Posisi
Indonesia secara geopolitik sangat strategis, karena letak posisi geografisnya,
sumber alam yang dimilikinya, dan jumlah populasinya yang sangat besar.
Indonesia
merupakan negara ketiga populasi terbesar di dunia, sesudah Cina dan India.
Bahkan menjadi negeri berpenduduk Muslim terbesar di dunia.
Indonesia akan
memasuki milenium baru, abad baru dan dunia baru. Semua sudah berubah. Ini
dibutuhkan pemimpin visioner.
Dapatkah
pemimpin Indonesia mendatang duduk sejajar dan bermartabat, ketika harus
berhadapan dengan para pemimpin global itu. Dapatkah pemimpin Indonesia
melakukan komunikasi dan melakukan perundingan ‘directly’ (langsung) dengan
mereka, dan memiliki ‘leverage’ (nilai tawar) yang terhormat, dan membawa
kepentingan Indonesia sebagai bangsa terhormat?
Inilah yang menjadi persoalan masa depan Indonesia. Indonesia
tidak dapat dipimpin oleh tokoh yang saat wawancara dengan wartawati Bloomberg hanya dapat mengatakan
(seputar), “I
DON’T THINK ABOUT THAT’. Ini terlalu sederhana.
Kita harus berani realistis melihat figur dan tokoh yang berlaga
di pilpres 2014. Jangan sampai pilpres 2014 ini, hanya akan melahirkan
‘disaster’ (bencana), dan hanya membuat kesedihan bagi 250 juta rakyat
Indonesia. Tidak lagi kita bisa berkata Ojo Dumeh, Ora Opo-Opo, I Don’t
Think About That .. ).
Ingatlah,
Islam telah wanti-wanti (memperingatkan dengan pesan yang sungguh-sungguh):
إِذَا وُسِّدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ( البخاري)
“Idzaa
wussidal amru ilaa ghoiri ahlihi fantadziris saa’ah.” Apabila
perkara diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya maka tunggulah kiamat. (HR
Al-Bukhari dari Abi Hurairah).
Ada peringatan
yang perlu diperhatikan pula, yaitu keadaan lebih buruk lagi di mana akan
datang zaman, pendusta justru dipercaya sedang yang jujur justru didustakan,
lalu pengkhianat malah dipercaya. Dan di sana berbicaralah ruwaibidhah,
yaitu Orang yang bodoh (tetapi) berbicara mengenai urusan umum. Itulah yang
diperingatkan dalam Hadits:
Dari Abu
Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alahi wa Sallam
bersabda:
سَيَأْتِي
عَلَى النَّاسِ سَنَوَاتٌ خَدَّاعَاتُ يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ وَيُكَذَّبُ
فِيهَا الصَّادِقُ وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ وَيُخَوَّنُ فِيهَا الْأَمِينُ
وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ قِيلَ وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ قَالَ الرَّجُلُ
التَّافِهُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ
“Akan datang kepada manusia
tahun-tahun penuh kedustaan, saat itu pendusta dipercaya, sedangkan orang benar
justru didustakan, pengkhianat diberikan amanah, orang yang amanah justru
dikhianati, dan saat itu Ruwaibidhah berbicara.” Ada yang bertanya: “Apakah
Ruwaibidhah itu?” Beliau bersabda: “Seorang laki-laki yang bodoh namun dia
membicarakan urusan orang banyak.” (HR.
Ibnu Majah No. 4036, Ahmad No. 7912, Al-Bazzar No. 2740 , Ath-Thabarani dalam
Musnad Asy-Syamiyyin No. 47, Al-Hakim dalam Al-Mustadrak ‘Alash Shahihain No.
8439, dengan lafaz: “Ar Rajulut Taafih yatakallamu fi Amril ‘aammah – Seorang
laki-laki bodoh yang membicarakan urusan orang banyak.” Imam Al-Hakim
mengatakan: “Isnadnya shahih tapi Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkannya.”
Imam Adz-Dzahabi juga menshahihkan dalam At-Talkhis-nya, / seperti dikutip
dkwtncom).
Antara
besarnya Indonesia yang merupakan negeri Muslim terbesar di dunia dan
pentingnya kepemimpinan yang mampu mengelolanya dengan baik, termasuk dalam hal
sangat penting yang telah diwanti-wanti oleh hadits-hadits tersebut. Satu
urusan saja bila diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka akan hancur. Betapa
akan hancurnya bila urusan sangat besar (dengan berbagai urusan besar) justru
diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, bahkan sudah dikenal tidak amanah
lagi, misalnya.
Semoga kita
diberi kesadaran sebaik-baiknya oleh Allah Ta’ala yang Maha Membolak-balikkan
hati, sehingga tidak terjerumus kepada kehancuran atas ketidak jelian kita
sendiri. Amiiin ya Rabbal ‘alamiin.
(Hartono Ahmad Jaiz)
(Hartono Ahmad Jaiz)