“Nenek moyang” Mossad (badan
intelijen Yahudi) sesungguhnya sudah ada sejak zaman sahabat. Melalui provokasi
agen Yahudi bernama Abdullah bin Saba`, lahirlah demonstrasi pertama dalam
Islam berikut aksi teror yang berujung dengan wafatnya Khalifah ‘Utsman
radhiyallahu ‘anhu. Maka siapa pun yang menumbuhsuburkan demonstrasi menentang
pemerintah Islam dan aksi-aksi terorisme, selain menebar fitnah atas kaum
muslimin, ia juga tengah mempraktikkan cara-cara Yahudi dalam mengoyak
persatuan umat.
Abdullah bin Saba` adalah seorang Yahudi penduduk Shana’a, Yaman. Ibunya
bernama Sauda` sehingga sering dia disebut dengan Ibnu Sauda`. Secara lahiriah,
di hadapan kaum muslimin, dia menampilkan diri sebagai seorang yang bersosok
keislaman. Namun senyatanya, apa yang meluncur dari lisan dan perbuatannya tak
lebih dari seonggok kebid’ahan. (Lihat Taudhihu An-Naba` ‘an Mu`assis
Asy-Syi’ah Abdillah bin Saba` baina Aqlam Ahli As-Sunnah wa Asy-Syi’ah wa
Ghairihim, Abil Hasan Ali bin Ahmad bin Hasan Ar-Razihi, hal. 37)
Terjadinya gerakan demonstrasi besar-besaran dalam sejarah Islam, tiada lain
didalangi Abdullah bin Saba`, seorang Yahudi yang menyimpan bara dendam
terhadap kaum muslimin. Apa yang telah dilakukannya lantas menyuburkan
pemahaman Khawarij pada sebagian kaum muslimin di masa kekhalifahan ‘Utsman bin
‘Affan radhiyallahu ‘anhu. Melalui aksi provokasinya, sebagian umat terpancing
untuk melakukan aksi demonstrasi menentang ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu
‘anhu yang berakhir dengan terbunuhnya beliau.
Asy-Syaikh Muhammad bin Abdulwahhab dalam Mukhtashar Sirah Ar-Rasul shallallahu
‘alaihi wasallam (hal. 218) menyebutkan, pada tahun ke-35 H, sebagian penduduk
Mesir dan yang sepaham dengan mereka, melakukan gerakan menentang terhadap
pemerintahan ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu. Adapun sumber fitnah dari
semua itu adalah Abdullah bin Saba`, seorang Yahudi dari Shana’a. Secara zhahir
dia menampakkan keislaman, namun dalam dirinya tersembunyi api dendam dan
kekufuran. Hidupnya senantiasa berpindah dari satu negeri ke negeri lainnya
dalam upaya menyebarkan dan menyusupkan pemahaman-pemahaman sesatnya, sehingga
menyesatkan sebagian kaum muslimin. Dia selalu berpindah dari Hijaz, Bashrah,
Kufah, dan Syam.
Ketika dia tak berhasil dengan apa yang menjadi tergetnya di negeri-negeri
tersebut, lantas Abdullah bin Saba` hengkang menuju Mesir. Di negeri inilah dia
bisa menyemai pemahaman-pemahaman sesatnya dan berhasil mengelabui sebagian
umat sehingga terprovokasi. Ibnu Sauda` lantas melakukan gerakan propaganda
anti ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu. Masyarakat dihasut agar menentang
pemerintah. Fitnah dan api kebencian terhadap pemerintah disebar. Mendorong
umat untuk menentang Allah subhanahu wata’ala dan Rasul-Nya. Sehingga
terjadilah musibah besar dengan pengepungan terhadap ‘Utsman bin ‘Affan
radhiyallahu ‘anhu. Akhir dari peristiwa pengepungan tersebut, adalah
terbunuhnya ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu kala membaca Al-Qur`an. Semua
ini dilakukan oleh kalangan Khawarij yang dipicu pemikiran dan aksi jahat sang
Yahudi, Abdullah bin Saba`.
Inilah aksi terorisme terjahat yang dilakukan kelompok Khawarij pada kurun
keemasan Islam. Aksi terorisme yang mereka lakukan didalangi seorang agen
Yahudi berwajah Islam. Kelihaian agen Yahudi satu ini dalam melakukan
infiltrasi ke dalam tubuh umat, menjadikan sebagian kaum muslimin terseret pada
tindakan-tindakan terorisme menjijikkan.
Berawal dari sinilah pintu-pintu fitnah terbuka luas. Kaum muslimin diselimuti
kabut kelam. Api fitnah tak kunjung memadam, terlebih manuver Abdullah bin
Saba` senantiasa meruyak di tubuh umat. Yahudi asal Shana’a ini terus meniupkan
racunnya ke dalam tubuh kaum muslimin. Satu di antara sekian banyak racun yang
telah ditebar di tubuh umat, yaitu membangkitkan fanatisme buta terhadap
keimamahan ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu. Lalu bergulir menjadi sebuah
aqidah (keyakinan) di kalangan Saba`iyah (para pengikut Abdullah bin Saba`),
bahwa keimamahan yang pertama dipegang oleh ‘Ali bin Abi
Thalib radhiyallahu ‘anhu dan berakhir pada Muhammad bin Al-Husain
Al-Mahdi. Inilah keyakinan di kalangan Syi’ah yang merupakan keyakinan sesat.
Kalangan Syiah meyakini hal itu sebagai bentuk aqidatu ar-raj’ah. (‘Aqa`idu
Asy-Syi’ah, Asy-Syaikh Mahmud Abdulhamid Al-’Asqalani, hal 21)
Keyakinan terhadap keimamahan ini lahir dari bentuk dendam kesumat Abdullah bin
Saba` terhadap Ahlu Sunnah wal Jamaah. Dendam ini hingga kini terus
ditumbuhsuburkan oleh para pengikutnya dari kalangan Syi’ah Rafidhah.
Karenanya, adalah sebuah kedustaan bila orang-orang Syi’ah dewasa ini bisa
mengambil sikap permusuhan yang keras terhadap Yahudi. Bagaimana pun Syi’ah dan
pemahamannya tidak akan bisa dilepaskan dari Yahudi. Becerminlah dari sejarah,
wahai orang-orang yang berakal. Wallahu a’lam.
Sumber
http://asysyariah.com