Oleh: Syaikh Walid bin Muhammad Saif
An-Nashr –حفظه الله-
بسم الله الرحمن الرحيم
قال تعالى: ” وَكَانُوا أَحَقَّ بِهَا
وَأَهْلَهَا”
Allah berfirman: “Merekalah yang berhak
dengan kalimat takwa dan patut memilikinya.” (QS. Al Fath: 26).
الحمد لله وحده والصلاة والسلام على من لا نبي
بعده وعلى آله وصحبه أما بعد:
Berikut ini pembahasan secara ringkas
tentang golongan yang mendapat pertolongan, Ahlul Hadits dan Atsar, serta
sebagian keutamaan mereka dan penjelasan singkat akan kemuliaan mereka. Kami
berdoa kepada Allah mudah-mudahan pembahasan ini bermanfaat, dan mudah-mudahan
Allah menjadikan kita termasuk golongan mereka atau termasuk orang-orang yang
mengerumuni hidangan mereka dan menghadiri majelis-majelis mereka, sesungguhnya
Allah Maha Pemurah lagi Maha Mulia.
APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN AHLUL HADITS …?
Qodli Iyadl Rahimahullahu berkata
mengomentari perkataan Imam Ahmad “Kalau mereka bukan Ahlul Hadits, maka aku
tidak mengetahui siapakah mereka”. Beliau berkata: “Yang dimaksud Ahmad adalah
setiap orang yang meyakini madzhab Ahlu Hadits.” (lihat Tuhfatul Ahwadzi:
6/434).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah
Rahimahullahu berkata: “Kami tidak memaksudkan Ahlul Hadits hanya orang-orang
yang mendengar atau menulis dan meriwayatkan hadits, akan tetapi yang kami
maksud adalah setiap orang yang menghafal, mengetahui, memahami dan
mengikutinya secara lahir dan batin.” (lihat Majmu’ Fatawa: 4/95).
Syaikhul Islam Rahimahullahu juga
berkata: “Ahlul Hadits dan Sunnah, mereka adalah manusia yang tidak memiliki
panutan untuk diikuti kecuali Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Mereka
adalah manusia yang paling mengetahui perkataan dan perbuatan beliau, paling
dapat membedakan antara hadits yang shohih dan yang lemah. Para imam hadits
adalah ulama’ yang faqih, mereka adalah manusia yang paling memahami makna
hadits dan mengikutinya dengan keyakinan, perbuatan, kecintaan dan loyalitas.”
(lihat Majmu’ Fatawa: 3/347).
DIANTARA KEUTAMAAN AHLUL HADITS:
1. Mereka pembawa dan penjaga agama ini.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam
telah mensifati Ahlul Hadits dengan sabdanya:
” يَحْمِلُ
هَذَا العِلْمَ مِن كُلِّ خَلَفٍ عُدُولُه، يَنْفُونَ عَنهُ تَحْرِيفَ الغَالِينَ،
وَاْنتِحَالَ المُبْطِلِينَ، وَتَأْوِيلَ الجَاهِلِينَ.”
“Yang membawa ilmu (agama) ini adalah
orang-orang yang adil dari setiap generasi, mereka melenyapkan penyimpangan
orang-orang yang melampaui batas dan kedustaan orang-orang yang batil serta
ta’wil orang-orang yang bodoh.” (HR. Ibnu Abi Hatim di muqoddimah al jarh wa
ta’dil (1/1/17), Baihaqi di sunan kubro (10/209), Ibnu Abdil Bar di tamhid
(1/59), dan yang lainnya dengan sanad Hasan Lighoirih, aku telah mentakhrij
hadits ini dan telah aku jelaskan pula jalur-jalurnya dan penguat-penguatnya
dikitab Asy Syari’ah (karya Al-Ajuuri,pent) hal-2).
Al-Khotib al-Baghdadi Rahimahullahu
berkata menjelaskan hadits diatas: “Ini adalah persaksian dari Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bahwasanya Ahlul Hadits mereka adalah pembawa
bendera agama ini dan imam-imam kaum muslimin yang menjaga syari’at ini dari
penyimpangan, kedustaan yang batil dan membantah ta’wil orang-orang yang bodoh.
Maka wajib mengembalikan dan mempercayakan urusan agama ini kepada mereka
–semoga Allah meridhoi mereka-. (dinukil dari tafsir Qurthubi: 1/26).
Abu Dawud Rahimahullahu berkata:
” لَوْلاَ
هَذِهِ العِصَابَةُ لاَنْدَرَسَ الإسْلاَمُ – يَعْنِي أَصْحَابَ الْحَدِيْثِ
الَّذِيْنَ يَكْتُبُوْنَ اْلآثَارَ ”
“Kalaulah bukan karena golongan ini,
niscaya Islam akan hilang, yaitu Ahlul Hadits yang menulis atsar.” (lihat
Syarofu Ashabil Hadits: 106, karya: al-Khotib al-Baghdadi Rahimahullahu).
Sufyan Ats Tsauri Rahimahullahu berkata:
” الملائكةُ
حُرَّاسُ السَمَاءِ وأهلُ الحديثِ حُرَّاسُ الأرضِ “
“Malaikat adalah penjaga langit, dan
Ahlul Hadits adalah penjaga bumi.” (lihat Syarofu Ashabil Hadits: 85).
Al-Hafidz Abdullah bin Dawud Al-Khuraibi
Rahimahullahu berkata:”Aku telah mendengar para imam-imam dan para pendahulu
kami berkata: “Sesungguhnya Ahlul Hadits dan pembawa ilmu (agama ini) mereka
adalah manusia kepercayaan Allah yang membawa agama-Nya dan menjaga Sunnah
Nabi-Nya dengan apa yang mereka ketahui dan mereka amalkan”.(lihat Syarofu
Ashabil Hadits: 83).
Yazid bin Zurai’ Rahimahullahu berkata:
” لِكُلِّ
دِيْنٍ فُرْسَانٌ وَفُرْسَانُ هَذَا الدِيْنِ أَصْحَابُ الأَسَانِيْدِ “
“Setiap agama mempunyai pahlawan, dan
pahlawan agama ini adalah ashabul asanid (perowi Hadits)”. (lihat Syarofu
Ashabil Hadits: 86).
Al-Khotib al-Baghdadi Rahimahullahu
berkata: “Tuhan semesta alam telah menjadikan thoifah al manshuroh (kelompok
yang mendapat pertolongan) sebagai pembela agama ini. Mereka melawan tipu daya
orang-orang yang menyimpang dengan keteguhan mereka terhadap syari’at yang
kokoh ini. Mereka mencukupkan diri dengan mengikuti atsar para sahabat dan
tabi’in. Kesibukan mereka adalah menjaga atsar. Mereka mengarungi padang pasir
yang tandus lagi sepi dan menyeberangi daratan serta lautan untuk mengumpulkan
syari’at (hadits-hadits) Mushtofa n. Mereka tidak berpaling darinya (sunnah)
dengan mengkuti pendapat dan hawa nafsu. Mereka menerima syari’at dengan
perkataan dan perbuatan, mereka menjaga sunnahnya dengan hafalan dan
periwayatan, mereka menetapkan sumbernya, maka merekalah orang yang berhak
dengan sunnah dan yang patut memilikinya. Berapa banyak para penyimpang yang
hendak mencampur syari’at dengan sesuatu yang bukan darinya, namun Allah Ta’ala
membela agama-Nya dengan Ahlul Hadits. Mereka adalah penjaga pondasi-pondasi
agama, mereka tegak dengan perintah dan urusannya. Apabila ada orang yang
berpaling dari agama ini maka merekalah yang membela agama. Mereka itulah
golongan Allah, ketahuilah bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah yang
beruntung.” (lihat Syarofu Ashabil Hadits hal-10).
2. Mereka manusia yang lebih berhak
dengan sebutan Ath-Thoifah Al-Manshuroh dan Al-Firqoh An-Najiyah.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam
bersabda:
“لاَ
تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي قَائِمَةً بِأَمْرِ اللهِ لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ
خَذَلَهُمْ وَلاَ مَنْ خَالَفَهُمْ حَتىَّ يَأْتِيَ أَمْرُ اللهِ وَهُمْ
ظَاهِرُوْنَ عَلَى النَّاسِ “.
“Senantiasa ada sekelompok dari ummatku
yang tegak dengan perintah Allah, tidak membahayakan mereka orang-orang yang
menghinakan dan menyelisihi mereka sampai datangnya keputusan Allah (hari
kiamat), sedangkan mereka selalu nampak dihadapan manusia”. (Muttafaqun alaih,
HR. Bukhori: 3116, dan Muslim: 1924 dengan lafadznya dari hadits Muawiyah dan
yang lainnya).
Telah ditafsirkan makna Ath Thoifah
Al-Manshuroh dan Al-Firqoh An-Najiyah dengan Ahlul Hadits. Ibnu Mubarok
Rahimahullahu berkata: “Mereka menurutku adalah Ahlul Hadits.” (lihat Syarofu
Ashabil Hadits hal-26).
Ibnul Madini dan Bukhori Rahimahullahu
berkata: “Mereka adalah Ahlul Hadits.” (lihat Syarofu Ahlul Hadits hal-27).
Yazid bin Harun dan Ahmad bin Hambal
Rahimahullahu berkata:
” إِنْ
لَمْ يَكُوْنُوْا أَصْحَابَ الْحَدِيْثِ، فَلاَ أَدْرِي مَنْ هُمْ؟ “.
“Kalau mereka bukan Ahlul Hadits, maka
aku tidak mengetahui siapakah mereka”. (lihat Syarofu Ashabil Hadits
hal-26,27,49).
Ahmad bin Sinan Rahimahullahu berkata:
“Mereka adalah para Ulama’ dan Ahlul Atsar (Ahlul Hadits). (lihat Syarofu
Ashabil Hadits hal-27).
Al-Khotib al-Baghdadi Rahimahullahu
berkata: “Allah telah menjadikan Ahlul Hadits sebagai pondasi syari’at dan
melenyapkan dengan mereka setiap bid’ah yang sesat. Mereka adalah kepercayaan
Allah dari makhluk-Nya, dan perantara antara Nabi n dan umatnya, serta
orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam menjaga ajarannya. Cahaya mereka
berkilauan, keutamaan-keutamaan mereka cemerlang, tanda-tanda mereka bersinar
terang, madzhab mereka nampak, hujjah-hujjah mereka sangat kuat. Seluruh
golongan mengedepankan hawa nafsu atau menganggap baik sebuah pendapat dalam
mengembalikan suatu permasalahan, kecuali Ahlul Hadits; kitabullah senjata
mereka, sunnah Rasulullah hujjah mereka, Rasul n golongan mereka, kepadanya
mereka menisbatkan diri, mereka tidak condong kepada hawa nafsu dan tidak
berpaling dengan pendapat. Hadits-hadits yang mereka riwayatkan dari Rasul
diterima, karena mereka adalah orang-orang kepercayaan dan orang-orang yang
adil, mereka penjaga dan pembela agama, mereka orang-orang yang memperhatikan
ilmu dan pembawanya. Apabila ada hadits yang diperselisihkan, kepada merekalah
tempat kembali, kalau mereka menghukumi maka keputusan mereka didengar dan
diterima. Dari mereka semua (muncul) Ulama’ dan Fuqoha’, para imam yang mulia
dan terhormat, orang yang zuhud dari setiap upah, dan mereka memiliki keutamaan
yang mulia, serta pembaca Al-Qur’an yang mahir dan khotib yang fasih, mereka
adalah golongan yang mulia dan jalan mereka adalah jalan yang lurus. Seluruh
ahlu bid’ah memerangi aqidah mereka, namun terhadap madzhab selain madzhab
Ahlul Hadits tidak memusuhinya. Maka siapa yang memusuhi mereka (yaitu Ahlul
Hadits) niscaya Allah akan menghancurkannya, dan siapa yang menentang mereka
niscaya Allah akan membinasakannya. Tidak membahayakan mereka orang-orang yang
menghinakannya dan tidak akan beruntung orang yang meninggalkannya. Orang-orang
yang berhati-hati terhadap agamanya sangat membutuhkan nasehat mereka, dan
orang-orang yang memandang mereka dengan kebencian pasti akan menyesal,
sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuasa menolong mereka.” (lihat Syarofu
ashabil Hadits hal 8-9).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah
Rahimahullahu berkata: “Madzhab Ahlul Hadits, mereka adalah salaf (orang-orang
yang terdahulu) dari tiga generasi (pertama) dan siapa yang meniti jalan
mereka.” (lihat Majmu’ Fatawa: 6/355).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah
Rahimahullahu berkata: “Manusia yang lebih berhak menjadi golongan yang selamat
adalah Ahlul Hadits dan Sunnah. Mereka tidak memiliki panutan yang diikuti kecuali
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Mereka manusia yang paling mengetahui
perkataannya dan perbuatan Nabi n. Mereka manusia yang paling membedakan antara
hadits yang shohih dan yang lemah. Para imam hadits adalah ulama’ yang faqih,
mereka adalah manusia yang paling memahami makna hadits dan mengikutinya dengan
keyakinan, perbuatan, kecintaan dan loyalitas kepada siapa yang loyalitas
terhadap sunnah. Mereka memusuhi siapa yang memusuhi sunnah, yaitu orang-orang
yang menolak nash-nash yang bersifat global yang datang dari Al-Qur’an dan
Sunnah. Mereka bukanlah orang yang mengambil perkataan, lalu menjadikannya
sebagai dasar agama dan keyakinan mereka, walaupun tidak sesuai dengan ajaran
yang dibawa oleh Rasul, akan tetapi mereka adalah orang-orang yang menjadikan
seluruh apa yang dibawa Rasul n dari Al-Qur’an dan Sunnah sebagai dasar yang
mereka yakini dan jadikan sandaran.” (lihat Majmu’ Fatawa: 3/347).
3. Jalan yang lurus dan benar bersama
Ahlul Hadits dan Atsar.
Imam Ahmad Rahimahullahu berkata: “Ahlul
Hadits adalah sebaik-baik manusia yang berkata tentang ilmu.” (Atsar Shohih
diriwayatkan Khotib Baghdadi Rahimahullahu di Syarofu Ashabil Hadits: 95).
Al-Auza’i Rahimahullahu juga berkata dengan yang semisalnya. (lihat Syarofu
Ashabil Hadits: 97).
Ibnul Mubarok Rahimahullahu berkata:
“أَثْبَتُ
النَّاسِ عَلَى الصِرَاطِ أَصْحَابُ الْحَدِيْثِ”.
“Manusia yang paling teguh diatas jalan
yang lurus adalah Ahlul Hadits.” (lihat Syarofu Ashabil Hadits: 117).
Imam Syafi’i Rahimahullahu berkata:
” مَنْ
كَتَبَ الْحَدِيْثَ قَوِيَتْ حُجَّتُهُ “.
“Siapa yang menulis Hadits akan kuat
hujahnya.” (lihat Syarofu Ashabil Hadits: 148).
Kholifah Harun Ar-Rosyid Rahimahullahu
berkata:
” طَلَبْتُ
الْحَقَّ فَوَجَدْتُهُ مَعَ أَصْحَابِ الْحَدِيْثِ “.
“Aku mencari kebenaran, lalu aku
mendapatinya bersama Ahlul Hadits.” (lihat Syarofu Ashabil Hadits: 110).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah
Rahimahullahu berkata: “Manusia yang paling luas ilmunya (ilmu syar’i) dan
paling dekat dengan Rasul, paling mengetahui perkataannya dan perbuatannya,
gerak-geriknya dan diamnya, masuk dan keluarnya (dari rumah), lahir dan
batinnya, paling mengenal sahabatnya, sejarahnya dan hari-harinya, paling besar
perannya dalam mengumpulkan hadits dan meriwayatkannya, paling teguh dalam
mentaatinya dan mengikutinya, dan menjadikannya sebagai suri tauladan, mereka
adalah Ahlu Sunnah dan Hadits. Mereka menghafal sunnahnya dan mengetahui antara
hadits yang shohih dan yang lemah dengan ilmu dan pemahaman yang Allah berikan
kepada mereka dalam memahami maknanya, dengan keimanan, pembenaran, ketaatan
dan ketundukan. Meraka mengikutinya dan mengambilnya sebagai suri tauladan.
Mereka juga memiliki akal yang sangat kuat, memahami qiyas, mampu membedakan
(antara hadits shohih dan lemah). Maka tidakkah orang-orang yang rendah agama
dan akalnya mengetahui bahwasanya mereka adalah manusia yang berhak disifati
dengan kejujuran, ilmu dan iman, yang berhak meneliti siapa yang menyelisihi
mereka. Mereka mempunyai ilmu yang tidak diakui oleh orang-orang jahil dan ahli
bid’ah, padahal apa yang ada di sisi mereka adalah kebenaran yang nyata. Adapun
orang-orang yang jahil tentang urusan (petunjuk) mereka dan orang-orang yang
menyelisihi mereka adalah orang-orang yang hina dan penuh dengan kesesatan.”
(lihat Majmu’ Fatawa: 4/85, 4/49, 6/354).
Ibnu Qutaibah Rahimahullahu berkata:
“Adapun Ahlul Hadits, mereka mencari kebenaran dari tempatnya dan mengambilnya
dari sumbernya, mereka mendekatkan diri (beribadah) kepada Allah dengan
mengikuti sunnah-sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dan
mengumpulkan atsar-atsarnya (jejaknya) dan kabar-kabarnya (hadits-haditsnya)
dari timur dan barat. Kemudian mereka senantiasa mencari kabar-kabar dan
menelitinya sampai mereka mengetahui mana yang shohih dan yang lemah, yang
nasikh (menghapus) dan mansukh (yang dihapus). Mereka juga mengetahui siapa
yang menyelisihi dari (sebagian) ulama’ yang condong kepada pendapat, maka
merekapun memperingatkan akan hal itu sehingga kebenaran nampak setelah ia
tersembunyi sebelumnya, dan ia pun tinggi menjulang setelah sebelumnya hilang,
dan ia berkumpul setelah sebelumnya bercerai-berai. Mereka menuntun manusia
kepada Sunnah setelah mereka melupakannya, sehingga manusia mengambil hukum
dari Hadits Rasulillah n setelah mereka berhukum dengan perkataan Si A dan Si B
walaupun perkataan tersebut menyelisihi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
Sallam.” (lihat Ta’wilu Mukhtalifil Hadits hal 73-74).
Abul Qosim Al-Ashbahani Rahimahullahu
berkata: “Sesungguhnya jalan yang lurus bersama Ahlul Hadits, dan kebenaran adalah
apa yang mereka riwayatkan dan yang mereka nukil.” (lihat al-Hujjah fi Bayanil
Mahajjah karya Abul Qoshim Al Ashbahani: 2/223, dengan sedikit ringkasan).
Abul Qosim Al-Ashbahani Rahimahullahu
juga berkata: “Kebenaran yang di dakwahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
Sallam adalah suatu yang kita yakini dan kita jadikan manhaj, akan tetapi Allah
tidak menghendaki kebenaran dan aqidah yang murni melainkan bersama Ahlul
Hadits dan Atsar, karena mereka mengambil agama dan akidah mereka dari kholaf
(ulama’ yang datang setelah salaf) ke salaf (ulama’ yang terdahulu), dari
generasi ke generasi, sampai kepada Tabi’in, dan Tabi’in mengambil agama dari
Sahabat Nabi n, para Sahabat mengambil agama dari Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa Sallam. Maka tidak ada jalan untuk mengetahui apa yang didakwahkan
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam kepada manusia dari agama yang murni
dan jalan lurus kecuali dengan jalan yang dilalui oleh Ahlul Hadits. Adapun
seluruh golongan-golongan (sesat) mereka mencari agama dari jalan yang salah.”
(lihat al-Hujjah fi Bayanil Mahajjah karya Abul Qoshim Al-Ashbahani: 2/223,
dengan sedikit ringkasan).
4. Sebaik-baik manusia adalah Ahlul
Hadits.
Imam Syafi’i Rahimahullahu berkata:
” إِذَا
رَأَيْتُ رَجُلاً مِنْ أَصْحَابِ الْحَدِيْثِ فَكَأَنِّي رَأَيْتُ رَجُلاً مِنْ
أَصْحَابِ رَسُوْلِ اللهِ “. وَقَالَ الشَافِعِيُّ أَيْضًا : ” لَوْلاَ أَصْحَابُ
الْحَدِيْثِ لَكُنَّا بُيَّاعُ الفُولِ “.
“Jika aku melihat seorang dari Ahlul
Hadits, maka seakan-akan aku melihat seorang dari Sahabat Nabi n.” Imam Syafi’i
Rahimahullahu juga berkata: “Kalau saja bukan karena Ahlul Hadits, sungguh kita
menjadi penjual kacang!.” (Atsar Shohih, HR. Al-Harowi di kitab Dzammul Kalam:
387, Al-Baihaqi di Manaqibi Asy-Syafi’i: 1/477).
Imam Ahmad Rahimahullahu juga berkata:
” لَيْسَ
قَوْمٌ عِنْدِي خَيْرٌ مِنْ أَهْلِ الْحَدِيْثِ، لَيْسَ يَعْرِفُوْنَ إِلاَّ
الْحَدِيْثَ “.
“Tidak ada kaum yang lebih baik disisiku
dari Ahlul Hadits, mereka tidak mengetahui sesuatu melainkan Hadits.” (Atsar
Shohih, diriwayatkan Khotib Baghdadi di kitab Syarofu Ashabil Hadits: 95).
Dari Za’faroni Rahimahullahu berkata:
“Tidak ada kaum dimuka bumi yang lebih mulia dari pembawa tinta (yaitu Perowi
Hadits yang selalu membawa pena untuk menulis Hadits,-pent), mereka mencari
atsar-atsar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dan mencatatnya supaya
tidak hilang.” (lihat Syarofu Ashabil Hadits:331).
Yahya bin Aktsam Rahimahullahu berkata:
Harun Ar-Rosyid berkata kepadaku: “Kedudukan apakah yang paling mulia? Aku
berkata: Kedudukan anda wahai Amirul Mukminin. Dia berkata: Tahukah engkau
siapa yang kedudukannya lebih mulia dariku? Aku berkata: Aku tidak tahu. Dia
berkata: Tapi aku mengetahuinya; dia adalah orang yang berada di suatu majelis
dan berkata: Si Fulan memberitahukan dari Si Fulan dari Si Fulan, lalu dia
berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda. Aku berkata: Wahai
Amirul Mukminin! Bagaimana dia lebih baik dari anda, sedangkan anda anak paman
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam (keturunan paman Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam yang bernama Abbas bin Abdul Muttholib z, -pen)
dan pemimpin kaum muslimin? Dia berkata: Ya, celaka engkau, dia lebih baik
dariku karena namanya disebut beserta nama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
Sallam. Dia tidak mati selamanya, sedangkan kita mati dan binasa, sedangkan
Ulama’ selalu ada (dikenang) sepanjang masa.” (lihat Syarofu Ashabil Hadits:
219).
Diriwayatkan dari Ibrohim bin Adham dan
Salm Al-Khowwash dan Yusuf bin Asbath Rahimahullahu mereka berkata:
” إِنَّ
اللهَ يَدْفَعُ البَلاَءَ عَنْ أَهٍلِ الأَرْضِ بِأَصْحَابِ الْحَدِيْثِ “.
“Sesungguhnya Allah menahan bencana yang
menimpa penduduk bumi dengan Ahlul Hadits.” (lihat Syarofu Ashabil Hadits:121,
Dzammul Kalam karya Al Harowi: 838-840).
Ketika Utsman bin Abi Syaibah
Rahimahullahu melihat sebagian Ahlul Hadits berubah, ia berkata: “Sesungguhnya
orang yang fasik dari mereka lebih baik daripada ahli ibadah dari selain
mereka.” (lihat Syarofu Ashabil Hadits: 98, Dzammul Kalam karya Al Harowi: 96).
Dikatakan kepada Hafs bin Giyats
Rahimahullahu: Tidakkah kamu melihat (sebagian) Ahlul Hadits bagaimana mereka
berubah?! Bagaimana mereka rusak?! Maka ia berkata: “Walau demikian, mereka
adalah manusia pilihan.” (lihat Syarofu Ashabil Hadits: 94).
5. Mereka adalah manusia yang paling
dekat dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah
Rahimahullahu berkata: “Telah diketahui, bahwasanya Ahlul Hadits dan Sunnah
adalah manusia yang paling dekat dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
Sallam dan pengikutnya. Mereka mendapatkan karunia dari Allah dan kemuliaan
dengan ilmu dan akal yang bersih serta pahala yang berlipat ganda yang tidak
terdapat pada selain mereka.” (lihat Majmu’ Fatawa: 4/140).
Siddiq Hasan Khon Rahimahullahu berkata:
“Tidak diragukan lagi bahwasanya kaum muslimin yang paling banyak bersholawat
kepada Nabi n adalah Ahlul Hadits para perowi Sunnah yang suci, mereka
mengemban ilmu yang mulia ini (sehingga merekapun) bersholawat di depan setiap
Hadits, lisan mereka selalu basah dengan menyebutnya (nama Nabi dan bersholawat
kepada beliau n). Maka inilah golongan yang selamat, jama’ah Hadits, manusia
yang paling dekat dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam hingga datang
hari kiamat, dan manusia yang paling berbahagia dengan syafa’atnya (Nabi n)
–aku menebusnya dengan ayah dan ibuku-, maka tidak ada seorangpun yang menyamai
keutamaan ini kecuali orang yang datang dengan amalan yang lebih baik dari
mereka. Adapun selain mereka hanyalah sang pembual. (lihat Sifat Sholat Nabi
karya Syaikh Albani Rahimahullahu hal-176).
هذا وصلّى الله على محمد وعلى آله وصحبه وسلم
تسليما.
Diterjemahkan dari Majalah Al-Istiqomah,
hal: 2-3, edisi ke 8 bulan Robi’uts Tsani tahun 1425 H/ Mei 2004 M, oleh: Abu
Yusuf Ahmad Jamil bin Muhammad Alim As Salafy. Dicuplik dari Majalah ilmiah
adz-Dzakhiirah al-Islamiyyah.
sumber : abusalma.wordpress.com