Al Quran : The Miracle Of Miracles. Allah
Tidak Sekali-Kali Menjadikan Seseorang Mempunyai Dua Hati Dalam Jiwanya.
Masukilah Islam Secara Kaffah ( Not Less Than 100 % Kaffah ! )
Sebagian orang malas membaca Al Quran
padahal di dalam terdapat petunjuk untuk hidup di dunia.
Sebagian orang merasa tidak punya waktu
untuk membaca Al Quran padahal di dalamnya terdapat pahala yang besar.
Sebagian orang merasa tidak sanggup
belajar Al Quran karena sulit katanya, padahal membacanya sangat mudah dan
sangat mendatangkan kebaikan. Mari perhatikan hal-hal berikut:
Membaca Al Quran adalah perdagangan yang
tidak pernah merugi
{الَّذِينَ
يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا
رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ (29)
لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّهُ غَفُورٌ شَكُورٌ
(30)}
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu
membaca kitab Allah dan mendirikan salat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki
yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan,
mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi”. “Agar Allah
menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari
karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (QS.
Fathir: 29-30).
Ibnu Katsir rahimahullah berkata,
قال قتادة
رحمه الله: كان مُطَرف، رحمه الله، إذا قرأ هذه الآية يقول: هذه آية القراء.
“Qatadah (wafat: 118 H) rahimahullah
berkata, “Mutharrif bin Abdullah (Tabi’in, wafat 95H) jika membaca ayat ini
beliau berkata: “Ini adalah ayat orang-orang yang suka membaca Al Quran” (Lihat
kitab Tafsir Al Quran Al Azhim).
Asy Syaukani (w: 1281H) rahimahullah
berkata,
أي: يستمرّون على تلاوته ، ويداومونها .
“Maksudnya adalah terus menerus
membacanya dan menjadi kebiasaannya”(Lihat kitab Tafsir Fath Al Qadir).
Dari manakah sisi tidak meruginya
perdagangan dengan membaca Al Quran?
Satu hurufnya diganjar dengan 1 kebaikan
dan dilipatkan menjadi 10 kebaikan.
عَنْ عَبْد اللَّهِ بْنَ مَسْعُودٍ رضى الله عنه
يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ
كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ
أَقُولُ الم حرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ ».
“Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu
berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang membaca
satu huruf dari Al Quran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut,
satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak
mengatakan الم satu huruf akan tetapi
Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf.” (HR. Tirmidzi dan
dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 6469)
عَنْ
عَبْدِ اللَّهِ بن مسعود رضى الله عنه قَالَ : تَعَلَّمُوا هَذَا الْقُرْآنَ ،
فَإِنَّكُمْ تُؤْجَرُونَ بِتِلاَوَتِهِ بِكُلِّ حَرْفٍ عَشْرَ حَسَنَاتٍ ، أَمَا
إِنِّى لاَ أَقُولُ بِ الم وَلَكِنْ بِأَلِفٍ وَلاَمٍ وَمِيمٍ بِكُلِّ حَرْفٍ
عَشْرُ حَسَنَاتٍ.
“Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu
berkata: “Pelajarilah Al Quran ini, karena sesungguhnya kalian diganjar dengan
membacanya setiap hurufnya 10 kebaikan, aku tidak mengatakan itu untuk الم , akan tetapi untuk untuk Alif, Laam, Miim,
setiap hurufnya sepuluh kebaikan.” (Atsar riwayat Ad Darimy dan disebutkan di
dalam kitab Silsilat Al Ahadits Ash Shahihah, no. 660).
Dan hadits ini sangat menunjukan dengan
jelas, bahwa muslim siapapun yang membaca Al Quran baik paham atau tidak paham,
maka dia akan mendapatkan ganjaran pahala sebagaimana yang dijanjikan. Dan
sesungguhnya kemuliaan Allah Ta’ala itu Maha Luas, meliputi seluruh makhluk,
baik orang Arab atau ‘Ajam (yang bukan Arab), baik yang bisa bahasa Arab atau
tidak.
Kebaikan akan menghapuskan kesalahan.
{إِنَّ
الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ} [هود: 114]
“Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang
baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk.” (QS. Hud: 114)
Setiap kali bertambah kuantitas bacaan,
bertambah pula ganjaran pahala dari Allah.
عنْ تَمِيمٍ الدَّارِىِّ رضى الله عنه قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ قَرَأَ بِمِائَةِ آيَةٍ فِى
لَيْلَةٍ كُتِبَ لَهُ قُنُوتُ لَيْلَةٍ»
“Tamim Ad Dary radhiyalahu ‘anhu berkata:
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang membaca 100 ayat
pada suatu malam dituliskan baginya pahala shalat sepanjang malam.” (HR. Ahmad
dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 6468).
Bacaan Al Quran akan bertambah agung dan
mulia jika terjadi di dalam shalat.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضى الله عنه قَالَ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ إِذَا رَجَعَ إِلَى
أَهْلِهِ أَنْ يَجِدَ فِيهِ ثَلاَثَ خَلِفَاتٍ عِظَامٍ سِمَانٍ قُلْنَا نَعَمْ.
قَالَ « فَثَلاَثُ آيَاتٍ يَقْرَأُ بِهِنَّ أَحَدُكُمْ فِى صَلاَتِهِ خَيْرٌ لَهُ
مِنْ ثَلاَثِ خَلِفَاتٍ عِظَامٍ سِمَانٍ
“Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu
meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Maukah
salah seorang dari kalian jika dia kembali ke rumahnya mendapati di dalamnya 3
onta yang hamil, gemuk serta besar?” Kami (para shahabat) menjawab: “Iya”,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Salah seorang dari kalian
membaca tiga ayat di dalam shalat lebih baik baginya daripada mendapatkan tiga
onta yang hamil, gemuk dan besar.” (HR. Muslim).
Membaca Al Quran bagaimanapun akan
mendatangkan kebaikan
عَنْ
عَائِشَةَ رضى الله عنها قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- «
الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِى
يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ ».
“Aisyah radhiyallahu ‘anha meriwayatkan
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Seorang yang lancar
membaca Al Quran akan bersama para malaikat yang mulia dan senantiasa selalu
taat kepada Allah, adapun yang membaca Al Quran dan terbata-bata di dalamnya
dan sulit atasnya bacaan tersebut maka baginya dua pahala” (HR. Muslim).
Membaca Al Quran akan mendatangkan
syafa’at
عَنْ أَبي أُمَامَةَ الْبَاهِلِىُّ رضى الله عنه
قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « اقْرَءُوا
الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِهِ…
“Abu Umamah Al Bahily radhiyallahu ‘anhu
berkata: “Aku telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Bacalah Al Quran karena sesungguhnya dia akan datang pada hari kiamat sebagai
pemberi syafa’at kepada orang yang membacanya” (HR. Muslim).
Masih banyak lagi keutamaan-keutamaan
yang memotivasi seseorang untuk memperbanyak bacaan Al Quran terutama di bulan
membaca Al Quran.
Dan pada tulisan kali ini hanya
menyebutkan sebagian kecil keutamaan dari membaca Al Quran bukan untuk
menyebutkan seluruh keutamaannya.
Dan ternyata generasi yang diridhai Allah
itu, adalah mereka orang-orang yang giat dan semangat membaca Al Quran bahkan
mereka mempunyai jadwal tersendiri untuk baca Al Quran.
عَنْ أَبِى مُوسَى رضى الله عنه قَالَ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِنِّى لأَعْرِفُ أَصْوَاتَ رُفْقَةِ
الأَشْعَرِيِّينَ بِالْقُرْآنِ حِينَ يَدْخُلُونَ بِاللَّيْلِ وَأَعْرِفُ
مَنَازِلَهُمْ مِنْ أَصْوَاتِهِمْ بِالْقُرْآنِ بِاللَّيْلِ وَإِنْ كُنْتُ لَمْ
أَرَ مَنَازِلَهُمْ حِينَ نَزَلُوا بِالنَّهَارِ…».
“Abu Musa Al Asy’ary radhiyallahu ‘anhu
berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya aku
benar-benar mengetahui suara kelompok orang-orang keturunan Asy’ary dengan
bacaan Al Quran, jika mereka memasuki waktu malam dan aku mengenal rumah-rumah
mereka dari suara-suara mereka membaca Al Quran pada waktu malam, meskipun
sebenarnya aku belum melihat rumah-rumah mereka ketika mereka berdiam (disana)
pada siang hari…” (HR. Muslim).
MasyaAllah, coba kita bandingkan dengan
diri kita apakah yang kita pegang ketika malam hari, sebagian ada yang memegang
remote televisi menonton program-program yang terkadang bukan hanya tidak
bermanfaat tetapi mengandung dosa dan maksiat, apalagi di dalam bulan Ramadhan.
Dan jikalau riwayat di bawah ini shahih
tentunya juga akan menjadi dalil penguat, bahwa kebiasan generasi yang diridhai
Allah yaitu para shahabat radhiyallahu ‘anhum ketika malam hari senantiasa
mereka membaca Al Quran. Tetapi riwayat di bawah ini sebagian ulama hadits ada
yang melemahkannya.
عَنْ أَبِى صَالِحٍ رحمه الله قَالَ قَالَ كَعْبٌ
رضى الله عنه: نَجِدُ مَكْتُوباً : مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه
وسلم- لاَ فَظٌّ وَلاَ غَلِيظٌ ، وَلاَ صَخَّابٌ بِالأَسْوَاقِ ، وَلاَ يَجْزِى
بِالسَّيِّئَةِ السَّيِّئَةَ ، وَلَكِنْ يَعْفُو وَيَغْفِرُ ، وَأُمَّتُهُ الْحَمَّادُونَ
، يُكَبِّرُونَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى كُلِّ نَجْدٍ ، وَيَحْمَدُونَهُ فِى
كُلِّ مَنْزِلَةٍ ، يَتَأَزَّرُونَ عَلَى أَنْصَافِهِمْ ، وَيَتَوَضَّئُونَ عَلَى
أَطْرَافِهِمْ ، مُنَادِيهِمْ يُنَادِى فِى جَوِّ السَّمَاءِ ، صَفُّهُمْ فِى
الْقِتَالِ وَصَفُّهُمْ فِى الصَّلاَةِ سَوَاءٌ ، لَهُمْ بِاللَّيْلِ دَوِىٌّ
كَدَوِىِّ النَّحْلِ ، مَوْلِدُهُ بِمَكَّةَ ، وَمُهَاجِرُهُ بِطَيْبَةَ ،
وَمُلْكُهُ بِالشَّامِ.
“Abu Shalih berkata: “Ka’ab radhiyallahu
‘anhu berkata: “Kami dapati tertulis (di dalam kitab suci lain): “Muhammad
adalah Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam, tidak kasar, tidak pemarah,
tidak berteriak di pasar, tidak membalas keburukan dengan keburukan akan tetapi
memaafkan dan mengampuni, dan umat (para shahabat)nya adalah orang-orang yang
selalu memuji Allah, membesarkan Allah ‘Azza wa Jalla atas setiap perkara,
memuji-Nya pada setiap kedudukan, batas pakaian mereka pada setengah betis
mereka, berwudhu sampai ujung-ujung anggota tubuh mereka, yang mengumandangkan
adzan mengumandangkan di tempat atas, shaf mereka di dalam pertempuran dan di
dalam shalat sama (ratanya), mereka memiliki suara dengungan seperti
dengungannya lebah pada waktu malam, tempat kelahiran beliau adalah Mekkah,
tempat hijranya adalah Thayyibah (Madinah) dan kerajaannya di Syam.”
Maksud dari “mereka memiliki suara
dengungan seperti dengungannya lebah pada waktu malam” adalah:
أي صوت خفي بالتسبيح والتهليل وقراءة القرآن كدوي
النحل
“Suara yang lirih berupa ucapan tasbih
(Subhanallah), tahlil (Laa Ilaaha Illallah), dan bacaan Al Quran seperti
dengungannya lebah”. (Lihat kitab Mirqat Al Mafatih Syarh Misykat Al Mashabih).
Salah satu ibadah paling agung adalah
membaca Al Quran
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رضى الله عنهما : ضَمِنَ
اللَّهُ لِمَنَ اتَّبَعَ الْقُرْآنَ أَنْ لاَ يَضِلَّ فِي الدُّنْيَا ، وَلاَ
يَشْقَى فِي الآخِرَةِ ، ثُمَّ تَلاَ {فَمَنَ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلاَ يَضِلُّ
وَلاَ يَشْقَى}.
“Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhu
berkata: “Allah telah menjamin bagi siapa yang mengikuti Al Quran, tidak akan
sesat di dunia dan tidak akan merugi di akhirat”, kemudian beliau membaca ayat:
{فَمَنَ
اتَّبَعَ هُدَايَ فَلاَ يَضِلُّ وَلاَ يَشْقَى}
“Lalu barang siapa yang mengikut
petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka”. (QS. Thaha: 123)
(Atsar shahih diriwayatkan di dalam kitab Mushannaf Ibnu Abi Syaibah).
عَنْ خَبَّابِ بْنِ الْأَرَتِّ رضى الله عنه
أَنَّهُ قَالَ: ” تَقَرَّبْ مَا اسْتَطَعْتَ، وَاعْلَمْ أَنَّكَ لَنْ تَتَقَرَّبَ
إِلَى اللهِ بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ كَلَامِهِ “.
“Khabbab bin Al Arat radhiyallahu ‘anhu
berkata: “Beribadah kepada Allah semampumu dan ketahuilah bahwa sesungguhnya
kamu tidak akan pernah beribadah kepada Allah dengan sesuatu yang lebih
dicintai-Nya dibandingkan (membaca) firman-Nya.” (Atsar shahih diriwayatkan di
dalam kitab Syu’ab Al Iman, karya Al Baihaqi).
عَنْ عَبْدِ اللهِ بن مسعود رضى الله عنه ، أنه
قَالَ: ” مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَعْلَمَ أَنَّهُ يُحِبُّ اللهَ وَرَسُولَهُ
فَلْيَنْظُرْ، فَإِنْ كَانَ يُحِبُّ الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يُحِبُّ اللهَ
وَرَسُولَهُ “.
“Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu
berkata: “Siapa yang ingin mengetahui bahwa dia mencintai Allah dan Rasul-Nya,
maka perhatikanlah jika dia mencintai Al Quran maka sesungguhnya dia mencintai
Allah dan rasul-Nya.” (Atsar shahih diriwayatkan di dalam kitab Syu’ab Al Iman,
karya Al Baihaqi).
وقال وهيب رحمه الله: “نظرنا في هذه الأحاديث
والمواعظ فلم نجد شيئًا أرق للقلوب ولا أشد استجلابًا للحزن من قراءة القرآن
وتفهمه وتدبره”.
“Berkata Wuhaib rahimahullah: “Kami telah
memperhatikan di dalam hadits-hadits dan nasehat ini, maka kami tidak mendapati
ada sesuatu yang paling melembutkan hati dan mendatangkan kesedihan
dibandingkan bacaan Al Quran, memahami dan mentadabburinya”.
Penulis: Ustadz Ahmad Zainuddin, Lc
Ayat-ayat ini tercantum dalam surat Al
Qur'an, yang sudah berdebu di rak buku rumah kita, karena jarang disentuh.
Akibatnya kita seperti ayam yang mati di
lumbung. Ada pelajaran berharga tapi kita tidak mau belajar.
Qarun menjadi jalan menuju inspirasi
tentang kegunaan harta bagi kita. Allah memberi pelajaran sambil bercerita.
Inilah hebatnya Al Qur'an, memberi
pelajaran dan inspirasi dengan cara yang amat indah.
Memberi pelajaran sambil bercerita, maka
cerita Al Qur'an bukan sembarang cerita. Ada banyak pelajaran di sana.
Tapi kisah Al Qur'an hari ini kurang
menarik banyak orang. Lebih menarik bagi mereka kisah inspirasi dari buku
motivasi.
Akibatnya kisah-kisah Al Qur'an dipandang
sebelah mata. Kalah dari kisah sukses orang di barat sana.
Perhatikan kata jalan. Kisah Qarun jadi
inspirasi. Bukan Qarun nya, tapi nasehat-nasehat kaumnya.
Allah menegaskan bahwa fungsi utama harta
dan pemberian Allah lainnya, adalah untuk mengejar sukses akhirat.
Ketika kita tidak menggunakannya untuk
sukses akhirat, maka kita menyalahgunakan harta dan pemberian Allah.
Ketika sesuatu kita salahgunakan maka
kita sendiri yang rugi, kehilangan fungsi sebenarnya, kehilangan sukses
akhirat.
Baru kemudian kita tidak lupakan bagian
dunia kita yang mubah, yang tidak berlebihan.
Artinya dunia ini bukan tujuan utama,
tapi hanya sekedar jangan lupa. Bukan tujuan utama. Jangan kita salah fokus.
Mengapa dunia bukan menjadi tujuan utama?
Karena kita tinggal di dunia hanya sebentar.
Kita tinggal di dunia sebentar. Kita
tinggal di akhirat lebih lama, bahkan selamanya.
Jika kita memang tinggal di dunia hanya
sebentar, mengapa dunia menjsdi fokus tujuan utama bagi kita?
Jika kenikmatan akhirat adalah selamanya,
mengapa tidak menjadi fokus utama tujuan kita?
Mengapa kita memilih fokus ke dunia yang
akan kita tinggalkan, dan meninggalkan akhirat yang abadi?
Dunia ini indah, dan bisa kita indera
dengan panca indera kita. Maka kita yang gembira dan cinta dunia.
Sedangkan akhirat hanya bisa kita
pikirkan dan bayangkan. Tapi Allah menyuruh kita cinta akhirat.
Tapi manusia adalah mahluk berakal, yang
bisa membebaskan dirinya dari penjara panca indera.
Tapi ketika kita tidak menggunakan
pikiran, kita selamanya akan terpenjara panca indera. Tak bisa menjangkau
lebih.
Pikiran dan akal bisa membuat kita
melampaui panca indera, kita menjadi bebas.
Manusia memiliki pikiran dan akal, Al
Qur’an mengajak kita berpikir, agar kita tidak mencintai dunia yang nyata.
Al Qur’an memberitahukan kepada kita
tentang indahnya sorga, beserta bidadari yang cuantik sekali.
Allah memberitahukan tentang siksa neraka
yang luar biasa pedih dan menyakitkan.
Ketika kita beriman kepada hari akhir,
maka kita bisa terbebas dari cinta dunia, meski akhirat tak nampak.
Ada pertempuran dalam pribadi dan pikiran
kita, pertempuran antara yang nampak dan tak nampak.
Ketika kita jarang memikirkan akhirat,
maka kita akan terpenjara dunia. Dan yang terpenjara bukan badan kita.
Yang terpenjara di dunia adalah hati
kita. Hati yang terpenjara lebih berbahaya daripada penjara fisik.
Ketika hatinya terpenjara, dia menjadi
tahanan dan budak dunia. Meski nampaknya dia bebas kesana kemari.
Maka kita harus sering-sering mengingat
akhirat, mentadabburi ayat-ayat akhirat dalam Al Qur’an, agar tak ditawan
dunia.
Ketika kita lengah dari memikirkan
akhirat, maka dunia menguasai kita. Dan kita kalah, hati kita ditawan.
Dan kita terjebak pada salah fokus,
mestinya kita fokus utama ke akhirat, kita malah fokus dunia.
Ayat-ayat Al Qur’an banyak sekali
membahas akhirat. Kita renungi dan kita gali maknanya. Kita pikirkan
Al Qur'an berisi petunjuk, salah satu
petunjuk Al Qur'an adalah keyakinan-keyakinan yang harus diyakini.
Bagaimana dengan kita, sudahkah kita
menganggap Al Qur'an sebagai sumber petunjuk? Atau hanya dibaca saja?
Meskipun Al Qur'an adalah petunjuk, tapi
pengaruh Al Qur'an kepada kita bergantung pada sikap kita kepada Al Qur'an.
Meski Al Qur'an adalah petunjuk, jika
kita cuek, kita tidak bisa mendapat petunjuk
Keyakinan-keyakinan yang harus kita
yakini, ibarat rambu petunjuk jalan yang membawa arah yang benar.
Keyakinan-keyakinan ini menjadi dasar
utama bagi agama Islam. Mereka yang tidak meyakini, keislamannya runtuh.
Keyakinan-keyakinan ini menjadi petunjuk
dan rujukan kita untuk menilai sesuatu. Maka bisa dibilang tidak netral.
Tidak netral karena memang berpihak
kepada keyakinan Islam. Bukan bebas. Kenapa kita memilih paradigma dan
keyakinan Islam?
Karena paradigma dan keyakinan Islam
berasal dari wahyu Allah, bukan dari pikiran dan pendapat manusia. Camkan ini.
Apakah dalam Al Qur'an ada bahasan
mengenai kesempitan hidup manusia? Mengenai kesulitan yang melanda kehidupan
rakyat saat ini?
Bacalah Al Qur'an, resapi maknanya, gali
hikmahnya, pahami pelajaran-pelajarannya, dengan niat untuk mencari petunjuk,
semoga Allah menerima
Hidup adalah menulis catatan amal.
Tulislah catatan yang baik. Buku itu untuk kita sendiri.
Al Qur'an, nikmat terbesar dalam hidup
manusia, sudahkah kita menikmatinya? Sudahkah kita menganggapnya sebagai
nikmat?
Shalat adalah upaya pembebasan diri, dari
penjara hawa nafsu menuju kemerdekaan diri dengan ibadah pada Allah.
Semakin mencari hikmah dan pelajaran
hidup dari buku-buku motivasi, semakin enggan mencari petunjuk dari Al Qur'an.
Hati tak bisa mendua.
Sering kita mendengar kata kerja keras,
man jadda wajada, no pain no gain, tapi kita jarang mendengar kata shalat
keras.
Semakin kita gandrung pada lagu religi,
semakin jauh hati kita dari Al Qur'an. Semakin jauh hati dari Al Qur'an, makin
dekat pada kesesatan
Pikirkan mata kita, apa jadinya kalo kita
tidak diberi mata? Apa jadinya jika kita tidak bisa melihat? Coba pikirkan dan
renungkan.
Seluruh organ tubuh kita adalah rahmat
Allah. Kalo mau mikirin rahmat Allah, g usah jauh-jauh, pikirin organ tubuh
sendiri aja. G susah.
Seringkali, dinding yg menjulang mencegah
langkah maju kita ternyata hanya tabir dari kain, hanya perlu melangkahkan kaki
untuk menembusnya.
Akal adalah pemberian dari Allah
terkhusus bagi manusia. Ketika tidak kita gunakan, maka kita sama dengan
makhluk2 yang tak berakal.
Sudahkah hari ini kita mengingat-ingat
rahmat Allah yang tercurah pada kita? Sudahkah kita memikirkan nikmat-nikmatNya
hari ini?
Ketika kita punya sesuatu tapi tidak kita
gunakan, sama dg kita tidak punya sesuatu itu. Seperti org punya mobil tapi
kemana2 naik sepeda
Jika ditanya apakah kamu berakal? Pasti
orang menjawab ya. Tapi saat ditanya apkh akalmu kamu gunakan untuk berpikir? Blm
tentu jawabnya ya
banyak ayat berbunyi: afalaa ta'qiluuun?
Apakah engkau tidak menggunakan akal? Mungkin ada yang memahami: apakh kalian
tidak berakal?
Berpikir adalah menggunakan akal untuk
mengolah informasi, untuk mencapai pengetahuan baru. Dalam Islam, berpikir
adalah jalan menuju Iman.
Justru itu pekerja laki2 harus dipisahkan
dari pekerja wanita. Emmmm kalo di Indonesia gimana?
Di tempat kerja itu karena ada
pelanggaran, mestinya pekerja laki2 dipisah dengan pekerja wanita
Semakin bersih, maka hati semakin haus
akan Al Qur'an. Apa kabar hati kita?
Sudahkah kita mengamati keindahan Allah
dalam takdirNya? Sudahkah kita mengamati keindahan kalam Allah? Allah itu
indah.
Kita jarang mengamati keindahan yang ada
di dunia ini, keindahan yang menunjukkan keindahan Allah.
Sudahkah kita mengamati keindahan Al
Qur'an, yang merupakan kalam Allah?
Al Qur'an memaparkan keindahan kalamNya.
Tapi apakah kita sudah menyelami Al Qur'an?
Mendapati keindahan kalamNya adalah
dengan menyelami Al Qur'an. Tanpa itu, kita tak kan mendapatkannya.
Akhirnya kita lupa, Nabi dan para sahabat
menjadi mulia di sisi Allah bukan karena harta. Tapi harta itulah yang selalu
kita ulang-ulang.
Kita ekspos sahabat fulan memiliki
peninggalan sekian. Sahabat fulan memiliki harta sekian. Sahabat fulan memiliki
uang sekian
Betapa uang merasuk sampai ke dalam
neuron otak kita, sehingga ketika kita melihat sejarah Nabi dan sahabat, yang
kita lihat adalah uangnya.
Itulah rahasia sukses sahabat dalam
hidup. Tapi bukan shalat para sahabat yang kita ekspos, tapi harta para
sahabat. Bukan tahajjudnya
Metode bisnis jaman Abdurrahman bin Auf
berbeda dengan zaman sekarang. Tapi Allah Sang Razzaq tetap satu.
Yang memberi rezeki Abdurrahman bin Auf
bukanlah metode bisnis. Tapi kehendakNya yang memudahkan rezeki tiba
Tengoklah ke sejarah, bgmn para sahabat
memperlakukan Al Qur'an dalam hidup mereka. Teliti lagi apa yg dilakukan
sahabat trhdp Al Qur'an
Ampuni kami duhai Allah, kalamMu begitu
kami sia-siakan... Berilah kami kekuatan untuk memperlakukan Al Qur'an
sebagaimana seharusnya.AMIN
Al Qur'an, sumber ilmu yang sangat
berharga, mengantar kita sukses akherat. Lebih berharga dari emas berkilo-kilo
beratnya.
ibnul Qayyim berkata: Tadabburi Al Qur'an
jika engkau inginkan hidayah, sesungguhnya di dalam tadabbur Al Qur'an terdapat
ilmu.
Tapi sudahkah kita menganggap Al Qur'an
sebagai sesuatu yang penting? Al Qur'an adalah ruh bagi hati, ibarat ruh bagi
badan kita
Jika shalatmu masih seperti shalatmu hari
ini, jika engkau masih belum memahami bacaan shalat, apakah engkau sudah merasa
sampai di puncak?
Wahai diri, sudahkah engkau mensikapi
Islam sebagai ajaran dari Allah, sudahkah engkau mensikapi Al Qur'an sebagai
wahyuNya yang sempurna?
Jika tahajudmu sudah mendekati Ibnu
Abbas, jika tadabburmu sudah mendekati Imam Syafii, engkau akan merasakan apa
yang mereka rasakan
Wahai diri, sudahkah shalatmu seperti
para sahabat? Sudahkah khusyu'mu menyamai imam Hasan Al Bashri? Mereka
merasakan bahagia dg Islam.
Kita sdh merasa berada di puncak Islam.
Kita merasa sederajat dengan malaikat dan para Nabi. Akhirnya kita memvonis
bahwa Islam belum cukup.
Kita saja yang tidak belajar Islam meski
sudah jadi muslim. Akhirnya kita mencari bahagia di luar sana. Jangan2 iman
kita ikut keluar juga.
Ketika kita berenang di lautan nikmat
Allah, dan kita lupa dan lalai, kita amat merugi, sungguh kita rugi,
benar-benar rugi.
Apakah Islam bagi kita sudah tidak mampu
membuat kita bahagia lagi? Tidak. Kita saja yang tidak tahu bagaimana berIslam
yang benar
Ingat selalu bahwa Allah selalu
bersamamu, melihat dan mendengarmu. Allah lebih tahu tentang dirimu, daripada
dirimu sendiri.
"Janganlah takut, Aku berada bersama
kalian berdua, Aku mendengar dan Aku melihat...." Kata Allah pada Nabi
Musa. QS Toha
Popularitas tanpa ikhlash, pengikut
banyak tanpa iman, gelar berderet tanpa taqwa; tak ada manfaatnya.
Berjalanlah di belakang Al Qur'an, ikuti
ke mana Al Qur'an mengarah, jangan jadikan Al Qur'an di belakang anda, harus
ikut kemana anda pergi
Jangan tundukkan Al Qur'an pada keinginan
anda, anda meyakini sesuatu, lalu anda cari2 ayat atau hadits yang cocok.
Al Qur'an adalah satu-satunya cahaya.
Yang mencari cahaya selain dari Al Qur'an, akan tersesat di dalam gelap.
Tengoklah ke sejarah, bgmn para sahabat
memperlakukan Al Qur'an dalam hidup mereka. Teliti lagi apa yg dilakukan
sahabat trhdp Al Qur'an
Tapi sudahkah kita menganggap Al Qur'an
sebagai sesuatu yang penting? Al Qur'an adalah ruh bagi hati, ibarat ruh bagi
badan kita.
Sudahkah kita menghinakan diri di hadapan
kalam ilahi? Atau kita membacanya dengan penuh rasa tak perlu?
Kita membaca Al Qur’an sambil sesekali
melihat notifikasi hp kita
Kita belum membaca Al Qur’an dengan sikap
yang semestinya, yang semestinya kita lakukan dg ucapan Allah.
Kita membaca Al Kahfi dengan cepat, tanpa
sadar bahwa kita sedang membaca firman Allah, pencipta langit dan bumi.
Ibnul Qayyim berkata: Tadabburi Al Qur'an
jika engkau inginkan hidayah, sesungguhnya di dalam tadabbur Al Qur'an terdapat
ilmu.
Wahai diri, sudahkah engkau mensikapi
Islam sebagai ajaran dari Allah, sudahkah engkau mensikapi Al Qur'an sebagai
wahyuNya yang sempurna?
Jika tahajudmu sudah mendekati Ibnu
Abbas, jika tadabburmu sudah mendekati Imam Syafii, engkau akan merasakan apa
yang mereka rasakan.
Yakinlah, tanpa Al Qur'an, jiwa kita
mati, mata kita buta, kita akan sesat.
Pondasi keimanan adalah keyakinan dan
perasaan dalam hati, jika tidak ada, amalan fisik tidak akan berguna. Ibnu
Taimiyah
Rasulullah mengadu pada Allah perihal
kaumnya yang menjauhi Al Qur'an .Lihat Al Furqan 30. Apakah kita termasuk?
Ibnul Qayyim: Membaca Al Qur'an sambil
memikirkan maknanya adalah pokok dari lurusnya hati. --> apa kabar hati
kita?
Ibnul Qayyim: membaca satu ayat sambil
memikirkan dan memahami maknanya, lebih baik dari membaca 30 juz tanpa
pemahaman makna dan tadabbur.
Ibnul Qayyim: sebaik2 penggunaan waktu
adalah untuk memikirkan ayat2 Allah dan keajaiban makhlukNya.
Dunia menjadi remeh bagi hati yang
mendamba akherat. Jika hati tidak mendamba akherat, maka dunia yang jadi besar
di matanya.
Tadabbur=merenungi, memikirkan,
menghayati, mncari hikmah&pelajaran dari sebuah text, situasi, dlm konteks
ini ayat2 Al Qur'an