Oleh: Al-Ustadz Jaser Leonheart
Ada sebuah “hadits’’ yang masyhur beredar di dunia maya, tepatnya di blog-blog Syi’ah, diantaranya adalah syiahali.wordpress yang pada blognya menyandarkan hadits yang dinukilnya tersebut kepada Al-Imam Al-Bukhariy sbb:
Nabi SAWW bersabda :
“Sesiapa yang ingin hidup dan mati seperti aku, dan masuk surga (setelah mati) yang telah dijanjikan oleh Tuhanku kepadaku, yakni surga yang tak pernah habis, haruslah mengakui Ali sebagai pemimpinnya setelahku, dan setelah dia (Ali) harus mengakui anak-anak Ali, sebab mereka adalah orang-orang yang tidak akan pernah membiarkanmu keluar dari pintu petunjuk, tidak pula mereka akan memasukkanmu ke pintu kesesatan!’’
(Shahih Bukhari, jld 5, hl. 65, cetkn. Darul Fikr)
Syi’ah mana yang tidak senang ketika melihat matan yang demikian terlebih lagi dengan pencantuman nama Imam Bukhariy pada riwayat tersebut. Akhirnya para himar tersebut pun mengcopasnya lalu dengan begitu pedenya mereka berkoar-koar dengan “hadits’’ tersebut baik di fb, twitter, ataupun jejaring sosial lainnya. Contohnya seperti ini :
Nabi SAWW bersabda :
“Sesiapa yang ingin hidup dan mati seperti aku, dan masuk surga (setelah mati) yang telah dijanjikan oleh Tuhanku kepadaku, yakni surga yang tak pernah habis, haruslah mengakui Ali sebagai pemimpinnya setelahku, dan setelah dia (Ali) harus mengakui anak-anak Ali, sebab mereka adalah orang-orang yang tidak akan pernah membiarkanmu keluar dari pintu petunjuk, tidak pula mereka akan memasukkanmu ke pintu kesesatan!’’
(Shahih Bukhari, jld 5, hl. 65, cetkn. Darul Fikr)
Syi’ah mana yang tidak senang ketika melihat matan yang demikian terlebih lagi dengan pencantuman nama Imam Bukhariy pada riwayat tersebut. Akhirnya para himar tersebut pun mengcopasnya lalu dengan begitu pedenya mereka berkoar-koar dengan “hadits’’ tersebut baik di fb, twitter, ataupun jejaring sosial lainnya. Contohnya seperti ini :
Dan masih banyak lagi orang-orang lainnya dari kaum Syi’ah yang mengcopas seperti dia. Namun silahkan anda cari pada SHAHIH AL-BUKHARIY CETAKAN MANA PUN, MAKA ANDA TIDAK AKAN MENEMUKANNYA. Riwayat tersebut tidak ada pada pada Shahih Al-Bukhariy, dan tidak pula dapat dijadikan hujjah. Ia diriwayatkan beberapa jalur dari hadits Ibnu ‘Abbas, Zaid bin Arqam, Hudzaifah, dan Abu Dzar. Berikut takhrijnya.
Hadits Ibnu ‘Abbas
Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah (1/86), Ibnu ‘Asakir dalam Tarikh Dimasyq (42/240), dari jalur Muhammad bin Ja’far bin ‘Abdirrahim, dari Ahmad bin Muhammad bin Yazid bin Sulaim, dari ‘Abdurrahman bin ‘Imran bin Abi Layla saudara Muhammad bin ‘Imran, dari Ya’qub bin Musa Al-Hasyimiy, dari Ibnu Abi Rawad, dari Isma’il bin Umayyah, dari ‘Ikrimah, dari Ibnu ‘Abbas yang berkata; Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:
من سره أن يحيا حياتي ويموت مماتي ويسكن جنة عدن غرسها ربي فليوال عليا مِن بعدي، وليوال وليه وليقتد بالأئمة من بعدي فإنهم عترتي خلقوا من طينتي، رُزقوا فهمًا وعلمًا، ويل للمكذبين بفضلهم من أمتي القاطعين فيهم صلتي لا أنالهم الله شفاعتي
“Barangsiapa yang gembira (ingin) hidup (seperti) hidupku, mati (seperti) matiku, menempati Surga 'Adn yang ditanam oleh Tuhanku handaknya ia berpemimpin kepada Ali sepeninggalku, dan kepada walinya serta mengikuti para Imam sepeninggalku, karena mereka adalah ‘Itrahku, mereka diciptakan dari tanahku, mereka diberi kefahaman dan ilmuku. Celakalah orang-orang yang mendustakan keutamaan mereka dari umatku, yang memutus tali kekerabatanku. Semoga Allah tidak memberikan syafa’atku untuk mereka.”
Riwayat di atas bathil. Pada sanadnya terdapat Muhammad bin Ja’far bin ‘Abdurrahim,‘Abdurrahman bin ‘Imran bin Abi Layla, dan Ya’qub bin Musa Al-Hasyimiy yang kesemuanya majhul, tidak diketahui jarh maupun ta’dil atas mereka sebagaimana Ibnu ‘Asakir pada Tarikhnya tersebut berkata : “Ini adalah hadits munkar. Padanya terdapat lebih dari satu dari rawi-rawi yang majhul.’’ dan dihukumi maudhu’ oleh Al-Albaniy dalam Silsilah Adh-Dha’ifah (2/298 no. 894)
Diriwayatkan pula oleh Ar-Rafi’iy dalam At-Tadwin (2/485) dari jalur Abu Thahir Al-Hasan bin Hamzah Al-‘Alawiy, dari Sulaiman bin Ahmad Ath-Thabraniy, dari ‘Umar bin Hafsh As-Sadusiy, dari Ishaq bin Bisyr Al-Kahiliy, dari Ya’qub bin Al-Mughirah Al-Hasyimi, dari Ibnu Daud, dari Isma’il bin Umayyah, dari ‘Ikrimah, dari Ibnu ‘Abbas. Namun riwayat ini juga maudhu’.
Abu Thahir Al-Hasan bin Hamzah Al-‘Alawiy majhul, tidak diketahui jarh maupun ta’dil mengenainya.
Ishaq bin Bisyr Al-Kahiliy, ia adalah Abu Ya’qub syaikh dari ‘Umar bin Hafsh As-Sadusi yang meriwayatkan darinya, dinilai sebagai pendusta oleh Ibnu Abi Syaibah, juga Musa bin Harun Al-Hamal. Abu Zur’ah berkata; “Suka berdusta, dia suka meriwayatkan hadits-hadits palsu” . Al-Fallas dan selainnya berkata; “Matruk”. Ad-Daraquthniy berkata; “Termasuk dari sederetan orang yang suka memalsukan hadits” [Lisanul-Mizan oleh Ibnu Hajar 1/355, Adh-Dhu’afa wal-Matrukin oleh Ibnul-Jauziy 1/100]. Demikian pula dinilai Ibnu ‘Adiy dalam Al-Kamil (1/342). Abu Hatim berkata;“Suka berdusta” [Al-Jarh Wa At-Ta’dil, 2/214]. Ibnu Hibban berkata; “Suka memalsukan hadits dari para rawi tsiqah” [Al-Majruhin, 1/135]. Al-‘Uqailiy berkata; “Munkarul-hadits” [Adh-Dhu’afa Al-Kabir, 1/98 no. 115]
Hadits Zaid bin Arqam
Dikeluarkan oleh Ath-Thabraniy dalam Al-Kabir (5/5067), Al-Ajurry dalam Asy-Syari’ah (4/1590), Al-Hakim dalam Al-Mustadrak (3/128), Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah (4/349-350), Al-Khathib dalam Tali Talkhish Mutasyabih (2/417-418), Ibnu ‘Asakir dalam Tarikh Dimasyq (42/242), dari jalur Yahya bin Ya’la Al-Aslamiy, dari ‘Ammar bin Ruzaiq, dari Abi Ishaq, dari Ziyad bin Mutharrif, dari Zaid bin Arqam yang berkata, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
من يريد أن يحيى حياتي ويموت موتي ويسكن جنة الخلد التي وعدني ربي فليتوَلَّ علي بن أبي طالب فإنه لن يخرجكم من هدى، ولن يدخلكم في ضلالة
“Barangsiapa yang ingin hidup seperti hidupku dan wafat seperti wafatku serta masuk ke surga yang telah dijanjikan kepadaku oleh Tuhanku yaitu Jannatul Khuld, maka hendaklah ia menjadikan Ali sebagai wali, karena sesungguhnya dia tidak akan mengeluarkan kamu dari petunjuk dan tidak akan memasukkan kamu ke dalam kesesatan.’’
Abu Nu’aim berkata: “Gharib dari hadits Abu Ishaq, Yahya menyendiri meriwayatkannya dari ‘Ammar”. Al-Hakim berkata : “Hadits ini shahih dan tidak dikeluarkan Al-Bukhariy dan Muslim”. Namun dibantah oleh Adz-Dzahabiy; “Ia lebih dekat kepada palsu.” [At-Talkhish, 3/139]. Ibnu Mandah berkata : “Tidak Shahih” [Al-Ishabah 2/587]. Al-Haitsami dalam Majma’ Az-Zawaid (9/108) berkata: “Padanya terdapat Yahya bin Ya’la Al-Aslamiy dan dia dha’if.”
Maka jelas, pentashhihan Al-Hakim tertolak, selain karena beliau dikenal dengan ketasahulannya dalam menshahihkan suatu riwayat pada Mustadrak-nya, dalam sanadnya terdapat Yahya bin Ya’la Al-Aslamiy yang kedha’ifan dia ini disepakati oleh Ahli Hadits.
Ibnu Hajar berkata: “Dha’if Syi'iy” [Taqrib At-Tahdzib no 7677]. Ibnu Ma’in berkata; “Laisa bi syai’in (tidak ada nilainya)”. Al-Bukhariy berkata: “Mudhtharibul hadits (haditsnya tidak beraturan/guncang)”. Abu Hatim berkata: “Haditsnya lemah dan tidak kuat”. Al-Bazzar berkata: “Sering salah dalam sanad-sanad” [Tahdzib At-Tahdzib no 10488]. Disebutkan oleh Ibnu ‘Adiy dalam Al-Kamil fi Adh-Dhu’afa (9/87), Al-‘Uqailiy dalam Adh-Dhu’afa Al-Kabir (4/435), dan Ibnu Hibban dalam Al-Majruhin (3/120).
Hadits Hudzaifah
Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah (1/86) dan (4/174) dari jalur Muhammad bin Zakariyya Al-Ghalabiy, telah menceritakan kepada kami Bisyr bin Mihran, dari Syarik, dari Al-A’masy, dari Zaid bin Wahb, dari Hudzaifah bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
من سره أن يحيا حياتي و يموت ميتتي ويتمسك بالقصبة الياقوتة التي خلقتها الله ثم قال لها كن أو كوني فكانت فليتول علي بن أبي طالب من بعدي
“Barangsiapa yang senang untuk hidup seperti kehidupanku dan mati seperti matiku, dan berpegangan pada tiang yang terbuat dari Yakut yang Allah ciptakan dengan kedua tangan-Nya, seraya berfirman, 'Jadilah,' maka terjadi, maka hendaknya menjadikan Ali bin Abi Thalib sebagai wali sesudahku.”
Abu Nu’aim berkata; “Bisyr menyendiri periwayatannya dari Syarik.” Dan riwayat ini juga palsu sebagaimana As-Suyuthiy memasukkannya ke dalam Al-La’ali Al-Mashnu’ah fil-Ahadits Al-Maudhu’ah (1/337) karena pada sanadnya terdapat :
Muhammad bin Zakariyya Al-Ghalabiy. Ibnul-Jauziy berkata; “kadzdzaab (pendusta)” [Al-Maudhu’at, 2/37]. Ad-Daraquthniy berkata; “Suka memalsukan hadits.” [Adh-Dhu’afa wal-Matrukin, 1/131 no. 483] sebagaimana disebutkan oleh Burhanuddin bin Al-‘Ajamiy dalam Kasyful-Hatsits ‘amman Rumiya bi-Wadh’il-Hadits (no. 663) dengan menambahkan; “Telah berkata Ad-Daraquthniy dan Yahya, “Suka memalsukan hadits”. Ibnu ‘Asakir berkata; “Dha’if” [Tarikh Dimasyq, 57/373]. Al-Baihaqiy berkata; “Matruk” [Syu’abul-Iman, 1/247].
Adz-Dzahabiy berkata; “Dha’if” kemudian setelah menyebutkan suatu riwayatnya, beliau berkata;“Ini adalah kedustaan Al-Ghalabiy” [Mizan Al-I’tidal, 3/550, demikian pula Ibnu Hajar dalam Lisanul-Mizan, 5/168]. Di tempat lain beliau berkata; “muttaham” [Al-Mizan no. 1/325 dan disepakati Ibnu Hajar dalam Al-Lisan 2/34]. Al-Hakim berkata setelah menyebutkan suatu riwayat dalam Tarikhnya sebagaimana dinukil Ibnu Hajar, “Seluruh perawinya tsiqah, kecuali Muhammad bin Zakariyya Al-Ghalabiy karena dialah penyakitnya.” [Lisanul-Mizan, 5/169].
Al-Ghalabiy tidak menyendiri, ada yang menyertainya dalam riwayat ini yaitu Abu ‘Abdillah Al-Husain bin Isma’il Al-Mahwiy sebagaimana diriwayatkan Ibnu ‘Asakir dalam Tarikhnya (42/242) namun ia majhul, tidak diketahui jarh maupun ta’dil mengenainya.
Bisyr bin Mihran. Tidak ada yang mentautsiqnya selain Ibnu Hibban dalam Ats-Tsiqat (no. 12635) yang dikenal dengan ketasahulannya. Terdapat perincian mengenai tautsiqnya namun tautsiqnya terhadap Bisyr bin Mihran disini tidaklah kuat dimana tidak ada lafazh sharih akan tautsiqnya seperti “mutqin” dsb dan beliau sendiri menyebutnya bahwa kalangan bashrah meriwayatkan hadits-hadits gharib darinya. Ditambah lagi bahwa Adz-Dzahabiy memasukkannya ke dalam Al-Mughniy fi Adh-Dhu’afa (no. 938) seraya menyebutkan jarh Abu Hatim yang meninggalkan haditsnya tanpa menyebutkan taustiq Ibnu Hibban sebagaimana yang beliau sebutkan pada beberapa rawi lainnya. Begitu pula Abu Hatim memerintahkan putranya untuk tidak membacakan haditsnya sebagaimana dalam Lisanul-Mizan (no. 1641). Dan Al-Haitsami pada suatu riwayat yang pada sanadnya terdapat Bisyr bin Mihram, beliau berkata; “Pada sanadnya terdapat Bisyr bin Mihran dan dia matruk.” [Majma’ Az-Zawaid, 6/301 no. 10792].
Syarik bin ‘Abdillah. Beliau sebagaimana dinyatakan Ibnu Hajar dalam At-Taqrib (no. 2787) adalah seorang yang shaduq namun banyak kekeliruan, mengalami taghayyur pada hafalannya semenjak menjabat sebagai Qadhiy di Kufah, dan tidak diketahui apakah Bisyr meriwayatkan darinya sebelum Syarik mengalami taghayyur ataukah sesudahnya.
Hadits Abu Dzar
Diriwayatkan Ibnu ‘Asakir dalam Tarikhnya (24/242) sebagaimana berikut :
أخبرنا أبو محمد القاسم بن هبة الله بن عبد الله ثنا أبو بكر الخطيب ثنا أبو طاهر إبراهيم بن محمد بن عمر بن يحيى العلوي ثنا أبو المفضل محمد بن عبد الله الشيباني حدثني أحمد بن إسحاق بن العباس بن موسى بن جعفر العلوي بدبيل ثنا الحسين بن محمد بن بيان المدائني قاضي تفليس حدثني جدي لأبي شريف بن سائق التفليسي ثنا الفضل بن أبي قرة التميمي عن جابر الجعفي عن أبي الطفيل عامر بن واثلة عن أبي ذر قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم (من سره أن يحيا حياتي ويموت مماتي ويسكن جنة عدن التي غرسها الله ربي فليتول عليا بعدي
Artinya mirip seperti hadits Ibnu ‘Abbas, hanya lebih singkat dan berbeda sanadnya. Namun riwayat ini juga palsu. Di samping banyaknya rawi-rawi majhul pada sanadnya terdapat :
Abul-Mufadhdhal Muhammad bin ‘Abdillah Asy-Syaibaniy. Al-Khathib berkata; “…suka membuat hadits palsu untuk rafidhah”. Al-Azhariy berkata; “Abul-Mufadhdhal seorang dajjal lagi pendusta”. Al-‘Atiqiy berkata; “Banyak takhliith”. Hamzah bin Muhammad bin Thahir Ad-Daqqaq berkata; “Suka memalsukan hadits”. Demikian juga dinilai sebagai pendusta oleh Ad-Daraquthniy [Tarikh Baghdad, 5/466]. Dinukil pula oleh Adz-Dzahabiy dalam Al-Mizan (6/215) dan ditetapkan oleh Ibnu Hajar dalam Al-Lisan (5/231) seraya menambahkan bahwa Abu Dzar Al-Harawiy meninggalkan riwayatnya. Disebutkan pula oleh Ibnu ‘Iraq dalam Tanzih Asy-Syari’ah Al-Marfu’ah ‘anil-Akhbar Asy-Syani’ah Al-Maudhu’ah pada daftar nama-nama para pemalsu hadits dan pendusta (1/107 no. 166) seraya menyatakan; “Dajjal, suka memalsukan hadits.”
Jabir Al-Ju’fiy Ditautsiq oleh Syu’bah, Waki’, dan Ats-Tsauriy. Namun dinilai sebagai pendusta oleh Ibnu Ma’in, Abu Hanifah, Laits bin Abi Sulaim, Al-Juzjaniy, Ibnu ‘Uyainah, Ibnu Kharrasy, dan selain mereka serta dilemahkan oleh banyak para ulama lainnya. Adz-Dzahabiy berkata; “Syu’bah mentautsiqnya maka itu syadz karena para huffazh meninggalkannya.” [Al-Kasyif, no. 739]. Ibnu Hajar menyimpulkan; “Dha’if rafidhiy” [Taqribut-Tahdzib, no. 878].
Demikian pembahasan mengenai hadits palsu di atas yang disandarkan oleh Syi’ah secara dusta kepada Al-Imam Al-Bukhariy rahimahullah, dan karenanya pula mereka turut berdusta atas nama Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam. Tidak semua ‘illat kami sebutkan agar tidak berkepanjangan, semisal tadlis Abu Ishaq, berkenaan Ziyad bin Mutharrif, dsb. Namun dengan yang telah dipaparkan tentu sudah cukup jelas kepalsuan hadits di atas. Terdapat pula dari jalur Abu Hurairah dan Al-Barra, hanya saja diriwayatkan dengan matan “hendaklah berpegang dengan kecintaan terhadap ‘Ali” namun riwayat-riwayat tersebut juga tidak lepas dari cacat. Kami batasi dengan apa yang sudah dibahas untuk mempersingkat. Wallaahu A’lam.
Hadits Ibnu ‘Abbas
Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah (1/86), Ibnu ‘Asakir dalam Tarikh Dimasyq (42/240), dari jalur Muhammad bin Ja’far bin ‘Abdirrahim, dari Ahmad bin Muhammad bin Yazid bin Sulaim, dari ‘Abdurrahman bin ‘Imran bin Abi Layla saudara Muhammad bin ‘Imran, dari Ya’qub bin Musa Al-Hasyimiy, dari Ibnu Abi Rawad, dari Isma’il bin Umayyah, dari ‘Ikrimah, dari Ibnu ‘Abbas yang berkata; Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:
من سره أن يحيا حياتي ويموت مماتي ويسكن جنة عدن غرسها ربي فليوال عليا مِن بعدي، وليوال وليه وليقتد بالأئمة من بعدي فإنهم عترتي خلقوا من طينتي، رُزقوا فهمًا وعلمًا، ويل للمكذبين بفضلهم من أمتي القاطعين فيهم صلتي لا أنالهم الله شفاعتي
“Barangsiapa yang gembira (ingin) hidup (seperti) hidupku, mati (seperti) matiku, menempati Surga 'Adn yang ditanam oleh Tuhanku handaknya ia berpemimpin kepada Ali sepeninggalku, dan kepada walinya serta mengikuti para Imam sepeninggalku, karena mereka adalah ‘Itrahku, mereka diciptakan dari tanahku, mereka diberi kefahaman dan ilmuku. Celakalah orang-orang yang mendustakan keutamaan mereka dari umatku, yang memutus tali kekerabatanku. Semoga Allah tidak memberikan syafa’atku untuk mereka.”
Riwayat di atas bathil. Pada sanadnya terdapat Muhammad bin Ja’far bin ‘Abdurrahim,‘Abdurrahman bin ‘Imran bin Abi Layla, dan Ya’qub bin Musa Al-Hasyimiy yang kesemuanya majhul, tidak diketahui jarh maupun ta’dil atas mereka sebagaimana Ibnu ‘Asakir pada Tarikhnya tersebut berkata : “Ini adalah hadits munkar. Padanya terdapat lebih dari satu dari rawi-rawi yang majhul.’’ dan dihukumi maudhu’ oleh Al-Albaniy dalam Silsilah Adh-Dha’ifah (2/298 no. 894)
Diriwayatkan pula oleh Ar-Rafi’iy dalam At-Tadwin (2/485) dari jalur Abu Thahir Al-Hasan bin Hamzah Al-‘Alawiy, dari Sulaiman bin Ahmad Ath-Thabraniy, dari ‘Umar bin Hafsh As-Sadusiy, dari Ishaq bin Bisyr Al-Kahiliy, dari Ya’qub bin Al-Mughirah Al-Hasyimi, dari Ibnu Daud, dari Isma’il bin Umayyah, dari ‘Ikrimah, dari Ibnu ‘Abbas. Namun riwayat ini juga maudhu’.
Abu Thahir Al-Hasan bin Hamzah Al-‘Alawiy majhul, tidak diketahui jarh maupun ta’dil mengenainya.
Ishaq bin Bisyr Al-Kahiliy, ia adalah Abu Ya’qub syaikh dari ‘Umar bin Hafsh As-Sadusi yang meriwayatkan darinya, dinilai sebagai pendusta oleh Ibnu Abi Syaibah, juga Musa bin Harun Al-Hamal. Abu Zur’ah berkata; “Suka berdusta, dia suka meriwayatkan hadits-hadits palsu” . Al-Fallas dan selainnya berkata; “Matruk”. Ad-Daraquthniy berkata; “Termasuk dari sederetan orang yang suka memalsukan hadits” [Lisanul-Mizan oleh Ibnu Hajar 1/355, Adh-Dhu’afa wal-Matrukin oleh Ibnul-Jauziy 1/100]. Demikian pula dinilai Ibnu ‘Adiy dalam Al-Kamil (1/342). Abu Hatim berkata;“Suka berdusta” [Al-Jarh Wa At-Ta’dil, 2/214]. Ibnu Hibban berkata; “Suka memalsukan hadits dari para rawi tsiqah” [Al-Majruhin, 1/135]. Al-‘Uqailiy berkata; “Munkarul-hadits” [Adh-Dhu’afa Al-Kabir, 1/98 no. 115]
Hadits Zaid bin Arqam
Dikeluarkan oleh Ath-Thabraniy dalam Al-Kabir (5/5067), Al-Ajurry dalam Asy-Syari’ah (4/1590), Al-Hakim dalam Al-Mustadrak (3/128), Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah (4/349-350), Al-Khathib dalam Tali Talkhish Mutasyabih (2/417-418), Ibnu ‘Asakir dalam Tarikh Dimasyq (42/242), dari jalur Yahya bin Ya’la Al-Aslamiy, dari ‘Ammar bin Ruzaiq, dari Abi Ishaq, dari Ziyad bin Mutharrif, dari Zaid bin Arqam yang berkata, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
من يريد أن يحيى حياتي ويموت موتي ويسكن جنة الخلد التي وعدني ربي فليتوَلَّ علي بن أبي طالب فإنه لن يخرجكم من هدى، ولن يدخلكم في ضلالة
“Barangsiapa yang ingin hidup seperti hidupku dan wafat seperti wafatku serta masuk ke surga yang telah dijanjikan kepadaku oleh Tuhanku yaitu Jannatul Khuld, maka hendaklah ia menjadikan Ali sebagai wali, karena sesungguhnya dia tidak akan mengeluarkan kamu dari petunjuk dan tidak akan memasukkan kamu ke dalam kesesatan.’’
Abu Nu’aim berkata: “Gharib dari hadits Abu Ishaq, Yahya menyendiri meriwayatkannya dari ‘Ammar”. Al-Hakim berkata : “Hadits ini shahih dan tidak dikeluarkan Al-Bukhariy dan Muslim”. Namun dibantah oleh Adz-Dzahabiy; “Ia lebih dekat kepada palsu.” [At-Talkhish, 3/139]. Ibnu Mandah berkata : “Tidak Shahih” [Al-Ishabah 2/587]. Al-Haitsami dalam Majma’ Az-Zawaid (9/108) berkata: “Padanya terdapat Yahya bin Ya’la Al-Aslamiy dan dia dha’if.”
Maka jelas, pentashhihan Al-Hakim tertolak, selain karena beliau dikenal dengan ketasahulannya dalam menshahihkan suatu riwayat pada Mustadrak-nya, dalam sanadnya terdapat Yahya bin Ya’la Al-Aslamiy yang kedha’ifan dia ini disepakati oleh Ahli Hadits.
Ibnu Hajar berkata: “Dha’if Syi'iy” [Taqrib At-Tahdzib no 7677]. Ibnu Ma’in berkata; “Laisa bi syai’in (tidak ada nilainya)”. Al-Bukhariy berkata: “Mudhtharibul hadits (haditsnya tidak beraturan/guncang)”. Abu Hatim berkata: “Haditsnya lemah dan tidak kuat”. Al-Bazzar berkata: “Sering salah dalam sanad-sanad” [Tahdzib At-Tahdzib no 10488]. Disebutkan oleh Ibnu ‘Adiy dalam Al-Kamil fi Adh-Dhu’afa (9/87), Al-‘Uqailiy dalam Adh-Dhu’afa Al-Kabir (4/435), dan Ibnu Hibban dalam Al-Majruhin (3/120).
Hadits Hudzaifah
Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah (1/86) dan (4/174) dari jalur Muhammad bin Zakariyya Al-Ghalabiy, telah menceritakan kepada kami Bisyr bin Mihran, dari Syarik, dari Al-A’masy, dari Zaid bin Wahb, dari Hudzaifah bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
من سره أن يحيا حياتي و يموت ميتتي ويتمسك بالقصبة الياقوتة التي خلقتها الله ثم قال لها كن أو كوني فكانت فليتول علي بن أبي طالب من بعدي
“Barangsiapa yang senang untuk hidup seperti kehidupanku dan mati seperti matiku, dan berpegangan pada tiang yang terbuat dari Yakut yang Allah ciptakan dengan kedua tangan-Nya, seraya berfirman, 'Jadilah,' maka terjadi, maka hendaknya menjadikan Ali bin Abi Thalib sebagai wali sesudahku.”
Abu Nu’aim berkata; “Bisyr menyendiri periwayatannya dari Syarik.” Dan riwayat ini juga palsu sebagaimana As-Suyuthiy memasukkannya ke dalam Al-La’ali Al-Mashnu’ah fil-Ahadits Al-Maudhu’ah (1/337) karena pada sanadnya terdapat :
Muhammad bin Zakariyya Al-Ghalabiy. Ibnul-Jauziy berkata; “kadzdzaab (pendusta)” [Al-Maudhu’at, 2/37]. Ad-Daraquthniy berkata; “Suka memalsukan hadits.” [Adh-Dhu’afa wal-Matrukin, 1/131 no. 483] sebagaimana disebutkan oleh Burhanuddin bin Al-‘Ajamiy dalam Kasyful-Hatsits ‘amman Rumiya bi-Wadh’il-Hadits (no. 663) dengan menambahkan; “Telah berkata Ad-Daraquthniy dan Yahya, “Suka memalsukan hadits”. Ibnu ‘Asakir berkata; “Dha’if” [Tarikh Dimasyq, 57/373]. Al-Baihaqiy berkata; “Matruk” [Syu’abul-Iman, 1/247].
Adz-Dzahabiy berkata; “Dha’if” kemudian setelah menyebutkan suatu riwayatnya, beliau berkata;“Ini adalah kedustaan Al-Ghalabiy” [Mizan Al-I’tidal, 3/550, demikian pula Ibnu Hajar dalam Lisanul-Mizan, 5/168]. Di tempat lain beliau berkata; “muttaham” [Al-Mizan no. 1/325 dan disepakati Ibnu Hajar dalam Al-Lisan 2/34]. Al-Hakim berkata setelah menyebutkan suatu riwayat dalam Tarikhnya sebagaimana dinukil Ibnu Hajar, “Seluruh perawinya tsiqah, kecuali Muhammad bin Zakariyya Al-Ghalabiy karena dialah penyakitnya.” [Lisanul-Mizan, 5/169].
Al-Ghalabiy tidak menyendiri, ada yang menyertainya dalam riwayat ini yaitu Abu ‘Abdillah Al-Husain bin Isma’il Al-Mahwiy sebagaimana diriwayatkan Ibnu ‘Asakir dalam Tarikhnya (42/242) namun ia majhul, tidak diketahui jarh maupun ta’dil mengenainya.
Bisyr bin Mihran. Tidak ada yang mentautsiqnya selain Ibnu Hibban dalam Ats-Tsiqat (no. 12635) yang dikenal dengan ketasahulannya. Terdapat perincian mengenai tautsiqnya namun tautsiqnya terhadap Bisyr bin Mihran disini tidaklah kuat dimana tidak ada lafazh sharih akan tautsiqnya seperti “mutqin” dsb dan beliau sendiri menyebutnya bahwa kalangan bashrah meriwayatkan hadits-hadits gharib darinya. Ditambah lagi bahwa Adz-Dzahabiy memasukkannya ke dalam Al-Mughniy fi Adh-Dhu’afa (no. 938) seraya menyebutkan jarh Abu Hatim yang meninggalkan haditsnya tanpa menyebutkan taustiq Ibnu Hibban sebagaimana yang beliau sebutkan pada beberapa rawi lainnya. Begitu pula Abu Hatim memerintahkan putranya untuk tidak membacakan haditsnya sebagaimana dalam Lisanul-Mizan (no. 1641). Dan Al-Haitsami pada suatu riwayat yang pada sanadnya terdapat Bisyr bin Mihram, beliau berkata; “Pada sanadnya terdapat Bisyr bin Mihran dan dia matruk.” [Majma’ Az-Zawaid, 6/301 no. 10792].
Syarik bin ‘Abdillah. Beliau sebagaimana dinyatakan Ibnu Hajar dalam At-Taqrib (no. 2787) adalah seorang yang shaduq namun banyak kekeliruan, mengalami taghayyur pada hafalannya semenjak menjabat sebagai Qadhiy di Kufah, dan tidak diketahui apakah Bisyr meriwayatkan darinya sebelum Syarik mengalami taghayyur ataukah sesudahnya.
Hadits Abu Dzar
Diriwayatkan Ibnu ‘Asakir dalam Tarikhnya (24/242) sebagaimana berikut :
أخبرنا أبو محمد القاسم بن هبة الله بن عبد الله ثنا أبو بكر الخطيب ثنا أبو طاهر إبراهيم بن محمد بن عمر بن يحيى العلوي ثنا أبو المفضل محمد بن عبد الله الشيباني حدثني أحمد بن إسحاق بن العباس بن موسى بن جعفر العلوي بدبيل ثنا الحسين بن محمد بن بيان المدائني قاضي تفليس حدثني جدي لأبي شريف بن سائق التفليسي ثنا الفضل بن أبي قرة التميمي عن جابر الجعفي عن أبي الطفيل عامر بن واثلة عن أبي ذر قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم (من سره أن يحيا حياتي ويموت مماتي ويسكن جنة عدن التي غرسها الله ربي فليتول عليا بعدي
Artinya mirip seperti hadits Ibnu ‘Abbas, hanya lebih singkat dan berbeda sanadnya. Namun riwayat ini juga palsu. Di samping banyaknya rawi-rawi majhul pada sanadnya terdapat :
Abul-Mufadhdhal Muhammad bin ‘Abdillah Asy-Syaibaniy. Al-Khathib berkata; “…suka membuat hadits palsu untuk rafidhah”. Al-Azhariy berkata; “Abul-Mufadhdhal seorang dajjal lagi pendusta”. Al-‘Atiqiy berkata; “Banyak takhliith”. Hamzah bin Muhammad bin Thahir Ad-Daqqaq berkata; “Suka memalsukan hadits”. Demikian juga dinilai sebagai pendusta oleh Ad-Daraquthniy [Tarikh Baghdad, 5/466]. Dinukil pula oleh Adz-Dzahabiy dalam Al-Mizan (6/215) dan ditetapkan oleh Ibnu Hajar dalam Al-Lisan (5/231) seraya menambahkan bahwa Abu Dzar Al-Harawiy meninggalkan riwayatnya. Disebutkan pula oleh Ibnu ‘Iraq dalam Tanzih Asy-Syari’ah Al-Marfu’ah ‘anil-Akhbar Asy-Syani’ah Al-Maudhu’ah pada daftar nama-nama para pemalsu hadits dan pendusta (1/107 no. 166) seraya menyatakan; “Dajjal, suka memalsukan hadits.”
Jabir Al-Ju’fiy Ditautsiq oleh Syu’bah, Waki’, dan Ats-Tsauriy. Namun dinilai sebagai pendusta oleh Ibnu Ma’in, Abu Hanifah, Laits bin Abi Sulaim, Al-Juzjaniy, Ibnu ‘Uyainah, Ibnu Kharrasy, dan selain mereka serta dilemahkan oleh banyak para ulama lainnya. Adz-Dzahabiy berkata; “Syu’bah mentautsiqnya maka itu syadz karena para huffazh meninggalkannya.” [Al-Kasyif, no. 739]. Ibnu Hajar menyimpulkan; “Dha’if rafidhiy” [Taqribut-Tahdzib, no. 878].
Demikian pembahasan mengenai hadits palsu di atas yang disandarkan oleh Syi’ah secara dusta kepada Al-Imam Al-Bukhariy rahimahullah, dan karenanya pula mereka turut berdusta atas nama Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam. Tidak semua ‘illat kami sebutkan agar tidak berkepanjangan, semisal tadlis Abu Ishaq, berkenaan Ziyad bin Mutharrif, dsb. Namun dengan yang telah dipaparkan tentu sudah cukup jelas kepalsuan hadits di atas. Terdapat pula dari jalur Abu Hurairah dan Al-Barra, hanya saja diriwayatkan dengan matan “hendaklah berpegang dengan kecintaan terhadap ‘Ali” namun riwayat-riwayat tersebut juga tidak lepas dari cacat. Kami batasi dengan apa yang sudah dibahas untuk mempersingkat. Wallaahu A’lam.