13 mei 2015
Website al-ashr dalam analisanya mengatakan bahwa Jendral Qasim
sulaimani, pemimpin milisi quwat al-quds dalam garda pengawal revolusi iran
mengalami kegagalan yang beruntun di daerah-daerah ekspansi iran di
negara-negara Arab. Kondisi ini membuat dia tiba-tiba menghilang, tidak
terdengar lagi beritanya.
Kemampuan iran lebih rendah dari yang diberitakan. Kini iran
terjebak dalam konflik, sedikit-demi sedikit tenggelam dalam perang di Yaman
dan Suria. Kemampuan ekonominya juga terbatas akibat membiayai pemberontak
Khoutsi. Sehingga bantuan ke hizbillah juga berkurang. Oleh karena itu iran segera menarik milisi
syiah irak guna membantu basyar asad di suria. Tetapi karena sengitnya perang
antara ISIS dengan Syiah di Tikrit Irak akhirnya terpaksa pasukan dipulangkan
ke Irak oleh Jendral Qasim Sulaiman sebagai syarat amerika untuk menyerbu ISIS.
Jadi tidak menyelamatkan mereka kecuali gempuran Amerika atas Isis.
Setelah kegagalan jendral Qasim di semua
front ekspansi iran maka dia tiba-tiba menghilang.
Peralatan Tempur Rezim Syiah Iran Jadi
Bahan Tertawaan
Situs stasiun
TV Deutche Welle Jerman dalam bahasa Prancis mempublikasikan kumpulan foto
album beberapa alutsista yang diproduksi oleh Iran, produk-produk buatan Iran
ini dipamerkan kepada publik di acara hari tentara nasional Negara Syiah itu.
Situs alarabiya.net menulis bahwa foto-foto peralatan
tempur yang diperlihatkan oleh Negara yang bertetangga dengan Iraq ini lumayan
menggelitik, pasalnya peralatan-peralatan perang yang disebut produk asli Iran
ini sangat tidak berbanding lurus dengan ancaman-ancaman serta
ultimatum-ultimatum keras Iran untuk melakukan penyerangan terhadap Negara-negara
yang menjadi saingan dan seterunya.
Situs Deutche Welle
mengambil foto-foto album tentang peralatan-peralatan tempur terbaru Iran itu
dari situs-situs resmi pemerintah Iran yang dipamerkan dalam rangka
memperingati hari angkatan bersenjata Iran.
Acara hari angkatan
bersenjata Iran ini sendiri telah dimulai tepatnya pada hari Sabtu kemarin,
acara ini dibuka dengan sambutan resmi dari pucuk pimpinan tertinggi pemerintah
Iran yaitu presiden Hasan Rouhani, dalam pidatonya Hasan Rouhani kembali
menegaskan bahwa tujuan-tujuan damai Iran dalam melakukan berbagai
tindakan-tindakan sangat perlu untuk mendapatkan dukungan masyarakat dunia,
sementara itu terkait dengan Negara-negara yang bertetangga dengan Iran,
Rouhani mengatakan bahwa menurutnya tidak ada keinginan untuk melakukan agresi
atau invasi ke Negara-negara tetangga di timur tengah, dalam kesempatan ini
Iran juga memamerkan sistem pertahanan udaranya yang dikirimkan oleh Rusia
yaitu S-200. Pada kesempatan itu juga tak lupa presiden Rouhani menekankan pentingnya
Negara-negara tetangga mencontoh keberhasilan Iran dalam bidang militer dan
pertahanan.
Situs Deutche Welle
menulis judul terkait pameran alutsista yang dilakukan oleh Iran pada hari
angkatan bersenjata itu dengan mengatakan “Negara Syiah Iran Memamerkan
Peralatan Senjata yang Berhasil Mereka Produksi Dalam Rangka Menyambut Hari
Angkatan Bersenjata, Saksikanlah Foto-foto Peralatan Senjata Militer Mereka”.
Namun yang menarik
bahwa beberapa rakyat Iran yang mungkin membuka halaman resmi Deutche Welle di
situs jejaring sosial Facebook justru merasa “minder” dan seolah-olah merasa
malu dengan kehadiran album foto-foto dalam acara perhelatan resmi Negara itu
dengan mengatakan, “(Dengan peralatan perang seperti ini) kita menjadi bahan
ketawaan Negara-negara arab.” Bahkan di antara mereka ada yang berkomentar
mengatakan,”Kalian telah mempermalukan kami di hadapan Negara Saudi.”
3 Juta Negeri Syiah Iran Menjadi Pecandu Narkoba
Iran terletak tepat di jalur aliran terbesar di dunia heroin.
Sejumlah analis menyebutkan bahwa jumlah pecandu narkoba di Iran mencapai angka
3 juta atau sekitar 8% dari populasi orang dewasa.
Heroin siap pakai, sebagian heroin halus dalam bentuk morfin, atau
opium mentah meninggalkan ladang-ladang di Afghanistan dan masukkan Iran –
diperkirakan 140 metrik ton per tahun itu. Hanya sekitar 23 persen dari angka
itu yang disita setiap tahun, atau 32 metrik ton. Sebagian besar sisanya
memasuki Turki dan kemudian berjalan melalui Balkan dalam perjalanan ke Eropa.
Pada tahun 2008, setengah dari seluruh kasus penyitaan heroin di dunia terjadi
di Turki atau Iran. Demikian dikutip dari Narconon.org.
Sementara penyitaan ini masih meninggalkan sejumlah besar obat melewati
jalurnya ke Eropa, proporsi obat disita di Iran dan Turki jauh lebih tinggi
dari yang disita di negara-negara lain pada rute ini.
Perbedaan harga heroin di perbatasan Afghanistan-Iran dan
perbatasan Iran-Turki berarti bahwa pedagang bisa mengantongi US $ 450-600 juta
setiap tahun. Keuntungan tinggi ini membuat kebrutalan dan kekejaman yang telah
mengakibatkan kematian ribuan penjaga perbatasan Iran selama tiga puluh tahun
terakhir.
Etnis Kurdi mengisi banyak daerah perbatasan Iran-Turki, dan
dianggap sangat terlibat dalam gerakan obat melintasi perbatasan ini. Mereka kemudian mengontrol beberapa
pengiriman ini semua jalan ke Eropa.
Mulai tahun 2005, Iran melihat peningkatan besar dalam jumlah
amfetamin yang disita di negara ini. Secara kebetulan, Iran juga mengalami
pertumbuhan permintaan yang sah untuk pseudoefedrin. Di mana pun ada pasokan dari pseudoefedrin,
amphetamine juga dapat diproduksi. Peningkatan pasokan bahan kimia prekursor
ini membuat negara lebih menarik bagi orang-orang yang ingin mencuri prekursor
untuk kebutuhan manufaktur terlarang mereka.
Pada tahun 2008, 1,4 metrik ton obat-obatan
terlarang dari kelas amfetamin (yang mencakup Capatgon dan methamphetamine)
disita, diikuti oleh 2,4 metrik ton tahun depan. Juga pada tahun 2008, lebih
dari 23 metrik heroin disita.
Ada beberapa analis yang menjelaskan masalah kecanduan heroin Iran sebagai
“yang terburuk di dunia.” Perkiraan jumlah pecandu bervariasi – dari satu juta
menjadi lebih dari tiga juta pengguna narkoba. Sebuah laporan tahun 2006
memperkirakan bahwa 8 persen dari populasi orang dewasa kecanduan obat.
Pada tahun 2009, dikatakan bahwa setiap
tahun, 130,00 orang baru menjadi kecanduan obat di negeri ini dari 70 juta orang.
Selama periode enam tahun, setengah juta orang menerima pengobatan dalam
program rehabilitasi dari kecanduan obat. Tidak diketahui berapa banyak dari
orang-orang ini berhasil selamat dan hidup terbebas dari narkoba di pusat-pusat
perawatan tersebut.
Angka pengangguran yang tinggi menyebabkan
rasa putus asa di dalam warga Iran. Dan putus asa itu dapat mendorong
penggunaan narkoba. Penyalahgunaan narkoba dan kecanduan kemudian dapat baik
mendorong pengguna narkoba ke dalam kejahatan untuk mendukung kebiasaan nya,
atau membawa orang ke penjara karena penangkapan untuk penjualan atau
kepemilikan obat.
Dari 170.000 orang di penjara di Iran,
68.000 yang ada untuk perdagangan narkoba dan 32.000 yang ini karena mereka
pecandu. (bi/fimadani)