِي هُوَ خَيْرٌ
"Maukah kalian mengambil yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik?"

6 Bentuk Cinta dan Ittiba Kepada Nabi Muhammad SAW

6 Bentuk Cinta dan Ittiba Kepada Nabi Muhammad SAW

Oleh: Silmi Kafhah Hidayat
Sahabat VOA-Islam...
Nabi Muhammad SAW adalah Nabi  yang diutus oleh Allah SWT untuk memberikan petunjuk bagi umat manusia agar bisa hidup selamat di dunia dan akhirat. Nabi Muhammad SAW lahir di kota Mekkah pada tanggal 12 rabiulawal tahun gajah.
Hari kelahiran nabi biasa kita peringati sebagai hari maulid nabi. Pada hari itu banyak sekali ekspresi dan bentuk kecintaan umat muslim kepada nabi Muhammad saw. Namun sebenarnya kita perlu merenungkan kembali makna cinta dan ittiba (mengikuti) kepada Rasul saw juga bagaimana mewujudkan dan menerapkan cinta dan ittiba kepada beliau itu secara nyata di tengah-tengah kehidupan kita saat ini.
Allah SWT memerintahkan kita untuk menaati beliau atas dasar keimanan terhadap kenabian dan kerasulan Muhammad saw, sesuai dengan firmannya : “Taatlah kalian kepada Allah dan Rasul supaya kalian di rahmati” (QS: Ali Imran [3]:132). Dan “Siapa saja yang menaati Rasul sesungguhnya ia telah menaati Allah” (QS: An-Nisa [4]:80). Lebih dari itu Allah SWT mewajibkan kepada kaum muslim untuk ittiba kepada Rasul saw, dijadikan sebagai pembuktian nyata seorang hamba yang mencintai Allah SWT.
Allah SWT menjadikan ittiba kepada Rasul saw. sebagai syarat terbuktinya keniscayaan dan kecintaan kepada Allah SWT. Jika syarat tersebut tidak terbukti, maka kecintaan kita kepada Allah pun tidak terbukti. Mencintai Allah itu wajib, maka ittiba kepada Rasul pun juga wajib.  Sebagaimana kecintaan kita kepada Allah, kecintaan kita kepada Rasul harus tampak pengaruh dan kesannya pada diri seorang muslim. Qadhi al-‘Iyadh menyatakan:
“Ketahuilah bahwa siapa yang mencintai sesuatu maka pengaruh dan kesan kebenaran klaim cinta itu haruslah tampak. Jika tidak, maka kecintaan itu hanyalah klaim kosong. Orang yang benar-benar mencintai Nabi saw. adalah orang yang tanda-tanda kecintaannya kepada Nabi saw. itu tampak pada dirinya.”
Cara yang harus dilakukan jika kita ingin membuktikan cinta dan ittiba kita pada Rasul adalah, Pertama: meneladani beliau, menerapkan Sunnah beliau, mengikuti ucapan dan perbuatan beliau, mengikuti perintah dan menjauhi larangan beliau, serta beradab dengan adab beliau baik dalam keadaan susah atau mudah, baik disukai ataupun tidak disukai.
Kedua: Banyak mengingat Nabi saw. misalnya selalu bershalawat kepada beliau dengan mengagungkan beliau, merendahkan diri saat mengingat beliau dan menampakkan kekhusyukan dan ketundukan saat mendengar nama beliau.
Ketiga: membenci siapa saja yang di benci oleh Allah SWT dan Rasul-Nya, memusuhi siapa saja yang di musuhi beliau, menjauhi siapa saja yang menyalahi Sunnah beliau dan membuat perkara-perkara baru di dalam agama beliau (islam).
Keempat: mencintai al-Qur’an dan menjadikan al-Qur’an sebagai petunjuk dengan cara sering membacanya, memahaminya dan mengamalkan isinya.
Kelima: Lemah lembut dan belas kasih kepada umat Nabi saw. dengan cara menasehati umat beliau serta berupaya mewujudkan berbagai kemaslahatan mereka dan menghilangkan hal yang membahayakan mereka.
Keenam: Bersikap zuhud di dunia dan tidak mengutamakan dunia, bersabar atas kefakiran dan kekurangan.
Cinta dan ittiba kepada Rasul jelas diwajibkan oleh syariah, kedua kewajiban tersebut harus diwujudkan sesuai kehendak syariah, bukan kehendak kita. Jika cinta dan ittiba mengikuti kehendak kita, akibatnya mungkin kita hanya mengikuti dan meneladani Rasul hanya dari sisi moral, personal dan ibadah mahdah-nya saja tidak meneladani Rasul dalam menerapkan hukum syariah, mengelola pemerintahan, berpolitik, mengelola perekonomian, membangun interaksi kemasyarakatan, menyelesaikan berbagai perkara dan perselisihan yang terjadi di masyarakat dengan hukum islam serta menegakkan kekuasaan dan sistem yang menerapkan syariah islam.
Kita dituntut untuk mewujudkan ittiba kepada Nabi saw. secara totalitas (kaffah). Allah SWT berfirman: “Apa saja yang diberikan Rasul kepada kalian, terimalah; apa saja yang dia larang atas kalian, tinggalkanlah dan bertakwalah kalian kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya” (QS:al-Hasyr[59]:7). Maknanya adalah apapun yang beliau perintahkan, lakukanlah; apapun yang beliau larang, jauhilah (Imam Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al’Azhim).
Cinta dan ittiba  pada Nabi saw. hakikatnya adalah mengambil seluruh syariah yang beliau bawa dan menjadikannya sebagai pedoman hidup kita. Hal itu dijadikan Allah SWT sebagai bukti kebenaran iman. Allah SWT berfirman:
“Demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara apapun yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima sepenuhnya” (QS: An-nisa[4]:65).
Maknanya adalah dengan menjadikan syariah yang beliau bawa sebagai hukum untuk memutuskan segala perkara yang terjadi. Untuk itu kita membutuhkan kekuasaan yang akan mengaturnya, Rasul pun telah mencontohkan bagaimana beliau memohon kekuasaan kepada Allah SWT untuk mewujudkan hal tersebut: “Dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong” (QS: Al-‘isra[17]:80).
Imam Qatadah menjelaskan “Nabi saw. menyadari bahwa tidak ada daya bagi beliau dengan perkara ini kecuali dengan kekuasaan”. Kekuasaan itu adalah sulthan[an] nashir[an] (kekuasaan yang menolong). Artinya kekuasaan yang sedari awal ditujukan untuk menolong agama Allah, kitabullah dan untuk menegakkan syariah-Nya.
Kekuasaan yang menolong itu tidak lain adalah Khilafah Rasyidah ‘ala minhaj an-nubuwwah. Karena itu mari kita kembali meneruskan perjuangan Nabi saw. yaitu berjuang untuk menerapkan syariah secara keseluruhan dengan menegakkan kembali Khilafah Rasyidah ‘ala minhaj an-nubuwwah. Perjuangan ini harus menjadi tujuan utama umat islam untuk segera diwujudkan. Wallahu’alam bi as-shawab. [syahid/voa-islam.com]
Jawaban Atas Sebuah Alasan : “Kenapa Sahabat Nabi 
Tak Merayakan Maulid ?”

December 17, 2015   BULLETIN JUMAT
Jawaban Atas Sebuah Alasan : “Kenapa Sahabat Nabi Tak Merayakan Maulid ?”

Jika ada seseorang memaparkan : “Di era para sahabat Nabi dulu tidak ada peringatan seperti ini, lantas kenapa sekarang ada ? Katanya, untuk menumbuhkan rasa cinta kita kepada Allah. Baginya, kecintaan sahabat kepada Rasul sudah terbukti sehingga tidak diadakan peringatan Maulid Nabi. Sahabat-sahabat itu merupakan saksi hidup perjalanan Rasulullah.
Agar kita mengenal Rasul, dari perjalanan hidupnya. Maka perlu mengadakan acara seperti ini. Kalau tidak diadakan acara seperti ini, kapan kita mulai mencintai Nabi”.

Maka dapat kita katakan :

1)Perkataan : “Baginya, kecintaan sahabat kepada Rasul sudah terbukti sehingga tidak diadakan peringatan Maulid Nabi…” , dapat kita tanggapi :

Bahwa perkataan tersebut disadari maupun tidak disadari mengandung komentar tidak tepat terhadap para sahabat, dari sisi : kalau seandainya Peringatan Maulid Nabi itu merupakan wujud kecintaan kepada Nabi, maka para sahabat tidak perlu mengadakan peringatan tersebut karena mereka sudah merasa puas dengan selain Peringatan Maulid Nabi sebagai wujud kecintaan kepada Nabi.Tentu sama sekali bukan tipe para sahabat jika merasa puas dengan amalan shalih yang sudah mereka kerjakan, tanpa mengerjakan amalan shalih yang lain (dalam hal ini Peringatan Maulid Nabi).Itu pun (sekali lagi) jika seandainya Peringatan Maulid Nabi memang benar-benar merupakan amalan shalih.Justru sebaliknya, para sahabat adalah sosok-sosok manusia yang paling semangat dan tidak merasa puas dengan suatu amalan shalih, hingga mereka menginginkan amalan shalih yang lain demi meraih pahala sebanyak-banyaknya.Beberapa riwayat yang shahih menunjukkan sebagian sahabat meminta Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam menunjukkan amalan shalih kepada mereka, atau Nabi menawarkan amalan shalih dan para sahabat sangat antusias menyambut tawaran tersebut.Lebih dari itu, pengetahuan mereka tentang agama tidak sekedar sebagai wawasan atau wacana, akan tetapi benar-benar mereka wujudkan dalam bentuk amal nyata.Kesimpulannya : Kalau seandainya Peringatan Maulid Nabi memang benar-benar merupakan amalan shalih yang menunjukkan kecintaan kepada Nabi, niscaya akan diselenggarakan oleh para sahabat Nabi sebagai tambahan amal shalih mereka, yang mereka tidak pernah merasa puas dengan amal shalih yang sudah mereka kerjakan, hingga mereka ingin mengerjakan amal shalih berikutnya demi meraih pahala sebanyak-banyaknya.

2) Perkataan : “Sahabat-sahabat itu merupakan saksi hidup perjalanan Rasulullah”, dapat kami pahami bahwa para sahabat tidak mengadakan Peringatan Maulid Nabi karena mereka telah hidup bersama Nabi, melihat langsung amaliah Nabi.Maka tidak perlu bagi mereka untuk mengadakan acara dalam rangka memperingati kelahiran Nabi.Jika memang demikian maksud perkataan di atas, maka dapat kita tanggapi :

a) Kalau memang para sahabat tidak mengadakan Peringatan Maulid Nabi karena mereka merupakan saksi hidup perjalanan Nabi, lantas mengapa para sahabat tidak  menganjurkan generasi manusia setelah mereka yang tidak pernah menjumpai Nabi agar mengadakan Peringatan Maulid Nabi ?! Apa yang menghalangi mereka untuk tidak menganjurkan hal itu, sementara para sahabat adalah generasi yang paling tahu dan semangat tentang kebaikan akherat bagi umat ini ?!

b)Dipahami dari perkataan pada poin ke-2 di atas, bahwa selain para sahabat yang memang bukan saksi hidup perjalanan Nabi perlu untuk mengadakan acara Maulid Nabi.Lalu mengapa para Tabi’in (murid sahabat), Atba’u at-Tabi’in (murid para Tabi’in), para imam mazhab 4 yang tersohor (al-Imam Abu Hanifah, al-Imam Malik, al-Imam asy-Syafi’i dan al-Imam Ahmad bin Hanbal yang bukan saksi hidup perjalanan Rasul ternyata tidak ada yang menyelenggarakan atau menganjurkan Peringatan Maulid Nabi ?! Bahkan semasa para imam mazhab yang 4 ini hidup, mereka tidak pernah mengenal istilah Peringatan Maulid Nabi.Peringatan Maulid Nabi barulah diadakan pada abad ke-3 lebih atau 4 H oleh para khalifah (penguasa) yang berpemahaman Syi’ah.Sedangkan al-Imam Ahmad bin Hanbal yang merupakan imam mazhab 4 yang terakhir meninggal dunia, beliau wafat pada kisaran tahun 241 H (abad ke-2 H lebih).

3)Perkataan : “Kalau tidak diadakan acara seperti ini, kapan kita mulai mencintai Nabi”, menunjukkan bahwa perkataan ini tidak memiliki kadar ilmiah apalagi berbobot.Mengapa demikian ? Ya, seakan-akan perkataan ini menunjukkan bahwa Peringatan Maulid Nabi merupakan satu-satunya wujud kita mencintai Nabi dan peringatan itu merupakan awal kita mencintai Nabi.Tentu saja yang demikian sangat tidak tepat.Melaksanakan seluruh perintah Nabi dan menjauhi seluruh larangan Nabi yang sedemikian banyak bentuknya (dengan kata lain, menjalankan Islam secara kaffah) merupakan wujud kecintaan seseorang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam.Masih terlalu banyak ajaran Nabi yang belum kita pelajari dan kita amalkan.Lantas mengapa sedemikian gigihnya diantara kita melestarikan sebuah acara yang dianggap ibadah, yang ternyata tidak ada contohnya dari Nabi, para sahabat, Tabi’in, Atba’u at-Tabi’in dan para imam mazhab yang 4 ?!

Demikian sekilas dari apa yang dapat kami sampaikan kepada saudara-saudara kami seiman.Semoga dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.Aamiin…
Wallahu a’lamu bish-Shawab

Cinta Kepada Rasul, Dahulu dan Sekarang 
[Kenapa Bisa Beda?]

Sebagai seorang muslim, mencintai Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam adalah suatu keharusan yang tidak bisa ditawar-tawar. Hal ini merupakan konsekuensi dari kesaksian kita akan kerasulan beliaushallallahu ‘alaihi wa sallam. Bagaimana tidak? melalui beliau lah kita terbebas dari segudang warisan jahiliyah yang telah mengakar begitu lama. Kalau lah tidak karena hidayah Allah, kemudian karena pengorbanan beliau dalam mendakwahkan Islam, niscaya sampai hari ini kita masih terjerat dalam belenggu syirik dan jahiliyah.
Segala puji bagi-Mu ya Allah, atas hidayah dan taufiq yang Kau curahkan kepada kami, dan semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah padamu ya Rasulullah, atas setiap pengorbananmu demi menegakkan dien ini…
Sungguh, berbicara mengenai kepribadian beliau adalah suatu kenikmatan tersendiri, berkisah tentang pernak pernik kehidupan beliau benar-benar menimbulkan decak kagum dan membesarkan hati…
Beliau lah manusia pilihan yang lahir dari manusia-manusia terpilih. Berbekal hati sanubari yang disucikan dari segala noda dan dosa, beliau beranjak menjadi manusia terhebat sepanjang sejarah. Perilakunya sungguh luar biasa, tak dapat dilukiskan dengan kata-kata… sorot wajahnya benar-benar mencerminkan seorang pemimpin agung yang amat welas kasih terhadap rakyatnya… siapa pun yang menatap wajah beliau pastilah jatuh cinta diliputi perasaan segan karena wibawanya yang demikian besar.
Singkatnya, beliaulah sosok insan kaamil sejati yang tak mungkin ada tandingannya. Maka pantaslah jika para sahabat benar-benar jatuh cinta kepada beliau. Mereka mencintai kekasihnya yang satu ini lebih dari orang tua, anak dan isteri mereka; bahkan lebih dari diri mereka sendiri!
Setiap kegembiraan yang beliau rasakan adalah kegembiraan bagi mereka, dan setiap kesedihan yang beliau rasakan merupakan kesedihan bagi mereka. Mereka ikut sakit tatkala beliau sakit, mereka kelaparan tatkala beliau kelaparan, dan mereka tak dapat tidur sebelum kedua mata beliau terpejam…
Dahulu…
Dahulu, diriwayatkan dari Sayyidina ‘Umar bin Khatthabradhiallahu ‘anhu, katanya: “Dahulu aku mempunyai seorang tetangga Anshari dari Bani Umayyah bin Zaid, sebuah kabilah yang bermukim di dataran tinggi kota Madinah. Kami berdua senantiasa bergantian mengunjungi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kalau hari ini dia yang turun maka keesokannya gantian aku yang turun. Usai turun menemui Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam, kukabarkan kepadanya apa-apa yang disampaikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hari itu, baik itu berupa wahyu atau lainnya. Demikian pula halnya kalau ia yang turun, ia melakukan hal serupa.
Sebagai lelaki Quraisy, kami adalah orang yang memiliki supremasi terhadap istri-istri kami. Akan tetapi setiba kami di Madinah, kami dapati bahwa orang Anshar adalah orang yang kalah oleh istri-istri mereka. Akibatnya istri-istri kami mulai terpengaruh dengan tabiat wanita Anshar. Pernah suatu ketika aku membentak istriku… tapi ia malah membantah. Aku pun jadi berang begitu tahu ia berani membantahku.
“Mengapa kamu marah atas sikapku, padahal demi Allah, istri-istri Nabi saja berani membantah beliau…? Bahkan ada di antara mereka yang sampai meninggalkan beliau seharian ini hingga malam…” sanggah istriku.
Aku pun tercengang mendengarnya… “Benar-benar merugilah kalau sampai ada dari istri beliau yang berbuat demikian” gumamku.
Saat itu juga aku menyingsingkan gamisku dan bergegas menuju rumah Hafshah. Setibaku di rumahnya, kukatakan kepadanya:
“Hai Hafshah, benarkah ada diantara kalian yang membikin kesal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamseharian ini hingga malam?”
“Benar…” jawabnya.
“Alangkah meruginya kamu kalau begitu… Apa kamu merasa aman dari murka Allah setelah kamu membikin kesal Rasul-Nya, hingga boleh jadi kamu celaka karenanya…? Jangan minta macam-macam kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan jangan sekali-kali membantahnya atau meninggalkannya. Mintalah kepadaku apa yang kau inginkan dan jangan kamu terpengaruh oleh madumu, karena ia lebih cantik darimu dan lebih dicintai oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam -yakni Aisyah-”.
Konon ketika itu warga Madinah sedang ramai membicarakan isu santer bahwa Raja Ghassan tengah menyiapkan pasukan berkudanya untuk menyerbu Madinah.
Suatu ketika, tibalah giliran tetanggaku yang Anshari itu untuk turun menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di petang harinya, ia mendatangiku sembari menggedor pintu rumahku keras-keras…”Hoi, apa kamu ada di dalam?” teriaknya.
Aku pun tersentak kaget dan bergegas keluar menemuinya… tanpa basa-basi, ia pun langsung memulai pembicaraan:
“Wah, ada perkara besar yang barusan terjadi!”
“Ada apa? Apa Ghassan telah tiba?” tanyaku.
“Oo.. jauh lebih besar dan lebih mengerikan dari itu… Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menceraikan istri-istrinya!!” katanya.
“Alangkah meruginya si Hafshah kalau begitu… aku telah menduga bahwa hal ini bakal terjadi…” gumamku…” (HR. Bukhari no 5191)
Lihatlah, bagaimana kehidupan para sahabat sangat terpengaruh dengan rumah tangga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bagi mereka, penyerbuan pasukan berkuda Raja Ghassan ke Madinah tidak ada apa-apanya, dibanding kesedihan mereka atas apa yang terjadi dengan rumah tangga kekasih mereka saat itu. Raut muka dan kondisi si Anshari tadi seakan mengatakan: “Biarlah Ghassan menyerbu Madinah dan merampas harta benda yang kami miliki, yang penting Rasulullah ceria kembali…”
Dahulu, ketika sebagian kaum muslimin terpukul mundur dan meninggalkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam perang Uhud, ada seorang sahabat yang bernama Abu Thalhah yang berdiri tegar di hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, melindungi beliau dengan perisainya…
Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu mengisahkan: Konon Abu Thalhah adalah seorang pemanah ulung yang busurnya terkenal kuat, dan hari itu ia telah mematahkan dua atau tiga buah busurnya. Di sampingnya ada seorang lelaki yang membawa sejumlah anak panah, maka perintah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallamkepadanya:
“Berikan semua anak panahmu kepada Abu Thalhah…”, sembari Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengamati pergerakan musuhnya.
“Demi ayah dan ibuku yang menjadi tebusanmu, janganlah engkau menampakkan dirimu kepada musuh agar engkau tak terkena panah… biarlah dadaku yang melindungi dadamu…!!” seru Abu Thalhah radhiallahu ‘anhu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. (Lihat Shahih Bukhari, hadits no 3811 & 4064; danShahih Muslim, hadits no: 1811)
Subhaanallaah, betapa besar kecintaan mereka kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hingga nyawa pun menjadi murah demi keselamatan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam… benar-benar gambaran kecintaan yang sejati.
Dahulu, ada seorang sahabat yang bernama Muhaiyishah bin Mas’ud Al Khazraji Al Anshari, julukannya Abu Sa’ad. Ia tergolong warga Madinah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengutusnya ke daerah Fadak untuk mengajak penduduknya masuk Islam. Ia termasuk salah seorang sahabat yang ikut serta dalam perang Uhud, Khandaq dan berbagai peperangan berikutnya. Ia memiliki saudara kandung yang lebih tua usianya, yaitu Huwaiyishah bin Mas’ud; akan tetapi Muhaiyishah lebih cerdas dan lebih afdhal dari saudaranya ini, bahkan ialah yang menjadi sebab keislaman saudaranya.
Ada sebuah kisah menakjubkan yang terjadi antara Muhaiyishah dan Huwaiyishah. Kisah ini disebutkan oleh Ibnu Ishaq dalam Kitab Al Maghazi dengan sanadnya dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhu, yang berkenaan dengan kisah pembunuhan seorang Yahudi keparat yang senantiasa menyakiti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melalui syair-syairnya, namanya Ka’ab Ibnul Asyraf. Si Yahudi ini berusaha memprovokasi orang-orang Arab untuk memerangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Usai terbunuhnya Ka’ab, Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada para sahabatnya: “Jika kalian berpapasan dengan orang Yahudi siapa pun di sana, maka bunuh saja!” Maka segeralah Muhaiyishah bin Mas’ud menghabisi Ibnu Sunainah, salah seorang saudagar Yahudi yang dahulu bergaul erat dan berjual beli dengannya. Ketika itu, Huwaiyishah bin Mas’ud belum masuk Islam dan ia lebih tua dari Muhaiyishah. Begitu ia tahu Muhaiyishah membunuh si Yahudi tadi, Huwaiyishah langsung memukul dan menghardiknya:
“Hai musuh Allah, sampai hati kau membunuhnya?! Padahal demi Allah, sebagian lemak yang ada di perutmu adalah berasal dari hartanya!”, bentak Huwaiyishah.
“Demi Allah, aku diperintahkan untuk membunuhnya oleh seseorang yang bila ia memerintahkanku untuk membunuhmu, niscaya akan kupenggal juga lehermu!” jawab Muhaiyishah tegas.
Huwaiyishah tertegun sejenak mendengarnya…
“Kalau begitu, agama yang menjadikanmu seperti ini benar-benar luar biasa…” gumam Huwaiyishah.
Maka Huwaiyishah pun menyatakan keislamannya, dan inilah awal keisalaman dirinya. Seketika itulah Muhaiyishah mengucapkan syair:
يلوم ابن أمي لو أمرت بقتله لطبقت ذفراه بأبيض قاضب
Ia mencelaku, padahal kalau disuruh membunuhnya,
pastilah kutebaskan pedangku pada tengkuknya.

حسام كلون الملح أخلص صقله متى ما أصوبه فليس بكاذب
Pedang nan putih bak garam yang berkilau sinarnya,
yang bila kuhunus maka tak akan lagi berdusta.

وما سرني أني قتلتك طائعا وأن لنا ما بين بصرى ومأرب
Aku tak suka bila membunuhmu karena taat kepadanya,
diganti dengan apa yang terdapat antara Ma’rib dan Bushra
*
(Lihat Al Istie’aab fi Ma’rifatil As-Haab, 4/1463-1464, oleh Al Hafizh Ibnu ‘Abdil Bar; Dalailun Nubuwwah 3/200, oleh Imam Al Baihaqy; Sirah Ibnu Hisyam, 3/326; dan yang lainnya.)
(*) Ma’rib adalah nama sebuah kota di Yaman, sedangkan Bushra adalah nama sebuah daerah di Syam.
Wuiihh… benar-benar sulit dipercaya! Benar-benar kecintaan yang tiada tara… adakah diantara kita yang sanggup menirunya? Alih-alih ingin seperti mereka, disuruh ikut sunnahnya saja setengah mati susahnya, apalagi disuruh seperti mereka? mustahil rasanya…
Sekarang…
Sekarang, cinta Rasul kebanyakan hanyalah slogan yang sulit dicari wujudnya di lapangan. Cinta Rasul sering kali diidentikkan dengan shalawatan, perayaan maulid, isra’ mi’raj, dan yang sejenisnya.
Sekarang, orang yang dianggap cinta Rasul ialah mereka yang mengagungkan beliau dengan bertawassul kepadanya dalam do’a. Atau mereka yang mengirimkan Al Fatehah kepada beliau, atau mereka yang menggelari beliau dengan gelar yang bermacam-macam: seperti Sayyidina, Habibina, dan lain-lain.
Sekarang, ‘Cinta Rasul’ merupakan judul kaset yang sering kita dengar dimana-mana… yang dinyanyikan oleh pria dan wanita, tua dan muda… semua merasa khusyuk ketika melantunkan kata-kata: Shalaatullaah salaamullaah… ‘alal habiibi Rasuulillaah…
Akan tetapi jangan tanya soal sunnah beliau kepada mereka… karena mereka akan menjawab bahwa yang mereka lakukan tadilah yang namanya sunnah. Cinta Rasul kini telah berubah menjadi klaim yang diperebutkan setiap golongan. Cinta Rasul yang dahulu diwujudkan dengan ittiba’ kepadanya, kini semakin luas maknanya hingga mencakup bid’ah segala. Menurut mereka, perayaan maulid, isra’ mi’raj, shalawatan bid’ah, dan yang sejenisnya merupakan perwujudan nyata akan kecintaan seseorang kepada Nabinya. Sehingga otomatis bila ada orang yang mengingkari hal-hal semacam itu, serta-merta dituduhlah ia sebagai orang yang tidak cinta Rasul, atau wahhabi, dan lain sebagainya.
Di sisi lain, mereka berusaha mencari ‘pembenaran’ -dan bukannya kebenaran- atas apa yang selama ini mereka lakukan. Mereka berusaha meyakinkan bahwa apa yang mereka lakukan selama ini tidaklah bertentangan dengan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka mengumpulkan sebanyak mungkin ‘dalil’ (baca: syubhat) untuk melegitimasi praktik ’sunnah’ (baca: bid’ah) mereka.
Memang zaman kita ini penuh dengan keanehan… orang yang berusaha menghidupkan sunnah dan membasmi bid’ah justeru dicap macam-macam; seperti tidak cinta Rasul…! atau wahhabi…! Namun sebaliknya, mereka yang melestarikan berbagai bid’ah khurafat dengan kedok ‘Cinta Rasul’ justeru mengklaim dirinya sebagai ahlussunnah wal jama’ah.
***
Penulis: Ustadz Sufyan bin Fuad Baswedan, Lc. (Mahasiswa Pasca Sarjana, Fakultas Hadits & Dirosah Islamiyyah, Universitas Islam Madinah, Saudi Arabia)
Artikel www.muslim.or.id

Antara Cinta Rosul & Maulid Nabi [Apa Hubungannya?]

Sebenarnya adakah kaitan antara cinta Rosul dan perayaan maulid, alias hari kelahiran beliau? Pertanyaan ini mungkin terdengar aneh bagi mereka yang kerap merayakannya. Bagaimana tidak, sedang disana dibacakan sejarah hidup beliau, diiringi dengan syair-syair pujian dalam bahasa Arab untuk beliau (yang dikenal dengan nama burdah), yang kesemuanya tak lain demi mengenang jasa beliau dan memupuk cinta kita kepadanya…?
Dalam sebuah muktamar negara-negara Islam sedunia, salah seorang dai kondang dari Saudi yang bernama Dr. Said bin Misfir Al Qahthani, berjumpa dengan seorang tokoh Islam (syaikh) dari negara tetangga. Melihat pakaiannya yang khas ala Saudi, Syaikh tadi memulai pembicaraan[1]:
Syaikh : “Assalaamu ‘alaikum…”
Dr. Said : “Wa’alaikumussalaam warahmatullah wabaraatuh”
Syaikh : “Nampaknya Anda dari Saudi ya?”
Dr. Said : “Ya, benar”
Syaikh : “Oo, kalau begitu Anda termasuk mereka yang tidak cinta kepada Rosul…!”
(kaget bukan kepalang dengan ucapan Syaikh ini, ia berusaha menahan emosinya sembari bertanya):
Dr. Said : “Lho, mengapa bisa demikian?”
Syaikh : “Ya, sebab seluruh negara di dunia merayakan maulid Nabi e kecuali negara Anda; Saudi Arabia… ini bukti bahwa kalian orang-orang Saudi tidak mencintai Rosulullah e”.
Dr. Said : “Demi Allah… tidak ada satu hal pun yang menghalangi kami dari merayakan maulid Beliau, kecuali karena kecintaan kami kepadanya!”
Syaikh : “Bagaimana bisa begitu??”
Dr. Said : “Anda bersedia diajak diskusi…?”
Syaikh : “Ya, silakan saja..”
Dr. Said : “Menurut Anda, perayaan Maulid merupakan ibadah ataukah maksiat?”
Syaikh : “Ibadah tentunya!” (dengan nada yakin).
Dr. Said : “Oke… apakah ibadah ini diketahui oleh Rosul e, ataukah tidak?”
Syaikh : “Tentu beliau tahu akan hal ini”
Dr. Said : “Jika beliau tahu akan hal ini, lantas beliau sembunyikan ataukah beliau ajarkan kepada umatnya?”
(…. Sejenak syaikh ini terdiam. Ia sadar bahwa jika ia mengatakan: ya, maka pertanyaan berikutnya ialah: Mana dalilnya? Namun ia juga tidak mungkin mengatakan tidak, sebab konsekuensinya Nabi e masih menyembunyikan sebagian ajaran Islam. Akhirnya dengan terpaksa ia menjawab )
Syaikh : “Iya… beliau ajarkan kepada umatnya..”
Dr. Said : “Bisakah Anda mendatangkan dalil atas hal ini?”
(Syaikh pun terdiam seribu bahasa… ia tahu bahwa tidak ada satu dalil pun yang bisa dijadikan pegangan dalam hal ini…)
Syaikh : “Maaf, tidak bisa…”
Dr. Said : “Kalau begitu ia bukan ibadah, tapi maksiat”
Syaikh : “Oo tidak, ia bukan ibadah dan bukan juga maksiat, tapi bidáh hasanah”
Dr. Said : “Bagaimana Anda bisa menyebutnya sebagai bid’ah hasanah, padahal Rosul e mengatakan bahwa setiap bid’ah itu sesat??”
Setelah berdialog cukup lama, akhirnya syaikh tadi mengakui bahwa sikap sahabatnyalah yang benar, dan bahwa maulid Nabi yang selama ini dirayakan memang tidak berdasar kepada dalil yang shahih sama sekali.
Ini merupakan sepenggal dialog yang menggambarkan apa yang ada di benak sebagian kaum muslimin terhadap sikap sebagian kalangan yang enggan merayakan maulid Nabi . Dialog singkat di atas tentunya tidak mewakili sikap seluruh kaum muslimin terhadap mereka yang tidak mau ikut maulidan. Kami yakin bahwa di sana masih ada orang-orang yang berpikiran terbuka dan obyektif, yang siap diajak berdiskusi untuk mencapai kebenaran sesungguhnya tentang hal ini.
Namun demikian, ada juga kalangan yang bersikap sebaliknya. Alias menutup mata, telinga, dan fikiran mereka untuk mendengar argumentasi pihak lain. Karenanya kartu truf terakhir mereka ialah memvonis pihak lain sebagai ‘wahhabi’ yang selalu dicitrakan sebagai ‘sekte Islam sempalan’, yang konon diisukan sebagai kelompok yang gampang membid’ahkan, mengkafirkan, mengingkari karomah para wali, dan sederet tuduhan lainnya.
Cara seperti ini bukanlah hal baru. Sejak dahulu pun mereka yang tidak senang kepada dakwah tauhid, selalu berusaha memberikan gelar-gelar buruk kepada para dainya. Tujuannya tak lain ialah agar masyarakat awam antipati terhadap mereka. Simaklah bagaimana Fir’aun dan kaumnya menggelari Musa dan Harun u:
(57) Fir’aun mengatakan: “Adakah kamu datang kepada kami untuk mengusir kami dari negeri kami dengan sihirmu hai Musa? (58) Sungguh kami pasti mendatangkan pula kepadamu sihir semacam itu, maka buatlah suatu waktu untuk pertemuan antara kami dan kamu, yang kami tidak akan menyalahinya dan tidak pula kamu di suatu tempat yang pertengahan (letaknya)”. (59) Musa menjawab: “Waktu pertemuan itu ialah di hari raya dan hendaklah manusia dikumpulkan pada waktu dhuha”. (60) Maka Fir’aun meninggalkan (tempat itu), lalu mengatur tipu dayanya, kemudian dia datang. (61) Musa berkata kepada mereka: “Celakalah kamu, janganlah kamu mengadakan kedustaan terhadap Allah, hingga Dia membinasakanmu dengan siksa”. Dan sesungguhnya telah merugi orang yang mengada-adakan kedustaan. (62) Maka mereka berbantah-bantahan tentang urusan mereka di antara mereka, dan mereka merahasiakan percakapan (mereka). (63) Mereka berkata: “Sesungguhnya dua orang ini adalah benar-benar ahli sihir yang hendak mengusir kalian dari negeri kalian dengan sihirnya, dan hendak melenyapkan kedudukan kalian yang utama..” (QS Thaha: 57-63).
Dalam ayat lain Allah berfirman:
“Sesungguhnya telah Kami utus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami dan keterangan yang nyata, (24) kepada Fir’aun, Haman dan Qarun; maka mereka berkata: “Ia (Musa) adalah seorang ahli sihir yang pendusta” (QS Ghafir: 23-24).
Simak pula bagaimana kaum Nabi Luth u hendak mengusir beliau dan para pengikutnya dengan tuduhan ‘orang-orang yang sok menyucikan diri’:
Maka tidak lain jawaban kaumnya melainkan mengatakan: “Usirlah Luth beserta keluarganya dari negerimu; karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang (menda’wakan dirinya) bersih” (QS An Naml: 56).
Atau Nabi Shalih ‘alaihissalaam yang dianggap sombong dan pembohong oleh kaumnya… Allah berfirman:
(23) Kaum Tsamudpun telah mendustakan ancaman-ancaman (itu). (24) Mereka berkata: “Bagaimana kita akan mengikuti saja seorang manusia (biasa) di antara kita? Sesungguhnya kalau begitu kita benar-benar berada dalam keadaan sesat dan gila”, (25) Apakah wahyu itu diturunkan kepadanya -yakni Nabi Shaleh u– di antara kita? Sebenarnya dia seorang yang amat pendusta lagi sombong”. (26) Kelak mereka akan tahu siapakah yang sebenarnya amat pendusta lagi sombong.(QS Al Qamar: 23-26).
Sampai junjungan kita Rasulullah e pun tak luput dari julukan-julukan buruk kaumnya. Allah berfirman:
(1) Shaad, demi al-Qur’an yang mempunyai keagungan (2) Sebenarnya orang-orang kafir itu (berada) dalam kesombongan dan permusuhan yang sengit. (3) Betapa banyaknya ummat sebelum mereka yang telah kami binasakan, lau mereka meminta tolong padahal (waktu itu) bukanlah saat untuk lari melepaskan diri. (4) Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (rasul) dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata : “ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta” (QS Shaad: 1-4).
Jadi, banyaknya tuduhan-tuduhan jelek terhadap suatu golongan, mestinya tidak menghalangi kita untuk bersikap adil dan obyektif terhadap mereka. Karena boleh jadi kebenaran justeru berpihak kepada mereka, dan dalam hal ini yang menjadi patokan adalah dalil-dalil dari Al Qur’an dan Hadits yang shahih.
Berangkat dari sini, penulis ingin mengajak para pembaca yang budiman untuk mendudukkan masalah perayaan maulid Nabi, benarkah ia merupakan bid’ah hasanah? Benarkah ia merupakan perwujudan cinta kepada Rosul yang dibenarkan? Apakah asal muasal perayaan ini? dan berbagai masalah lainnya seputar maulid Nabi . Tentunya semua akan disajikan secara ilmiah dengan merujuk kepada Al Qur’an dan Sunnah, sesuai dengan pemahaman As Salafus shaleh.
[1] Sebagaimana yang dituturkan sendiri oleh Dr. Said Al Qahthani ketika berkunjung ke kampus kami, Universitas Islam Madinah dan memberikan ceramah di sana.

Mengaku bermadzhab Syafi’i, namun anehnya tidak pernah menunjukkan secara tegas kalau Imam Syafi’i memperingati maulid Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam-.
Yang ada adalah Imam Syafi’i memerintahkan kita untuk mentaati dan mengikuti ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam walau hal itu tidak disebutkan dalam Al Qur’an Al Karim. Dalam kitab Ar Risalah, Imam Asy Syafi’i berkata,
وما سن رسول الله فيما ليس لله فيه حكم فبحكم الله سنة
“Apa yang disunnahkan oleh Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- yang tidak ada hukumnya dalam Al Qur’an, maka ajaran beliau pun berdasarkan hukum Allah sudah menjadi ajaran bagi kita” (Ar Risalah, hal. 151).
Jika Imam Syafi’i saja memerintahkan untuk mengikuti Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka jelas ia tidak mungkin berbuat suatu amalan yang tidak ada tuntunannya, yang tidak pernah diajarkan oleh Rasul –shallallahu ‘alaihi wa sallam– dan para sahabatnya. Imam Syafi’i itu dipuji karena kecerdasannya. Sebagaimana perkataan berikut,
قال أبو عبيد: ما رأيت أحدا أعقل من الشافعي، وكذا قال يونس بن عبدالاعلى، حتى إنه قال: لو جمعت أمة لوسعهم عقله
“Abu ‘Ubaid berkata: Aku tidaklah pernah melihat seorang pun yang lebih cerdas dari Imam Syafi’i. Begitu pula disebutkan oleh Yunus bin ‘Abdul A’la, sampai-sampai ia berkata, “Jika umat itu dikumpulkan, maka tentu masih hebat kecerdasan Imam Syafi’i” (Siyar A’lamin Nubala karya Imam Adz Dzahabi, 10: 15).
Adapun perkataan Imam Syafi’i yang dinukil sebagai berikut,
من جمع لمولد النبى صلى الله عليه وسلم اخوانا وتهياء لهم طعاما وعملا حسانا بعثه الله يوم القيامة مع الصديقين والشهداء والصالحين
“Barangsiapa yang mengumpulkan orang untuk melaksanakan perayaan Maulid Nabi karena kecintaan pada Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam– secara berjama’ah dengan menyediakan makanan dan berlaku baik, niscaya Allah bangkitkan di hari kiamat beserta para ahli kebenaran, syuhada dan para shalihin.”
Yang menukil perkataan di atas tidak menyebutkan sumber rujukannya atau merujuk ke kitab induk Imam Syafi’i.[1] Karena yang kami temukan adalah perkataan tersebut dinisbatkan pada Al Imam Al Yafi Al Yumna sebagaimana dinukil dari kitab Roudhotuth Tholibin,
وقال الامام اليافعي اليمنى: من جمع لمولد النبي (ص) إخوانا وهيأ طعاما وأخلى مكانا وعمل إحسانا وصار سببا لقراءة مولد الرسول بعثه الله يوم القيامة مع الصديقين والشهداء والصالحين ويكون في جنات النعيم.
“Al Imam Al Yafi Al Yumna berkata: Barangsiapa berkumpul untuk acara Maulid Nabi karena kecintaan pada Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam– dengan berjama’ah dan menyediakan makanan dan tempat, juga berlaku baik, niscaya karena sebab ini, Allah akan bangkitkan di hari kiamat bersama para shiddiqin, syuhada dan para shalihin, dan akan berada di surga yang penuh kenikmatan.” (Roudhotuth Tholibin, 3: 415). Kalau mau menukil perkataan Imam Syafi’i secara langsung, buktikanlah perkataan beliau dari kitab beliau, bukan dari kitab turunan hasil karya ulama lainnya. Kami sangat menanti jawaban jika ada yang bisa menukil tentang anjuran perayaan Maulid dari kitab Imam Syafi’i Al Umm atau dari kitab Ar Risalah.
Taruhlah kalau Imam Syafi’i mengadakan maulid Nabi, apa itu langsung jadi dalil? Dari mana ini dikatakan jadi dalil? Karena perkataan Imam jika menyelisihi ajaran Rasul –shallallahu ‘alaihi wa sallam-, mana yang mesti didahulukan? Sedangkan para sahabat saja tidak pernah mengekspresikan cinta mereka dengan maulid Nabi, padahal mereka adalah orang yang dekat dengan Nabi. Lantas bagaimana lagi dengan orang di bawah sahabat?
Imam Syafi’i sendiri berkata,
إِذَا صَحَّ الْحَدِيثُ فَهُوَ مَذْهَبِي وَإِذَا صَحَّ الْحَدِيْثُ فَاضْرِبُوا بِقَوْلِي الْحَائِطَ
“Kalau ada hadits shahih, maka itulah madzhabku, dan kalau ada hadits shahih maka campakkanlah pendapatku ke (balik) tembok.” (Siyar A’lamin Nubala, 10: 35)
Imam Syafi’i menerangkan dalam kitab Ar Risalah dengan membawakan ayat berikut terlebih dahulu,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An Nisa’: 59). Kata Imam Syafi’i, maksud ulil amri dalam ayat tersebut adalah para ulama yang sejalan dengan ajaran Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu setelah itu beliau berkata,
فأموا أن يطيعوا أولى الأمر الذين أمرهم رسول الله , لا طاعة مطلقا بل طاعة مستثناة,فيما لهم وعليهم فقال: فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ  يعني إن اختلفتم في شيء
“Orang beriman diperintahkan untuk mentaati ulil amri (para ulama) namun ketaatan tersebut ketika sejalan dengan ajaran Rasul –shallallahu ‘alaihi wa sallam-. Ketataan pada para ulama bukanlah ketaatan secara mutlak, namun ketaatan jika sejalan dengan perintah Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam-. Jadi yang diikuti adalah kebaikan mereka, bukan yang keliru. Karena Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Jika kalian berselisih dalam suatu pendapat, maka kembalikanlah kepada Allah …” Maksud ayat ini adalah ketika kalian berselisih dalam (segala) sesuatu. (Ar Risalah, hal. 145-146).
Pernyataan Imam Syafi’i di atas berarti bahwa perkataan seorang ulama, kyai, ustadz, atau seorang imam bisa diikuti jika sejalan dengan ajaran Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jika menyelisihi, maka jelas tidak boleh diikuti.
Taruhlah jika benar perkataan Imam Syafi’i, itu keliru karena menyelisihi dalil. Kekeliruan seorang ulama tidaklah boleh diikuti. Sulaiman At Taimi mengatakan,
لَوْ أَخَذْتَ بِرُخْصَةِ كُلِّ عَالِمٍ اِجْتَمَعَ فِيْكَ الشَّرُّ كُلُّهُ
“Seandainya engkau mengambil setiap ketergelinciran ulama, maka pasti akan terkumpul padamu kejelekan.” Setelah mengemukakan perkataan ini, Ibnu ‘Abdil Barr mengatakan, ”Ini adalah ijma’ (kesepakatan) para ulama, saya tidak mengetahui adanya perselisihan dalam hal ini.” (Lihat Kasyful Jaani, Muhammad At Tiijani, hal. 96, Asy Syamilah)
Kami pun masih belum percaya kalau Imam Syafi’i benar-benar menganjurkan perayaan maulid karena beliau adalah orang yang benar-benar mengikuti sunnah Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Imam Syafi’i sendiri berkata,
كُلُّ حَدِيثٍ عَنِ النَّبِيِّ  فَهُوَ قَوْلِي وَإِنْ لَمْ تَسْمَعُوهُ مِنيِّ
“Setiap hadits yang diucapkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka itulah pendapatku meski kalian tak mendengarnya dariku.” (Tarikh Dimasyq, 51: 389)
[1] Ketika kami search di Google mengenai perkataan Imam Syafi’i di atas, tidak kami peroleh link berbahasa Arab. Yang ada adalah artikel berbahasa Indonesia. Kalau memang itu bersumber dari kitab Arab, kok di Google sulit mencarinya? Yang ada kami temukan sumber perkataan tersebut dari Kitab Madarijus Su’uud hal. 16, karangan Al-‘Allamah Asy-Syekh An-Nawawiy Ats-Tsaniy (Sayyid Ulama Hijaz).  Artinya perkataan tersebut bukan bersumber dari Imam Syafi’i secara langsung.


Hasil gambar untuk photo caption

Mengenal Lebih Dalam Sosok Unik Habib Luthfi Bin Yahya

Ngelmu.com - Dalam jawatannya ke Pekalongan, Jawa Tengah, Presiden Joko Widodo atau yang lebih akrab dikenal Jokowi itu menghadiri peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1438 H. Kunjungan presiden kali ini juga bertemu dengan Habib Luthfi Bin Yahya.
Bagi warga Pekalongan, Habib Luthfi (begitu sapaan akrabnya) merupakan pemuka agama yang sudah dikenal betul biografinya. Bahkan warga pekalongan sendiri menyebut bahwa Habib Luthfi merupakan sosok yang unik dan berbeda dengan habib yang lain.

Biarpun sudah terkenal dan dikenal oleh warga Pekalongan dan beberapa wilayah di Indonesia, namun masih sedikit yang sudah mengetahui biografi jelas dari Habib Luthfi dan alasannya mengapa dikatakan sebagai habib yang unik.

Untuk itu, ngelmu ingin menjabarkan kepada sobat semua tentang Habib Luthfi Bin Yahya. Simak informasinya dibawah ini ya!

Habib Luthfi ahir di Pekalongan, 10 November 1947 atau 27 Rajab tahun 1367 H. Beliau dilahirkan dari seorang syarifah bernama sayidah al Karimah as Syarifah Nur. Habib Luthfi bin Yahya ini memiliki jabatan organisasi sebagai Ketua Umum MUI di Jawa Tengah, sebagai anggota Syuriyah PBNU, dan merupakan Ra’is ‘Am jam’iyah Ahlu Thariqah al Mu’tabarah an Nahdiyah. Pendidikan pertama beliau didapatkan dari ayahanda tercinta yaitu al Habib al Hafidz ‘Ali al Ghalib. Setelah itu beliau belajar selama 3 tahun di Madrasah Salafiah.

Pada tahun 1959, Habib Luthfi Bin Yahya melanjutkan sekolahnya di sebuah pondok pesantren Benda Kerep, Cirebon. Selanjutnya ke Indramayu, Purwokerto, kemudian Tegal. Setelah itu belaiu melanjutkan ke Mekah, Madinah dan negara-negara lainnya. Dari para ulama-ulama besar , wali-wali Allah, serta guru-guru agama lah Beliau mendapatkan ilmu-ilmu agama, seperti ilmu syari’ah, tasawuf, dan thariqah dan tasawuf.

Dari para guru tersebut Beliau mendapatkan ijazah Khas (khusus) dan ijazah ‘Am (umum) dalam bidang Da’wah dan nasyru syari’ah atau menyebarkan syari’ah, kitab-kitab tauhid, kitab-kitab hadits, kitab-kitab shalawat, tashawuf, sanad, thariqah, kitab thariqah, riwayat, bacaan-bacaan aurad, tafsir, dirayat, nahwu, tashwuf, nasab, hizib-hizib, sanad-sanadnya, dan kitab-kitab kedokteran. Selain itu Beliau juga mendapatkan ijazah untuk membai’at.

Diketahui dari wikipedia, hari-hari Habib Luthfi dipenuhi dengan kegiatan keagamaan di Pekalongan, seperti; Pengajian Thariqah setiap jum’at Kliwon pagi, Pengajian Ihya Ulumidin setiap Selasa malam, Pengajian Fath Qarib setiap Rabu pagi yang dikhususkan bagi ibu-ibu, Pengajian Ahad pagi dan pengajian thariqah yang juga dikhususkan bagi ibu-ibu, Pengajian setiap bulan Ramadhan yang diperuntukkan santri Aliyah, Da’wah ilallah diberbagai kawasan di Nusantara, Rangakain Maulid Kanzus di kota Pekalongan dan daerah-daerah sekitarnya, dan masih banyak kegiatan-kegiatan lainnya.

Habib Luthfi Bin Yahya dikenal juga sebagai sosok yang karismatik dan memiliki hobi yang unik. Habib ini sangat gemar  bermain organ dan menikmati musik-musik klasik karya Mozart dan Beethoven. Hobi semacam itu mungkin tidak aneh bila dimiliki oleh “orang biasa”.
Habib Luthfi Dan Tunduknya Seekor Kambing Olehnya
Pada awalnya Maulid Nabi di Kanzus Shalawat diadakan setiap Jum'at Kliwon. Waktu itu pengajian Jum'at Kliwon belum seramai saat ini dan belum ada Gedung Kanzus Shalawat. Menurut KH. Zakaria Anshar (santri senior Habib Luthfi yang mulai ngaji sejak 1985 sebelum masuk ke pesantrennya Mbah Maimun Sarang), Habib Luthfi sudah melaksanakan peringatan Maulid Nabi Saw. sejak tinggal di Noyontaan Gang 7, tepat di belakang Gedung Kanzus Shalawat sekarang, sebelum pindah ke Gang 11. Menurut Kiai Zakaria, Habib Luthfi telah menyelenggarakan Maulid Nabi di kediamannya jauh sebelum tahun itu.

Ada cerita menarik pada saat Maulana Habib Luthfi mengadakan Maulid Nabi di Gang 7, jauh sebelum Gedung Kanzus Shalawat berdiri, dan sebelum pindah ke Gang 11. Bapak Abidin (Habib Luthfi memanggilnya Din Towil).

Pada Maulid perdana Habib Luthfi hendak menyembelih seekor kambing. Kambing tersebut di pohon "jaran". Saat tiba waktu disembelih, Mbah Jufri (teman seperguruan Habib Luthfi pada saat ngaji di KH. Abdul Fatah Jenggot Pekalongan) yang ditugaskan mengambil kambing terkejut, karena saat ditarik kambing itu lari.

Habib Luthfi bin Yahya hanya tertawa sambil berkata, "Wedus go ngormati Kanjeng Nabi kok mlayu (Kambing untuk menghormati Nabi kok malah kabur)."
Tak lama setelah Habib Luthfi berkata demikian kambing itu menghampiri Habib Luthfi dan menjatuhkan diri di hadapan beliau. Kambing itu lalu disembelih sendiri oleh Habib Luthfi bin Yahya tanpa perlu bantuan orang.

Mbah Jufri kemudian berteriak, "Kambing wae weruh Kanjeng Nabi, ingsun menungso ora paham! (Kambing saja tahu kedudukan Kanjeng Nabi, aku manusia tapi tidak paham!)".


Imam Al-Baihaqi meriwayatkan dengan sanadnya dari Yunus bin Abdil A’la, dia berkata: Aku mendengar Imam Asy-Syafii berkata: “Kalau seorang menganut ajaran tasawuf (tashawwuf) pada awal siang hari, tidak datang waktu zhuhur kepadanya melainkan engkau mendapatkan dia menjadi dungu.” (Manaqib Imam As-Syafii 2/207, karya Imam Al-Baihaqi).
Sehingga tidak keliru ketika Imam Asy-Syafii mengatakan: “Tidaklah aku melihat seorang sufi yang berakal sama sekali.” (Manaqib Imam As-Syafii 2/207, karya Imam Al-Baihaqi)
Imam Asy-Syafii rohimahulloh berkata: “Tidaklah ada seorang yang berteman dengan orang-orang sufi selama 40 (empat puluh) hari, kemudian akalnya akan kembali selama-lamanya.”
Dan beliau membacakan syair:ودع الذين اذا أتوك تنسكوا … واذا خلوا فهم ذئاب خفاف
Tinggalkan orang-orang yang bila datang kepadamu menampakkan ibadah
Namun jika bersendirian, mereka serigala buas  (Talbis Iblis hal. 371)
Imam Asy-Syafii juga berkata: “Dasar landasan tasawwuf adalah kemalasan.” (Al-Hilyah 9/136-137)
Sebagai tambahan… suatu waktu Imam Waki’ (salah satu guru Imam Asy-Syafii) berkata  kepada Sufyan bin ‘Ashim: “Kenapa engkau meninggalkan hadits Hisyam?” Sufyan bin Ashim menjawab: “Aku berteman dengan satu kaum dari sufiyyah, dan aku merasa kagum dengan mereka, kemudian mereka berkata: ‘Jika kamu tidak menghapus hadits Hisyam, kami akan berpisah denganmu’.” Maka Imam Waki’ berkata: “Sesungguhnya ada kedunguan pada mereka.” (Talbis Iblis hal 371-372)http://fatwasyafiiyah.blogspot.co.id/2009/09/imam-asy-syafii-tentang-sufiyah.html#ixzz1ZUaLvGq2

Comments [ dari dutaislam.com ]
aneh ,,, anti maulud di bilang lebih bahaya dr anti sahabat????? logika yg sangat batil ya habib,,, bagaimna dgn sahabat dan para ulama2 terdahulu seperi imam 4 mazhab yg tidak merayakan maulid????? apa kah mereka habib sebut lebih bahaya dr syiah yg membenci sahabat??? mudah2 an habib yg di cintai Allah ,.hanya ke pleset lidah...
Kalo yg dimaukan si habib "anti maulid nabi" dalam arti "anti / mengingkari kelahiran nabi", maka ini amalan orang kafir, dan si habib benar bhw itu lebih bahaya dari anti / ingkar shahabat. Tapi menurut artikel di atas, ada indikasi bahwa yg dituduh "anti/ingkar kelahiran nabi shollalloohu alaihi wassallam" adl kelompok yg mereka sebut "Wahabi", yang di dirikan(katanya) oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rohimahulloh. Perlu diketahui bahwa yang diingkari oleh " Wahabi " bukanlah "kelahiran Nabi", akan tetapi yg diingkari adalah "ritual ibadah dlm rangka merayakan kelahiran nabi". Sebab ini termasuk membuat2 syari'at baru dlm Islam (dan ini terlarang). 
Klo Ada yg bilang: " ente gak rayain maulid nabi, berarti ente kagak cinta ame nabi!! "
Jawab : "skrg gini, ente cinta nabi Nuh, nabi Ibrohim, nabi Musa, nabi Isa dan nabi2 lainnya kagak !! Kalo ente cinta mereka, harusnya ente juga rayain maulid mereka, klo kagak berarti ente gak cinta ame mereka..!!" 
(Mikir sambil garuk2 kepala)
Semoga bisa dipahami
Dewi Septya Rahayu _Cinta itu ngikut ajaran asli Rasulullah, bukan malah bikin2 ajaran baru. Nggga pernah sejarahnya para sahabat yang mereka paling cinta melakukan peringatan maulid beliau.
luar biasa.... antena pendek ya bgt..maulid dihubungkan dengan cinta, silakan buat maulid semua nabi krn kita cinta semua nabi..., tetapi lihatlah amalan yang diamalkan apakah kita cinta kpd nabi..?, jangan2 setelah makan kenduri maulid kita langsung kabur gak shalat nukan cuma satu waktu tp 5 waktu. sedangkan maulid hadir ...cinta apaan ini...wkwkwk
Gaya berfikir habib itu lucu, tidak ada jaminan yg rajin maulidan itu benar benar mencintai nabi seutuhnya,bahkan sangat mungkin yg tidak maulidan lebih militan mencintai nabinya,dan lebih serius menanamkan sejarah kelahiran nabinya kepada anak anaknya, sebaiknya artikel itu dihapus saja..akan meperburuk citra habib itu sendiri.
yang wajib "kadang lalai" dikerjakan, begitu banyak sunnah pun belum semua di turuti....lantas ngapain melaksanakan yg gak ada perintah. gitu aja kok Hewir
Inna lillaahi wa inna ilaihi roojiuun....saudaraku muslim...apakah kita di indon yg menyatakan bermahzhab syafii telah membaca dlm kitabnya bhw kt wjb maulidan...jelas tdk ada tuntunan samaa sekali bila kalian bc kitab imam syafii..seandainya ada yg plg cinta kepd Rasul salallahu alaihi wassalam..jelas2 para sahabat d kelrg beliau..ttp tdk ada riwayat mrk satupun bhw mrk mengadakan maulid...apakah hr lahir hrs wajib dirayakan?? Mana tuntunannya saudaraa....bila ada..mari kt rayakan bersama...d umat islam tdk ada 1 pun diwjbkan mengikuti habaib...ttp kewjiban muslim sbg suri teladan adalah HANYA Rasulullah.apakah ada habaib yg lbh mulia dr Rasul? Saudaraku...kerjakan sj amalan yg wajib d sunnah yg jelas ada tuntunanya dlm alquran d hadist 2 yg shahih...sedikit tp pasti amalan yg dicintai Allah.bgi wanita msk surga (daba Nabi saw) adalah.1.shalat 5 wkt.2.puasa di bln Ramadhan.3.menjaga kehormatan dirinya. 4. Taat pd suaminya..mk insya Allah bolwh msk surga dr pintu mana saja...tdk ada kan bhw hrs maulid. Jgn menyilitkan diri saudaraku...belajarlah ilmu yg sesuai syariat...agama ini tdk keras...ttp hati kt lah kdg keras..tdk may menerima kebenaran...itu ciri2 Allah blm menghendaki kebaikan bgi anda...perbanyaklah istighfar...smg kerak hati bs terkikis d hati menjadi lembut dlm menerima kebenaran dr Allah...krn kebaikan blm tentu kebenaran ttp kebenaran sdh pasti baik.islam ini sdh sempurna saudara...sampai msk kamar mandi d keluar sj ada tuntunannya...mana mungkin cara mencintai NabiNYa salallahu alaihi wassalam tdk ada tuntunannya....ikutilah apa yg tlah Nabi amalakan...bershalawatlah pd beliau seetiap wkt terutama perbnyk shalawat di hari jumat...perbanyaklah mengerjakan sunnah2 beliau...d bc lah shalawat setelah azan lalu bc Allahumma tabbahadzihid ..dstnya...mk niscaya kt mendpt syafaatnya..cintailah Rasul dg mencintai amalan2nya...kl nunggu maylid 1 thn sekali bukankah kelamaan saudarakuu...takutnya thn dpn blm tentu bertemu dgnya...kami cinta bershalawat...ttp setiap wkt d sesuai tuntunan beliau salallahu alaihi wassallam...d Nabi pun berpesan...brgsiapa yg membenci sahabatku.. maka mrk bkn termsk umatku...wa iyyazhubillah...sudah jelas kan kriteria yg bkn termsk umatnya... smg kt semua muslim diberi taufiq hidayah dr Allah subhanahu wata ala...sggh itulah yg sgt mahhaalll...d hati2 dg tdk enakan kepd manusoa atw kepd kaummu...krn paman Nabi yg beliau sgt cintai d tlah percaya d membela dg jiwa raga hartanya sj tdk mengucap syahadat krn tdk enak pd kaumnya...berfikirlah saudari/a muslimku...saling menyayang krn Allah itu lbh utama ketimbang saling mencaci...sayangnya kebenaran yg hakiki br terjadi ketika sakaratul maut..ketika terbuka hijab...kebenaranpun ter ungkap...hny sj syaang...dlm alquran mk ia berteriak2 minta kembali ke dunia...bkn krn ingin kembali kepd pasangannya yg cantik atw ganteng atw krn harta yg buanyaak...ttp hny utk ruku..sujud d bersdqh..atw beramal shleh sekaliiiii saja...tdk ada 1 pun di alquran mrk ingin kembali krn ingin maulid seandainya itu perkara yg baik disisi Allah....demikian saudara...wallahu a'lam.subhanakallahumma wabihamdika asyhaduallaa ilaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaiih... mhn maaf bl ada kt2 yg salah...krn keswmpurnaan hny lah milik Allah. Wassalamualaikum warohmatullah wabrarokatuh.
Jadist qudsi menuatakan brsgsipa yg bershalawat kepd Nabi 1 kali maka Allah akan membalas dg pahala shlawat Allah 10 kali....krn Allah d para malaikatpun bershalawat..jg semua makhluk dilangit d dibumi...mk bershalawat setiap wkt.
Ikhwanul Gozhali (bang igo) melalui Google+
Ternyata Maulid(ulang tahun) Rasulullah shalallahu 'alaihi wa salam sudah menjadi syari'at islam yang wajib.
Kalau pencaci maki para sahabat oleh para Imam Kaum Muslimin di vonis KAFIR. Tetapi ini katanya lebih berbahaya dari pada pencaci maki sahabat.
Berarti tokoh sufi sekaligus sesepuh NU ini telah mengkafirkan sebagiam kaum muslimin karena tidak mengikuti Maulid(ulang tahun) Nabi shalallahu 'alaihi wa salam.
Dan di tuduh tidak mencintai Nabi shalallahu 'alaihi wa salam. Kalau seseorang tidak memcintai Nabi shalallahu 'alaihi wa salam. Ini sama saja orang ini(yang tidak mencintai Nabi shalallahu 'alaihi wa salam) KAFIR.
maka sangat jelas. Selama ini yang suka mengkafir-kafirkan itu siapa...?
Yang memecahbela ukhuwah islamiyan itu siapa...?
Benarlah apa yang di katakan Al Imam Asy Syaithibi rahimahullah, beliau setelah menyebutkan beberapa dalil-dalil bahwa bid’ah adalah pemecah belah ummat, Imam Asy-Syatibi rahimahullaahu ta’ala berkata : “Semua bukti dan dalil ini menunjukan bahwa munculnya perpecahan dan permusuhan adalah ketika munculnya kebid’ahan.” (Al- I’tisham,I/157).
Wallahul musta'an
Innalillahi.... seorang yg diikuti oleh banyak muslim ternyata sangat menyesatkan dan secara tdk sadar, dialah pemecah belah umat.
NU itu Not Urgent..tak penting, kalau mereka bersaudara dengan syiah silahkan ..itu sudah nasib mereka, kalau mereka suka bidah silahkan..itu juga nasib mereka. Buat kita Islam..ikutin ajaran Nabi, buat yang mencintai Nabi ..ikutin ajaran Nabi..jangan dikurangi dan ditambahin.
yang wajib "kadang lalai" dikerjakan, begitu banyak sunnah pun belum semua di turuti....lantas ngapain melaksanakan yg gak ada perintah. gitu aja kok Hewir
Kalo yg dimaukan si habib "anti maulid nabi" dalam arti "anti / mengingkari kelahiran nabi", maka ini amalan orang kafir, dan si habib benar bhw itu lebih bahaya dari anti / ingkar shahabat. Tapi menurut artikel di atas, ada indikasi bahwa yg dituduh "anti/ingkar kelahiran nabi shollalloohu alaihi wassallam" adl kelompok yg mereka sebut "Wahabi", yang di dirikan(katanya) oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rohimahulloh. Perlu diketahui bahwa yang diingkari oleh " Wahabi " bukanlah "kelahiran Nabi", akan tetapi yg diingkari adalah "ritual ibadah dlm rangka merayakan kelahiran nabi". Sebab ini termasuk membuat2 syari'at baru dlm Islam (dan ini terlarang). 
Klo Ada yg bilang: " ente gak rayain maulid nabi, berarti ente kagak cinta ame nabi!! "
Jawab : "skrg gini, ente cinta nabi Nuh, nabi Ibrohim, nabi Musa, nabi Isa dan nabi2 lainnya kagak !! Kalo ente cinta mereka, harusnya ente juga rayain maulid mereka, klo kagak berarti ente gak cinta ame mereka..!!" 
(Mikir sambil garuk2 kepala)
Semoga bisa dipahami


Ucapan Jahil Habib Luthfi Bin Yahya "Sedikit-Sedikit Mereka Katakan Yang Penting Al-Islam. Yang Penting Ahlussunah Waljamaah. Tidak Perlu NU-NU An"? Perjanjian Faisal Bin Husein (Putra Syarif Mekkah Husein Bin Ali, Penganut Sufisme, Hasyimiyah) Pintu Masuk Yahudi Eropa Miliki Tanah Di Palestina.
http://lamurkha.blogspot.co.id/2017/08/ucapan-jahil-habib-luthfi-bin-yahya.html
Kisah seekor kambing sujud pada nabi (saw.) Dan tunduk pada habib luthfi (written by sya'roni as-samfuriy on jumat, 10 juni 2016 02.07)
Masukan Untuk Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin Terkait Risalah Amman
http://lamurkha.blogspot.co.id/2015/05/masukan-untuk-menteri-agama-lukman.html?m=0
Masukan Untuk Menteri Agama ( 2 ), Hukum Mencaci Istri Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam.
Habib Ahmad Bin Zain Al Kaff : Harus Berani Menasehati Orang-Orang Wahabi Di Depan Mereka, Secara Ilmiyyah Dan Berdalil, Bukan Dengan Mengancam/Kekerasan.
Habib Ahmad Zein Al Kaff : Kalau wahabi kitab rujukannya sama, rukun Iman, rukun Islamnya juga sama, sedangkan Syiah berbeda, kita hanya berbeda dalam masalah furu’iyah (cabang) dengan Wahabi/salafi
Titik Temu Wahabi-NU
“Titik Temu NU - Wahhabi “ , Bahasan “ Isu-isu Pokok” Secara Ilmiyyah Tanpa Hujatan, Untuk Mendamaikan Sesama Ahlus Sunnah [ Bagian I ]
Prof. Dr. Ali Mushthofa Ya’kub: Jangan Mau Jadi Jangkrik! [ Untuk Orang NU yang Mau Diadu Domba Dengan Wahhabi ]
Perspektif Lain dari Wahabi
Rabithah Ulama Syam ( Syaikh Usamah Ar-Rifa’I, berpaham Asy’ari ) dan Ikatan Ulama Suriah : Adu Domba Umat Islam, di Suriah Syiah Hembuskan Isu Wahabi, Proyek Syiah Persia Kuasai Bumi Syam Pasti Gagal. Ulama Su’ Indonesia apa lebih Berilmu dari mereka ?
Kenapa Benci Wahhabi ?? Antara Tuduhan dan Fakta
Stempel Wahabi adalah cara Syiah memadamkan cahaya Al Quran dan Sunnah
Sebutan Salafi-Wahabi, Propaganda Syiah Benturkan Kaum Muslimin
Gelar WAHABI, Itu Propaganda Orang Yang Memusuhi Dakwah Tauhid,. Agar Kaum Muslimin Tidak Mendengar Ajakannya…
Waspada, Politik Adu Domba Sesama Ahlussunnah Meningkat, Sedangkan Syiah Bersiap-Siap!
“Syiah Gunakan Isu Anti-Wahhabi untuk Memecah Belah Umat Islam ”
"Wahabi", Black Propaganda dan Aroma “Syiah Rafidhah”
Kambing Hitam Yang Digemari Syiah ( Peternak )
Perhatikan ! Para Penghina Allah Azza wa Jallah ( Al Wahhab/Wahabi) dan Penghujat Saudi, Dihinakan dan Diberantakan !
Syi’ah Ada Dibalik Isu Anti-Wahabi Untuk Pecah Belah Umat Islam
Su'per Cendekiawan Muslim Sunni Abu-Abu Didikan Orientalis Terpedaya Syiah, Pendengki Salafi “ Wahabi ”
Kasus Bangil, Syiah Mengadu Domba Dengan Menuduh Anti Syiah Adalah Wahabi ! ( Lagu Lama )
Mengapa Syiah Menggunakan Istilah Takfiri-Wahabi?
Siapa yang menyatakan beda antara Ahlus Sunnah dan Syiah termasuk masalah furu' dan Tidak Semua Syi’ah Sesat, maka Dia… Syi’ah !
Ada yang Mengadu Domba NU dan “Wahabi” Agar Umat Tak Bersatu
 “Syiah Gunakan Isu Wahabi untuk Memecah Belah Umat Islam”
Mengapa Syiah Menggunakan Istilah Takfiri-Wahabi? Kelompok Takfiri sebenarnya Syiah, Kelompok Radikal Jika Merujuk Definisi BNPT
Untuk Para Provokator/Hasader/Herder Syi’ah dan Ulama2 “SU’/Namimah” yang ingin membenturkan NU dengan Salafi “Wahhabi”, perhatikan tulisan dibawah ini !!
Keberhasilan Syiah Memfitnah Salafi & Memecah belah Umat Islam