Sunday, March 15, 2015

Syi'ah Unjuk Taring !! Sebut Kasus Az Zikra Titik Tolak Bagi Syiah ‘Melawan’ ! ( tiru Syiah Houtsi, beringas )

Emilia Sebut Kasus Az Zikra Titik Tolak Bagi Syiah ‘Melawan’
Sabtu, 14 Maret 2015 - 06:17 WIB
Sikap kelompok Syiah ini hanya usaha menutupi kasus kekerasan penganut Syiah yang sebelumnya terkuak dalam kasus penyerangan Az Zikra
Perwakilan organisasi Syiah, Organization Ahlulbayt for Social support and Education (OASE), memprotes adanya deklarasi-deklarasi yang digelar oleh gerakan Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS).
“Mengapa deklarasi ANNAS bisa begitu mulus dilakukan, mau dibawa kemana Indonesia?” ujar Emilia Renita Az saat menyampaikan pengaduan di kantor Komnas HAM, Jalan Latuharhary No.48, Jakarta, Kamis (12/3/2015) sore.
Menurut Emilia, deklarasi-deklarasi yang diselenggarakan oleh ANNAS di beberapa kota merupakan salah satu bentuk intimidasi terhadap kelompok Syiah di Indonesia. [Baca: Ribuan Umat Islam Padati Deklarasi Aliansi Nasional Anti Syiah]
“Banyak kasus intimidasi terhadap Syiah di Indonesia yang belum selesai hingga saat ini, seperti kasus Syiah di Sampang serta penyebaran buku MUI tentang kesesatan Syiah yang dilakukan secara massif,” ujar istri kedua Jalaluddin Rahmat.
Karena itu, Emilia mendesak Komnas HAM agar segera menyelesaikan kasus-kasus intimidasi terhadap pengikut Syiah di Indonesia sebab sebagai warga negara pengikut Syiah merasa terusik.
“Hal ini tidak bisa terus dibiarkan,” tegas Emilia.
Emilia menuturkan jika kunjungannya ke Komnas HAM itu baru kali pertama ia lakukan, dan sebab kasus Az-Zikra, lanjutnya menjadi titik tolak kelompok Syiah untuk melawan.
Sementara itu, peneliti Syiah dari Institut Pemikiran dan Peradaban Islam-Surabaya (InPAS), Bahrul Ulum mengatakan, sikap kelompok Syiah ini hanya usaha menutupi kasus kekerasan penganut Syiah yang sebelumnya terkuak dalam kasus penyerangan Az Zikra.
“Itu hanya usaha mengalihkan isu dan perhatian atas kasus Az Zikra, ” ujar Bahrul Ulum.
Soal fatwa yang dikeluarkan Majelis Ulama Indonesia (MUI), menurut Bahrul itu adalah hak MUI yang menjadi payung semua ormas Islam Ahlus Sunnah di Indonesia. Tugas MUI melindungi umatnya, apalagi Indonesia adalah negeri Ahlus Sunnah.*

Syiah: “Apakah Harus Ada Dark Justice Supaya Kami Dapat Bergerak Sendiri?”
Sabtu, 14 Maret 2015 - 08:00 WIB
Soal istilah intimidasi, bagaimana dengan ‘intidimidasi’ yang dilakukan Syiah dalam bentuk amalan-amalan mereka mencela dan mencaci Sahabat Nabi dan dalam buku-buku mereka?
Aktivis Syiah dari Organization of Ahlulbayt for Social Support and Education (OASE), Emilia Renita Az mendesak Komnas HAM untuk segera menyelesaikan kasus-kasus yang dinilai intimidasi terhadap pengikut Syiah.
“Ke mana kami harus mengadukan nasib kami, Apakah harus ada dark justice supaya kami dapat bergerak sendiri?” tegas Emilia kepada Komnas HAM saat menyampaikan pengaduan atas kasus Az-Zikra di kantor Komnas HAM, Jalan Latuharhary No.48, Jakarta, Kamis (12/3/2015) sore.
Emilia menuturkan banyak kasus intimidasi terhadap Syiah di Indonesia yang belum selesai hingga saat ini, seperti kasus Sampang dan penyebaran buku MUI tentang kesesatan Syiah yang dilakukan secara massif.
Intimidasi terhadap Syiah, menurut Emilia, salah satunya dilakukan melalui deklarasi-deklarasi yang digelar oleh Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS). [Baca: Emilia Sebut Kasus Az Zikra Titik Tolak Bagi Syiah ‘Melawan].
Istri kedua Jalaluddin ini juga merasa gerah dengan maraknya kampanye mewaspadai ajaran Syiah yang gencar diselenggarakan akhir-akhir ini.
Sementara itu, peneliti Syiah dari Institut Pemikiran dan Peradaban Islam-Surabaya (InPAS), Bahrul Ulum mengatakan, sikap kelompok Syiah ini hanya usaha menutupi kasus kekerasan penganut Syiah yang sebelumnya terkuak dalam kasus penyerangan Az Zikra.
“Itu hanya usaha mengalihkan isu dan perhatian atas kasus Az Zikra, ” ujar Bahrul Ulum.
Soal istilah intimidasi, bagaimana dengan ‘intidimidasi’ Syiah baik dalam kebiasaan mereka mencela dan mencaci Sahabat Nabi atau dalam buku-buku mereka yang justru itulah awal mulai lahirnya gerakan menolak Syiah?
“Mengapa kalangan Syiah tak menyebut-nyebut kebiasaan mereka mencela dan mencaci Sahabat Nabi yang justru itu awal masyarakat gerah dan menimbulkan reaksi? Apakah itu bukan intimidasi?”, ujar Bahrul.*

Pakar: Cegah “Pemberontakan” Syiah di Indonesia Umat Harus Paham Peta

Seluruh ormas Islam di Indonesia harus saling mendukung dan bekerja sama guna menghadapi dam mencegah pemberontakan kelompok Syiah yang sudah mulai menyebar dimana-mana
Pemerintah dan umat Islam di Indonesia harus mengetahui dan paham betul daerah-daerah pemetaan penyebaran Syiah di Indonesia.  Pernyataan ini disampaikan pakar Syi’ah dari Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor, Dr. M. Kholid Muslih, M.A terkait kasus pemberontakan kaum Syiah al-Hautsi (media asing menyebutnya al Houthi) yang menduduki Istana Kepresidenan Yaman, belum lama ini.
“Seperti kasus Syi’ah yang pernah terjadi di Sampang Madura, itu juga dikarenakan umat Islam tidak mengetahui pemetaan daerah penyebaran Syi’ah. Setelah kasus tersebut mencuat di tengah masyarakat, umat Islam baru tahu dan sadar bahwa itu adalah salah satu pergerakan kelompok Syi’ah,” ungkap Kholid pada hidayatullah.com.
Menurutmnya, dengan mengetahui pemetaan, pemerintah dan umat Islam bisa menyusun strategi, bagaimana menghadapi dan mencegah ‘pemberontakan’ Syiah serta meluruskan kembali akidah saudara-saudara Muslim.
Selama ini yang menjadi kelemahan umat Islam di Indonesia ialah kurang mengetahui dan paham perihal daerah-daerah pemetaan penyebaran Syiah. Misal daerah penyebaran Syiah di Jawa Timur seperti di Bangil, Pasuruan, Malang, Jember, Madura,
Mojokerto dan Surabaya; Jawa Tengah seperti di Pekalongan; Jawa Barat seperti di Bandung dll.
Selain langkah di atas, alumni Universitas Al Azhar Kairo, Mesir yang tesis dan disertasinya fokus membahas dan mengkaji tentang Syiah di Indonesia menambahkan bahwa umat Islam juga perlu melakukan orientasi ulang doktrin-doktrin Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Sebab, masih banyak sekali umat Islam di Indonesia yang kurang paham tentang itu.
“Mulai saat ini umat Islam khususnya di Indonesia, harus lebih waspada lagi terhadap pemberontakan yang dilakukan oleh kelompok Syiah. Syiah yang ada di Indonesia memiliki potensi untuk melakukan pemberontakan seperti Syiah al-Hautsi yang sempat menduduki Istana Kepresidenan Yaman. Di mana Syiah di Indonesia juga berpotensi memiliki orientasi untuk menguasai kekuasaan di Indonesia,” tegas Kholid. [baca: Dr. M. Kholid Muslih: Syiah di Berbagai Negara Berpotensi Memberontak]
Maka dari itu, sambung Kholid, seluruh ormas Islam di Indonesia harus saling mendukung dan bekerja sama guna menghadapi dam mencegah pemberontakan kelompok Syiah yang sudah mulai menyebar dimana-mana.
Umat Islam harus bersatu padu membangun kekuatan dengan melepaskan segala perbedaan yang bisa memecah belah persatuan umat Islam di Indonesia. Sementara itu pemerintah diminta lebih peka masalah ini. */ Achmad Fazeri

Muhammad Ihsan (comment)
Yaman terkini : Keterlibatan pbb dan iran >> ada apa ?
http://myquran.or.id/forum/showthread.php/81622-Yaman-terkini-Keterlibatan-pbb-dan-iran-gt-gt-ada-apa
PAHAMI APA YANG TERJADI DI IRAQ
Aku Baru Tau - Selamat Datang Di Irak, Negeri Syiah!
http://myquran.or.id/forum/showthread.php/81553-Aku-Baru-Tau-Selamat-Datang-Di-Irak-Negeri-Syiah!
>>> IRAQ In Photography
http://myquran.or.id/forum/showthread.php/81599-gt-gt-gt-IRAQ-In-Photography

19 SEPTEMBER 2014 IN IRAQ ( Pembantaian Bersama )
http://myquran.or.id/forum/showthread.php/81620-19-september-2014-in-iraq

Menag: Sudah Seharusnya Kelompok Syiah Hormati Ahlus Sunnah di Indonesia
Jum'at, 27 Februari 2015 - 10:50 WIB
Menag berharap ormas Islam seperti MUI, NU, Muhammadiyah menggelar halaqah mensikapi Syiah
Menteri Agama (Menag) Republik Indonesia, Lukman Hakim Syaefuddin mengatakan sudah seharusnya orang Syiah menghormati aliran yang berlaku di Indonesia yaituAhlus Sunnah Wal Jama’ah (Aswaja).
“Saya pikir dunia sudah mengenal jika masyarakat Indonesia mayoritas umat Islam. Dan Islam di Indonesia adalah Ahlus Sunnah,” ujar Lukman Hakim kepada wartawan usai acara audiensi dengan Forum Umat Islam (FUI) di Kementerian Agama, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Rabu (25/05/2015).
Maka dari itu, tegas Lukman Hakim, segala bentuk cercaan atau caci maki kelompok Syiah kepada sahabat serta istri Rasul akan menimbulkan problem yang luar biasa bagi umat Islam di Indonesia yang Ahlus Sunnah.
“Tetapi, saat ini persoalannya terkait dengan pandangan MUI tentang Syiah sesat apakah sudah merupakan fatwa kolektif dari kelembagaan MUI atau hanya sekadar putusan satu-dua orang saja,” ujar Lukman.
Lukman memastikan jika pemerintah akan menggunakan fatwa MUI terkait persoalan Syiah sebagai acuan, sejauh itu sudah merupakan fatwa kolektif MUI. Sebab, menurutnya, MUI merupakan kumpulan dari ormas-ormas Islam se-Indonesia.
“Saya sendiri berharap ormas Islam seperti MUI, NU, Muhammadiyah, bisa melakukan pertemuan semisal halaqah untuk menyikapi persoalan aktual seperti ini sehingga ada kejelasan,” demikian Lukman berharap.
Sebab, kata Lukman, pemerintah tidak memiliki posisi untuk memberikan fatwa seperti itu. Tetapi fatwa seperti itu adalah kewenangan ormas Islam seperti MUI, NU dan Muhammadiyah dan sebagainya. Sehingga umat ini punya pegangan
“Maka halaqoh untuk membicarakan fatwa itu penting,” tutup Lukman.*