Dai Muda dan Pengisi
Siroh di MQTV dan MQFM Ustadz Roni Abdul Fatah, MA., mengatakan syiah berencana
akan melakukan revolusi di Indonesia paling lambat sekitar tahun 2020.
"Saya ingatkan
mereka (syiah) tidak menunggu menjadi mayoritas untuk melakukan revolusi di
negeri ini,"
ujarnya ketika menjadi salah satu pembicara dalam acara tabligh akbar "Indonesia Diambang Revolusi Syiah", pada Ahad, (14/06) di Masjid Istiqomah Bandung.
ujarnya ketika menjadi salah satu pembicara dalam acara tabligh akbar "Indonesia Diambang Revolusi Syiah", pada Ahad, (14/06) di Masjid Istiqomah Bandung.
"(Oleh karena itu)
sekarang kita selalu disibukkan dengan isu-isu murahan agar umat Islam berpecah
belah," tambahnya.
Kemudian Ustadz Roni
Abdul Fatah menuturkan bahwa isu Wahabi sering menjadi senjata syiah untuk
memecah belah umat Islam Ahlu Sunnah. Syiah sering mempropagandakan mereka yang
menolak paham syiah merupakan Wahabi.
Saya ingatkan mereka (syiah) tidak menunggu
menjadi mayoritas untuk melakukan revolusi di negeri ini...
"Selama kita (umat
Islam) Ahlu sunna berpecah belah maka mereka akan semakin kuat," katanya.
Ustadz Roni juga
mengatakan menyampaikan kesesatan-kesesatan syiah memang penting, tapi
menurutnya yang jauh lebih penting lagi adalah menyampaikan pola pergerakan
syiah.
"Menyampaikan
kepada umat bagaimana pola pergerakan mereka (syiah -red.) yang rapi itu jauh
lebih penting," tegasnya.
Acara tabligh akbar
"Indonesia Diambang Revolusi Syiah" diselenggarakan oleh Komunitas
Dakwah dan Sosial (Kodas) yang didukung oleh berbagai macam elemen umat Islam
yang ada di Bandung dan Jawa Barat.
Berdasarkan
pantauan voa-islam.com, sejak pagi sebelum acara
dimulai jamaah sudah mulai berdatangan. Terlihat jamaah yang hadir mulai dari
remaja sampai dengan orang tua, ikhwan maupun akhwat. Tampak hadir juga
beberapa laskar Jundullah ANNAS, untuk berjaga-jaga mengamankan jalannya acara
tabligh ini
Teliti
“Syiah Indonesia”, Mahasiswa Indonesia di Saudi Raih Predikat “Mumtaz”
Sebagaimana kasus di Yaman,
Syiah akan masuk lembaga pemerintahan dan mempengaruhi kebijakan hingga militer
tidak berkuasa
Muhammad Thalib, seorang mahasiswa asal Indonesia dinyatakan
berhasil lulus bidang master program studi akidah jurusan Dirasat Islamiyah,
Fakultas Tarbiyah di Universitas Raja Saud – Riyadh.
Muhammad Thalib berhasil lulus gelar master
dalam setelah berhasil mempertanggungjawabkan tesisnya yang berjudul“Asy-Syi’ah
al-Imamiyyah fi Indunisiya wa Juhud Ahlis Sunnah wal Jama’ah fi Muwajahatiha (Dirasah ‘Akadiyyah), [Syiah Imamiyah
di Indonesia dan Upaya Ahlus Sunnah Dalam Menghadapinya -Studi Jurusan Akidah]
Ia dinyatakan lulus dengan predikat mumtaz
atau cum laude, di hadapan tim penguji yang terdiri dari: Dr. Sa’ad bin Falah
al-‘Arifi (Ketua tim sekaligus pembimbing), Dr. ‘Abdullah bin ‘Umar al-‘Abdul
Karim, dan Dr. Sa’id bin Muhammad bin Ma’lawi.
Dalam sidang yang dilaksanakan di Ruang
Sidang Jurusan Dirasat Islamiyyah, Univeritas Raja Saud, pukul 09.30 hari Kamis
(7 Mei 2015) waktu setempat, tim penguji juga menyarankan agar tesis ini
dicetak dan diterjemahkan.
Ikut hadir dalam sidang ini, Kuasa Usaha Ad
Interim (KUAI) KBRI Riyadh/Wakil Duta Besar RI untuk Arab Saudi, Dr. Sunarko.
Menurut kesimpulan Thalib, semenjak tahun
2010, aliran Syiah menyebar dengan begitu cepat di Indonesia di mana telah
memiliki 200 lembaga, dimana 71% (tujuh puluh satu persen) dari total lembaga
ini terletak di Pulau Jawa.
Dan cara-cara penyebaran keyakinan yang
digunakan juga bervariasi; menggunakan media internet, saluran televisi,
publikasi lain seperti buku, majalah dan barang cetakan yang diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia. Juga melakukan kerjasama berupa pembuatan perpustakaan
umum di beberapa kampus dengan memasukkan buku-buku agar bisa jadi referensi.
Thalib mengaku hasil tesisnya boleh jadi
semua orang sudah tahu. Setidaknya, ia menemukan, kehadiran Syiah telah ikut
andil menimbulkan konflik horizontal di tengah masyarakat.
“Tapi yang jelas di kesimpulan saya, keberadaan Syiah di Indonesia telah
menimbulkan konflik horizontal di masyarakat bahkan sampai pada konfilk
berdarah, “ demikian ujarnya kepadahidayatullah.com, Selasa (09/06/2015).
Lebih jauh, dalam tesisnya ia
merekomendasikan untuk meneliti lebih dalam pergerakan Syiah di Indonesia,
termasuk kegiatan dan sumber pendanaan, rencana masa depan merea dan bagaimana
mengatasinya.
Ia juga merekomendasikan agar melakukan
studi lebih dalam metode infiltrasi kelompok ini di dalam lembaga-lembaga
pemerintah Indonesia, yang dinilai beberapa kebijakan pemerintah ditengarai
dibawah pengaruh Syiah.
Ia membandingkan dengan beberapa kasus masuknya
Syiah di berbagai belahan dunia, khususnya di Negeri Sunni, di mana
pergerakannya justru melalui instansi-instansi resmi agar bisa mempengaruhi
kebijakan.
“Contoh terbaru adalah Yaman. Dimana ketiga
Al-Hautsi masuk ke Sana’a, bisa dikatakan tidak ada perlawanan sedikitpun yang
dilakukan oleh tentaranya, karena pucuk pimpinan militer mereka memang sudah
dikuasasi oleh Syiah,” demikian ujar Thalib
“Terus terang, saya juga banyak berterima
kasih pada hidayatullah.com, karena banyak data yang saya ambi,
“ujarnya menutup pembicaraan.*