Untuk Apa Yahya Cholil Staquf Bicara di
Forum Yahudi?
Yahya Cholil Staquf mau merepresentasikan
perjuangan Palestina di sebuah forum di mana di sana sudah jelas forumnya
Yahudi radikal yang menjajah Palestina.
Akhirnya Sekjen PBNU dan Direktur yayasan
Bayt al Rahman Yahya Cholil Staquf sah mengunjungi Israel.
Dia bersama Netanyahu berbicara dalam
sebuah forum Yahudi Radikal bernama America-Jewish Committee (AJC).
Dia tidak ke sana atas nama pribadi,
karena yayasan Bayt Al Rahman di mana dia direktur di sana adalah yayasan yang
didirikan oleh pengusaha amerika.
AJC sendiri adalah sebuah forum yang
bekerja sesuai dengan tujuan tujuan zionis dan amerika demi kepentingan
penjajahan mereka di Palestina.
AJC adalah forum Yahudi-Amerika radikal
di mana bahkan anggota parlemen UE saja pernah ditolak oleh Netanyahu karena UE
bersikap netral. Yang netral ditolak, nah Yahya diundang, Anda bisa tafsirkan
sendiri.
Sebelum mendirikan Bayt al Rahman,
pengusaha Amerika juga mendirikan LibForAll bersama Abdurrahman Wahid untuk
mempromosikan kepentingan Amerika pasca 911.
Bahkan isu Islam Nusantara juga merupakan
promosi dari yayasan model Bayt al Rahman di mana Yahya Staquf di sana sebagai
direkturnya, dibantu oleh para kolumnis dan para penulis artikel di Wall
Street.
Ini adalah memalukan buat Indonesia,
mengusik nurani dan mematikan akal sehat, bagaimana seorang Yahya mau duduk
semeja dengan para zionis dalam forum zionis radikal model AJC.
Ini adalah menggelikan dan membuat kita
kehilangan akal sehat juga kesabaran, bagaimana muslim model begini mendukung
penjajahan Palestina oleh zionis secara terang terangan.
Bagaimana dia mengklaim bahwa dia mau
berbicara soal perdamaian disana, sedangkan yayasan nya adalah yayasan binaan
Amerika-Israel.
Bagaimana dia mau merepresentasikan
perjuangan Palestina di sebuah forum di mana di sana sudah jelas forumnya
Yahudi radikal, yang setiap saat bekerja untuk menindas dan menjajah Palestina.
Ini sangat memalukan, mengusik, dan
memukul batin kita sebagai warga negara Indonesia muslim mayoritas, yang
dalam konstitusi negara kita telah dinyatakan anti zionis dan anti penjajahan
diatas muka bumi.
Inilah wajah asli dari para penyeru
perdamaian yang hipokrit atas nama Islam, tapi disaat yang sama mereka mesra
dengan para penjajah dan perampok salah satu tanah suci dan kiblat pertama umat
islam dunia.
Guru
Besar Hukum Internasional UI, Hikmahanto Juwana: Polemik Kunjungan Yahya Staquf Ke Israel Harus
Dikendalikan.
Guru Besar Hukum Internasional UI,
Hikmahanto Juwana mengatakan bahwa memang sudah terjadi damage. “Damage
controlperlu dilakukan yaitu pemerintah harus lakukan lobby,” ujarnya melalui
pesan singkat kepada Gatra, Rabu (13/6) siang. Menurut Hikmahanto, persoalan
ini sudah tidak lagi menjadi persoalan dalam negeri semata.
Jika saja Yahya Staquf hanya menjalankan
kegiatan keagamaan, menurut Hikmahanto, tentu tidak menjadi soal. “Tapi ini kan
non-religi,” katanya. Seolah-olah, kegiatan yang dihadiri Yahya sebagai Dewan
Pertimbangan Presiden (Wantimpres) itu adalah kegiatan yang mengakui Jerusalem
sebagai ibu kota Israel.
“Suatu hal yang tidak dibenarkan oleh
berbagai resolusi PBB dan tidak diakui oleh Palestina dan pemerintah
Indonesia,” ujarnya.
Karena kerusakan sudah terjadi, maka
perlu dilakukan damage control untuk mengendalikan konflik sehingga tidak
meluas. “Wakil pemerintah bisa bicara dengan duta besar Palestina di Jakarta
atau ada utusan pemerintah menemui petinggi otoritas Palestina,” tutupnya.
Dari twitter resmi AJC (American Jewish
Comitee), momen tersebut adalah kali pertama Gus Yahya bertandang ke Israel.
"Sebagai bagian dari perintis
kerjasama antaragama AJC, Yahya Cholil Staquf, pengurus besar organisasi Muslim
terbesar di dunia (Nahdlatul Ulama di Indonesia), memulai kunjungan pertamanya
ke Israel dengan sebuah diskusi di AJC Global Forum.
#ThisYearInJerusalem," tulis Akun @AJC Global dalam unggahannya, Minggu
(10/6/2018).
"Dalam sebuah percakapan bersejarah
di AJC Global Forum 2018, Pak Yahya, menyerukan agar umat Muslim dan Yahudi
mengejar keadilan dengan kasih sayang. #ThisYearInJerusalem," tulis akun
tersebut dalam cuitan selanjutnya.
Reporter : Aditya Kirana
Editor : Cavin R. Manuputty
Dihadiri Gus Yahya, Forum Yahudi
Peringati 70 Tahun Berdirinya Israel
Selasa, 12 Juni 2018
Komite Yahudi Amerika (AJC) menggelar
Global Forum 2018 yang berlangsung di Al Quds dari 10-13 Juni 2018. Acara yang
turut dihadiri oleh Katib Aam PBNU yang juga Wantimpres KH Yahya Chalil Staquf
itu bertujuan untuk menghormati 70 tahun berdirinya Israel.
“Untuk menghormati peringatan 70 tahun
berdirinya Negara Israel, AJC Global Forum 2018 akan berlangsung di Yerusalem,”
mengutip laman resmi AJC Global Forum 2018 pada Selasa (12/06/2018).
Acara itu dibuka langsung oleh Perdana
Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Sementara itu, Yahya Chalil Staquf hadir
sebagai pembicara terkait tema dialog antaragama dan hubungan Muslim-Yahudi.
Dalam dialog itu, ia didampingi oleh Rabbi David Rosen, Direktur Hubungan
Antaragama Internasional AJC.
Dalam penjelasannya, AJC mengenalkan
Yahya Chalil Staquf sebagai Sekretaris Jenderal Nahdlatul Ulama organisasi
Muslim terbesar di dunia dan Direktur Urusan Agama Bayt ar-Rahmah.
AJC merupakan kelompok advokasi Yahudi
yang didirikan pada 11 November 1906. Ini merupakan salah-satu organisasi
advokasi Yahudi tertua. The New York Times mengungkap, AJC secara luas dikenal
sebagai “kepala organisasi Yahudi Amerika”.
Sebagai forum Yahudi kelas dunia, AJC
Global Forum 2018 dihadiri oleh banyak tokoh Yahudi dan sejumlah tokoh-tokoh
penting lainnya. Diantaranya, Nir Barkat (Wali kota Yerusalem), Dr. Tal Becker
(Penasihat Hukum, Kementerian Luar Negeri, Israel), MK Naftali Bennett (Menteri
Urusan Diaspora dan Menteri Pendidikan, Israel), Boyko Borissov (Perdana
Menteri Bulgaria) Tamar Chugoshvili (Wakil Ketua Pertama Parlemen Georgia),
Robert Dussey (Menteri Luar Negeri Togo), Avi Gabbay (Partai Buruh Israel),
Fernando Gentilini (Perwakilan Khusus dari Uni Eropa untuk Proses Perdamaian
Timur Tengah), Sebastian Kurz (Kanselir Austria), MK Tzipi Livni (Co-Leader
dari Partai Uni Zionis, Menteri Kehakiman (2013-14), Menteri Luar Negeri
(2006-09), Israel), Nickolay Mladenov (Koordinator Khusus Perserikatan
Bangsa-Bangsa untuk Proses Perdamaian Timur Tengah), Federica Mogherini
(Perwakilan Tinggi Uni Eropa untuk Kebijakan Luar Negeri & Keamanan),
Benjamin Netanyahu (Perdana Menteri Israel), Ron Prosor Abba Eban (Ketua
Diplomasi Internasional di Pusat Interdisipliner Herzliya, Wakil Tetap Israel
ke PBB 2011-2015), Reuven Rivlin (Presiden Negara Israel), Juan Manuel Santos
(Presiden Kolombia) dan KH Yahya Chalil Staquf.
Yahya Staquf Takluk di Kandang Israel
Selasa, 12 Juni 2018
Peneliti Institut Pemikiran dan Peradaban
Islam (INPAS), Kholili Hasib menilai kedatangan Yahya Cholil Staquf (YCS)
ke Israel guna menghadiri undangan The Israel Council on Foreign Relations
sangat mengecewakan publik, khususnya kaum muslimin di Indonesia.
Tampilan YCS di forum itu berkostum rapi.
Jas, celana, dasi, songkok nasional dan sepatu mengkilap. Kholili menyebut
tampilan YCS identik dengan atribut pejabat negara.
“Kalau kiai NU biasanya pakai baju taqwa
dan sarung. Itu mungkin tanda dia tidak mewakili NU, dan ide serta gagasannya
tidak NU banget,” kata Kholili dalam status Facebooknya pada Selasa,
(12/06).
Namun, apa yang disampaikan YCS, yang
sangat ditunggu-tunggu kaum muslimin. Ternyata, hasilnya sangat mengecewakan.
“Sama sekali tidak menyampaikan amanah
UUD ’45, sebagaimana tertera dalam pembukaan UUD ’45 bahwa penjajahan di muka
bumi harus dihapuskan,” kata alumnus pascasarjana ISID Gontor Ponorogo ini.
Meski ada kesan dari para pendukungnya
bahwa YCS sedangmenyampaikan pesan damai di ‘kandang macan’, menurut Kholili,
justru di ‘kandang zionis’ itu YCS ‘takluk’ atau menaklukkan dirinya sendiri
dan membiarkan pembantaian saudaranya sendiri.
“Apa susahnya, apa beratnya dia
sampaikan: Mari hentikan penjajahan. Kemanusiaan tidak menghendaki pembunuhan
terhadap rakyat terjajah. Saya datang dari Indonesia untuk meminta kemerdekaan
Palestina,” tambahnya.
Menurut Kholili, narasi yang disampaikan
Katib Aam PBNU itu merupakan karakter orang yang telah ditaklukkan penjajah.
Seperti karakter para penakut. Ia mengkritik materi pidato yang disampaikan YCS
terkait konsep rahmah (kasih sayang).
“Yang menyakitkan itu dia bilang bahwa
‘hari ini agama digunakan justifikasi dan senjata untuk berkonflik’. Statemen
ini sebetulnya menyindir pejuang Palestina dan para pendukung kemerdekaan
Palestina di seluruh dunia,” jelas pengajar di Institut Darul Lughoh wad Dakwah
ini.
Ia mempertanyakan konsep rahmah yang
dibawa oleh Yahya Staquf di forum Israel. “Seandainya ada warga Indonesia
dibunuh penjajah Belanda, pantaskah lalu misalnya tokoh negara tetangga
mendatangi undangan Belanda, menawarkan konsep rekonsiliasi dan konsep Rahmah?
Sedang warga Indonesia yang paling perih saja tak mau, bahkan lebih memilih
melawan,” tanyanya retoris.
Reporter: Bunyanun Marsus
Editor: Fajar Shadiq