Bagaimana Kehidupan Ahlussunnah
Di Iran ???? Tragis !
oleh : Teguh Suprayogi
Lagi-lagi terjadi
bentrokan di tanah air antara penganut agama Syiah dan penganut Ahlus Sunnah
atau kaum Sunni hingga menimbulkan korban jiwa. Disini saya tidak menulis soal
bentrokan tersebut, namun ingin menulis kehidupan penganut agama Syiah di Saudi
Arabia, dimana dua tahun terakhir ini saya tinggal dan bekerja di kota Dammam
dengan penduduk yang banyak beragama Syiah.
Mayoritas kaum Syiah tinggal di
propinsi timur Saudi Arabia. Sekitar 15% dari total penduduk Saudi, tersebar
dibeberapa kota seperti Dammam, Al Khobar, Al Qathif, Al Hasa dan kota-kota
lainnya. Kehidupan masyarakat disini terlihat berjalan normal, tenteram dan
aman. Walau pada awal kedatangan disini dua tahun lalu terjadi demo
berhari-hari di kota Qathif yang mayoritas penduduknya beragama Syiah, hingga
pasukan anti huru hara nyaris tiap hari melewati depan tempat kerjaan saya.
Walau sempat menimbulkan korban jiwa, namun tidak sampai berlarut-larut.
Tindakan tegas dari aparat cukup membuat keder para pelaku. Demonstrasi suatu
tindakan yang dilarang dinegeri ini. Hingga kini dua tahun relatif terlihat
aman, tidak timbul gejolak dimasyarakat, walau dinegara-negara tetangga terjadi
perang antara Syiah dan Sunni seperti di Suriah.
Bagaimana bisa kehidupan kaum
Syiah ini relatif aman dan tenteram dinegara Saudi ini? Padahal para ulama
Saudi sudah menyesatkan paham ini. Bahkan masih banyak yang dibiarkan berhaji
ke Mekkah. Sesuatu hal yang sering menjadi pembelaan kaum ini, “Kalau Syiah
dinyatakan sesat, kenapa masih boleh berhaji?”
Pertanyaan yang selalu
diulang-ulang, walau sudah ada jawabannya secara jelas. Pemerintah Saudi
nampaknya melakukan langkah persuasif. Selama tidak melakukan tindakan
macam-macam yang mengganggu ketertiban umum dan keamanan masyarakat tentunya
akan dibiarkan saja.
Seperti kaum munafiq di Madinah
pada jaman Rasulullah yang dibiarkan berkeliaran. Rasululllah tidak membunuh
mereka atau mengusir mereka dalam rangka meng hindari dampak buruk yang lebih
parah. Hingga ketika Umar menawarkan diri untuk membunuh gembong munafiq
Abdullah bin Ubay bin Salul, Nabi selalu menolaknya,
“Biarkan dia, jangan sampai manusia berkomentar bahwa Muhammad
membunuh sahabatnya”(HR.Bukhari, Muslim dan Turmudzi)
Beruntunglah kaum agama Syiah
hidup dinegeri mayoritas kaum Ahlus Sunnah, hal yang sulit didapatkan oleh kaum
Sunni yang tinggal di negara mayoritas Syiah. Mereka kaum Syiah bisa bekerja
dipemerintah, bisnis, bisa hidup dengan tenang dan aman. Sebaliknya yang
terjadi jika kaum Ahlus Sunnah tinggal dinegara mayoritas Syiah, sudah banyak
cerita sedih dan mengerikan yang kita dapat, wajar jika di tanah air kaum Ahlus
Sunnah mewaspadai agama ini. Wallahu a’lam.
Dammam, 13/09/2013
sumber :
http://luar-negeri.kompasiana.com/2013/09/13/syiah-hidup-aman-dan-nyaman-di-saudi-589466.html
Jika Paham Syiah Kafir, Mengapa Masih
Diizinkan Berhaji?
Assalamu’alaykum..
Ustadz, apakah masih bolehnya orang syiah berhaji ke mekkah bisa menjadi dasar
bahw syiah tidak kafir, krn orang kafir tdk boleh masuk mekkah. Apakah syiah zaidiyyah dan ja’fariyah masih bagian dari islam? Apakah syiah
Rafidhah telah kafir
secara mutlak? Mhn penjelasan. Syukron.
Dari: Abu Tsuraya
Jawaban:
Wa alaikumus salam
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,
Pertanyaan ini mungkin menjadi tanda tanya besar sebagian orang. Bahkan umumnya
kaum muslimin yang membaca berita tentang syiah, bertanya-tanya tentang hal
ini. Jika memang syiah kafir, mengapa masih diizinkan untuk berhaji? Mengapa
masih diizinkan untuk masuk masjidil haram? dst.
Dan mungkin karena alasan inilah, sebagian orang meragukan kekufuran syiah.
Benarkah syiah itu kafir? Sebagian mengatakan kafir, sebagian belum tega
menyatakan kafir. Namun, dengan munculnya perbedaan ini pada kaum muslimin,
setidaknya kita bisa berkesimpulan sejatinya kaum muslimin telah sepakat bahwa
syiah adalah sesat. Ini bagian penting yang perlu kita catat.
Kita beralih pada inti pertanyaan, jika syiah kafir,
mengapa syiah masih diizinkan untuk berhaji dan mendatangi tanah suci?
Ada beberapa pendekatan untuk menjawab pertanyaan ini,
Pertama, kaum muslimin sepakat bahwa syiah adalah
sesat. Kami tidak perlu menyebutkan bukti akan hal ini, karena sudah terlalu
banyak. Dan kesesatan syiah bertingkat-tingkat. Karena sekte syiah terpecah
berkeping-keping menjadi sekian banyak sekte. Ada yang mendekati ahlus sunah,
ada yang pertengahan, bahkan ada yang memiliki ajaran berbeda dengan berbagai
prinsip ajaran islam.
Diantara sekte syiah yang dinyatakan paling dekat dengan ajaran islam dari pada
sekte lainnya adalah syiah zaidiyah, yang banyak tersebar di yaman. Sekte ini
tidak mengkafirkan sahabat, dan banyak bersebarangan dengan sekte imamiyah di
Iran, karena itu ada sebagian orang yang menolak bahwa zaidiyah termasuk syiah.
(simak Al-Farq baina Al-Firaq, 1/15).
Disamping itu, tidak semua orang syiah paham tentang islam dan inti ajaran
islam. Bahkan bisa jadi, sebagian besar hanyalah korban ideologi sesat.
Sebagaimana layaknya PKI masa silam. Kita yakin, tidak semua para petani tebu
paham apa itu komunis, tahunya hanya ikut kumpul-kumpul dan dipanasi untuk
melawan pemerintah.
Kami menduga kuat, sebagian besar orang syiah hanya korban ideologi. Masyarakat
syiah sampang, bisa jadi, mereka sama sekali tidak paham dan tidak tahu menahu
apa itu syiah, apa itu aqidah imamiyah. Mereka hanya didoktrin: cinta ahlul
bait.. cinta ahlul bait… dan selain mereka membenci ahlul bait. Anda bisa menyimak
pengakuan mereka di: Taubatnya 3 Wanita Syiah . Karena
itulah, iran menjadi negara yang sangat eksklusif. Tidak semua chanel TV bisa
diakses di iran. Karena pemerintah sangat khawatir, masyarakatnya terpengaruh
dengan dakwah islam yang disiarkan melalui satelit. Demikian informasi yang
saya dengar dari salah seorang doktor dari Universitas islam madinah.
Karena itulah, perlu dirinci antara hukum untuk sekte dan hukum untuk penganut
sekte. Para ulama membedakan antara hukum untuk sekte syiah dan hukum untuk
penganut sekte syiah. Sekte syiah yang mengajarkan prinsip yang bertentangan
dengan inti ajaran islam, seperti mengkafirkan Abu Bakar, Umar, dan beberapa
sahabat lainnya. Atau menuduh A’isyah radhiyallahu ‘anha berzina. Sekte semacam
ini dihukumi kafir. Karena dengan prinsip ini, menyebabkan orang murtad.
Demikian pula hukum untuk penganut syiah. Pendapat yang tepat dalam hal ini,
tidak menyama-ratakan hukum mereka. Bisa jadi ada sebagian diantara mereka yang
memahami bahwa seperti itulah islam. Seperti kesaksian 3 wanita syiah yang
taubat di atas.
Lebih dari itu, mereka yang datang ke tanah suci, tidak diketahui dengan pasti
aqidahnya. Mereka datang dengan passport resmi negara. Dan akan sangat tidak
memungkinkan untuk ngecek satu-satu aqidah setiap orang yang datang ke tanah
suci. Bisa dipastikan, semacam ini tidak mungkin dilakukan.
Sebagai gambaran yang lebih mendekati, dukun termasuk sosok orang kafir yang
gentayangan di manapun. Karena mereka mempraktekkan sihir. Dan di indonesia,
dukun yang merangkap kiyai sangat banyak. Bahkan sebagian mereka menjadi
pembimbing haji, karena punya banyak pengikut. Secara aturan, mereka terlarang
masuk masjidil haram. Tapi bagaimana mereka bisa difilter??
Kedua, mengapa pemerintah Saudi tidak membuat
pengumuman besar, syiah dilarang berhaji. Sehingga menjadi peringatan bagi
mereka untuk tidak masuk masjidil haram.
Barangkali pertanyaan inilah yang lebih mendekati. Mengapa pemerintah Saudi
tidak melarang dengan tegas orang syiah untuk tidak berhaji? Padahal mereka
sempat bikin onar di makam Baqi’, dengan mencoba membongkar kuburan A’isyah.
Anak-anak syiah meneriakkan Labbaika ya
Husain… (ganti dari labbaik Allahumma labbaik). Mereka
mengambili tanah satu kuburan, yang disangka kuburan A’isyah. Mereka ingin
membongkarnya, tapi diusir oleh Askar.
Yang lebih penting, mengapa mereka dibiarkan?
Pembaca yang budiman, anda bisa menilai kebijakan ini.
Pemerintah Saudi memahami bahwa Mekah dan Madinah, bukan semata urusan negara.
Tapi urusan kaum muslimin sedunia. Mereka yang berhaji, yang datang ke tanah
suci, tidak hanya muslim ahli tauhid, tapi pembela syirik yang mengaku muslim
juga sangat banyak. Karena itulah, banyak situs haji yang disalah gunakan oleh
pembela kesyirikan, tetap dibiarkan di Saudi. Pemerintah Saudi menggunakan
prinsip toleran. Membongkar situs semacam ini, bisa jadi akan membuat banyak
kaum muslimin marah, dan menimbulkan kekacauan. Sungguh aneh, ketika ada orang
yang menuduh, pemerintah Saudi ingin menghancurkan kuburan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Penjelasan
selengkapnya, bisa anda simak di: Fitnah Arab Saudi akan Menggusur
Makam Nabi
Kemudian, sejatinya pemerintah Saudi menerapkan politik yang pernah diterapkan
oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sekte syiah adalah sekte sesat.
Terutama sekte Syiah Iran, yang mengkafirkan seluruh sahabat dan kaum muslimin.
Mereka mayakini Al-Quran tidak otentik dan telah diubah. Bahkan salah satu
tokohnya: At-Thibrisy, menulis satu buku untuk membuktikan bahwa Al-Quran yang
dipegang kaum muslimin tidak otentik. Buku itu berjudul: فصل الخطاب في
تحريف كتاب رب الأرباب
[Kalimat pemutus tentang adanya penyimpangan dalam kitab Tuhan]. Dia
menyebutkan berbagai sumber syiah untuk meyakinkan umat bahwa Al-Quran yang ada
di tangan kaum muslimin telah dipalsukan sahabat. (Maha Suci Allah dari tuduhan
keji mereka). Sementara itu, mereka memiliki prinsip taqiyah, berbohong untuk
mencari aman. Sehingga tidak mungkin bisa ditangkap dengan bukti yang terang.
Di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, keadaan yang paling
mirip dengan mereka adalah orang munafik. Ketika berkumpul bareng kaum
muslimin, mereka sok muslim, ikut shalat jamaah, ikut jihad, menampakkan
dirinya sebagaimana layaknya muslim. Begitu mereka kumpul dengan sesama
munafik, baru mereka menampakkan kotoran hatinya, dan upayanya untuk
menghancurkan islam. Allah berfirman tentang mereka,
وَيَقُولُونَ
طَاعَةٌ فَإِذَا بَرَزُوا مِنْ
عِنْدِكَ بَيَّتَ طَائِفَةٌ مِنْهُمْ
غَيْرَ الَّذِي تَقُولُ وَاللَّهُ
يَكْتُبُ مَا يُبَيِّتُونَ فَأَعْرِضْ
عَنْهُمْ وَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ وَكَفَى
بِاللَّهِ وَكِيلًا
Mereka
orang-orang munafik mengatakan: “(Kewajiban Kami hanyalah) taat”. tetapi
apabila mereka telah pergi dari sisimu, sebahagian dari mereka mengatur siasat
di malam hari (mengambil keputusan) lain dari yang telah mereka katakan tadi.
Allah menulis siasat yang mereka atur di malam hari itu, Maka berpalinglah kamu
dari mereka dan tawakallah kepada Allah. cukuplah Allah menjadi Pelindung. (QS. An-Nisa:
81)
Kita tidak boleh berpikiran, bisa jadi Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam tidak
tahu siapa saja orang munafik. Kita tidak boleh berpikir demikian. Karena
berarti kita suudzan kepada Allah. Bagian dari penjagaan Allah kepada Nabi-Nya
adalah dengan memberikan informasi siapa saja musuh beliau, termasuk musuh
dalam selimut, yaitu orang munafik. Allah menurunkan beberapa wahyu dan ayat yang
menjelaskan siapa mereka. Ayat semacam ini diisitilah dengan ayat atau surat
Fadhihah. (simak Tafsir At-Thabari 14/332, Ibn Katsir 4/171, dan Tafsir
Al-Baghawi 4/7)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tahu siapa
saja mereka, dan bahkan ada sahabat yang tahu siapa saja munafik di Madinah.
Diantaranya adalah Hudzaifah ibnul Yaman. Beliau diberitahu oleh Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam beberapa nama
orang munafik di Madinah. Dan karena inilah, Hudzaifah digelari dengan Shohibu
sirrin Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (pemilik
rahasia nabi).
Pertanyaan yang mendasar, mengapa Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan
para sahabat tidak mengusir orang munafik itu dari Madinah? Mengapa beliau
tidak memerangi atau bahkan membiarkan mereka berkeliaran di Madinah?
Umar berkali-kali menawarkan diri untuk membunuh gembong munafik Abdullah bin
Ubay bin Salul. Namun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu melarang beliau
dan mengatakan,
دَعْهُ
لَا يَتَحَدَّثُ النَّاسُ أَنَّ مُحَمَّدًا يَقْتُلُ
أَصْحَابَهُ
“Biarkan dia,
jangan sampai manusia berkomentar bahwa Muhammad membunuh sahabatnya.”(HR.
Bukhari 4905, Muslim 2584, Turmudzi 3315, dan yang lainnya).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak
membunuh mereka, tidak mengusir mereka, dalam rangka menghindari dampak buruk
yang lebih parah. Membiarkan mereka di keliaran di Madinah, dampaknya lebih
ringan dari pada membantai mereka. Anda tidak boleh mengatakan, Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam membiarkan
mereka keluar masuk masjid nabawi, itu bukti bahwa orang munafik BUKAN orang
kafir. Kalau mereka bukan orang muslim, kan seharusnya mereka tidak boleh masuk
tanah suci Madinah?
Jelas ini adalah kesimpulan 100% salah.
Kebijakan itulah yang ditempuh pemerintah Saudi. Apa yang akan dikatakan muslim
seluruh dunia ketika pemerintah Saudi melarang mereka berhaji??
Karena itu, orang syiah iran,
syiah itsna ‘asyariyah yang mengklaim bahwa Al-Quran tidak otentik, kehadiran
mereka di tanah suci BUKAN dalil bahwa syiah tidak kafir.
Allahu a’lam