Dari Abu Sa‘id Al Khudri, ia
berkata: “Rasululah bersabda: ‘Sungguh kalian akan mengikuti jejak umat-umat
sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehingga kalau mereka masuk ke dalam
lubang biawak, niscaya kalianpun akan masuk ke dalamnya.’ Mereka (para sahabat)
bertanya: ‘Wahai Rasulullah, apakah kaum Yahudi dan Nasrani?’ Sabda beliau:
“Siapa lagi.” (HR. Bukhari dan Muslim)
“Orang-orang Yahudi dan
Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka.
Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan
sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang
kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. ” [Al
Baqarah 120]
Kaum Yahudi dan Nasrani tak
akan senang hingga ummat Islam mengikuti agama mereka. Minimal mengikuti sistem
politik mereka seperti demokrasi. Dengan sistem ini, boleh dikata 99% dari
ratusan juta pemilih tidak mengenal secara pribadi calon pemimpin yang akan
dipilih.
Akibatnya hanya calon
pemimpin yang mengeluarkan dana besar saja (puluhan trilyun rupiah) yang mampu
merebut suara lewat kampanye dan iklan di berbagai media massa. Celakanya
dananya didapat dari kalangan pengusaha macam keluarga Rothschild dan
Rockefeller. Akhirnya pemimpin ini cuma jadi pemimpin boneka yang mengabdi demi
donaturnya. Bukan untuk rakyatnya.
Sistem ekonomi mereka seperti
Kapitalisme/Neoliberalisme dengan Pasar Modal, Pasar Uang, Pasar Komoditas yang
penuh dengan spekulasi dan riba. Betapa banyak pejabat (bahkan dari partai
Islam sekali pun) yang menjual Ekonomi dan Kekayaan ummat Islam Indonesia yang
tak ternilai harganya kepada Investor Asing Zionis Yahudi macam keluarga
Rothschild dan Rockefeller demi kertas dollar yang sebetulnya tidak ada
harganya?
Akibatnya perekonomian dan
kekayaan alam ummat Islam dikuasai Yahudi.
Padahal Islam punya Sistem
Ekonomi Islam yang mampu mensejahterakan semua.
Hukum yang dipakai ummat
Islam pun bukanlah hukum Allah. Tapi hukum peninggalan penjajah Belanda yang
kafir. Hukuman pemerkosa cuma 6-9 bulan meski bagi wanita yang diperkosa
penderitaan itu mereka rasakan seumur hidup. Hukuman bagi pembunuh rata-rata
cuma 1-7 tahun. Akibatnya pembunuhan dan perkosaan merajalela. Padahal dalam
Islam, hukuman untuk pembunuh dan pemerkosa adalah mati setelah diberi kesempatan
untuk tobat. Ini menimbulkan efek jera dan para penjahat tersebut tidak mungkin
lagi mengulangi perbuatan jahat mereka.
“Apakah hukum Jahiliyah yang
mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah
bagi orang-orang yang yakin ? ” [Al Maa-idah 50]
Gaya hidup mereka seperti
mengumbar aurat dan sex bebas yang dipropagandakan kaum Yahudi dan Nasrani di
Hollywood, dan sebagainya diikutu oleh sebagian Muslim. Bahkan tak sedikit
ummat Islam yang terjebak merayakan Hari Valentine…
Sebab sesatnya kaum Yahudi
dan Nasrani adalah akibat taqlid membebek membabi-buta kepada para ulama-ulama
mereka:
“Mereka menjadikan
orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah[639] dan
(juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya
disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain
Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” [At Taubah 31]
[639]. Maksudnya: mereka
mematuhi ajaran-ajaran orang-orang alim dan rahib-rahib mereka dengan membabi
buta, biarpun orang-orang alim dan rahib-rahib itu menyuruh membuat maksiat
atau mengharamkan yang halal.
Mereka tidak mengacu lagi
kepada Kitab Suci Taurat, Zabur, dan Injil yang diturunkan kepada mereka.
Bahkan ada yang malah merubah ayat-ayat tersebut.
Saat ini pun di kalangan
ummat Islam hal serupa terjadi. Sebagian ulama mungkin belum sampai mengubah
ayat-ayat Al Qur’an. Namun mereka mentafsirkan secara keliru sehingga perbuatan
dan ucapan mereka bertentangan dengan Al Qur’an dan Hadits.
“Hai orang-orang yang
beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan
rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan
mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang
menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka
beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih”
[At Taubah 34]
Ciri-ciri ulama seperti ini
adalah mereka dekat dengan penguasa yang zhalim dan orang-orang kafir serta
menumpuk harta mereka. Ini terlihat dengan mobil dan rumah mereka yang mewah.
Gaya hidup mereka beda dengan Nabi Muhammad SAW yang meski dunia dalam
genggamannya, namun memilih untuk menyedekahkan hartanya dan hidup sederhana.
Bahkan saat kaum Nasrani
merayakan kelahiran Tuhan mereka, Yesus, ada sebagian ulama yang menghalalkan
memberi ucapan Selamat Natal kepada mereka. Berbagai “dalil Al Qur’an dan
Hadits” mereka berikan, padahal demi Allah, tidak pernah Nabi dan Sahabat,
tabi’in, mau pun Imam Madzhab yang mengucapkan Selamat Natal kepada kaum
Nasrani dengan “Dalil Palsu” yang mereka berikan.
Sesatnya kaum Yahudi dan
Nasrani karena mereka mengikuti ulama mereka membabi-buta. Kita jangan taqlid
pada ulama seperti mereka. Pegang teguh Al Qur’an dan Hadits. Ikutilah ulama
yang lurus yang berpedoman pada Al Qur’an dan hadits. Bukan yang menyimpang dan
sesat.
“Dan janganlah kamu mengikuti
apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran,
penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” [Al
Israa’ 31]
Yang aku takuti terhadap
umatku ialah pemimpin-pemimpin yang menyesatkan. (HR. Abu Dawud)
Celaka atas umatku dari ulama
yang buruk. (HR. Al Hakim)
Seorang ulama yang tanpa amalan
seperti lampu membakar dirinya sendiri (Berarti amal perbuatan harus sesuai
dengan ajaran-ajarannya). (HR. Ad-Dailami)
Kita memang harus mengikuti
ulama. Tapi ikutilah ulama yang lurus yang mematuhi Al Qur’an dan Hadits. Bukan
Ulama Su’/Jahat yang menyesatkan!
Oleh karena itu kita juga
wajib mempelajari Al Qur’an dan Hadits sehingga kita tahu mana ulama yang
mengikutinya dan mana yang menyimpang.
Sabda Rasulullah Saw: “Aku
tinggalkan padamu dua hal, yang tidak akan sesat kamu selama berpegang teguh
kepada keduanya, yaitu Kitabullah dan sunnah Nabi-Nya.”(HR Ibnu ‘Abdilbarri)
Jangan kita ikuti kaum Yahudi
dan Nasrani. Ikutilah selalu jalan yang lurus sebagaimana surat Al Fatihah yang
kita baca setiap kali kita shalat:
“Tunjukilah kami jalan yang
lurus,
(yaitu) Jalan orang-orang
yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai
dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” [Al Faatihah 6-7]
Penjelasan Nabi atas Surat Al
Fatihah yang biasa kita baca:
Hamad bin Salamah
meriwayatkan dari Adi bin Hatim, dia berkata, “Saya bertanya kepada Rasulullah
SAW ihwal ‘bukan jalannya orang-orang yang dimurkai’. Beliau bersabda, “Yaitu
kaum Yahudi.’ Dan bertanya ihwal ‘bukan pula jalannya orang-orang yang sesat’.
“Beliau bersabda, ‘Kaum Nasrani adalah orang-orang yang sesat.’
Demikian pula hadits yang
diriwayatkan Sufyan bin Uyainah dengan sanadnya dari Adi bin Hatim. Ibnu
Mardawih meriwayatkan dari Abu Dzar, dia berkata, “Saya bertanya kepada
Rasulullah SAW tentang orang-orang yang dimurkai, beliau bersabda, ‘Kaum
Yahudi.’ Saya bertanya tentang orang-orang yang sesat, beliau bersabda, ‘Kaum
Nasrani.’”
Menurut penafsiran ulama,
orang yang dimurkai Allah adalah kaum Yahudi. Karena selain ingkar, mereka berusaha
membunuh para nabi seperti Nabi Zakaria, Yahya, Isa, dan juga Nabi Muhammad.
Ada pun orang yang sesat adalah kaum Nasrani karena mereka tersesat oleh Paulus
sehingga menyembah Yesus sebagai Tuhan mereka.
Orang-orang yang beriman
tidak akan mengambil kaum Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin:
Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi
pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang
lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka
sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. [Al Maa-idah 51]
Hanya orang munafik yang
dekat dengan kaum Yahudi dan Nasrani yang saat ini tengah memusuhi Islam dan
membantai ummat Islam:
“Maka kamu akan melihat
orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera
mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: “Kami takut akan
mendapat bencana.” Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada
Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka
menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka.” [Al
Maa-idah 52]