Ali bin
Muhammad Al-Qadiby
Ibnu
Taimiyah memuji Ali bin Abi Thalib dibanyak Tempat dalam karangannya. Beliau
menyanjung dan memposisikan beliau sebagai Kholifah keempat setelah Abu Bakr,
Umar, dan Utsman Radhiyallaahu anhum layaknya manhaj Ahlussunnah Waljamaah. Hal
itu sangat jelas dan lugas nampak bagi para pembaca kitab-kitab Syaikh. Aku
tidak mengetahui bagaimana mungkin pandangan Ahli bid’ah dan para pencela Syaikhul
Islam terlewatkan dari hal-hal tersebut.
Aku telah
mengumpulkan sebagiannya pada pembahasan ini agar dibaca oleh setiap penulis
dan para Pencari kebenaran serta untuk mencerahkan mata Ahlussunnah agar tidak
nampak didada mereka gangguan ahli bid’ah terhadap Ibnu Taimiyah ketika mereka
menelaah tuduhan-tuduhan dzolim tersebut.
Saya
Banyak menukil dari Kitab Minhajussunnah karena kitab tersebut merupakan acuan
utama para penghujat dan penuduh Ibnu Taimiyah. Penyebabnya adalah bahwa Di
dalam Kitab tersebut terdapat beberapa ungkapan yang perlu diwaspadai sebagai
Pendapat miring beliau terhadap Ali bin Abi Thalib atau terpahami sebagai
ungkapan yang merendahkan Ali Bin Abu Thalib, Maka aku ingin menjelaskan bahwa
mereka adalah kaum yang tidak memahami maksud-maksud Syaikh pada
ungkapan-ungkapan tersebut, karena mereka melihatnya dengan mata kebencian dan
permusuhan pada Agama Sedangkan pemilik mata-mata sejenis ini tidak akan
beruntung.
Aku
memulai tulisan ini dengan menyebutkan Aqidah beliau –Rahimahullah- tentang
sahabat dengan menukil dari kitab Al Aqidah Al Waashitiyyah. Kitab Tersebut
merupakan Representasi Aqidah beliau yang Masyhur yang ditulis dengan tangannya
serta menyokong pendapat beliau dihadapan ahli bid’ah.
Ibnu Taimiyah Rahimahullah berkata :
“ Termasuk
Ushul Ahlussunnah waljamaah adalah terjaga hati dan lisan mereka terhadap
Sahabat-sahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam seperti apa yang Telah
disifatkan kepada Mereka oleh Allah dalam firmanNya :
وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ
يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا
بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آَمَنُوا رَبَّنَا
إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ (10)
(الحشر:10)
Artinya :
“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka
berdoa: “Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah
beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam
hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau
Maha Penyantun lagi Maha Penyayang”
Serta
mentaati Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam pada sabda beliau:
لا تسبوا أصحابي، فوالذي نفسي بيده لو أن
أحدكم أنفق مثل أحد ذهبا ما بلغ مد أحدهم ولا نصيفه
Artinya: “
Janganlah kamu sekali-kali mencela sahabat-sahabatku, maka demi dzat yang
jiwaku di tanganNya, kalau seandainya salah seorang di antar kalian
menginfaqkan emas sebesar gunung Uhud, niscaya tidak akan mencapai segenggam
kebaikan salah seorang di antara mereka tidak juga setengahnya”
Menerima
apa yang disampaikan oleh Sunnah dan Ijma tentang keutamaan dan kedudukan
mereka,
Mengutamakan
mereka yang berinfak dan berperang sebelum fathul mekkah –Perjanjian
Hudaibiyah- atas mereka yang berperang dan berinfak setelahnya.
Mengutamakan
Muhajirin atas Anshar,
Mengimani
bahwasanya Allah telah berfirman berkenaan dengan Peserta perang badar yang
berjumlah lebih dari 310 orang : “berbuatlah sekehendak kalian, sesungguhnya
aku telah mengampuni kalian” ،
Percaya
bahwa tak seorangpun yang telah berbaiat dibaawah Pohon akan masuk neraka
seperti yang telah dikabarkan Oleh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam,
bahkan telah diridhai Oleh Allah serta mereka Ridha kepada Allah. Jumlah mereka
lebih dari 1400 orang,
Menetapkankan
bahwa sebagian dari mereka telah disaksikan sebagai ahli syurga oleh Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wasallam seperti Al Asyrah
Percaya
bahwa Tsabit bin Qays bin Syammas dan selainnya termasuk sahabat.
Menetapkan
apa yang telah Mutawatir penukilannya terkait dengan Amirul mukminin Ali bin
Abi Thalib dan lainnya, namun sebaik-baik ummat ini setelah nabi mereka adalah
Abu Bakar kemudian Umar, Memposisikan Utsman pada tempat ketiga dan Ali
Radiyallahu anhu pada posisi keempat seperti yang telah ditunjukkan oleh atsar
dan Ijma pendahuluan utsman pada masalah pembaitan, meskipun sebelumnya
Ahlussunnah berselisih siapa yang lebih utama antara Utsman dan Ali Radiyallahu
anhuma setelah mereka bersepakat untuk mendahulukan Abu Bakar dan Umar. Satu
kaum mendahulukan Utsman lalu mereka diam, dan menempatkan Ali pada Posisi
keempat. kaum lain mendahulukan Ali lalu mereka Tawaqquf. Namun Telah Mantap
dalam urusan Ahli Sunnah untuk mendahulukan Utsman dari pada Ali.
Sekalipun
masalah Ini –pendahuluan Utsman Atas Ali- bukan termasuk Ushul yang dapat
menyesatkan penyelisihnya berdasarkan Jumhur Ahlussunnah, Namun Justeru yang
dapat menyesatkan penyelisihnya adalah masalah Khilafah. Mereka Percaya bahwa
Kholifah setelah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam adalah Abu Bakar
kemudian Umar kemudian Utsman, kemudian Ali. Siapapun yang mencela kekhalifahan
salah satu dari mereka maka ia lebih sesat dari keledainya .
Adapun
tempat dimana syaikhul Islam Menyebutkan Keutamaan Ali Radhiyallaahu Anhu dan
membelanya adalah sebagai berikut:
Ibnu
Taimiyah Rahimahullah berkata :
”Keutamaan
Ali dan Posisinya serta ketinggian kedudukannya disisi Allah adalah suatu hal
yang sudah diketahui, Alhamdulillah, dari sumber-sumber kokoh yang meyakinkan,
tidak memerlukan sokongan riwayat dusta dan sokongan riwayat yang tidak
diketahui kebenarannya”.
Ibnu
Taimiyah Rahimahullah berkata:
وأما كون عليّ وغيره مولى كل مؤمن ، فهو
وصف ثابت لعليّ في حياة النبي صلى الله عليه وسلم وبعد مماته، وبعد ممات عليّ،
فعلي اليوم مولى كل مؤمن
“Adapun
keadaan Ali dan selainnya bahwa dia adalah kekasih setiap mukmin, itu adalah
sifat yang benar untuk Ali sejak Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam hidup dan
setelah beliau meninggal dan juga setelah Ali meninggal. Maka Ali pada hari ini
tetap wali/kekasih setiap mukmin” (Minhajus Sunnah:7/325)
((وأما علي رضي الله عنه فلا ريب أنه ممن يحب الله ويحبه الله))
“Adapun
Ali radhiallahu ‘anhu tidak diragukan lagi bahwa dia adalah termasuk orang yang
mencintai Allah dan dicintai Allah” (Minhajus Sunnah:7/218 )
Ibnu
Taimiyah Rahimahullah berkata:
((لا ريب أن موالاة علي واجبة على كل مؤمن، كما يجب على كل مؤمن موالاة
أمثاله من المؤمنين))
“Tidak
diragukan lagi bahwa mencintai Ali adalah wajib bagi setiap mukmin, sebagaimana
diwajibkan bagi setiap mukmin untuk mencintai mukmin yang lainnya
Ibnu
Taimiyah Rahimahullah berkata:
بل هم كلهم متفقون على أنه أجلّ قدراً،
وأحق بالإمامة، وأفضل عند الله وعند رسوله وعند المؤمنين من معاوية وأبيه وأخيه
الذي كان خيراً منه، وعليّ أفضل من الذين اسلموا عام الفتح وفي هؤلاء خلق كثير
افضل من معاوية. أهل الشجرة افضل من هؤلاء كلهم ، وعليّ أفضل جمهور الذين بايعوا
تحت الشجرة، بل هو أفضل منهم كلهم إلا ثلاثة، فليس في أهل السنة من يقدم عليه
أحداً غير الثلاثة، بل يفضلونه على جمهور أهل بدر وأهل بيعة الرضوان، وعلى
السابقين الأوَّلين من المهاجرين والأنصار))
“Bahkan
mereka (Ahlussunnah) semua sepakat bahwa Ali memiliki kedudukan lebih tinggi,
lebih berhak dengan kepemimpinan, dan lebih mulia di sisi Allah dan rasul-Nya
serta kaum mukminin dari Mu’awiyah, ayahnya dan saudaranya yang lebih utama
darinya (Mu’awiyah). Dan Ali lebih utama dari semua shahabat yang masuk islam
pada Fathu Makkah, sedangkan banyak diantara mereka (yang masuk islam pada
Fathu Makkah) lebih utama dari Mu’awiyah. Dan Ahlu Syajarah (yang berbaitan di
bawah pohon, bai’at ridhwan) lebih utama dari mereka (yang masuk islam pada
fathu Makkah), dan Ali lebih utama dari mereka semua yang ikut berbai’at di
bawah pohon kecuali dari tiga orang. Tidak ada dari kalangan Ahlussunnah yang
mendahulukan seorang pun diatas Ali kecuali dari tiga orang. Bahkan Ali lebih
afdhal dari mayoritas Ahlu Badar (yang ikut perang badar) dan yang mengikuti
bai’at Ridhwan, dan (lebih utama) dari Sabiqunal Awwalun dari Muhajirin dan
Anshar” (Minhajus Sunnah:4/396)
Ibnu Taimiyah Menjelaskan Keberanian Ali Bin Abu Thalib Radiyallahu anhu:
لا ريب أن علياً رضي الله عنه كان من
شجعان الصحابة، وممن نصر الله الإسلام بجهاده، ومن كبار السابقين الأوَّلين من
المهاجرين والأنصار، ومن سادات من آمن بالله واليوم الآخر وجاهد في سبيل الله،
وممن قاتل بسيفه عدداً من الكفار((
“Tidak
diragukan lagi bahwa Ali radhiallahu ‘anhu termasuk shahabat yang paling
berani, dan termasuk yang Allah menolong islam dengan sebab jihadnya, termasuk
shahabat besar sabiqunal awwalun dari muhajirin dan anshar, pembesar
orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir dan (pembesar) orang yang
berjihad fii sabilillah, dan Ali dengan pedangnya telah membunuh sejumlah orang
kafir.” (Minhajus Sunnah:8/76)
Ibnu
Taimiyah Rahimahullah berkata:
وأما زهد عليّ رضي الله عنه في المال فلا ريب فيه،
لكن الشأن أنه كان أزهد من أبي بكر وعمر
Adapun
kezuhudan Ali radhiallahu ‘anhu dalam hal harta maka tidak perlu diragukan
lagi, namun permasalahannya adalah kalau dikatakan Ali lebih zuhud dari Abu
Bakar dan Uma
Ibnu
Taimiyah Berkata:
نحن نعلم أن علياً كان أتقى لله من أن
يتعمد الكذب، كما أن أبا بكر وعمر وعثمان وغيرهم كانوا أتقى لله من أن يتعمدوا
للكذب
“Kita
mengetahui bahwa Ali takut kepada Allah untuk berpegang dengan kedustaan,
seperti Abu Bakar dan Umar dan Utsman dan selain dari mereka juga takut
berpegang dengan kedustaan”.
Ibnu
Taimiyyah lebih mengutamakan shahabat yang tidak ikut memerangi Ali daripada
shahabat yang ikut memerangi Ali:
((وأيضاً فأهل السنة يحبون الذين لم يقاتلوا علياً أعظم مما يحبون من قاتله،
ويفضلون من لم يقاتله على من قاتله كسعد بن أبي وقاص، وأسامة بن زيد، ومحمد بن
مسلمة، وعبد الله بن عمر رضي الله عنهم. فهؤلاء أفضل من الذين قاتلوا علياً عند
أهل السنة.
والحب لعليّ وترك قتاله خير بإجماع أهل السنة من
بغضه وقتاله، وهم متفقون على وجوب موالاته ومحبته، وهم من أشد الناس ذبّاً عنه،
ورداً على من طعن عليه من الخوارج وغيرهم من النواصب، ولكن لكل مقام مقال))
“dan juga,
kecintaan Ahlussunnah terhadap para shahabat yang tidak ikut memerangi Ali
lebih besar dari kecintaan mereka terhadap shahabat yang ikut memerangi Ali.
Dan lebih mengutamakan shahabat yang tidak ikut memeranginya daripada shahabat
yang ikut memeranginya, Seperti Sa’d bin Abi Waqqash, Usamah bin Zaid, Muhammad
bin Maslamah, dan Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhum, mereka ini lebih utama
disisi Ahlussunnah daripada (para shahabat) yang ikut memerangi Ali.
Dan mencintai Ali demikian pula menghindar dari peperangan adalah lebih baik
dengan kesepakatan Ahlussunnah daripada membencinya dan memeranginya. Dan
mereka sepakat wajibnya menjadikan Ali wali dan mencintainya, mereka
(ahlussunnah) adalah manusia yang paling gigih membela Ali, dan membantah
setiap yang mencelanya dari kalangan Khawarij dan selain mereka dari kalangan
nawashib, akan tetapi setiap keadaan ada memiliki penyikapan tersendiri”
(Minhajus Sunnah:4/395)
Ibnu
Taimiyyah lebih mendahulukan shahabat yang berperang dipihak Ali daripada
shahabat yang berperang dipihak Mu’awiyah –radhiallahu ‘anhum ajma’in- beliau
berkata:
((معلوم أن الذين كانوا مع علي من الصحابة مثل: عمار وسهل بن حنيف ونحوهما
كانوا أفضل من الذين كانوا مع معاوية))
“dan telah
diketahui bahwa para shahabat yang berperang di pihak Ali seperti, Ammar, Sahl
bin Hunaif dan selain keduanya lebih afdhal dari para shahabat yang ikut
berperang di pihak Mu’awiyah” (Majmu’ atur Rasail wal Masail li Ibni Taimiyyah,
hal:61)
Ini adalah
secuil penukilan dari Ibnu Taimiyah seputar keutamaan Ali dan pembelaan beliau
terhadap Ali dihadapan Musuh-musuhnya serta berlepas dirinya Beliau dari segala
hal (fitnah.pent) yang disematkan kepada Beliau.
Apakah
setelah ini, pantas dikatakan sebagaimana yang dikataan oleh ahli bid’ah yang
jahat bahwa Ibnu Taimiyah telah memutar balikkan Fakta terhadap Ali
Radhiallaahu anhu serta merendahkannya didalam kitab-kitab beliau!?
سبحانك هذا بهتان عظيم
Orang
muslim yang rendah sekalipun tidak akan mengatakan hal tersebut, apalagi
terkait dengan syaikhul Islam ibnu Taimiyah yang telah mengikat hari-hari dalam
hidupnya untuk membawakan Aqidah ahlussunnah, termasuk dalam lingkup Aqidah
tersebut adalah pengutamaan Ali Radiallaahuanhu dan menjadikannya sebagai
Khaliafh yang keempat, serta I’tiqadnya bahwasanya Ali berada diatas kebenaran
didepan siapapun yang memerangi dan menyelisihinya.
Tetapi
dosa Syaikhul Islam disisi para Ahli bid’ah tersebut adalah beliau tidak
berlebihan kepada Ali seperti yang mereka lakukan, atau beliau tidak melewati
keutamaan yang Allah tetapkan Atas Ali Bin Abu Thalib.
المصدر : رسالة :
ثناء ابن تيمية رحمه الله
على أمير المؤمنين علي بن أبي طالب رضي الله عنه
وأهل البيت رحمهم الله
جمع وترتيب
أبي خليفة علي بن محمد القُضيبي
1424هـ – 2003م
تقديم الشيخ
سليمان بن صالح الخراشي
شبكة الدفاع عن السنة
http://www.d-sunnah.net