“Orang yang mencela sahabat-sahabat
Nabi, maka ia tidak termasuk dalam golongan Islam (kafir)”
Imam Ja’far Bin
Muhammad Ash-Shadiq Menyebut Orang (Hatinya) Tidak Cinta Kepada Abu Bakar RA
Dan Umar RA Adalah Ahli Neraka !
Al-Imam Malik rahimahullaah berkata (murid Imam Ja’far Ash-Shadiq): “Apa yang di jaman Nabi shallallaahu ‘alayhi wa sallam dan sahabatnya bukan bagian dari agama, maka pada hari ini pun tak akan pernah menjadi agama!”
Al-Imam Malik rahimahullaah berkata (murid Imam Ja’far Ash-Shadiq): “Apa yang di jaman Nabi shallallaahu ‘alayhi wa sallam dan sahabatnya bukan bagian dari agama, maka pada hari ini pun tak akan pernah menjadi agama!”
Kajian Lengkap Pro-Kontra Hakikat Mencintai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam Dan Maulid Nabi. Sampai Akhir Abad Ketiga Hijriyah Tidak Pernah Ada Perayaan Maulid. Pro-Maulid Merujuk Pendapat Ulama Setelah Abad Kelima Hijriyah.
Ustadz Abdul Somad, Lc, MA : Hukum
Peringatan Maulid. Juga Pendapat Zon Jonggol (Mutiara Zuhud) dan Ustadz Drs.
Idrus Ramli (NU Garis Lurus). Bandingkan Dengan Paparan Artikel Komprehensif
(Pro-Kontra) dilamurkha.
لَوْ كَانَ خَيْرًا لَسَبَقُوْنَا إِلَيْهِ
"Lau Kaana Khairan Lasabaquuna Ilaihi“
“Kalau sekiranya perbuatan itu baik
tentulah para sahabat telah mendahului kita dalam mengamalkannya”
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam,
Para Sahabat, Para Thabi’in, Thabi’ut Thabi’in, Imam Mazhab yang Empat, Para
Ulama Hadits Seperti Imam Bukhari- Muslim, Tidak Ada Yang Pernah Satu Kalipun
Mengadakan Perayaan Maulid Nabi....
(Tiga Abad Pertama Hijriyah dan
Paling Utama)
Habib
Luthfi: Anti Maulid Lebih Berbahaya Daripada Anti Sahabat
( ?! tipikal syi'ah )
( ?! tipikal syi'ah )
Rabu,
13 April 2016
Propaganda Syiah Bukan Islam beberapa tahun
terakhir didengungkan kelompok wahabi membuat Habib Luthfi bin Yahya,
Pekalongan, membuat pegel (kesal) karena sudah keterlaluan.
Mereka yang mempropagandakan Syiah kafir rata-rata anti maulid. Menurut Habib
Luthfi, walau anti sahabat juga harus diingatkan, namun yang anti maulid tidak
boleh dibiarkan. (Baca Duta Islam: Habib Luthfi: Jangan Jadi Penerus yang Memalukan Leluhur)
[silahkan baca ratusan artikel ilmiyyah di lamurkha terkait "Syi'ah bukan bagian dari Islam" dan "Risalah Aman". ditunggu bantahannya.red ]
Dalam video berjudul "Sindiran Keras dari Habib Luthfi bin Yahya", diunggah oleh Zain As-Sujai'i pada 13 April 2016, Habib Luthfi juga menyindir keras kelompok pemecah belah NU. Bagi Habib Lutfhi, NU hanya satu, yakni Nahdlatul Ulama yang didirikan KH Hasyim Asy'ary. Mereka yang megaku paling lurus mengikuti Mbah Hasyim, harus diluruskan dan diperingatkan. Duta Islam mengetik ulang perkataan Maulana Habib Luthfi dalam video Aswaja TV berdurasi 5.30 menit itu:
Dalam video berjudul "Sindiran Keras dari Habib Luthfi bin Yahya", diunggah oleh Zain As-Sujai'i pada 13 April 2016, Habib Luthfi juga menyindir keras kelompok pemecah belah NU. Bagi Habib Lutfhi, NU hanya satu, yakni Nahdlatul Ulama yang didirikan KH Hasyim Asy'ary. Mereka yang megaku paling lurus mengikuti Mbah Hasyim, harus diluruskan dan diperingatkan. Duta Islam mengetik ulang perkataan Maulana Habib Luthfi dalam video Aswaja TV berdurasi 5.30 menit itu:
------------------------------------
"Walaupun
yang kecil tidak bisa dianggap kecil....Ada kelompok tertentu oknumnya benci
kepada sahabat, itu diperbesar. Tapi yang anti maulud lebih besar daripada anti
sahabat, kita diamkan? Kebalik tidak? Anti maulud berarti mengingkari maulidin
nabi, mengingkari nubuwah, mengingkari risalah. ( ???! tipikal taqiyaher syi'ah, tidak ilmiyyah dan berdalil.red) Ojo main-main, Sebabnya
apa, kalau kita cinta kepada Nabi, umat Islam tidak bisa dipecah belah. Tapi
kalau kelompok yang anti sahabat kita serang, bisa pecah belah dan manfaatnya
besar. Apa itu? Bisa njeblokake (permusuhan) antar habaib. Itu bahayanya, ( menghujat sahabat jelas kafir ! silahkan baca dan bantah artikel di lamurkha secara ilmiyyah, dengan dalil yang shahih dan sharih.red lamurkha )
"Habaib
yang satu akidahnya beda, yang satu lagi akidahnya beda, dijeblokake (dibenturkan).
Akhirnya, antar habib saling memaki. menuding. Yang tidak senang habaib
ngomongnya "terus...terus...kalau bisa saling bunuh...bunuh
saja....". Jadi, ini menghabisi habaib dengan tangan habaib. (Contoh pembenci: Dilaporkan Alisa Wahid, Fanpage Kistara Palsu Dihapus)
"Pertanyaannya
cuma satu, apa kalian rida jika anak cucu Nabi dihabisi? (Tidak....jawab
hadirin). Itu tandanya kalian semua cinta kepada Kanjeng Nabi. Andai saya bisa
meminta kepada Allah, saya minta dan ridho ada di pintu surga agar orang-orang
yang cinta kepada Nabi dimasukkan surga terlebih dahulu. Ini karena mahabbah,
karena cinta,
"Kalau
habib sudah dibenturkan, nanti antar habib dibenturkan dengan NU. Akhirnya NU
dan Habaib pisah. Ini yang mengkhawatirkan. Saya ingatkan. Kalau sudah begitu,
tinggal NU nya bakal dipecah. Membuat dua kelompok NU. Yang satu bikin NU
kelompok Gus Dur-Aqil Siraj, yang satu NU Mbah Hasyim Asy'ary. Tidak ada NU Gus
Dur, tidak ada NU Habib Luthfi, tidak ada NU Aqil Siraj, yang ada NU Nahdlatil
Ulama' yang didirikan Mbah Hasyim As'ary,
Peringatan keras ini harus didengarkan oleh kelompok
pemecah belah keutuhan NKRI dan anti NU. Mereka pembuat rusuh kerukunan
beragama dan keagamaan di Nusantara. Pemecah belah, pembentur dzurriyah Nabi
salah satunya kelompok ideologis ektrem penganut Muhammad bin Abdul Wahab atau
wahabi. Dan, pemecah belah NU salah satunya Gerombolan Garis Lurus (GGL). [dutaislam.com/abdullah]
http://www.dutaislam.com/2016/04/habib-luthfi-anti-maulid-lebih-berbahaya-daripada-anti-sahabat.html
[ lihat Comments dibawah ]
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah, seandainya
Rasulullah, para sahabat, tabi’in, maupun 4 imam mazhab mau merayakan maulid
Nabi, tentu mudah bagi mereka untuk merayakannya. Faktor pendorong merayakan
maulid sudah ada, yakni kecintaan mereka kepada Nabi yang teramat besar,
ditambah lagi tidak ada faktor yang menghalangi mereka untuk merayakannya.
Namun, mengapa mereka tidak merayakannya? Apa sih susahnya
maulidan? Hal ini semata karena keyakinan mereka bahwa maulid bukanlah ajaran
Rasul yang mulia shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Yang pertama adalah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa
sallam,..apakah beliau pernah merayakan
ulang tahunnya? atau
ulangtahun bapaknya, ibunya, atau anaknya? TIDAK
PERNAH SAMA SEKALI.
Yang kedua, para
Sahabat.,.orang yang paling mencintai Rasulullah. Apakah ada sahabat yang pernah
mengadakan ulang tahun?? TIDAK
PERNAH SAMA SEKALI.
Yang ketiga, Para Thabi’in,.. apakah ada thabiin yang pernah
mengadakan ulang tahun?? TIDAK PERNAH SAMA SEKALI.
Yang keempat, Para Thabiut
thabi’in,..apakah mereka ada yang pernah mengadakan ulang tahun?? TIDAK
PERNAH SAMA SEKALI.
Yang kelima,.. Imam yang empat,
…..apakah mereka ada yang pernah mengadakan ulang
tahun?? TIDAK
PERNAH SAMA SEKALI.
Yang ke enam, para Ulama,
seperti Imam Bukhari, Muslim,..dan ulama-ulama lainnya, sangat banyak
sekali, ..apakah mereka ada yang pernah mengadakan ulang tahun?? TIDAK
PERNAH SAMA SEKALI.
Dari keterangan diatas, sungguh kita
dapati fakta sebenarnya,ternyata yang pertama
mengadakan ulang tahun nabi adalah orang-orang yang sangat jelek agamanya,.. bahkan bukanlah dari pemeluk agama
islam. Abu Lahab orang musyrik quraisy, bukan seorang muslim. Bani Ubaidiyyun
adalah dari kelompok syiah qaramithah batinniyah yang jelas-jelas kesesatannaya..
Sedangkan Rasulullah shalallahu
‘alaihi wa sallam, para sahabat, para thabi’in, thabi’ut thabi’in, Imam yang
empat, para Ulama,tidak ada yang pernah satu
kalipun mengadakan maulid nabi..
Kok ada sekelompok orang yang mengaku
mencintai Rasulullah, mereka rame-rame mengadakan maulid nabi???
Padahal yang pertama kali mengadakan
maulid nabi adalah
orang-orang yang sudah dikenal keburukannya,..
Oleh
karena itu, sudah saatnyalah kita kembali kepada ajaran yang benar. Tidak melakukan ritual-ritual yang
ternyata itu dilakukan oleh orang-orang yang ingin menghancurkan islam itu
sendiri….
Tidak ada hadits Nabi, riwayat
sahabat, serta ucapan 4 imam mazhab yang menunjukkan dianjurkannya merayakan
maulid Nabi.
“Sesungguhnya para salaf tidak merayakannya (maulid
Nabi-pen) padahal ada faktor pendorong untuk merayakannya dan juga tidak ada
halangan untuk merayakannya. Seandainya perbuatan itu isinya murni kebaikan,
atau mayoritas isinya adalah kebaikan, niscaya para salafradhiyallahu ‘anhum lebih berhak
untuk merayakannya. Karena mereka adalah orang yang lebih besar kecintaannya
dan pengagungannya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamdibandingkan
kita. Mereka -para salaf- lebih semangat untuk berbuat kebaikan” (lihat Iqtidho Shirothil Mustaqim, 2/612-616,
dinukil dari Al Bida’ Al Hauliyah, hal. 198)
Tentang sosok habib lutfi bin yahya. Gus idrus : Musryid atau Mufsid ?
NUGarisLurus.Com – Ada
tokoh yang sangat disegani sebagai mursyid NU dalam thoriqoh muktabar namun
pernyataannya sering membela penyimpangan dan sering menyerempet kebathilan
-kebathilan agama. Bagaimanakah seharusnya menjadi seorang mursyid? Ini
pernyataan Pakar Aswaja NU Center KH. Muhamnad Idrus Ramli melalui facebooknya.
BEDA MURSYID DENGAN MUFSID
Dalam ilmu tashawuf, syarat seorang Mursyid (guru spiritual dalam tashawuf),
harus menguasai ilmu syari’ah (tafsir, hadits, akidah, fiqih dan lain-lain)
secara mendalam (tabahhur).
Mursyid harus punya kemampuan batin (mukasyafah) untuk mengetahui penyakit hati
para muridnya.
Kalau ada orang yang diakui sebagai Mursyid, tetapi tidak bisa membedakan mana
ajaran Ahlussunnah Waljamaah, mana Syiah dan lain-lain. Atau terang-terangan
membela seorang tokoh yang menyebarkan faham Syiah, itu namanya bukan Mursyid.
Karena orang semacam ini belum bisa memberikan petunjuk kepada dirinya sendiri.
Apalagi kepada orang lain.
Orang semacam ini sebenarnya adalah Mufsid, yaitu orang yang menyebarkan
kerusakan, baik kepada dirinya, maupun kepada orang-orang yang mempercayainya
sebagai Mursyid.
Wallahu Alam
http://www.nugarislurus.com/2015/10/tentang-sosok-habib-luthfi-bin-yahya-gus-idrus-mursyid-atau-mufsid.html
http://www.islam-institute.com/idrus-ramli-sebut-habib-lutfi-sebagai-mufsid-nadzubillah/
Wallahu Alam
http://www.nugarislurus.com/2015/10/tentang-sosok-habib-luthfi-bin-yahya-gus-idrus-mursyid-atau-mufsid.html
http://www.islam-institute.com/idrus-ramli-sebut-habib-lutfi-sebagai-mufsid-nadzubillah/
Ust. Muhammad Idrus Ramli melalui status
facebook pribadinya sedikit memberikan penjelasan mengenai perbedaan antara
Mursyid dengan Mufsid. Istilah Mursyid yang
tiba-tiba dijadikan lawan kata (kebalikan) dariMufsid oleh Ust. Idrus Ramli memberikan kesan
“serangan” kepada pimpinan thariqah mu’tabarah dilingkungan Nahdlatul Ulama.
Berikut Status Ust. MIR (21/10/2015)
:
BEDA
MURSYID DENGAN MUFSID
Dalam
ilmu tashawuf, syarat seorang Mursyid (guru spiritual dalam tashawuf), harus
menguasai ilmu syari’ah (tafsir, hadits, akidah, fiqih dan lain-lain) secara
mendalam (tabahhur). Mursyid harus punya kemampuan batin (mukasyafah) untuk
mengetahui penyakit hati para muridnya. Kalau ada orang yang diakui sebagai
Mursyid, tetapi tidak bisa membedakan mana ajaran Ahlussunnah Waljamaah, mana
Syiah dan lain-lain. Atau terang-terangan membela seorang tokoh yang
menyebarkan faham Syiah, itu namanya bukan Mursyid. Karena orang semacam ini
belum bisa memberikan petunjuk kepada dirinya sendiri. Apalagi kepada orang
lain. Orang semacam ini sebenarnya adalah Mufsid, yaitu orang yang menyebarkan
kerusakan, baik kepada dirinya, maupun kepada orang-orang yang mempercayainya
sebagai Mursyid..
****
Status Ust. MIR dikutip oleh NU GL dkk sebagai
“serangan” kepada tokoh Mursyid NU yang sangat disegani dalam Thariqah
Mu’tabar, tetapi oleh NU GL dkk dianggap sering membela penyimpangan dan
menyerempat kepada kebatilan agama.
Tokoh yang diserang oleh komplotan NU GL
tidak lain adalah Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya sebagaimana foto
Habib Luthfi dicantumkan pula didalam situs NU GL dkk. Sementara dalam status
Ust. MIR tidak ada penyebutan nama maupun pencantuman foto Habib Luthfi bin
Yahya.
Didalam
lingkungan NU terdapat badan otonom yang mewadahi para pengamal ajaran thariqah
yang mu’tabar. Mereka berada dalam Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh Al Mu’tabarah An
Nahdliyyah (JATMAN). JATMAN mengembangkan sayapnya hingga merambah ke
mahasiswa-mahasiswa yang melahirkan MATAN (Mahasiswa Ahli Thariqah Al
Mu’tabaroh An-Nahdliyyah).
Saat
ini, pimpinan tertinggi atau dikenal dengan istilah Rais ‘Am Jam’iyyah Ahlith
Thoriqoh Al Mu’tabarah An Nahdliyyah adalah Maulana Habib Muhammad Luthfi bin
Ali bin Hasyim bin Yahya.
ImamSyafi’i rahimahullah mengatakan,
“Seandainya seseorang menjadi sufi pada pagi hari, maka siang
sebelumz dhuhur ia menjadi orang yang dungu.”
Sufi, Benarkah Itu Ajaran Nabi?
Hakikat Shufiyyah di Mata Syi’ah
Syi'ah Sufistis
ooooo00000ooooo
Habib Ahmad Bin Zain Al Kaff : Harus Berani Menasehati Orang-Orang Wahabi Di Depan Mereka, Secara Ilmiyyah Dan Berdalil, Bukan Dengan Mengancam/Kekerasan.
Dialog Habib AZA Dengan NU GL: Syiah Dan Wahabi
15 Maret 2016
NUGarisLurus.Com – Redaksi NU GL berkesempatan berdialog dengan A’wan Syuriah PWNU Jatim Habib Ahmad Bin Zain Al Kaff (AZA). Sosok yang terkenal sangat tegas melawan syiah namun sebagian kalangan mempertanyakan sikap beliau terhadap aliran wahabi.
NUGarisLurus.Com – Redaksi NU GL berkesempatan berdialog dengan A’wan Syuriah PWNU Jatim Habib Ahmad Bin Zain Al Kaff (AZA). Sosok yang terkenal sangat tegas melawan syiah namun sebagian kalangan mempertanyakan sikap beliau terhadap aliran wahabi.
Redaksi berkesempatan menanyakan tentang isu bahwa beliau membela wahabi. Namun Ketua Umum Forum Anti Aliran Sesat (FAAS) ini menyatakan bahwa justru beliau satu satunya habib yang berani menasehati orang orang wahabi di depan mereka, tidak seperti sebagian muballigh yang hanya berani membantah wahabi, tapi didepan habaib dan orang orang NU, tdk didepan orang orang Wahabi.
Habib AZA juga menyatakan bahwa sebagai seorang Nahdliyyin tidak akan mungkin berkhianat terhadap isi kitab Risalah ‘Ahlus Sunnah Wal Jama’ah’ Hadhrotussyaikh KH. Hasyim Asy’ari .
Yg beliau sesatkan harus kita sesatkan.
“Kalau ada pengurus NU tidak setuju dengan apa yang sudah digariskan oleh pendiri NU. Maka berarti dia telah berkhianat kepada KH.Hasyim Asy’ari, tegasnya kepada NUGarisLurus.Com, Selasa 15 Maret 2016.
Habib AZA juga meminta kepada para Dai baik para habaib dan kiai agar jangan hanya berani membantah wahabi di belakang orang orang wahabi, tapi juga harus berani menasehati mereka secara langsung agar tidak saling menyerang.
Habib AZA menegaskan bahwa beliau sudah menulis15 buku dalam 30 tahun untuk mengoreksi ajaran syiah dan wahabi. Wallahu Alam
Habib Ahmad Zein Al Kaff : Kalau wahabi kitab rujukannya sama, rukun Iman, rukun Islamnya juga sama, sedangkan Syiah berbeda, kita hanya berbeda dalam masalah furu’iyah (cabang) dengan Wahabi/salafi
Habib ahmad zen:
wahabi masih saudara,, syiah bukan!
4 March 2015
JAKARTA- Kaum Muslimin yang mengkritik ajaran syiah kerapkali difitnah dengan sebutan-sebutan yang buruk, diantaranya pemecah belah umat, agen Zionis, dan yang lebih sering dengan tudingan sebagai Wahabi [ Salafi, red]
Namun, hal itu dibantah oleh Pimpinan Yayasan Al Bayyinat Jawa Timur, Habib Ahmad Zein Al Kaff yang bukan dari kalangan Wahabi saat menjawab pertanyaan soal kenapa setiap ada upaya membongkar kesesatan Syiah,kalangan Syiah sering menyerang balik dengan menyatakan bahwa Wahabi dibelakang aksi yang menuduh Syiah sesat .
“Wahabi sama-sama Ahlussunnah, kalau mereka (Syiah) bukan. Kalau wahabi kitab rujukannya sama, rukun Iman, rukun Islamnya juga sama, sedangkan Syiah berbeda, kita hanya berbeda dalam masalah furu’iyah (cabang) dengan Wahabi” tegas Habib Zein dalam konferensi pers setelah acara tabligh akbar bertajuk “Mengokohkan Ahlus Sunnah wal Jamaah di Indonesia”, yang digelar Ahad kemarin (16/9) di masjid Al-Furqan Dewan Dakwah Jakarta.
Anggota dewan Syuriah PWNU Jawa Timur ini, menyatakan bahwa masyarakat tidak perlu terkejut mendengar tuduhan seperti itu, sebab hal tersebut juga yang menimpa dirinya yang jelas-jelas warga Nahdliyin.
“Tidak usah heran, saya aja yang sudah jelas-jelas bukan Wahabi, dituduh Wahabi juga sama mereka (Syiah)” tutupnya. (bilal/arrahmah.com) Selasa, 18 September 2012 12:27:09
Ayo
Bermaulid 'Ala Nabi
Diterbitkan pada 17 January 2014
Ayo Bermaulid 'Ala Nabi ...!
وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ الِاثْنَيْنِ؟ قَالَ: «ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ
فِيهِ، وَيَوْمٌ بُعِثْتُ - أَوْ أُنْزِلَ عَلَيَّ فِيهِ -
Nabi shallallahu
'alaihi wasallam ditanya tentang puasa hari senin, maka beliau menjawab :
"Itu adalag hari aku dilahirkan, hari aku diutus sebagai nabi, dan hari
diturunkan wahyu kepadaku" (HR Muslim no 1162)
Cara maulid Nabi
yaitu :
1) dengan berpuasa
sebagai bentuk bersyukur kpd Allah.
2) dilakukan setiap
pekan bukan tiap tahun
Namun cara maulid ala
Nabi diganti dgn cara model sekarang ;
1)dengan
bersenang-senang dengan menyediakan banyak makanan, bahkan ada yg mengadakan
pawai dengan membuat patung-patungan hewan makhluk bernyawa. Sehingga banyak
mubadzir
2)dilakukan setiap
tahun
https://www.firanda.com/index.php/artikel/status-facebook/631-ayo-bermaulid-ala-nabi
3)terkadang
dibarengi dengan kemungkaran-kemungkaran seperti:
-musik-musikan
-ikhtilat
(bercampurnya) lelaki dan wanita, dll (silahkan baca kembali http://firanda.com/index.php/artikel/lain-lain/404-kemungkaran-acara-maulid-yang-diingkari-oleh-pendiri-nu-kiyai-muhammad-hasyim-asy-ari-rahimahullah)
Apakah kita ingin
mengganti cara maulid nabi dengan cara yang buruk?
أَتَسْتَبْدِلُونَ
الَّذِي هُوَ أَدْنَىٰ بِالَّذِي هُوَ خَيْرٌ
"Maukah kalian
mengambil yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik?"
6 Bentuk Cinta dan Ittiba Kepada Nabi Muhammad SAW
Oleh: Silmi Kafhah Hidayat
Sahabat VOA-Islam...
Nabi Muhammad SAW adalah Nabi yang diutus oleh Allah SWT untuk memberikan petunjuk bagi umat manusia agar bisa hidup selamat di dunia dan akhirat. Nabi Muhammad SAW lahir di kota Mekkah pada tanggal 12 rabiulawal tahun gajah.
Hari kelahiran nabi biasa kita peringati sebagai hari maulid nabi. Pada hari itu banyak sekali ekspresi dan bentuk kecintaan umat muslim kepada nabi Muhammad saw. Namun sebenarnya kita perlu merenungkan kembali makna cinta dan ittiba (mengikuti) kepada Rasul saw juga bagaimana mewujudkan dan menerapkan cinta dan ittiba kepada beliau itu secara nyata di tengah-tengah kehidupan kita saat ini.
Allah SWT memerintahkan kita untuk menaati beliau atas dasar keimanan terhadap kenabian dan kerasulan Muhammad saw, sesuai dengan firmannya : “Taatlah kalian kepada Allah dan Rasul supaya kalian di rahmati” (QS: Ali Imran [3]:132). Dan “Siapa saja yang menaati Rasul sesungguhnya ia telah menaati Allah” (QS: An-Nisa [4]:80). Lebih dari itu Allah SWT mewajibkan kepada kaum muslim untuk ittiba kepada Rasul saw, dijadikan sebagai pembuktian nyata seorang hamba yang mencintai Allah SWT.
Allah SWT menjadikan ittiba kepada Rasul saw. sebagai syarat terbuktinya keniscayaan dan kecintaan kepada Allah SWT. Jika syarat tersebut tidak terbukti, maka kecintaan kita kepada Allah pun tidak terbukti. Mencintai Allah itu wajib, maka ittiba kepada Rasul pun juga wajib. Sebagaimana kecintaan kita kepada Allah, kecintaan kita kepada Rasul harus tampak pengaruh dan kesannya pada diri seorang muslim. Qadhi al-‘Iyadh menyatakan:
“Ketahuilah bahwa siapa yang mencintai sesuatu maka pengaruh dan kesan kebenaran klaim cinta itu haruslah tampak. Jika tidak, maka kecintaan itu hanyalah klaim kosong. Orang yang benar-benar mencintai Nabi saw. adalah orang yang tanda-tanda kecintaannya kepada Nabi saw. itu tampak pada dirinya.”
Cara yang harus dilakukan jika kita ingin membuktikan cinta dan ittiba kita pada Rasul adalah, Pertama: meneladani beliau, menerapkan Sunnah beliau, mengikuti ucapan dan perbuatan beliau, mengikuti perintah dan menjauhi larangan beliau, serta beradab dengan adab beliau baik dalam keadaan susah atau mudah, baik disukai ataupun tidak disukai.
Kedua: Banyak mengingat Nabi saw. misalnya selalu bershalawat kepada beliau dengan mengagungkan beliau, merendahkan diri saat mengingat beliau dan menampakkan kekhusyukan dan ketundukan saat mendengar nama beliau.
Ketiga: membenci siapa saja yang di benci oleh Allah SWT dan Rasul-Nya, memusuhi siapa saja yang di musuhi beliau, menjauhi siapa saja yang menyalahi Sunnah beliau dan membuat perkara-perkara baru di dalam agama beliau (islam).
Keempat: mencintai al-Qur’an dan menjadikan al-Qur’an sebagai petunjuk dengan cara sering membacanya, memahaminya dan mengamalkan isinya.
Kelima: Lemah lembut dan belas kasih kepada umat Nabi saw. dengan cara menasehati umat beliau serta berupaya mewujudkan berbagai kemaslahatan mereka dan menghilangkan hal yang membahayakan mereka.
Keenam: Bersikap zuhud di dunia dan tidak mengutamakan dunia, bersabar atas kefakiran dan kekurangan.
Cinta dan ittiba kepada Rasul jelas diwajibkan oleh syariah, kedua kewajiban tersebut harus diwujudkan sesuai kehendak syariah, bukan kehendak kita. Jika cinta dan ittiba mengikuti kehendak kita, akibatnya mungkin kita hanya mengikuti dan meneladani Rasul hanya dari sisi moral, personal dan ibadah mahdah-nya saja tidak meneladani Rasul dalam menerapkan hukum syariah, mengelola pemerintahan, berpolitik, mengelola perekonomian, membangun interaksi kemasyarakatan, menyelesaikan berbagai perkara dan perselisihan yang terjadi di masyarakat dengan hukum islam serta menegakkan kekuasaan dan sistem yang menerapkan syariah islam.
Kita dituntut untuk mewujudkan ittiba kepada Nabi saw. secara totalitas (kaffah). Allah SWT berfirman: “Apa saja yang diberikan Rasul kepada kalian, terimalah; apa saja yang dia larang atas kalian, tinggalkanlah dan bertakwalah kalian kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya” (QS:al-Hasyr[59]:7). Maknanya adalah apapun yang beliau perintahkan, lakukanlah; apapun yang beliau larang, jauhilah (Imam Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al’Azhim).
Cinta dan ittiba pada Nabi saw. hakikatnya adalah mengambil seluruh syariah yang beliau bawa dan menjadikannya sebagai pedoman hidup kita. Hal itu dijadikan Allah SWT sebagai bukti kebenaran iman. Allah SWT berfirman:
“Demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara apapun yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima sepenuhnya” (QS: An-nisa[4]:65).
Maknanya adalah dengan menjadikan syariah yang beliau bawa sebagai hukum untuk memutuskan segala perkara yang terjadi. Untuk itu kita membutuhkan kekuasaan yang akan mengaturnya, Rasul pun telah mencontohkan bagaimana beliau memohon kekuasaan kepada Allah SWT untuk mewujudkan hal tersebut: “Dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong” (QS: Al-‘isra[17]:80).
Imam Qatadah menjelaskan “Nabi saw. menyadari bahwa tidak ada daya bagi beliau dengan perkara ini kecuali dengan kekuasaan”. Kekuasaan itu adalah sulthan[an] nashir[an] (kekuasaan yang menolong). Artinya kekuasaan yang sedari awal ditujukan untuk menolong agama Allah, kitabullah dan untuk menegakkan syariah-Nya.
Kekuasaan yang menolong itu tidak lain adalah Khilafah Rasyidah ‘ala minhaj an-nubuwwah. Karena itu mari kita kembali meneruskan perjuangan Nabi saw. yaitu berjuang untuk menerapkan syariah secara keseluruhan dengan menegakkan kembali Khilafah Rasyidah ‘ala minhaj an-nubuwwah. Perjuangan ini harus menjadi tujuan utama umat islam untuk segera diwujudkan. Wallahu’alam bi as-shawab. [syahid/voa-islam.com]
Jawaban Atas Sebuah Alasan : “Kenapa Sahabat Nabi
Tak Merayakan Maulid ?”
December 17, 2015 BULLETIN JUMAT
Jawaban Atas Sebuah
Alasan : “Kenapa Sahabat Nabi Tak Merayakan Maulid ?”
Jika ada seseorang
memaparkan : “Di era para sahabat Nabi dulu tidak ada peringatan seperti ini,
lantas kenapa sekarang ada ? Katanya, untuk menumbuhkan rasa cinta kita kepada
Allah. Baginya, kecintaan sahabat kepada Rasul sudah terbukti sehingga tidak
diadakan peringatan Maulid Nabi. Sahabat-sahabat itu merupakan saksi hidup
perjalanan Rasulullah.
Agar kita mengenal
Rasul, dari perjalanan hidupnya. Maka perlu mengadakan acara seperti ini. Kalau
tidak diadakan acara seperti ini, kapan kita mulai mencintai Nabi”.
Maka dapat kita
katakan :
1)Perkataan :
“Baginya, kecintaan sahabat kepada Rasul sudah terbukti sehingga tidak diadakan
peringatan Maulid Nabi…” , dapat kita tanggapi :
Bahwa perkataan
tersebut disadari maupun tidak disadari mengandung komentar tidak tepat
terhadap para sahabat, dari sisi : kalau seandainya Peringatan Maulid Nabi itu
merupakan wujud kecintaan kepada Nabi, maka para sahabat tidak perlu mengadakan
peringatan tersebut karena mereka sudah merasa puas dengan selain Peringatan
Maulid Nabi sebagai wujud kecintaan kepada Nabi.Tentu sama sekali bukan tipe
para sahabat jika merasa puas dengan amalan shalih yang sudah mereka kerjakan,
tanpa mengerjakan amalan shalih yang lain (dalam hal ini Peringatan Maulid
Nabi).Itu pun (sekali lagi) jika seandainya Peringatan Maulid Nabi memang
benar-benar merupakan amalan shalih.Justru sebaliknya, para sahabat adalah
sosok-sosok manusia yang paling semangat dan tidak merasa puas dengan suatu
amalan shalih, hingga mereka menginginkan amalan shalih yang lain demi meraih
pahala sebanyak-banyaknya.Beberapa riwayat yang shahih menunjukkan sebagian
sahabat meminta Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam menunjukkan amalan shalih
kepada mereka, atau Nabi menawarkan amalan shalih dan para sahabat sangat
antusias menyambut tawaran tersebut.Lebih dari itu, pengetahuan mereka tentang
agama tidak sekedar sebagai wawasan atau wacana, akan tetapi benar-benar mereka
wujudkan dalam bentuk amal nyata.Kesimpulannya : Kalau seandainya Peringatan
Maulid Nabi memang benar-benar merupakan amalan shalih yang menunjukkan
kecintaan kepada Nabi, niscaya akan diselenggarakan oleh para sahabat Nabi
sebagai tambahan amal shalih mereka, yang mereka tidak pernah merasa puas
dengan amal shalih yang sudah mereka kerjakan, hingga mereka ingin mengerjakan
amal shalih berikutnya demi meraih pahala sebanyak-banyaknya.
2) Perkataan :
“Sahabat-sahabat itu merupakan saksi hidup perjalanan Rasulullah”, dapat kami
pahami bahwa para sahabat tidak mengadakan Peringatan Maulid Nabi karena mereka
telah hidup bersama Nabi, melihat langsung amaliah Nabi.Maka tidak perlu bagi
mereka untuk mengadakan acara dalam rangka memperingati kelahiran Nabi.Jika
memang demikian maksud perkataan di atas, maka dapat kita tanggapi :
a) Kalau memang para
sahabat tidak mengadakan Peringatan Maulid Nabi karena mereka merupakan saksi
hidup perjalanan Nabi, lantas mengapa para sahabat tidak menganjurkan generasi manusia setelah mereka
yang tidak pernah menjumpai Nabi agar mengadakan Peringatan Maulid Nabi ?! Apa
yang menghalangi mereka untuk tidak menganjurkan hal itu, sementara para
sahabat adalah generasi yang paling tahu dan semangat tentang kebaikan akherat
bagi umat ini ?!
b)Dipahami dari perkataan
pada poin ke-2 di atas, bahwa selain para sahabat yang memang bukan saksi hidup
perjalanan Nabi perlu untuk mengadakan acara Maulid Nabi.Lalu mengapa para
Tabi’in (murid sahabat), Atba’u at-Tabi’in (murid para Tabi’in), para imam
mazhab 4 yang tersohor (al-Imam Abu Hanifah, al-Imam Malik, al-Imam asy-Syafi’i
dan al-Imam Ahmad bin Hanbal yang bukan saksi hidup perjalanan Rasul ternyata
tidak ada yang menyelenggarakan atau menganjurkan Peringatan Maulid Nabi ?!
Bahkan semasa para imam mazhab yang 4 ini hidup, mereka tidak pernah mengenal
istilah Peringatan Maulid Nabi.Peringatan Maulid Nabi barulah diadakan pada
abad ke-3 lebih atau 4 H oleh para khalifah (penguasa) yang berpemahaman
Syi’ah.Sedangkan al-Imam Ahmad bin Hanbal yang merupakan imam mazhab 4 yang
terakhir meninggal dunia, beliau wafat pada kisaran tahun 241 H (abad ke-2 H
lebih).
3)Perkataan : “Kalau
tidak diadakan acara seperti ini, kapan kita mulai mencintai Nabi”, menunjukkan
bahwa perkataan ini tidak memiliki kadar ilmiah apalagi berbobot.Mengapa
demikian ? Ya, seakan-akan perkataan ini menunjukkan bahwa Peringatan Maulid
Nabi merupakan satu-satunya wujud kita mencintai Nabi dan peringatan itu
merupakan awal kita mencintai Nabi.Tentu saja yang demikian sangat tidak
tepat.Melaksanakan seluruh perintah Nabi dan menjauhi seluruh larangan Nabi
yang sedemikian banyak bentuknya (dengan kata lain, menjalankan Islam secara
kaffah) merupakan wujud kecintaan seseorang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi
Wasallam.Masih terlalu banyak ajaran Nabi yang belum kita pelajari dan kita
amalkan.Lantas mengapa sedemikian gigihnya diantara kita melestarikan sebuah
acara yang dianggap ibadah, yang ternyata tidak ada contohnya dari Nabi, para
sahabat, Tabi’in, Atba’u at-Tabi’in dan para imam mazhab yang 4 ?!
Demikian sekilas
dari apa yang dapat kami sampaikan kepada saudara-saudara kami seiman.Semoga
dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.Aamiin…
Wallahu a’lamu
bish-Shawab
Cinta Kepada Rasul, Dahulu dan Sekarang
[Kenapa Bisa Beda?]
Sebagai seorang
muslim, mencintai Rasulullahshallallahu
‘alaihi wa sallam adalah
suatu keharusan yang tidak bisa ditawar-tawar. Hal ini merupakan konsekuensi
dari kesaksian kita akan kerasulan beliaushallallahu
‘alaihi wa sallam. Bagaimana tidak? melalui beliau lah kita
terbebas dari segudang warisan jahiliyah yang telah mengakar begitu lama. Kalau
lah tidak karena hidayah Allah, kemudian karena pengorbanan beliau dalam
mendakwahkan Islam, niscaya sampai hari ini kita masih terjerat dalam belenggu
syirik dan jahiliyah.
Segala puji bagi-Mu
ya Allah, atas hidayah dan taufiq yang Kau curahkan kepada kami, dan semoga
shalawat dan salam senantiasa tercurah padamu ya Rasulullah, atas setiap
pengorbananmu demi menegakkan dien ini…
Sungguh, berbicara
mengenai kepribadian beliau adalah suatu kenikmatan tersendiri, berkisah
tentang pernak pernik kehidupan beliau benar-benar menimbulkan decak kagum dan
membesarkan hati…
Beliau lah manusia
pilihan yang lahir dari manusia-manusia terpilih. Berbekal hati sanubari yang
disucikan dari segala noda dan dosa, beliau beranjak menjadi manusia terhebat
sepanjang sejarah. Perilakunya sungguh luar biasa, tak dapat dilukiskan dengan
kata-kata… sorot wajahnya benar-benar mencerminkan seorang pemimpin agung yang
amat welas kasih terhadap rakyatnya… siapa pun yang menatap wajah beliau
pastilah jatuh cinta diliputi perasaan segan karena wibawanya yang demikian
besar.
Singkatnya, beliaulah
sosok insan kaamil sejati yang tak mungkin ada tandingannya. Maka pantaslah
jika para sahabat benar-benar jatuh cinta kepada beliau. Mereka mencintai
kekasihnya yang satu ini lebih dari orang tua, anak dan isteri mereka; bahkan
lebih dari diri mereka sendiri!
Setiap kegembiraan
yang beliau rasakan adalah kegembiraan bagi mereka, dan setiap kesedihan yang
beliau rasakan merupakan kesedihan bagi mereka. Mereka ikut sakit tatkala
beliau sakit, mereka kelaparan tatkala beliau kelaparan, dan mereka tak dapat
tidur sebelum kedua mata beliau terpejam…
Dahulu…
Dahulu, diriwayatkan dari Sayyidina ‘Umar bin Khatthabradhiallahu ‘anhu,
katanya: “Dahulu aku mempunyai seorang tetangga Anshari dari Bani Umayyah bin
Zaid, sebuah kabilah yang bermukim di dataran tinggi kota Madinah. Kami berdua
senantiasa bergantian mengunjungi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Kalau hari ini dia yang turun maka keesokannya gantian aku yang turun. Usai
turun menemui Rasulullahshallallahu
‘alaihi wa sallam, kukabarkan kepadanya apa-apa yang disampaikan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hari itu, baik itu berupa wahyu atau
lainnya. Demikian pula halnya kalau ia yang turun, ia melakukan hal serupa.
Sebagai lelaki
Quraisy, kami adalah orang yang memiliki supremasi terhadap istri-istri kami.
Akan tetapi setiba kami di Madinah, kami dapati bahwa orang Anshar adalah orang
yang kalah oleh istri-istri mereka. Akibatnya istri-istri kami mulai
terpengaruh dengan tabiat wanita Anshar. Pernah suatu ketika aku membentak
istriku… tapi ia malah membantah. Aku pun jadi berang begitu tahu ia berani
membantahku.
“Mengapa kamu marah
atas sikapku, padahal demi Allah, istri-istri Nabi saja berani membantah
beliau…? Bahkan ada di antara mereka yang sampai meninggalkan beliau seharian
ini hingga malam…” sanggah istriku.
Aku pun tercengang
mendengarnya… “Benar-benar merugilah kalau sampai ada dari istri beliau yang
berbuat demikian” gumamku.
Saat itu juga aku
menyingsingkan gamisku dan bergegas menuju rumah Hafshah. Setibaku di rumahnya,
kukatakan kepadanya:
“Hai Hafshah,
benarkah ada diantara kalian yang membikin kesal Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallamseharian ini hingga malam?”
“Benar…” jawabnya.
“Alangkah meruginya
kamu kalau begitu… Apa kamu merasa aman dari murka Allah setelah kamu membikin
kesal Rasul-Nya, hingga boleh jadi kamu celaka karenanya…? Jangan minta
macam-macam kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
dan jangan sekali-kali membantahnya atau meninggalkannya. Mintalah kepadaku apa
yang kau inginkan dan jangan kamu terpengaruh oleh madumu, karena ia lebih
cantik darimu dan lebih dicintai oleh Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam -yakni
Aisyah-”.
Konon ketika itu
warga Madinah sedang ramai membicarakan isu santer bahwa Raja Ghassan tengah
menyiapkan pasukan berkudanya untuk menyerbu Madinah.
Suatu ketika, tibalah
giliran tetanggaku yang Anshari itu untuk turun menemui Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam. Di petang harinya, ia mendatangiku sembari
menggedor pintu rumahku keras-keras…”Hoi, apa kamu ada di dalam?” teriaknya.
Aku pun tersentak
kaget dan bergegas keluar menemuinya… tanpa basa-basi, ia pun langsung memulai
pembicaraan:
“Wah, ada perkara
besar yang barusan terjadi!”
“Ada apa? Apa Ghassan
telah tiba?” tanyaku.
“Oo.. jauh lebih
besar dan lebih mengerikan dari itu… Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menceraikan istri-istrinya!!”
katanya.
“Alangkah meruginya
si Hafshah kalau begitu… aku telah menduga bahwa hal ini bakal terjadi…”
gumamku…” (HR. Bukhari no 5191)
Lihatlah, bagaimana
kehidupan para sahabat sangat terpengaruh dengan rumah tangga Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam. Bagi mereka, penyerbuan pasukan berkuda Raja
Ghassan ke Madinah tidak ada apa-apanya, dibanding kesedihan mereka atas apa
yang terjadi dengan rumah tangga kekasih mereka saat itu. Raut muka dan kondisi
si Anshari tadi seakan mengatakan: “Biarlah Ghassan menyerbu Madinah dan
merampas harta benda yang kami miliki, yang penting Rasulullah ceria kembali…”
Dahulu, ketika sebagian kaum muslimin terpukul mundur dan
meninggalkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam perang Uhud, ada seorang sahabat
yang bernama Abu Thalhah yang berdiri tegar di hadapan Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, melindungi beliau dengan perisainya…
Anas bin Malik radhiallahu
‘anhu mengisahkan:
Konon Abu Thalhah adalah seorang pemanah ulung yang busurnya terkenal kuat, dan
hari itu ia telah mematahkan dua atau tiga buah busurnya. Di sampingnya ada
seorang lelaki yang membawa sejumlah anak panah, maka perintah Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallamkepadanya:
“Berikan semua anak
panahmu kepada Abu Thalhah…”, sembari Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengamati pergerakan musuhnya.
“Demi ayah dan ibuku
yang menjadi tebusanmu, janganlah engkau menampakkan dirimu kepada musuh agar
engkau tak terkena panah… biarlah dadaku yang melindungi dadamu…!!” seru Abu
Thalhah radhiallahu ‘anhu kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam. (Lihat Shahih Bukhari, hadits no
3811 & 4064; danShahih
Muslim, hadits no: 1811)
Subhaanallaah, betapa besar kecintaan mereka kepada Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam hingga
nyawa pun menjadi murah demi keselamatan beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam… benar-benar gambaran kecintaan yang sejati.
Dahulu, ada seorang sahabat yang bernama Muhaiyishah bin Mas’ud
Al Khazraji Al Anshari, julukannya Abu Sa’ad. Ia tergolong warga Madinah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengutusnya ke daerah Fadak
untuk mengajak penduduknya masuk Islam. Ia termasuk salah seorang sahabat yang
ikut serta dalam perang Uhud, Khandaq dan berbagai peperangan berikutnya. Ia
memiliki saudara kandung yang lebih tua usianya, yaitu Huwaiyishah bin Mas’ud;
akan tetapi Muhaiyishah lebih cerdas dan lebih afdhal dari saudaranya ini,
bahkan ialah yang menjadi sebab keislaman saudaranya.
Ada sebuah kisah
menakjubkan yang terjadi antara Muhaiyishah dan Huwaiyishah. Kisah ini
disebutkan oleh Ibnu Ishaq dalam Kitab Al Maghazi dengan sanadnya dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu
‘anhu, yang berkenaan dengan kisah pembunuhan seorang Yahudi
keparat yang senantiasa menyakiti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melalui syair-syairnya, namanya Ka’ab
Ibnul Asyraf. Si Yahudi ini berusaha memprovokasi orang-orang Arab untuk
memerangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Usai terbunuhnya Ka’ab, Rasulullahshallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda
kepada para sahabatnya: “Jika kalian berpapasan dengan orang
Yahudi siapa pun di sana, maka bunuh saja!” Maka segeralah Muhaiyishah bin Mas’ud
menghabisi Ibnu Sunainah, salah seorang saudagar Yahudi yang dahulu bergaul
erat dan berjual beli dengannya. Ketika itu, Huwaiyishah bin Mas’ud belum masuk
Islam dan ia lebih tua dari Muhaiyishah. Begitu ia tahu Muhaiyishah membunuh si
Yahudi tadi, Huwaiyishah langsung memukul dan menghardiknya:
“Hai musuh Allah,
sampai hati kau membunuhnya?! Padahal demi Allah, sebagian lemak yang ada di
perutmu adalah berasal dari hartanya!”, bentak Huwaiyishah.
“Demi Allah, aku
diperintahkan untuk membunuhnya oleh seseorang yang bila ia memerintahkanku
untuk membunuhmu, niscaya akan kupenggal juga lehermu!” jawab Muhaiyishah
tegas.
Huwaiyishah tertegun
sejenak mendengarnya…
“Kalau begitu, agama
yang menjadikanmu seperti ini benar-benar luar biasa…” gumam Huwaiyishah.
Maka Huwaiyishah pun
menyatakan keislamannya, dan inilah awal keisalaman dirinya. Seketika itulah
Muhaiyishah mengucapkan syair:
يلوم ابن أمي لو أمرت بقتله
لطبقت ذفراه بأبيض قاضب
Ia mencelaku, padahal
kalau disuruh membunuhnya,
pastilah kutebaskan pedangku pada tengkuknya.
حسام كلون الملح أخلص صقله متى ما أصوبه فليس بكاذب
pastilah kutebaskan pedangku pada tengkuknya.
حسام كلون الملح أخلص صقله متى ما أصوبه فليس بكاذب
Pedang nan putih bak
garam yang berkilau sinarnya,
yang bila kuhunus maka tak akan lagi berdusta.
وما سرني أني قتلتك طائعا وأن لنا ما بين بصرى ومأرب
yang bila kuhunus maka tak akan lagi berdusta.
وما سرني أني قتلتك طائعا وأن لنا ما بين بصرى ومأرب
Aku tak suka bila
membunuhmu karena taat kepadanya,
diganti dengan apa yang terdapat antara Ma’rib dan Bushra*
diganti dengan apa yang terdapat antara Ma’rib dan Bushra*
(Lihat Al
Istie’aab fi Ma’rifatil As-Haab, 4/1463-1464, oleh Al Hafizh Ibnu
‘Abdil Bar; Dalailun Nubuwwah 3/200, oleh Imam Al Baihaqy; Sirah
Ibnu Hisyam, 3/326; dan yang lainnya.)
(*) Ma’rib adalah
nama sebuah kota di Yaman, sedangkan Bushra adalah nama sebuah daerah di Syam.
Wuiihh… benar-benar
sulit dipercaya! Benar-benar kecintaan yang tiada tara… adakah diantara kita
yang sanggup menirunya? Alih-alih ingin seperti mereka, disuruh ikut sunnahnya
saja setengah mati susahnya, apalagi disuruh seperti mereka? mustahil rasanya…
Sekarang…
Sekarang, cinta Rasul kebanyakan hanyalah slogan yang sulit
dicari wujudnya di lapangan. Cinta Rasul sering kali diidentikkan dengan
shalawatan, perayaan maulid, isra’ mi’raj, dan yang sejenisnya.
Sekarang, orang yang dianggap cinta Rasul ialah mereka yang
mengagungkan beliau dengan bertawassul kepadanya dalam do’a. Atau mereka yang
mengirimkan Al Fatehah kepada beliau, atau mereka yang menggelari beliau dengan
gelar yang bermacam-macam: seperti Sayyidina, Habibina, dan lain-lain.
Sekarang, ‘Cinta Rasul’ merupakan judul kaset yang sering kita
dengar dimana-mana… yang dinyanyikan oleh pria dan wanita, tua dan muda… semua
merasa khusyuk ketika melantunkan kata-kata: Shalaatullaah salaamullaah… ‘alal
habiibi Rasuulillaah…
Akan tetapi jangan
tanya soal sunnah beliau kepada mereka… karena mereka akan menjawab bahwa yang
mereka lakukan tadilah yang namanya sunnah. Cinta Rasul kini telah berubah
menjadi klaim yang diperebutkan setiap golongan. Cinta Rasul yang dahulu
diwujudkan dengan ittiba’ kepadanya, kini semakin luas maknanya hingga mencakup
bid’ah segala. Menurut mereka, perayaan maulid, isra’ mi’raj, shalawatan
bid’ah, dan yang sejenisnya merupakan perwujudan nyata akan kecintaan seseorang
kepada Nabinya. Sehingga otomatis bila ada orang yang mengingkari hal-hal
semacam itu, serta-merta dituduhlah ia sebagai orang yang tidak cinta Rasul,
atau wahhabi, dan lain sebagainya.
Di sisi lain, mereka
berusaha mencari ‘pembenaran’ -dan bukannya kebenaran- atas apa yang selama ini
mereka lakukan. Mereka berusaha meyakinkan bahwa apa yang mereka lakukan selama
ini tidaklah bertentangan dengan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Mereka mengumpulkan sebanyak mungkin ‘dalil’ (baca: syubhat) untuk melegitimasi
praktik ’sunnah’ (baca: bid’ah) mereka.
Memang zaman kita ini
penuh dengan keanehan… orang yang berusaha menghidupkan sunnah dan membasmi
bid’ah justeru dicap macam-macam; seperti tidak cinta Rasul…! atau wahhabi…!
Namun sebaliknya, mereka yang melestarikan berbagai bid’ah khurafat dengan kedok
‘Cinta Rasul’ justeru mengklaim dirinya sebagai ahlussunnah wal jama’ah.
***
Penulis:
Ustadz Sufyan bin Fuad Baswedan, Lc. (Mahasiswa
Pasca Sarjana, Fakultas Hadits & Dirosah Islamiyyah, Universitas Islam
Madinah, Saudi Arabia)
Artikel www.muslim.or.id
Artikel www.muslim.or.id
Antara
Cinta Rosul & Maulid Nabi [Apa Hubungannya?]
Sebenarnya adakah
kaitan antara cinta Rosul dan perayaan maulid, alias hari kelahiran beliau?
Pertanyaan ini mungkin terdengar aneh bagi mereka yang kerap merayakannya.
Bagaimana tidak, sedang disana dibacakan sejarah hidup beliau, diiringi dengan
syair-syair pujian dalam bahasa Arab untuk beliau (yang dikenal dengan nama burdah), yang kesemuanya tak lain demi
mengenang jasa beliau dan memupuk cinta kita kepadanya…?
Dalam sebuah muktamar
negara-negara Islam sedunia, salah seorang dai kondang dari Saudi yang bernama
Dr. Said bin Misfir Al Qahthani, berjumpa dengan seorang tokoh Islam (syaikh)
dari negara tetangga. Melihat pakaiannya yang khas ala Saudi, Syaikh tadi
memulai pembicaraan[1]:
Syaikh : “Assalaamu
‘alaikum…”
Dr. Said :
“Wa’alaikumussalaam warahmatullah wabaraatuh”
Syaikh : “Nampaknya
Anda dari Saudi ya?”
Dr. Said : “Ya,
benar”
Syaikh : “Oo, kalau
begitu Anda termasuk mereka yang tidak cinta kepada Rosul…!”
(kaget bukan kepalang
dengan ucapan Syaikh ini, ia berusaha menahan emosinya sembari bertanya):
Dr. Said : “Lho,
mengapa bisa demikian?”
Syaikh : “Ya, sebab
seluruh negara di dunia merayakan maulid Nabi e kecuali negara Anda; Saudi
Arabia… ini bukti bahwa kalian orang-orang Saudi tidak mencintai Rosulullah e”.
Dr. Said : “Demi
Allah… tidak ada satu hal pun yang menghalangi kami dari merayakan maulid
Beliau, kecuali karena kecintaan kami kepadanya!”
Syaikh : “Bagaimana
bisa begitu??”
Dr. Said : “Anda bersedia
diajak diskusi…?”
Syaikh : “Ya, silakan
saja..”
Dr. Said : “Menurut
Anda, perayaan Maulid merupakan ibadah ataukah maksiat?”
Syaikh : “Ibadah
tentunya!” (dengan nada yakin).
Dr. Said : “Oke…
apakah ibadah ini diketahui oleh Rosul e, ataukah tidak?”
Syaikh : “Tentu
beliau tahu akan hal ini”
Dr. Said : “Jika
beliau tahu akan hal ini, lantas beliau sembunyikan ataukah beliau ajarkan
kepada umatnya?”
(…. Sejenak syaikh
ini terdiam. Ia sadar bahwa jika ia mengatakan: ya, maka pertanyaan berikutnya
ialah: Mana dalilnya? Namun ia juga tidak mungkin mengatakan tidak, sebab
konsekuensinya Nabi e masih menyembunyikan sebagian ajaran Islam. Akhirnya
dengan terpaksa ia menjawab )
Syaikh : “Iya… beliau
ajarkan kepada umatnya..”
Dr. Said : “Bisakah
Anda mendatangkan dalil atas hal ini?”
(Syaikh pun terdiam
seribu bahasa… ia tahu bahwa tidak ada satu dalil pun yang bisa dijadikan
pegangan dalam hal ini…)
Syaikh : “Maaf, tidak
bisa…”
Dr. Said : “Kalau
begitu ia bukan ibadah, tapi maksiat”
Syaikh : “Oo tidak,
ia bukan ibadah dan bukan juga maksiat, tapi bidáh hasanah”
Dr. Said : “Bagaimana
Anda bisa menyebutnya sebagai bid’ah hasanah, padahal Rosul e mengatakan bahwa
setiap bid’ah itu sesat??”
Setelah berdialog
cukup lama, akhirnya syaikh tadi mengakui bahwa sikap sahabatnyalah yang benar,
dan bahwa maulid Nabi yang selama ini dirayakan memang tidak berdasar kepada
dalil yang shahih sama sekali.
Ini merupakan
sepenggal dialog yang menggambarkan apa yang ada di benak sebagian kaum muslimin
terhadap sikap sebagian kalangan yang enggan merayakan maulid Nabi . Dialog
singkat di atas tentunya tidak mewakili sikap seluruh kaum muslimin terhadap
mereka yang tidak mau ikut maulidan. Kami yakin bahwa di sana masih ada
orang-orang yang berpikiran terbuka dan obyektif, yang siap diajak berdiskusi
untuk mencapai kebenaran sesungguhnya tentang hal ini.
Namun demikian, ada
juga kalangan yang bersikap sebaliknya. Alias menutup mata, telinga, dan
fikiran mereka untuk mendengar argumentasi pihak lain. Karenanya kartu truf
terakhir mereka ialah memvonis pihak lain sebagai ‘wahhabi’ yang selalu
dicitrakan sebagai ‘sekte Islam sempalan’, yang konon diisukan sebagai kelompok
yang gampang membid’ahkan, mengkafirkan, mengingkari karomah para wali, dan
sederet tuduhan lainnya.
Cara seperti ini
bukanlah hal baru. Sejak dahulu pun mereka yang tidak senang kepada dakwah
tauhid, selalu berusaha memberikan gelar-gelar buruk kepada para dainya.
Tujuannya tak lain ialah agar masyarakat awam antipati terhadap mereka. Simaklah
bagaimana Fir’aun dan kaumnya menggelari Musa dan Harun u:
(57) Fir’aun
mengatakan: “Adakah kamu datang kepada kami untuk mengusir kami dari negeri
kami dengan sihirmu hai Musa? (58) Sungguh kami pasti mendatangkan pula
kepadamu sihir semacam itu, maka buatlah suatu waktu untuk pertemuan antara
kami dan kamu, yang kami tidak akan menyalahinya dan tidak pula kamu di suatu
tempat yang pertengahan (letaknya)”. (59) Musa menjawab: “Waktu pertemuan itu
ialah di hari raya dan hendaklah manusia dikumpulkan pada waktu dhuha”. (60) Maka Fir’aun meninggalkan (tempat itu), lalu
mengatur tipu dayanya, kemudian dia datang. (61) Musa berkata kepada mereka:
“Celakalah kamu, janganlah kamu mengadakan kedustaan terhadap Allah, hingga Dia
membinasakanmu dengan siksa”. Dan sesungguhnya telah merugi orang yang
mengada-adakan kedustaan. (62) Maka mereka berbantah-bantahan tentang urusan
mereka di antara mereka, dan mereka merahasiakan percakapan (mereka). (63)
Mereka berkata: “Sesungguhnya dua orang ini adalah
benar-benar ahli sihir yang hendak mengusir kalian dari negeri kalian dengan
sihirnya, dan hendak melenyapkan kedudukan kalian yang utama..” (QS
Thaha: 57-63).
Dalam ayat lain Allah
berfirman:
“Sesungguhnya telah
Kami utus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami dan keterangan yang nyata, (24)
kepada Fir’aun, Haman dan Qarun; maka mereka berkata: “Ia (Musa) adalah
seorang ahli sihir yang pendusta” (QS Ghafir: 23-24).
Simak pula bagaimana
kaum Nabi Luth u hendak mengusir beliau dan para pengikutnya dengan tuduhan
‘orang-orang yang sok menyucikan diri’:
Maka tidak lain
jawaban kaumnya melainkan mengatakan: “Usirlah Luth beserta keluarganya dari
negerimu; karena sesungguhnya mereka itu
orang-orang yang (menda’wakan dirinya) bersih” (QS An Naml: 56).
Atau Nabi Shalih
‘alaihissalaam yang dianggap sombong dan pembohong oleh kaumnya… Allah
berfirman:
(23) Kaum Tsamudpun
telah mendustakan ancaman-ancaman (itu). (24) Mereka berkata: “Bagaimana kita
akan mengikuti saja seorang manusia (biasa) di antara kita? Sesungguhnya kalau
begitu kita benar-benar berada dalam keadaan sesat dan gila”, (25) Apakah wahyu
itu diturunkan kepadanya -yakni Nabi Shaleh u– di antara kita? Sebenarnya dia
seorang yang amat pendusta lagi sombong”. (26) Kelak mereka akan tahu siapakah yang sebenarnya amat
pendusta lagi sombong.(QS Al Qamar: 23-26).
Sampai junjungan kita
Rasulullah e pun tak luput dari julukan-julukan buruk kaumnya. Allah berfirman:
(1) Shaad, demi
al-Qur’an yang mempunyai keagungan (2) Sebenarnya orang-orang kafir itu
(berada) dalam kesombongan dan permusuhan yang sengit. (3) Betapa banyaknya
ummat sebelum mereka yang telah kami binasakan, lau mereka meminta tolong
padahal (waktu itu) bukanlah saat untuk lari melepaskan diri. (4) Dan mereka
heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (rasul) dari kalangan
mereka; dan orang-orang kafir berkata : “ini adalah seorang
ahli sihir yang banyak berdusta” (QS
Shaad: 1-4).
Jadi, banyaknya
tuduhan-tuduhan jelek terhadap suatu golongan, mestinya tidak menghalangi kita
untuk bersikap adil dan obyektif terhadap mereka. Karena boleh jadi kebenaran
justeru berpihak kepada mereka, dan dalam hal ini yang menjadi patokan adalah
dalil-dalil dari Al Qur’an dan Hadits yang shahih.
Berangkat dari sini,
penulis ingin mengajak para pembaca yang budiman untuk mendudukkan masalah
perayaan maulid Nabi, benarkah ia merupakan bid’ah hasanah? Benarkah ia
merupakan perwujudan cinta kepada Rosul yang dibenarkan? Apakah asal muasal
perayaan ini? dan berbagai masalah lainnya seputar maulid Nabi . Tentunya semua
akan disajikan secara ilmiah dengan merujuk kepada Al Qur’an dan Sunnah, sesuai
dengan pemahaman As Salafus shaleh.
[1] Sebagaimana yang dituturkan sendiri
oleh Dr. Said Al Qahthani ketika berkunjung ke kampus kami, Universitas Islam
Madinah dan memberikan ceramah di sana.
Mengaku bermadzhab
Syafi’i, namun anehnya tidak pernah menunjukkan secara tegas kalau Imam Syafi’i
memperingati maulid Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam-.
Yang ada adalah Imam Syafi’i memerintahkan kita untuk
mentaati dan mengikuti ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam walau hal itu
tidak disebutkan dalam Al Qur’an Al Karim. Dalam kitab Ar Risalah, Imam Asy
Syafi’i berkata,
وما سن رسول الله فيما ليس لله فيه حكم فبحكم الله سنة
“Apa yang disunnahkan oleh Rasulullah –shallallahu
‘alaihi wa sallam- yang tidak ada hukumnya dalam Al Qur’an, maka ajaran beliau
pun berdasarkan hukum Allah sudah menjadi ajaran bagi kita” (Ar Risalah, hal.
151).
Jika Imam Syafi’i saja memerintahkan untuk mengikuti
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka jelas ia tidak mungkin berbuat suatu
amalan yang tidak ada tuntunannya, yang tidak pernah diajarkan oleh Rasul
–shallallahu ‘alaihi wa sallam– dan para sahabatnya. Imam Syafi’i itu dipuji
karena kecerdasannya. Sebagaimana perkataan berikut,
قال أبو عبيد: ما رأيت أحدا أعقل من الشافعي، وكذا قال
يونس بن عبدالاعلى، حتى إنه قال: لو جمعت أمة لوسعهم عقله
“Abu ‘Ubaid berkata: Aku tidaklah pernah melihat
seorang pun yang lebih cerdas dari Imam Syafi’i. Begitu pula disebutkan oleh
Yunus bin ‘Abdul A’la, sampai-sampai ia berkata, “Jika umat itu dikumpulkan,
maka tentu masih hebat kecerdasan Imam Syafi’i” (Siyar A’lamin Nubala karya
Imam Adz Dzahabi, 10: 15).
Adapun perkataan Imam Syafi’i yang dinukil sebagai
berikut,
من جمع لمولد النبى صلى الله عليه وسلم اخوانا وتهياء
لهم طعاما وعملا حسانا بعثه الله يوم القيامة مع الصديقين والشهداء والصالحين
“Barangsiapa yang mengumpulkan orang untuk
melaksanakan perayaan Maulid Nabi karena kecintaan pada Rasulullah –shallallahu
‘alaihi wa sallam– secara berjama’ah dengan menyediakan makanan dan berlaku
baik, niscaya Allah bangkitkan di hari kiamat beserta para ahli kebenaran,
syuhada dan para shalihin.”
Yang menukil perkataan di atas tidak menyebutkan
sumber rujukannya atau merujuk ke kitab induk Imam Syafi’i.[1] Karena yang kami temukan adalah perkataan
tersebut dinisbatkan pada Al Imam Al Yafi Al Yumna sebagaimana dinukil dari
kitab Roudhotuth Tholibin,
وقال الامام اليافعي اليمنى: من جمع لمولد النبي (ص)
إخوانا وهيأ طعاما وأخلى مكانا وعمل إحسانا وصار سببا لقراءة مولد الرسول بعثه
الله يوم القيامة مع الصديقين والشهداء والصالحين ويكون في جنات النعيم.
“Al Imam Al Yafi Al Yumna berkata: Barangsiapa
berkumpul untuk acara Maulid Nabi karena kecintaan pada Rasulullah –shallallahu
‘alaihi wa sallam– dengan berjama’ah dan menyediakan makanan dan tempat, juga
berlaku baik, niscaya karena sebab ini, Allah akan bangkitkan di hari kiamat
bersama para shiddiqin, syuhada dan para shalihin, dan akan berada di surga
yang penuh kenikmatan.” (Roudhotuth Tholibin, 3: 415). Kalau mau menukil
perkataan Imam Syafi’i secara langsung, buktikanlah perkataan beliau dari kitab
beliau, bukan dari kitab turunan hasil karya ulama lainnya. Kami sangat menanti
jawaban jika ada yang bisa menukil tentang anjuran perayaan Maulid dari kitab
Imam Syafi’i Al Umm atau dari kitab Ar Risalah.
Taruhlah kalau Imam Syafi’i mengadakan maulid Nabi,
apa itu langsung jadi dalil? Dari mana ini dikatakan jadi dalil? Karena
perkataan Imam jika menyelisihi ajaran Rasul –shallallahu ‘alaihi wa sallam-,
mana yang mesti didahulukan? Sedangkan para sahabat saja tidak pernah
mengekspresikan cinta mereka dengan maulid Nabi, padahal mereka adalah orang
yang dekat dengan Nabi. Lantas bagaimana lagi dengan orang di bawah sahabat?
Imam Syafi’i sendiri berkata,
إِذَا صَحَّ الْحَدِيثُ فَهُوَ مَذْهَبِي وَإِذَا
صَحَّ الْحَدِيْثُ فَاضْرِبُوا بِقَوْلِي الْحَائِطَ
“Kalau ada hadits shahih, maka itulah madzhabku, dan
kalau ada hadits shahih maka campakkanlah pendapatku ke (balik) tembok.” (Siyar
A’lamin Nubala, 10: 35)
Imam Syafi’i menerangkan dalam kitab Ar Risalah dengan
membawakan ayat berikut terlebih dahulu,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ
وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي
شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ
بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan
taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu
berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al
Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan
hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.” (QS. An Nisa’: 59). Kata Imam Syafi’i, maksud ulil amri dalam ayat
tersebut adalah para ulama yang sejalan dengan ajaran Rasul shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Lalu setelah itu beliau berkata,
فأموا أن يطيعوا أولى الأمر الذين أمرهم رسول الله ,
لا طاعة مطلقا بل طاعة مستثناة,فيما لهم وعليهم فقال: فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي
شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ يعني إن
اختلفتم في شيء
“Orang beriman diperintahkan untuk mentaati ulil amri
(para ulama) namun ketaatan tersebut ketika sejalan dengan ajaran Rasul
–shallallahu ‘alaihi wa sallam-. Ketataan pada para ulama bukanlah ketaatan
secara mutlak, namun ketaatan jika sejalan dengan perintah Nabi –shallallahu
‘alaihi wa sallam-. Jadi yang diikuti adalah kebaikan mereka, bukan yang
keliru. Karena Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Jika kalian berselisih
dalam suatu pendapat, maka kembalikanlah kepada Allah …” Maksud ayat ini adalah
ketika kalian berselisih dalam (segala) sesuatu. (Ar Risalah, hal. 145-146).
Pernyataan Imam Syafi’i di atas berarti bahwa
perkataan seorang ulama, kyai, ustadz, atau seorang imam bisa diikuti jika
sejalan dengan ajaran Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jika menyelisihi,
maka jelas tidak boleh diikuti.
Taruhlah jika benar perkataan Imam Syafi’i, itu keliru
karena menyelisihi dalil. Kekeliruan seorang ulama tidaklah boleh diikuti.
Sulaiman At Taimi mengatakan,
لَوْ أَخَذْتَ بِرُخْصَةِ كُلِّ عَالِمٍ اِجْتَمَعَ
فِيْكَ الشَّرُّ كُلُّهُ
“Seandainya engkau mengambil setiap ketergelinciran
ulama, maka pasti akan terkumpul padamu kejelekan.” Setelah mengemukakan
perkataan ini, Ibnu ‘Abdil Barr mengatakan, ”Ini adalah ijma’ (kesepakatan)
para ulama, saya tidak mengetahui adanya perselisihan dalam hal ini.” (Lihat
Kasyful Jaani, Muhammad At Tiijani, hal. 96, Asy Syamilah)
Kami pun masih belum percaya kalau Imam Syafi’i
benar-benar menganjurkan perayaan maulid karena beliau adalah orang yang
benar-benar mengikuti sunnah Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Imam Syafi’i
sendiri berkata,
كُلُّ حَدِيثٍ عَنِ النَّبِيِّ فَهُوَ قَوْلِي وَإِنْ لَمْ تَسْمَعُوهُ مِنيِّ
“Setiap hadits yang diucapkan oleh Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, maka itulah pendapatku meski kalian tak mendengarnya
dariku.” (Tarikh Dimasyq, 51: 389)
[1] Ketika kami search di Google mengenai
perkataan Imam Syafi’i di atas, tidak kami peroleh link berbahasa Arab. Yang
ada adalah artikel berbahasa Indonesia. Kalau memang itu bersumber dari kitab
Arab, kok di Google sulit mencarinya? Yang ada kami temukan sumber perkataan
tersebut dari Kitab Madarijus Su’uud hal. 16, karangan Al-‘Allamah Asy-Syekh
An-Nawawiy Ats-Tsaniy (Sayyid Ulama Hijaz).
Artinya perkataan tersebut bukan bersumber dari Imam Syafi’i secara
langsung.
Mengenal Lebih Dalam Sosok Unik Habib
Luthfi Bin Yahya
Ngelmu.com - Dalam jawatannya ke
Pekalongan, Jawa Tengah, Presiden Joko Widodo atau yang lebih akrab dikenal
Jokowi itu menghadiri peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1438 H. Kunjungan
presiden kali ini juga bertemu dengan Habib Luthfi Bin Yahya.
Bagi warga Pekalongan, Habib Luthfi
(begitu sapaan akrabnya) merupakan pemuka agama yang sudah dikenal betul
biografinya. Bahkan warga pekalongan sendiri menyebut bahwa Habib Luthfi
merupakan sosok yang unik dan berbeda dengan habib yang lain.
Biarpun sudah terkenal dan dikenal oleh
warga Pekalongan dan beberapa wilayah di Indonesia, namun masih sedikit yang
sudah mengetahui biografi jelas dari Habib Luthfi dan alasannya mengapa
dikatakan sebagai habib yang unik.
Untuk itu, ngelmu ingin menjabarkan
kepada sobat semua tentang Habib Luthfi Bin Yahya. Simak informasinya dibawah
ini ya!
Habib Luthfi ahir di Pekalongan, 10
November 1947 atau 27 Rajab tahun 1367 H. Beliau dilahirkan dari seorang
syarifah bernama sayidah al Karimah as Syarifah Nur. Habib Luthfi bin Yahya ini
memiliki jabatan organisasi sebagai Ketua Umum MUI di Jawa Tengah, sebagai
anggota Syuriyah PBNU, dan merupakan Ra’is ‘Am jam’iyah Ahlu Thariqah al
Mu’tabarah an Nahdiyah. Pendidikan pertama beliau didapatkan dari ayahanda tercinta
yaitu al Habib al Hafidz ‘Ali al Ghalib. Setelah itu beliau belajar selama 3
tahun di Madrasah Salafiah.
Pada tahun 1959, Habib Luthfi Bin Yahya
melanjutkan sekolahnya di sebuah pondok pesantren Benda Kerep, Cirebon.
Selanjutnya ke Indramayu, Purwokerto, kemudian Tegal. Setelah itu belaiu
melanjutkan ke Mekah, Madinah dan negara-negara lainnya. Dari para ulama-ulama
besar , wali-wali Allah, serta guru-guru agama lah Beliau mendapatkan ilmu-ilmu
agama, seperti ilmu syari’ah, tasawuf, dan thariqah dan tasawuf.
Dari para guru tersebut Beliau
mendapatkan ijazah Khas (khusus) dan ijazah ‘Am (umum) dalam bidang Da’wah dan
nasyru syari’ah atau menyebarkan syari’ah, kitab-kitab tauhid, kitab-kitab
hadits, kitab-kitab shalawat, tashawuf, sanad, thariqah, kitab thariqah,
riwayat, bacaan-bacaan aurad, tafsir, dirayat, nahwu, tashwuf, nasab,
hizib-hizib, sanad-sanadnya, dan kitab-kitab kedokteran. Selain itu Beliau juga
mendapatkan ijazah untuk membai’at.
Diketahui dari wikipedia, hari-hari Habib
Luthfi dipenuhi dengan kegiatan keagamaan di Pekalongan, seperti; Pengajian
Thariqah setiap jum’at Kliwon pagi, Pengajian Ihya Ulumidin setiap Selasa
malam, Pengajian Fath Qarib setiap Rabu pagi yang dikhususkan bagi ibu-ibu,
Pengajian Ahad pagi dan pengajian thariqah yang juga dikhususkan bagi ibu-ibu,
Pengajian setiap bulan Ramadhan yang diperuntukkan santri Aliyah, Da’wah
ilallah diberbagai kawasan di Nusantara, Rangakain Maulid Kanzus di kota
Pekalongan dan daerah-daerah sekitarnya, dan masih banyak kegiatan-kegiatan
lainnya.
Habib Luthfi Bin Yahya dikenal juga
sebagai sosok yang karismatik dan memiliki hobi yang unik. Habib ini sangat
gemar bermain organ dan menikmati musik-musik klasik karya Mozart
dan Beethoven. Hobi semacam itu mungkin tidak aneh bila dimiliki oleh “orang
biasa”.
Habib Luthfi Dan Tunduknya Seekor Kambing
Olehnya
Pada awalnya Maulid Nabi di Kanzus
Shalawat diadakan setiap Jum'at Kliwon. Waktu itu pengajian Jum'at Kliwon belum
seramai saat ini dan belum ada Gedung Kanzus Shalawat. Menurut KH. Zakaria
Anshar (santri senior Habib Luthfi yang mulai ngaji sejak 1985 sebelum masuk ke
pesantrennya Mbah Maimun Sarang), Habib Luthfi sudah melaksanakan peringatan
Maulid Nabi Saw. sejak tinggal di Noyontaan Gang 7, tepat di belakang Gedung
Kanzus Shalawat sekarang, sebelum pindah ke Gang 11. Menurut Kiai Zakaria,
Habib Luthfi telah menyelenggarakan Maulid Nabi di kediamannya jauh sebelum
tahun itu.
Ada cerita menarik pada saat Maulana
Habib Luthfi mengadakan Maulid Nabi di Gang 7, jauh sebelum Gedung Kanzus
Shalawat berdiri, dan sebelum pindah ke Gang 11. Bapak Abidin (Habib Luthfi
memanggilnya Din Towil).
Pada Maulid perdana Habib Luthfi hendak
menyembelih seekor kambing. Kambing tersebut di pohon "jaran". Saat
tiba waktu disembelih, Mbah Jufri (teman seperguruan Habib Luthfi pada saat
ngaji di KH. Abdul Fatah Jenggot Pekalongan) yang ditugaskan mengambil kambing
terkejut, karena saat ditarik kambing itu lari.
Habib Luthfi bin Yahya hanya tertawa
sambil berkata, "Wedus go ngormati Kanjeng Nabi kok mlayu (Kambing untuk
menghormati Nabi kok malah kabur)."
Tak lama setelah Habib Luthfi berkata
demikian kambing itu menghampiri Habib Luthfi dan menjatuhkan diri di hadapan
beliau. Kambing itu lalu disembelih sendiri oleh Habib Luthfi bin Yahya tanpa
perlu bantuan orang.
Mbah Jufri kemudian berteriak,
"Kambing wae weruh Kanjeng Nabi, ingsun menungso ora paham! (Kambing saja
tahu kedudukan Kanjeng Nabi, aku manusia tapi tidak paham!)".
Imam Al-Baihaqi meriwayatkan dengan sanadnya dari Yunus bin Abdil A’la, dia berkata: Aku mendengar Imam Asy-Syafii berkata: “Kalau seorang menganut ajaran tasawuf (tashawwuf) pada awal siang hari, tidak datang waktu zhuhur kepadanya melainkan engkau mendapatkan dia menjadi dungu.” (Manaqib Imam As-Syafii 2/207, karya Imam Al-Baihaqi).
Sehingga tidak keliru ketika Imam Asy-Syafii mengatakan: “Tidaklah aku melihat seorang sufi yang berakal sama sekali.” (Manaqib Imam As-Syafii 2/207, karya Imam Al-Baihaqi)
Imam Asy-Syafii rohimahulloh berkata: “Tidaklah ada seorang yang berteman dengan orang-orang sufi selama 40 (empat puluh) hari, kemudian akalnya akan kembali selama-lamanya.”
Dan beliau membacakan syair:ودع الذين اذا أتوك تنسكوا … واذا خلوا فهم ذئاب خفاف
Tinggalkan orang-orang yang bila datang kepadamu menampakkan ibadah
Namun jika bersendirian, mereka serigala buas (Talbis Iblis hal. 371)
Tinggalkan orang-orang yang bila datang kepadamu menampakkan ibadah
Namun jika bersendirian, mereka serigala buas (Talbis Iblis hal. 371)
Imam Asy-Syafii juga berkata: “Dasar landasan tasawwuf adalah kemalasan.” (Al-Hilyah 9/136-137)
Sebagai tambahan… suatu waktu Imam Waki’ (salah satu guru Imam Asy-Syafii) berkata kepada Sufyan bin ‘Ashim: “Kenapa engkau meninggalkan hadits Hisyam?” Sufyan bin Ashim menjawab: “Aku berteman dengan satu kaum dari sufiyyah, dan aku merasa kagum dengan mereka, kemudian mereka berkata: ‘Jika kamu tidak menghapus hadits Hisyam, kami akan berpisah denganmu’.” Maka Imam Waki’ berkata: “Sesungguhnya ada kedunguan pada mereka.” (Talbis Iblis hal 371-372)http://fatwasyafiiyah.blogspot.co.id/2009/09/imam-asy-syafii-tentang-sufiyah.html#ixzz1ZUaLvGq2
Comments [ dari dutaislam.com ]
aneh ,,, anti maulud di bilang lebih bahaya dr anti
sahabat????? logika yg sangat batil ya habib,,, bagaimna dgn sahabat dan para
ulama2 terdahulu seperi imam 4 mazhab yg tidak merayakan maulid????? apa kah
mereka habib sebut lebih bahaya dr syiah yg membenci sahabat??? mudah2 an habib
yg di cintai Allah ,.hanya ke pleset lidah...
Kalo yg dimaukan si habib "anti
maulid nabi" dalam arti "anti / mengingkari kelahiran nabi",
maka ini amalan orang kafir, dan si habib benar bhw itu lebih bahaya dari anti
/ ingkar shahabat. Tapi menurut artikel di atas, ada indikasi bahwa yg dituduh "anti/ingkar
kelahiran nabi shollalloohu alaihi wassallam" adl kelompok yg mereka sebut
"Wahabi", yang di dirikan(katanya) oleh Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahhab rohimahulloh. Perlu diketahui bahwa yang diingkari oleh " Wahabi
" bukanlah "kelahiran Nabi", akan tetapi yg diingkari adalah
"ritual ibadah dlm rangka merayakan kelahiran nabi". Sebab
ini termasuk membuat2 syari'at baru dlm Islam (dan ini terlarang).
Klo Ada yg bilang: " ente gak
rayain maulid nabi, berarti ente kagak cinta ame nabi!! "
Jawab : "skrg gini,
ente cinta nabi Nuh, nabi Ibrohim, nabi Musa, nabi Isa dan nabi2 lainnya kagak
!! Kalo ente cinta mereka, harusnya ente juga rayain maulid mereka, klo kagak
berarti ente gak cinta ame mereka..!!"
(Mikir sambil garuk2
kepala)
Semoga bisa dipahami
Dewi Septya Rahayu _Cinta itu ngikut
ajaran asli Rasulullah, bukan malah bikin2 ajaran baru. Nggga pernah sejarahnya
para sahabat yang mereka paling cinta melakukan peringatan maulid beliau.
luar biasa.... antena pendek ya
bgt..maulid dihubungkan dengan cinta, silakan buat maulid semua nabi krn kita
cinta semua nabi..., tetapi lihatlah amalan yang diamalkan apakah kita cinta
kpd nabi..?, jangan2 setelah makan kenduri maulid kita langsung kabur gak
shalat nukan cuma satu waktu tp 5 waktu. sedangkan maulid hadir ...cinta apaan
ini...wkwkwk
Gaya berfikir habib itu lucu, tidak ada
jaminan yg rajin maulidan itu benar benar mencintai nabi seutuhnya,bahkan
sangat mungkin yg tidak maulidan lebih militan mencintai nabinya,dan lebih
serius menanamkan sejarah kelahiran nabinya kepada anak anaknya, sebaiknya
artikel itu dihapus saja..akan meperburuk citra habib itu sendiri.
Works at Allah is the Only Best Creator
yang wajib "kadang lalai"
dikerjakan, begitu banyak sunnah pun belum semua di turuti....lantas ngapain
melaksanakan yg gak ada perintah. gitu aja kok Hewir
Inna lillaahi wa inna ilaihi
roojiuun....saudaraku muslim...apakah kita di indon yg menyatakan bermahzhab
syafii telah membaca dlm kitabnya bhw kt wjb maulidan...jelas tdk ada tuntunan
samaa sekali bila kalian bc kitab imam syafii..seandainya ada yg plg cinta kepd
Rasul salallahu alaihi wassalam..jelas2 para sahabat d kelrg beliau..ttp tdk
ada riwayat mrk satupun bhw mrk mengadakan maulid...apakah hr lahir hrs wajib
dirayakan?? Mana tuntunannya saudaraa....bila ada..mari kt rayakan bersama...d
umat islam tdk ada 1 pun diwjbkan mengikuti habaib...ttp kewjiban muslim sbg
suri teladan adalah HANYA Rasulullah.apakah ada habaib yg lbh mulia dr Rasul?
Saudaraku...kerjakan sj amalan yg wajib d sunnah yg jelas ada tuntunanya dlm
alquran d hadist 2 yg shahih...sedikit tp pasti amalan yg dicintai Allah.bgi
wanita msk surga (daba Nabi saw) adalah.1.shalat 5 wkt.2.puasa di bln
Ramadhan.3.menjaga kehormatan dirinya. 4. Taat pd suaminya..mk insya Allah
bolwh msk surga dr pintu mana saja...tdk ada kan bhw hrs maulid. Jgn
menyilitkan diri saudaraku...belajarlah ilmu yg sesuai syariat...agama ini tdk
keras...ttp hati kt lah kdg keras..tdk may menerima kebenaran...itu ciri2 Allah
blm menghendaki kebaikan bgi anda...perbanyaklah istighfar...smg kerak hati bs
terkikis d hati menjadi lembut dlm menerima kebenaran dr Allah...krn kebaikan
blm tentu kebenaran ttp kebenaran sdh pasti baik.islam ini sdh sempurna
saudara...sampai msk kamar mandi d keluar sj ada tuntunannya...mana mungkin
cara mencintai NabiNYa salallahu alaihi wassalam tdk ada
tuntunannya....ikutilah apa yg tlah Nabi amalakan...bershalawatlah pd beliau
seetiap wkt terutama perbnyk shalawat di hari jumat...perbanyaklah mengerjakan
sunnah2 beliau...d bc lah shalawat setelah azan lalu bc Allahumma tabbahadzihid
..dstnya...mk niscaya kt mendpt syafaatnya..cintailah Rasul dg mencintai
amalan2nya...kl nunggu maylid 1 thn sekali bukankah kelamaan
saudarakuu...takutnya thn dpn blm tentu bertemu dgnya...kami cinta
bershalawat...ttp setiap wkt d sesuai tuntunan beliau salallahu alaihi
wassallam...d Nabi pun berpesan...brgsiapa yg membenci sahabatku.. maka mrk bkn
termsk umatku...wa iyyazhubillah...sudah jelas kan kriteria yg bkn termsk
umatnya... smg kt semua muslim diberi taufiq hidayah dr Allah subhanahu wata
ala...sggh itulah yg sgt mahhaalll...d hati2 dg tdk enakan kepd manusoa atw
kepd kaummu...krn paman Nabi yg beliau sgt cintai d tlah percaya d membela dg
jiwa raga hartanya sj tdk mengucap syahadat krn tdk enak pd
kaumnya...berfikirlah saudari/a muslimku...saling menyayang krn Allah itu lbh
utama ketimbang saling mencaci...sayangnya kebenaran yg hakiki br terjadi
ketika sakaratul maut..ketika terbuka hijab...kebenaranpun ter ungkap...hny sj
syaang...dlm alquran mk ia berteriak2 minta kembali ke dunia...bkn krn ingin
kembali kepd pasangannya yg cantik atw ganteng atw krn harta yg buanyaak...ttp
hny utk ruku..sujud d bersdqh..atw beramal shleh sekaliiiii saja...tdk ada 1
pun di alquran mrk ingin kembali krn ingin maulid seandainya itu perkara yg
baik disisi Allah....demikian saudara...wallahu a'lam.subhanakallahumma
wabihamdika asyhaduallaa ilaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaiih... mhn
maaf bl ada kt2 yg salah...krn keswmpurnaan hny lah milik Allah.
Wassalamualaikum warohmatullah wabrarokatuh.
Jadist qudsi menuatakan brsgsipa yg
bershalawat kepd Nabi 1 kali maka Allah akan membalas dg pahala shlawat Allah
10 kali....krn Allah d para malaikatpun bershalawat..jg semua makhluk dilangit
d dibumi...mk bershalawat setiap wkt.
Ikhwanul Gozhali (bang igo) melalui
Google+
Ternyata Maulid(ulang tahun) Rasulullah
shalallahu 'alaihi wa salam sudah menjadi syari'at islam yang wajib.
Kalau pencaci maki para
sahabat oleh para Imam Kaum Muslimin di vonis KAFIR. Tetapi ini katanya lebih
berbahaya dari pada pencaci maki sahabat.
Berarti tokoh sufi
sekaligus sesepuh NU ini telah mengkafirkan sebagiam kaum muslimin karena tidak
mengikuti Maulid(ulang tahun) Nabi shalallahu 'alaihi wa salam.
Dan di tuduh tidak
mencintai Nabi shalallahu 'alaihi wa salam. Kalau seseorang tidak memcintai
Nabi shalallahu 'alaihi wa salam. Ini sama saja orang ini(yang tidak mencintai
Nabi shalallahu 'alaihi wa salam) KAFIR.
maka sangat jelas. Selama
ini yang suka mengkafir-kafirkan itu siapa...?
Yang memecahbela ukhuwah islamiyan itu
siapa...?
Benarlah apa yang di katakan Al Imam Asy
Syaithibi rahimahullah, beliau setelah menyebutkan beberapa dalil-dalil bahwa
bid’ah adalah pemecah belah ummat, Imam Asy-Syatibi rahimahullaahu ta’ala
berkata : “Semua bukti dan dalil ini menunjukan bahwa munculnya perpecahan dan
permusuhan adalah ketika munculnya kebid’ahan.” (Al- I’tisham,I/157).
Wallahul musta'an
Innalillahi.... seorang yg
diikuti oleh banyak muslim ternyata sangat menyesatkan dan secara tdk sadar,
dialah pemecah belah umat.
NU itu Not Urgent..tak penting, kalau
mereka bersaudara dengan syiah silahkan ..itu sudah nasib mereka, kalau mereka
suka bidah silahkan..itu juga nasib mereka. Buat kita Islam..ikutin ajaran
Nabi, buat yang mencintai Nabi ..ikutin ajaran Nabi..jangan dikurangi dan
ditambahin.
yang wajib "kadang lalai"
dikerjakan, begitu banyak sunnah pun belum semua di turuti....lantas ngapain
melaksanakan yg gak ada perintah. gitu aja kok Hewir
Kalo yg dimaukan si habib "anti
maulid nabi" dalam arti "anti / mengingkari kelahiran nabi",
maka ini amalan orang kafir, dan si habib benar bhw itu lebih bahaya dari anti
/ ingkar shahabat. Tapi menurut artikel di atas, ada indikasi bahwa yg dituduh
"anti/ingkar kelahiran nabi shollalloohu alaihi wassallam" adl
kelompok yg mereka sebut "Wahabi", yang di dirikan(katanya) oleh
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rohimahulloh. Perlu diketahui bahwa yang
diingkari oleh " Wahabi " bukanlah "kelahiran Nabi", akan
tetapi yg diingkari adalah "ritual ibadah dlm rangka merayakan kelahiran
nabi". Sebab ini termasuk membuat2 syari'at baru dlm Islam (dan ini
terlarang).
Klo Ada yg bilang: "
ente gak rayain maulid nabi, berarti ente kagak cinta ame nabi!! "
Jawab : "skrg gini,
ente cinta nabi Nuh, nabi Ibrohim, nabi Musa, nabi Isa dan nabi2 lainnya kagak
!! Kalo ente cinta mereka, harusnya ente juga rayain maulid mereka, klo kagak
berarti ente gak cinta ame mereka..!!"
(Mikir sambil garuk2
kepala)
Semoga bisa dipahami
Ucapan Jahil Habib Luthfi Bin Yahya
"Sedikit-Sedikit Mereka Katakan Yang Penting Al-Islam. Yang Penting
Ahlussunah Waljamaah. Tidak Perlu NU-NU An"? Perjanjian Faisal Bin Husein
(Putra Syarif Mekkah Husein Bin Ali, Penganut Sufisme, Hasyimiyah) Pintu Masuk
Yahudi Eropa Miliki Tanah Di Palestina.
http://lamurkha.blogspot.co.id/2017/08/ucapan-jahil-habib-luthfi-bin-yahya.html
Kisah seekor kambing sujud pada nabi (saw.) Dan
tunduk pada habib luthfi (written by sya'roni as-samfuriy on jumat, 10 juni
2016 02.07)
http://lamurkha.blogspot.co.id/2015/05/masukan-untuk-menteri-agama-lukman.html?m=0
Masukan Untuk Menteri Agama ( 2 ), Hukum Mencaci Istri
Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam.
Habib Ahmad Bin Zain Al
Kaff : Harus Berani Menasehati Orang-Orang Wahabi Di Depan Mereka, Secara
Ilmiyyah Dan Berdalil, Bukan Dengan Mengancam/Kekerasan.
Habib Ahmad Zein Al
Kaff : Kalau wahabi kitab rujukannya sama, rukun Iman, rukun Islamnya juga
sama, sedangkan Syiah berbeda, kita hanya berbeda dalam masalah furu’iyah
(cabang) dengan Wahabi/salafi
Titik Temu Wahabi-NU
“Titik Temu NU -
Wahhabi “ , Bahasan “ Isu-isu Pokok” Secara Ilmiyyah Tanpa Hujatan, Untuk
Mendamaikan Sesama Ahlus Sunnah [ Bagian I ]
Prof. Dr. Ali Mushthofa Ya’kub: Jangan Mau Jadi
Jangkrik! [ Untuk Orang NU yang Mau Diadu Domba Dengan Wahhabi ]
Perspektif Lain dari Wahabi
Rabithah Ulama Syam (
Syaikh Usamah Ar-Rifa’I, berpaham Asy’ari ) dan Ikatan Ulama Suriah : Adu Domba
Umat Islam, di Suriah Syiah Hembuskan Isu Wahabi, Proyek Syiah Persia Kuasai
Bumi Syam Pasti Gagal. Ulama Su’ Indonesia apa lebih Berilmu dari mereka ?
Kenapa Benci Wahhabi ??
Antara Tuduhan dan Fakta
Stempel Wahabi adalah cara Syiah memadamkan cahaya Al
Quran dan Sunnah
Sebutan Salafi-Wahabi,
Propaganda Syiah Benturkan Kaum Muslimin
Gelar WAHABI, Itu
Propaganda Orang Yang Memusuhi Dakwah Tauhid,. Agar Kaum Muslimin Tidak
Mendengar Ajakannya…
Waspada, Politik Adu
Domba Sesama Ahlussunnah Meningkat, Sedangkan Syiah Bersiap-Siap!
“Syiah Gunakan Isu
Anti-Wahhabi untuk Memecah Belah Umat Islam ”
"Wahabi",
Black Propaganda dan Aroma “Syiah Rafidhah”
Kambing Hitam Yang
Digemari Syiah ( Peternak )
Perhatikan ! Para
Penghina Allah Azza wa Jallah ( Al Wahhab/Wahabi) dan Penghujat Saudi,
Dihinakan dan Diberantakan !
Syi’ah Ada Dibalik Isu
Anti-Wahabi Untuk Pecah Belah Umat Islam
Su'per Cendekiawan
Muslim Sunni Abu-Abu Didikan Orientalis Terpedaya Syiah, Pendengki Salafi “
Wahabi ”
Kasus Bangil, Syiah
Mengadu Domba Dengan Menuduh Anti Syiah Adalah Wahabi ! ( Lagu Lama )
Mengapa Syiah
Menggunakan Istilah Takfiri-Wahabi?
Siapa yang menyatakan
beda antara Ahlus Sunnah dan Syiah termasuk masalah furu' dan Tidak Semua
Syi’ah Sesat, maka Dia… Syi’ah !
Ada yang Mengadu Domba
NU dan “Wahabi” Agar Umat Tak Bersatu
“Syiah Gunakan Isu Wahabi untuk Memecah Belah
Umat Islam”
Mengapa Syiah
Menggunakan Istilah Takfiri-Wahabi? Kelompok Takfiri sebenarnya Syiah, Kelompok
Radikal Jika Merujuk Definisi BNPT
Untuk Para
Provokator/Hasader/Herder Syi’ah dan Ulama2 “SU’/Namimah” yang ingin
membenturkan NU dengan Salafi “Wahhabi”, perhatikan tulisan dibawah ini !!
Keberhasilan Syiah
Memfitnah Salafi & Memecah belah Umat Islam