HIV AIDS Syiah Iran Tertinggi di Timur Tengah [Goresan Pena Tanya Syiah Part 5]
Iran negeri Syiah Rafidhah yang merupakan Pusat atau Central Spiritual Mut’ah di dunia, telah terinfeksi oleh sebuah virus yang mematikan yang dikenal sebagai HIV AIDS.
Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan manusia akibat infeksi virus HIV.
Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor.
HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.
[http://id.wikipedia.org/wiki/AIDS]
Sehingga seluruh dunia pun saling bahu-membahu agar penyakit yang mematikan tersebut tidak berkembang di seluruh penjuru dunia, maka dibentuklah sebuah organisasi berbasis dunia yang dikenal sebagai UNAIDS.
(UNAIDS) Didirikan pada tahun 1994 oleh resolusi PBB Dewan Ekonomi dan Sosial yang diluncurkan pada bulan Januari 1996, UNAIDS diarahkan oleh Badan Koordinasi Program (PCB) yang memiliki perwakilan dari 22 pemerintahan dari seluruh wilayah geografis, Sponsor UNAIDS, dan lima wakil dari organisasi non-pemerintah (LSM), termasuk asosiasi orang-orang yang hidup dengan HIV.
[http://www.unaids.org/en/aboutunaids/unaidsprogrammecoordinatingboard/]
Pada bulan Maret 2009 diselenggarakanlah Konferensi Islam Menteri Kesehatan di Iran,
Joint Islamic action to respond to AIDS
10 March 2009
Republik Islam Syiah Iran menjadi tuan rumah di sesi kedua Konferensi Islam Menteri Kesehatan yang menyatukan seluruh perwakilan dari 57 negara anggota, dari tanggal 1 - 4 Maret untuk mendiskusikan permasalahan kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat Islam dengan tema "Health Equity in the Islamic Ummah."
Tujuan dari konferensi ini adalah untuk merumuskan tujuan-tujuan nyata dalam mengatasi permasalahan kesehatan yaitu dimulai dengan “Health Vision” untuk Organisasi Konferensi Islam (OKI), serta untuk mereview penerapan dan kemajuan yang dibuat pada keputusan dan rekomendasi Pertama konferensi Islam Menteri Kesehatan yang diselenggarakan di Kuala Lumpur, Malaysia di tahun 2007.
“Para pembuat kebijakan di bidang kesehatan harus mengadopsi sebuah strategi yang komprehensif terhadap permasalahan kesehatan. Strategi tersebut harus menganggap kesehatan sebagai fokus utama dalam pembangunan, dimana kesehatan tersebut di evaluasi dalam arti luas, yaitu dari fisik kesehatan ke psikologis, sosial dan spritual,” dikatakan oleh H.E Professor Lankarani Menteri Kesehatan dan Pendidikan Kedokteran I.R. Iran, saat membuka pertemuan tersebut.
Sehubungan dengan memerangi penyakit menular, hal ini diperhatikan dengan perhatian yang sangat mendalam dalam resolusi yang disetujui oleh menteri-menteri mengenai permasalahan ini, bahwa AIDS adalah sebuah krisis dengan konsekuensi bencana terhadap kemajuan sosial dan ekonomi semua negara, termasuk negara-negara Muslim. Resolusi tersebut mendesak negara-negara anggota OKI untuk mendorong program-program pencegahan HIV yang bekerjasama dengan, antara lain, UNAIDS, WHO dan Global Fund. Program-program tersebut harus dirumuskan dan diterapkan dengan penuh hormat atas nilai-nilai Islam, budaya, etika dan sosial dari masing-masing negara anggota OKI.
Tidak adanya wabah penyakit HIV tunggal di antara 57 negara anggota OKI tersebut. Sedangkan jumlah infeksi yang dilaporkan meningkat di beberapa negara dan stabil di negara lain, tingkat prevelansi (sejumlah populasi yang menderita penyakit) didokumentasikan di antara populasi tertentu dan pengaturan di dalam sejumlah negara. Hal ini diperparah dengan dinamika sosial ekonomi yang lebih luas, seperti perubahan gaya hidup anak muda, ketidakstabilan sosial-politik dan konflik, ketidaksetaraan gender dan mobilitas, serta faktor-faktor yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi HIV.
“Memastikan akses secara universal untuk pencegahan HIV, pengobatan, perawatan dan dukungan adalah landasan untuk memukul mundur wabah penyakit HIV.” Dikatakan oleh Renu Chahil-Graf, Direktur, Tim Gabungan UNAIDS Regional untuk Timur Tengah dan Afrika. “Kesempatan yang diberikan dengan memanfaatkan akses secara universal harus digunakan untuk memastikan akses ke seluruh komoditas penting, kesetaraan gender, hak asasi manusia, kemajuan pada seluruh Tujuan Pembangunan Milenium dan perawatan kesehatan utama untuk semua.
Resolusi akhir yang diadopsi oleh OKI yang mengajak negara-negara anggotanya dan Sekretaris Jendral OKI untuk memberikan kontribusi atas respon global terhadap AIDS dalam konteks kerjasama internasional dan kemitraan, dan secara aktif untuk berbagi dan menyebarkan visi Islam secara umum dan melakukan pendekatan dalam merespon wabah penyakit HIV.
[http://www.unaids.org/en/resources/presscentre/featurestories/2009/march/20090310islamicconf/]
Sehingga masing-masing negara akan memberikan kontribusi dalam konteks kerjasama yang secara aktif untuk berbagi data dan tak terkecuali negara Iran pun yang sebagai negeri Syiah Rafidhah akan memberikan data juga. Goresan Pena Tanya Syiah kali ini akan menampilkan data-data atas mewabahnya penyakit HIV – AIDS yang Melanda Iran Negeri Syiah Rafidhah yang merupakan Pusat atau Central Spiritual Mut’ah di dunia.
Sebenarnya Agama Islam telah menutup rapat-rapat wabah penyakit tersebut sebagaimana yang dijelaskan di dalam al-Qur’an maupun as-Sunnah.
وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ
إِلَّا عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ
فَمَنِ ابْتَغَى وَرَاءَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْعَادُونَ
Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya
Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela
Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas
[QS. Al-Mu'minuun : 5-7]
وَقَوْلُهُ وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حافِظُونَ إِلَّا عَلى أَزْواجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ فَمَنِ ابْتَغى وَراءَ ذلِكَ فَأُولئِكَ هُمُ العادُونَ
Firman Allah, [وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حافِظُونَ إِلَّا عَلى أَزْواجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ فَمَنِ ابْتَغى وَراءَ ذلِكَ فَأُولئِكَ هُمُ العادُونَ] “Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya. Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.”
أَيْ وَالَّذِينَ قد حفظوا فروجهم من الحرام فَلَا يَقَعُونَ فِيمَا نَهَاهُمُ اللَّهُ عَنْهُ مِنْ زنا ولواط، لا يَقْرَبُونَ سِوَى أَزْوَاجَهُمُ الَّتِي أَحَلَّهَا اللَّهُ لَهُمْ أو ما مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ مِنَ السَّرَارِيِّ وَمَنْ تَعَاطَى مَا أَحَلَّهُ اللَّهُ لَهُ فَلَا لَوْمَ عَلَيْهِ وَلَا حَرَجَ،
Maksudnya : Orang-orang yang memelihara kemaluannya dari segala sesuatu yang diharamkan, sehingga tidak terjerumus ke dalam perbuatan yang dilarang oleh Allah, yaitu seperti perzinaan dan perbuatan kaum Luth (homoseksual). Mereka tidak rela melakukan hubungan intim terkecuali kepada isteri-isteri yang Allah halalkan bagi mereka, atau kepada hamba sahaya wanita yang mereka miliki. Dan barangsiapa yang menikmati sesuatu yang dihalalkan oleh Allah, tidak akan mendapatkan celaan ataupun dosa.
وَلِهَذَا قَالَ:
فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ فَمَنِ ابْتَغى وَراءَ ذلِكَ أَيْ غَيْرَ الْأَزْوَاجِ وَالْإِمَاءِ فَأُولئِكَ هُمُ العادُونَ أَيِ الْمُعْتَدُونَ.
Oleh sebab itu, Allah berfirman [فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ] “maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela”, [فَمَنِ ابْتَغَى وَرَاءَ ذَلِكَ] “Barangsiapa mencari yang di balik itu” maksudnya, selain isteri-isteri dan para hamba sahaya wanita, [فَأُولَئِكَ هُمُ الْعَادُونَ] “maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas”. Maksudnya melanggar batas.
[Tafsir Ibnu Katsir 5/403-404, al-Hafizh Ibnu Katsir]
أَقْبَلَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا مَعْشَرَ الْمُهَاجِرِينَ خَمْسٌ إِذَا ابْتُلِيتُمْ بِهِنَّ وَأَعُوذُ بِاللَّهِ أَنْ تُدْرِكُوهُنَّ لَمْ تَظْهَرْ الْفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ قَطُّ حَتَّى يُعْلِنُوا بِهَا إِلَّا فَشَا فِيهِمْ الطَّاعُونُ وَالْأَوْجَاعُ الَّتِي لَمْ تَكُنْ مَضَتْ فِي أَسْلَافِهِمْ
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam menghadapkan wajahnya ke kami dan bersabda: "Wahai kaum Muhajirin, ada lima perkara apabila kalian diuji dengannya, dan aku berlindung kepada Allah semoga kalian tidak mengalaminya; Tidaklah kekejian (الْفَاحِشَةُ) menyebar di suatu kaum, kemudian mereka melakukannya dengan terang-terangan kecuali akan tersebar di tengah mereka penyakit Tha'un (الطَّاعُونُ) -wabah penyakit- dan kelaparan yangbelum pernah terjadi terhadap para pendahulu mereka.
[Ibnu Majah no.4009, Hasan : Shahih Ibnu Majah no.3262, Syaikh al-Albani]
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْمَدِينَةُ يَأْتِيهَا الدَّجَّالُ فَيَجِدُ الْمَلَائِكَةَ يَحْرُسُونَهَا فَلَا يَقْرَبُهَا الدَّجَّالُ قَالَ وَلَا الطَّاعُونُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ
Dari Nabi shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Madinah akan didatangi Dajjal, namun ia mendapati para Malaikat yang menjaganya sehingga Dajjal tak bisa mendekatinya." kata Anas; "tidak pula penyakit Tha'un (الطَّاعُونُ) -wabah penyakit- insya Allah." [Bukhari no.6601]
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
Dan janganlah kamu mendekati zina (الزِّنَا), sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji (فَاحِشَةً). Dan suatu jalan yang buruk. [QS. Al-Israa' : 32]
يَقُولُ تَعَالَى ناهيا عباده عن الزنا وعن مقاربته ومخالطة أسبابه ودواعيه وَلا تَقْرَبُوا الزِّنى إِنَّهُ كانَ فاحِشَةً أي ذنبا عظيما وَساءَ سَبِيلًا أي بئس طَرِيقًا وَمَسْلَكًا.
Allah Ta’ala berfirman, melarang hamba-hamba-Nya dari perbuatan zina dan mendekatinya, yakni melakukan hal-hal dan penyebab-penyebab yang menjerumuskan seseorang kepada perzinaan. [وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً] “Dan janganlah kamu mendekati zina [الزِّنَا], sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji [فَاحِشَةً]” maksudnya adalah perbuatan dosa besar, [وَساءَ سَبِيلًا] “Dan suatu jalan yang buruk” Maksudnya, zina itu adalah seburuk-buruknya jalan hidup.
وَقَدْ قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ
عن أبي أمامة إِنَّ فَتًى شَابًّا أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ:
Imam Ahmad telah meriwayatkan dari Abu Umamah, bahwa ada seorang pemuda datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, seraya berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ ائْذَنْ لِي بِالزِّنَا، فَأَقْبَلَ الْقَوْمُ عَلَيْهِ فَزَجَرُوهُ، وَقَالُوا: مَهْ مَهْ، فَقَالَ «ادْنُهْ» فَدَنَا مِنْهُ قَرِيبًا، فقال «اجلس» فجلس،
“Wahai Rasulullah, izinkanlah aku untuk melakukan zina.” Maka sejumlah orang langsung menghampiri pemuda itu dan melarangnya, lalu mereka berkata, “jangan jangan!” Maka berkatalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, “Mendekatlah” maka pemuda tersebut mendekat. Lalu beliau berkata kepadanya, “Duduklah!” maka pemuda itu pun duduk.
فقال «أَتُحِبُّهُ لِأُمِّكَ» ؟
“Apakah kamu suka seseorang berzina dengan ibumu?” tanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.
قَالَ: لَا وَاللَّهِ، جَعَلَنِي اللَّهُ فِدَاكَ،
Pemuda itu menjawab, “Demi Allah, tidak. Semoga Allah menjadikanku sebagai tebusanmu.”
قَالَ: وَلَا النَّاسُ يُحِبُّونَهُ لِأُمَّهَاتِهِمْ،
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Begitu pula orang lain, tidak ada yang suka ibunya berzina dengan orang lain.”
قَالَ: «أَفَتُحِبُّهُ لِابْنَتِكَ؟»
“Apakah kamu suka seseorang berzina dengan anak perempuanmu?” tanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.
قَالَ: لَا وَاللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ، جَعَلَنِي اللَّهُ فِدَاكَ،
Pemuda itu menjawab, “Demi Allah, tidak. Semoga Allah menjadikanku sebagai tebusanmu.”
قَالَ: وَلَا النَّاسُ يحبونه لبناتهم.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Begitu pula orang lain, tidak ada yang suka anak perempuannya berzina.”
قال: «أفتحبه لِأُخْتِكَ؟»
“Apakah kamu suka seseorang berzina dengan saudari perempuanmu?” tanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.
قَالَ: لَا وَاللَّهِ، جَعَلَنِي اللَّهُ فِدَاكَ،
Pemuda itu menjawab, “Demi Allah, tidak. Semoga Allah menjadikanku sebagai tebusanmu.”
قَالَ: وَلَا النَّاسُ يُحِبُّونَهُ لِأَخَوَاتِهِمْ،
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Begitu pula orang lain, tidak ada yang suka saudari perempuannya berzina dengan orang lain.”
قَالَ «أَفَتُحِبُّهُ لعمتك؟»
“Apakah kamu suka seseorang berzina dengan saudari perempuan ayahmu (bibi)?” tanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.
قَالَ: لَا وَاللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ، جَعَلَنِي اللَّهُ فِدَاكَ،
Pemuda itu menjawab, “Demi Allah, tidak. Semoga Allah menjadikanku sebagai tebusanmu.”
قَالَ: وَلَا النَّاسُ يُحِبُّونَهُ لِعَمَّاتِهِمْ،
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Begitu pula orang lain, tidak ada yang suka saudari perempuan ayahnya (bibi) berzina dengan orang lain.”
قال «أفتحبه لخالتك؟»
“Apakah kamu suka seseorang berzina dengan saudari perempuan ibumu (bibi)?” tanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.
قَالَ: لَا وَاللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ، جَعَلَنِي اللَّهُ فِدَاكَ،
Pemuda itu menjawab, “Demi Allah, tidak. Semoga Allah menjadikanku sebagai tebusanmu.”
قَالَ: وَلَا النَّاسُ يُحِبُّونَهُ لِخَالَاتِهِمْ،
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Begitu pula orang lain, tidak ada yang suka saudari perempuan ibunya (bibi) berzina dengan orang lain.”
قَالَ فَوَضَعَ يَدَهُ عَلَيْهِ، وَقَالَ «اللَّهُمَّ اغْفِرْ ذنبه، وطهر قلبه، وأحصن فَرْجَهُ»
Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam meletakkan tangan beliau ke atas tubuh pemuda tersebut, sembari berdoa : “Ya Allah ampunilah dosa-dosanya, bersihkanlah hatinya dan peliharalah kemaluannya.”
قَالَ: فَلَمْ يَكُنْ بَعْدَ ذَلِكَ الْفَتَى يَلْتَفِتُ إِلَى شَيْءٍ،
Perawi berkata, “Setelah kejadian tersebut, pemuda itu tidak lagi menoleh kepada sesuatu apa pun (yang diharamkan).”
[Ahmad no.21185, Shahih : Musnad Imam Ahmad no.22112, Syaikh Hamzah Ahmad Zain]
[Tafsir Ibnu Katsir 5/67, al-Hafizh Ibnu Katsir]
Begitupula ketika ada sekawanan Syiah Rafidhah yang hendak melakukan Mut’ah ala Syiah, maka katakanlah kepada mereka (Syiah Rafidhah),
“Apakah engkau (Syiah Rafidhah) suka seseorang melakukan Mut’ah ala Syiah dengan ibumu?”
“Apakah engkau (Syiah Rafidhah) suka seseorang melakukan Mut’ah ala Syiah dengan anak perempuanmu?”
“Apakah engkau (Syiah Rafidhah) suka seseorang melakukan Mut’ah ala Syiah dengan saudari perempuanmu?”
“Apakah engkau (Syiah Rafidhah) suka seseorang melakukan Mut’ah ala Syiah dengan saudari perempuan ayahmu (bibi)?”
“Apakah engkau (Syiah Rafidhah) suka seseorang melakukan Mut’ah ala Syiah dengan saudari perempuan ibumu (bibi)?”
Jika mereka (Syiah Rafidhah) masih memiliki akal, niscaya mereka (Syiah Rafidhah) akan menjawab, “Demi Allah, tidak.”
لْخَبِيثَاتُ لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ أُولَئِكَ مُبَرَّءُونَ مِمَّا يَقُولُونَ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ
Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga). [QS. an-Nuur : 26]
قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: الْخَبِيثَاتُ مِنَ الْقَوْلِ لِلْخَبِيثِينِ مِنَ الرِّجَالِ، وَالْخَبِيثُونَ مِنَ الرِّجَالِ لِلْخَبِيثَاتِ مِنَ الْقَوْلِ. وَالطَّيِّبَاتُ مِنَ الْقَوْلِ لِلطَّيِّبِينَ مِنَ الرِّجَالِ، وَالطَّيِّبُونَ مِنَ الرِّجَالِ لِلطَّيِّبَاتِ مِنَ الْقَوْلِ- قَالَ- وَنَزَلَتْ فِي عَائِشَةَ وَأَهْلِ الْإِفْكِ، وَهَكَذَا رُوِيَ عَنْ مُجَاهِدٍ وَعَطَاءٍ وَسَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ وَالشَّعْبِيِّ وَالْحَسَنِ بْنِ أَبِي الْحَسَنِ الْبَصَرِيِّ وَحَبِيبِ بْنِ أَبِي ثَابِتٍ، وَالضَّحَّاكِ، وَاخْتَارَهُ ابْنُ جَرِيرٍ
Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘anhu berkata, “Maksud ayat di atas adalah, ‘Perkataan yang keji hanya mungkin keluar dari orang-orang yang keji, dan hanya laki-laki yang keji-lah yang pantas dituduh dengan perkataan yang keji. Demikian pula, perkataan yang baik akan keluar dari orang-orang yang baik dan hanya orang-orang yang baik-lah yang pantas ditujukan kepada mereka perkataan yang baik. Ayat ini turun berkaitan dengan ‘Aisyah dan orang-orang yang menyebarkan berita bohong tentang dirinya.” Riwayat yang sama juga bersumber dari Mujahid, ‘Atha, Sa’id bin Jubair, asy-Sya’bi, al-Hasan bin Abil Hasan al-Bashri, Hubaib bin Abi Tsabit, dan adh-Dhahak. Ibnu Jarir lebih memilih pendapat ini.
وَوَجَّهَهُ بِأَنَّ الْكَلَامَ الْقَبِيحَ أَوْلَى بِأَهْلِ الْقُبْحِ مِنَ النَّاسِ، وَالْكَلَامَ الطَّيِّبَ أَوْلَى بِالطَّيِّبِينَ مِنَ النَّاسِ، فَمَا نَسَبَهُ أَهْلُ النِّفَاقِ إِلَى عَائِشَةَ هُمْ أَوْلَى بِهِ، وَهِيَ أَوْلَى بِالْبَرَاءَةِ وَالنَّزَاهَةِ مِنْهُمْ، وَلِهَذَا قال تعالى:
Penafsiran di atas berdasarkan bahwa ucapan dan perkataan yang keji sangat pantas meluncur dari manusia-manusia yang keji. Begitu pun sebaliknya, perkataan yang baik sangat pantas meluncur dari manusia-manusia yang baik. Tuduhan orang-orang munafiq yang tidak pantas dituduhkan kepada ‘Aisyah, justru sepantasnya ditujukan kepada mereka, manusia-manusia keji. Dan ‘Aisyah jauh lebih pantas untuk mendapatkan kesucian diridan ketulusan daripada mereka. Oleh sebab itu Allah Ta’ala berfirman,
أُولَئِكَ مُبَرَّءُونَ مِمَّا يَقُولُونَ
Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu)
وَقَالَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ: الْخَبِيثَاتُ مِنَ النِّسَاءِ لِلْخَبِيثِينِ مِنَ الرِّجَالِ. وَالْخِبِيثُونَ مِنَ الرِّجَالِ لِلْخَبِيثَاتِ مِنَ النِّسَاءِ، وَالطَّيِّبَاتُ مِنَ النِّسَاءِ لِلطَّيِّبِينَ مِنَ الرِّجَالِ، وَالطَّيِّبُونَ مِنَ الرِّجَالِ لِلطَّيِّبَاتِ مِنَ النِّسَاءِ، وَهَذَا أَيْضًا يَرْجِعُ إِلَى مَا قَالَهُ أُولَئِكَ بِاللَّازِمِ، أَيْ مَا كَانَ اللَّهُ لِيَجْعَلَ عَائِشَةَ زَوْجَةً لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَّا وَهِيَ طَيِّبَةٌ لِأَنَّهُ أَطْيَبُ مِنْ كُلِّ طَيِّبٍ مِنَ الْبَشَرِ، وَلَوْ كَانَتْ خَبِيثَةً لَمَا صَلَحَتْ لَهُ لا شرعا ولا قدرا، ولهذا قال تعالى:
Sementara ‘Abdurrahman bin Zaid bin Aslam berkata, “Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji pula. Sedangkan Perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik pula. Penafsiran ini juga secara otomatis merujuk pula kepada apa yang disebutkan di atas. Maksudnya, tidak mungkin Allah menyandingkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam kepada ‘Aisyah terkecuali telah tergariskan dalam ketentuan-Nya bahwa ‘Aisyah adalah orang baik. Karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam yang menjadi pendamping hidupnya adalah laki-laki terbaik dari kalangan manusia. Seandainya ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha tergolong manusia kotor, niscaya menurut pandangan syara’ dan takdir Allah ia tidak pantas bersanding dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Oleh sebab itu, Allah berfirman,
أُولَئِكَ مُبَرَّءُونَ مِمَّا يَقُولُونَ
Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu)
أَيْ هُمْ بُعَدَاءُ عَمَّا يَقُولُهُ أهل الإفك والعدوان
Maksudnya, mereka sangat jauh dengan apa yang dituduhkan oleh para penyebar berita bohong dan para pelaku kezhaliman.
[Tafsir Ibnu Katsir 6/32, al-Hafizh Ibnu Katsir]
Namun ada sebuah agama yang selalu mencela kemuliaan ‘Asiyah Radhiyallahu ‘anha (Ahlul Bayt) yang merupakan isteri Rasulullah Shalllallahu ‘alaihi wa Sallam di dunia dan di akhirat serta yang paling dicintai oleh beliau Shalllallahu ‘alaihi wa Sallam.
إِنَّ عَائِشَةَ قَدْ سَارَتْ إِلَى الْبَصْرَةِ وَ وَاللَّهِ إِنَّهَا لَزَوْجَةُ نَبِيِّكُمْ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ
Sesungguhnya 'Aisyah sedang berangkat ke Bashrah, demi Allah, ia adalah isteri Nabi kalian Shallallahu 'alaihi wa Sallam di dunia dan di akherat. [Bukhari no.6571]
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعَثَ عَمْرَو بْنَ الْعَاصِ عَلَى جَيْشِ ذَاتِ السُّلَاسِلِ قَالَ فَأَتَيْتُهُ فَقُلْتُ أَيُّ النَّاسِ أَحَبُّ إِلَيْكَ قَالَ عَائِشَةُ قُلْتُ مِنْ الرِّجَالِ قَالَ أَبُوهَا قُلْتُ ثُمَّ مَنْ قَالَ عُمَرُ فَعَدَّ رِجَالًا فَسَكَتُّ مَخَافَةَ أَنْ يَجْعَلَنِي فِي آخِرِهِمْ
Bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam pernah mengutus Amr bin al-Ash untuk (memimpin pasukan kaum muslimin) dalam perang Dzatus Salasil. Amr bin al-Ash berkata; Aku menemui Rasulullah seraya bertanya; Ya Rasulullah, siapakah orang yang engkau cintai? Rasulullah menjawab; 'Aisyah.' Lalu aku tanyakan lagi; Kalau dari kaum laki-laki, siapakah orang yang paling engkau cintai? Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam menjawab: 'Ayah Aisyah (Abu Bakr).' aku bertanya lagi; lalu siapa? Rasulullah menjawab: 'Umar bin al-Khaththab.' Kemudian beliau menyebutkan beberapa orang sahabat lainnya. Setelah itu aku pun diam karena aku takut termasuk orang yang paling terakhir.' [Bukhari no.4010]
Mereka adalah para penganut agama Syiah Rafidhah yang sangat membenci Sayyidah Ummul Mukminin ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha (Ahlul Bayt : Istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam) dengan mencela dengan celaan yang sangat keji dan biadab.
[http://www.tanyasyiah.com/2014/02/caci-maki-syiah-rafidhah-indonesia.html]
Padahal istri-istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam merupakan Ibunda kaum Mukminin, jika ada yang berani mencelanya maka ia (Syiah Rafidhah) termasuk kaum Kafirin.
النَّبِيُّ أَوْلى بِالْمُؤْمِنِينَ مِنْ أَنْفُسِهِمْ وَأَزْواجُهُ أُمَّهاتُهُمْ
Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu mereka. [QS. al-Ahzab : 6]
Hingga Allah membalas kekejian mereka (Syiah Rafidhah al-Majusi wal-Yahudi) atas perkataan dan perbuatan keji mereka.
Sebagaimana yang diberitakan oleh sebuah media Koran Republika tertanggal 27 November 2012 mengenai HIV/AIDS di Timur Tengah Termasuk Tertinggi di Dunia.
HIV/AIDS di Timur Tengah Termasuk Tertinggi di Dunia
REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Penyebaran HIV/AIDS di beberapa negara Arab kian memprihatinkan. Timur Tengah dan Afrika Utara ternyata menjadi salah satu wilayah dengan pertumbuhan HIV/AIDS paling cepat di dunia. Untuk wilayah Saudi sendiri, tingkat kematian akibat HIV/AIDS sangat tinggi.
Di Timur Tengah, pengidap virus berbahaya tersebut diperkirakan mencapai 320 ribu jiwa pada tahun 2001. Data tersebut melonjak menjadi 470 ribu pada tahun 2010 lalu.
Wakil Departemen Kesehatan, Ziad Al-Memish mengatakan Pemerintah Saudi sendiri telah menetapkan program Saudi siaga AIDS berdasarkan instruksi langsung Mentri Kesehatan Saudi, Dr Abdullah Al-Rabeeah. Menurut Al-Memish, masyarakat arab rentan terserang virus mematikan tersebut diakibatkan pola hidup dan pergaulan sosial yang tidak sehat.
“Masyarakat harus waspada tentang penyebaran virus ini. Dunia Arab perlu membuat program dan strategi untuk mengantisipasi virus tersebut.” Kata Al-Memish dalam pidato sambutannya di acara peresmian program "AIDS Initiative Arab" yang dilangsungkan di Hotel Four Seasons, Riyadh, beberapa waktu lalu, seperti dilansir Arabnews.
Lebih lanjut, dalam acara tersebut juga dilaunchingkan website www.nap.sa.com yang berisi strategi Pemerintah Saudi secara nasional dalam memerangi AIDS.
Sebelumnya di tahun 2011 lalu, Forum Saudi di Riyadh telah menyerukan kepada seluruh Negara-negara Arab agar bersatu melawan AIDS. Selain itu, dalam forum tersebut mendesak pemerintah di negara Arab agar meningkatkan layanan dan pusat-pusat pengobatan bagi penderita HIV/AIDS serta lebih agresif untuk mengampanyakan bahayanya.
[www.republika.co.id/berita/internasional/timur-tengah/12/11/27/me50es-hivaids-di-timur-tengah-termasuk-tertinggi-di-dunia]
Benarkah dengan apa yang diberitakan oleh Koran Republika tersebut di atas? Lalu apakah ada sesuatu yang tersembunyi dari pemberitaan tersebut?
So let’s find out the truth...
Tanya Syiah akan meng-sinkronisasikan berita Koran Republika tertanggal 27 November 2012 dengan berita yang dilansir oleh UNAIDS tertanggal 27 November 2012 pula.
New momentum in the Arab AIDS response opens doors for change
27 November 2012
Wilayah Arab telah melakukan terobosan baru dalam tindakannya terhadap HIV dan AIDS. “Meningkatnya jumlah infeksi HIV dan kematian terkait AIDS menunjukkan bahwa pentingnya mengembangkan roadmap yang jelas untuk wilayah Arab dengan tujuan yang dapat dicapai” kata Dr. Ziad Memish , Wakil Menteri Kesehatan Kerajaan Arab Saudi. Dia berjanji akan komitmen Arab Saudi untuk melanjutkan kepemimpinannya dalam pengembangan prakarsa (menanggulangi) AIDS Arab, yang diluncurkan oleh Menteri Kesehatan Arab pada bulan Oktober 2011, untuk meningkatkan respon akan HIV di tingkat regional dan nasional untuk mencapai target yang ditetapkan oleh Deklarasi Politik PBB tentang HIV/AIDS pada tahun 2011.
Pada pertemuan yang diselenggarakan oleh Kerajaan Arab Saudi, di bawah naungan Liga Arab dan didukung oleh UNAIDS, perwakilan pemerintah dan non-pemerintah mengakui akan perlunya tindakan yang mendesak ketika MENA adalah salah satu dari hanya dua wilayah di mana epidemi terus tumbuh. Sementara jumlah keseluruhan mungkin relatif rendah, perkiraan dari Laporan Global UNAIDS yang dirilis pada bulan November 2012menunjukkan peningkatan infeksi HIV baru dan kematian terkait AIDS di wilayah MENA. Sejak tahun 2001 jumlah orang baru yang terinfeksi HIV telah meningkat lebih dari 35%, dengan peningkatan yang signifikan dalam kematian yang terkait dengan AIDS. Laporan ini juga menunjukkan bahwa meskipun dua kali lipat dari jumlah orang yang mengakses pengobatan HIV di wilayah regional antara tahun 2009 dan 2011, cakupan pengobatan HIV masih sangat rendah, yaitu sebesar 15%.
Para peserta sepakat bahwa prinsip-prinsip pengarahan adalah untuk pengembangan Strategi AIDS Arab yang harus mencakup; berdasarkan bukti dan berbasis hak asasi; orang yang terpusat; multi-sektoral; terintegrasi; serta gender dan remaja yang sensitif. Strategi ini harus mengakui dan memanfaatkan keragaman situasi HIV dan tanggapan di wilayah tersebut.
“AIDS bukanlah hanya suatu masalah kesehatan, namun masalah sosial dan pembangunan yang menuntut respon yang berbasis bukti yang terkoordinasi” kata Dr. Laila Negm, Direktur Liga Arab Departemen Kesehatan dan Bantuan Kemanusiaan. Dia menekankan perlunya mobilisasi politik untuk mengatasi pencegahan, pengobatan, dan stigma serta diskriminasi seraya mengatakan bahwa wilayah tersebut akan mengandalkan dukungan dari UNAIDS dalam rangka memindahkan Strategi yang lebih maju.
“Ada jendela kesempatan bagi wilayah untuk menunjukkan bahwa hal itu dapat menjadi wilayah yang pertama dalam mengakhiri AIDS, dan memanfaatkan respon mengenai AIDS untuk kesehatan yang lebih luas, hak asasi manusia dan hasil-hasil pembangunan” kata Ny. Jan Beagle, Wakil Direktur Eksekutif UNAIDS.
[http://www.unaids.org/en/resources/presscentre/featurestories/2012/november/20121127arabregion/]
Perhatikan pada kalimat,
Laporan Global UNAIDS yang dirilis pada bulan November 2012 menunjukkan peningkatan infeksi HIV baru dan kematian terkait AIDS di wilayah MENA.Sehingga kurang tepat jika menggiring opini publik bahwasanya wilayah Saudi sendiri, tingkat kematian akibat HIV/AIDS sangat tinggi. Dikarenakan wilayah MENA yang dikenal sebagai Middle East & North Africa (Timur Tengah & Afrika Utara) terdiri dari 21 negara, sebagaimana yang akan dijelaskan selanjutnya.
Sedangkan UNAIDS menjelaskan bahwa orang-orang yang hidup dengan penyakit HIV - AIDS pada akhir 2009 diperkirakan sebesar 460.000 orang.
Data yang dapat dipercaya atas epidemi di Timur Tengah dan Afrika Utara masih sedikit, sehingga menciptakan kesulitan dalam melacak tren terbaru dengan penuh kepastian. Meskipun demikian, menurut bukti yang ada, jumlah infeksi HIV baru di wilayah ini meningkat dari 36.000 pada tahun 2001 menjadi 75.000 pada tahun 2009 sehingga jumlah orang yang hidup dengan HIV di wilayah ini menjadi sekitar 460.000 pada akhir tahun2009. Epidemi di wilayah ini biasanya terkonsentrasi di antara pengguna narkoba suntik, pria yang berhubungan seks dengan laki-laki, dan pekerja seks dengan klien mereka.
[http://www.unaids.org/en/regionscountries/regions/middleeastandnorthafrica/]
Namun apakah teman-teman merasakan penasaran yang amat sangat atas begitu dahsyatnya berita tersebut di atas mengenai melonjaknya pengidap penyakit HIV – AIDS di Negara Timur Tengah dan Afrika Utara, lalu negara mana sajakah yang terlanda wabah penyakit tersebut?
The truth is revealed…
Region/wilayah MENA (Middle East & North Africa) atau juga dikenal sebagai Timur Tengah & Afrika Utara terdiri dari beberapa Negara, yaitu :
Afghanistan
|
Algeria
|
Bahrain
|
Djibouti
|
Egypt
|
Iraq
|
Islamic Republic of Iran
|
Jordan
|
Kuwait
|
Lebanon
|
Libya
|
Morocco
|
Oman
|
Qatar
|
Saudi Arabia
|
Somalia
|
Sudan
|
Syrian Arab Republic
|
Tunisia
|
United Arab Emirates
|
Yemen
|
[http://www.unaids.org/en/regionscountries/countries/#d.en.52730]
Namun ada beberapa negara yang telah waspada akan wabah penyakit AIDS ini, negara-negara tersebut adalah Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Sudan, Yaman dan Mesir.
REGIONAL FACT SHEET 2012
MIDDLE EAST AND NORTH AFRICA
Peningkatan prevalensi HIV, infeksi HIV baru dan kematian terkait AIDS
Antara tahun 2001 dan 2011, estimasi jumlah orang yang hidup dengan HIV di Timur Tengah dan Afrika Utara meningkat dari 210.000 [170.000 – 270.000] menjadi 300.000 [250.000 – 360.000].
Sejak tahun 2001, jumlah orang baru yang terinfeksi HIV di Timur Tengah dan Afrika Utara telah meningkat lebih dari 35% dari 27.000 [22.000 – 34.000] menjadi 37.000 [29.000 – 46.000].
Antara tahun 2005 dan 2011, terjadi peningkatan yang signifikan (17%) kematian terkait AIDS di wilayah ini dari 20.000 [15.000 – 25.000] menjadi 23.000 [18.000 – 29.000].
Rendahnya cakupan pengobatan HIV dan layanan PMTCT
Cakupan pengobatan HIV masih rendah di seluruh Timur Tengah dan Afrika Utara, yaitu sebesar 15%. Namun, antara tahun 2009 dan 2011, jumlah orang yang mengakses pengobatan HIV di wilayah ini hampir dua kali lipat, yaitu sebesar 8.700 – 17.000.
Pada tahun 2011, diperkirakan 7% [6% - 9%] dari ibu hamil terbukti positif HIV di wilayah yang menerima layanan pencegahan transmisi HIV ibu-ke–anak (PMTCT).
- Timur Tengah dan Afrika Utara adalah satu-satunya wilayah yang belum terlihat dalam penurunan jumlah anak baru yang terinfeksi HIV.
Hukum dan praktek hukuman menghambat respon HIV yang efektif
Empat negara di wilayah ini yang melakukan larangan masuknya orang-orang yang hidup dengan HIV, seperti : Oman, Sudan, Uni Emirat Arab dan Yaman.
Mesir dan Qatar membutuhkan (pembuktian) jika seorang individu yang ingin tinggal dalam waktu singkat (10 - 90 hari) untuk dapat menunjukkan bahwa mereka termasuk orang yang negatif HIV.
Enam anggota Dewan Kerjasama wilayah Teluk yaitu -Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab- memberlakukan pembatasan terkait HIV bagi para pekerja imigran yang sedang mencari pekerjaan di negara-negara Teluk.
- Pekerja imigran di negara-negara tersebut menjadi sasaran wajib tes HIV. Mereka yang tes HIV nya terbukti positif seringkali dikarantina, dideportasi dan ditiadakan perawatan kesehatan yang sesuai (agar langsung dideportasi).
[http://www.unaids.org/en/media/unaids/contentassets/documents/epidemiology/2012/gr2012/2012_FS_regional_mena_en.pdf]
Dari keterangan di atas dapat diketahui bahwa negara-negara Teluk Arab sangat ketat dalam permasalahan HIV - AIDS ini. Dan berikut adalah data negara-negara Timur Tengah dan Afrika Utara yang terkena wabah penyakit HIV – AIDS :
Country
|
People living with HIV
|
Deaths due to AIDS
|
Afghanistan
|
5,800 [3,200 - 17,000]
|
<500 [<500 - <1000]
|
Algeria
|
[13,000 - 28,000]
|
[<1000 - 1,500]
|
Bahrain
| ||
Djibouti
|
9,200 [7,100 - 12,000]
|
<1000 [<1000 - 1,100]
|
Egypt
|
9,500 [5,600 - 18,000]
|
<1000 [<500 - 1,800]
|
Iraq
| ||
Islamic Republic of Iran
|
96,000 [80,000 - 120,000]
|
8,300 [7,300 - 9,500]
|
Jordan
| ||
Kuwait
| ||
Lebanon
|
2,900 [1,900 - 4,000]
|
<200 [<100 - <500]
|
Libya
| ||
Morocco
|
32,000 [21,000 - 46,000]
|
1,600 [<1000 - 2,500]
|
Oman
| ||
Qatar
| ||
Saudi Arabia
| ||
Somalia
|
35,000 [23,000 - 52,000]
|
3,100 [2,100 - 4,300]
|
Sudan
| ||
Syrian Arab Republic
| ||
Tunisia
|
1,700 [1,500 - 1,900]
|
<100 [<100 - <100]
|
United Arab Emirates
| ||
Yemen
|
22,000 [19,000 - 25,000]
|
1,600 [1,300 - 2,000]
|
People living with HIV
2001
|
2011
| |||||
Middle East and North
Africa
|
estimate
|
lower estimate
|
upper estimate
|
estimate
|
lower estimate
|
upper estimate
|
Algeria
|
5 000
|
9 100
|
13 000
|
28 000
| ||
Djibouti
|
12 000
|
9 700
|
15 000
|
9 200
|
7 100
|
12 000
|
Egypt
|
9 100
|
4 000
|
22 000
|
9 500
|
5 600
|
18 000
|
Iran
|
56 000
|
48 000
|
65 000
|
96 000
|
80 000
|
120 000
|
Lebanon
|
1 500
|
<1 000
|
2 700
|
2 900
|
1 900
|
4 000
|
Morocco
|
12 000
|
8 200
|
15 000
|
32 000
|
21 000
|
46 000
|
Somalia
|
34 000
|
24 000
|
49 000
|
35 000
|
23 000
|
52 000
|
Sudan
|
69 000
|
53 000
|
87 000
|
69 000
|
56 000
|
84 000
|
Tunisia
|
<1 000
|
<500
|
<1 000
|
1 700
|
1 500
|
1 900
|
Yemen
|
10 000
|
7 000
|
15 000
|
22 000
|
19 000
|
25 000
|
People Living with HIV (ages 15+)
2001
|
2011
| |||||
Middle East and North
Africa
|
estimate
|
lower estimate
|
upper estimate
|
estimate
|
lower estimate
|
upper estimate
|
Algeria
|
4 800
|
8 900
|
12 000
|
28 000
| ||
Djibouti
|
11 000
|
9 000
|
13 000
|
8 000
|
6 100
|
11 000
|
Egypt
|
9 000
|
4 000
|
22 000
|
9 400
|
5 500
|
18 000
|
Iran
|
56 000
|
48 000
|
64 000
|
96 000
|
79 000
|
120 000
|
Lebanon
|
1 400
|
<1 000
|
2 500
|
2 700
|
1 800
|
3 900
|
Morocco
|
11 000
|
7 900
|
15 000
|
31 000
|
20 000
|
44 000
|
Somalia
|
30 000
|
21 000
|
43 000
|
30 000
|
20 000
|
45 000
|
Sudan
|
67 000
|
52 000
|
85 000
|
65 000
|
53 000
|
79 000
|
Tunisia
|
<1 000
|
<500
|
<1 000
|
1 700
|
1 500
|
1 900
|
Yemen
|
10 000
|
6 700
|
15 000
|
20 000
|
17 000
|
24 000
|
[UNAIDS Global Report 2012 Hal.A13]
Estimated AIDS Deaths
2001
|
2011
| |||||
Middle East and North
Africa
|
estimate
|
lower estimate
|
upper estimate
|
estimate
|
lower estimate
|
upper estimate
|
Algeria
|
<200
|
<500
|
<1 000
|
1 500
| ||
Djibouti
|
1 000
|
<1 000
|
1 400
|
<1 000
|
<1 000
|
1 100
|
Egypt
|
<500
|
<200
|
<1 000
|
<1 000
|
<500
|
1 800
|
Iran
|
3 200
|
2 400
|
4 100
|
8 300
|
7 300
|
9 500
|
Lebanon
|
<100
|
<100
|
<200
|
<200
|
<100
|
<500
|
Morocco
|
<1 000
|
<500
|
<1 000
|
1 600
|
<1 000
|
2 500
|
Somalia
|
2 800
|
1 700
|
4 500
|
3 100
|
2 100
|
4 300
|
Sudan
|
6 000
|
4 000
|
8 400
|
5 600
|
4 500
|
6 900
|
Tunisia
|
<100
|
<100
|
<100
|
<100
|
<100
|
<100
|
Yemen
|
<500
|
<500
|
<1 000
|
1 600
|
1 300
|
2 000
|
[UNAIDS Global Report 2012 Hal.A25]
Estimated people receiving and needing antiretroviral therapy, and coverage, 2009 and 2011
2009
|
2011
| |||||
Middle East and North
Africa
|
estimate
|
lower estimate
|
upper estimate
|
estimate
|
lower estimate
|
upper estimate
|
Algeria
|
4 100
|
7 100
|
5 200
|
8 900
| ||
Djibouti
|
4 900
|
4 100
|
5 900
|
4 900
|
4 000
|
6 100
|
Egypt
|
3 600
|
2 000
|
8 500
|
3 600
|
2 200
|
8 100
|
Iran
|
34 000
|
30 000
|
38 000
|
37 000
|
33 000
|
42 000
|
Lebanon
|
1 000
|
<1 000
|
1 600
|
1 200
|
<1 000
|
1 700
|
Morocco
|
8 700
|
6 200
|
12 000
|
11 000
|
7 700
|
15 000
|
Somalia
|
14 000
|
10 000
|
20 000
|
15 000
|
11 000
|
21 000
|
Sudan
|
26 000
|
21 000
|
32 000
|
28 000
|
23 000
|
33 000
|
Tunisia
|
3 600
|
1 600
|
11 000
|
3 800
|
1 600
|
12 000
|
Yemen
|
6 900
|
5 400
|
8 600
|
8 100
|
6 600
|
9 700
|
[UNAIDS Global Report 2012 Hal.A64]
Number of HIV infected female adults
2001
|
2011
| |||||
Middle East and North
Africa
|
estimate
|
lower estimate
|
upper estimate
|
estimate
|
lower estimate
|
upper estimate
|
Algeria
|
1 400
|
2 600
|
3 800
|
8 100
| ||
Djibouti
|
5 900
|
4 800
|
7 100
|
4 600
|
3 400
|
6 300
|
Egypt
|
<1 000
|
<500
|
1 300
|
1 500
|
<1 000
|
2 900
|
Iran
|
7 800
|
6 700
|
9 100
|
13 000
|
11 000
|
16 000
|
Lebanon
|
<1 000
|
<500
|
1 300
|
1 300
|
<1 000
|
1 900
|
Morocco
|
6 300
|
4 500
|
8 500
|
15 000
|
10 000
|
22 000
|
Somalia
|
15 000
|
10 000
|
22 000
|
15 000
|
9 700
|
22 000
|
Sudan
|
9 000
|
6 800
|
11 000
|
22 000
|
18 000
|
28 000
|
Tunisia
|
<500
|
<200
|
<500
|
<500
|
<500
|
<500
|
Yemen
|
3 200
|
2 100
|
4 600
|
9 000
|
7 700
|
11 000
|
[UNAIDS Global Report 2012 Hal.A95]
Dari tabel data di atas, ternyata Iran negeri Syiah Rafidhah yang menjadi Pusat atau Central Spiritual Mut’ah di dunia telah menggapai prestasi yang sangat gemilang dalam memimpin klasemen permanen di tingkat regional, dan pantaslah ia (Iran negeri Syiah Rafidhah) untuk mewakilkan regional MENA (Middle East & North Afrika/Timur Tengah & Afrika Utara) untuk berkompetisi di tingkat dunia.
Berikut adalah data statistik penyebaran wabah penyakit HIV – AIDS yang melanda Iran Negeri Syiah Rafidhah yang menjadi Pusat atau Central Spiritual Mut’ah di dunia.
Hal ini pun (HIV AIDS Syiah Rafidhah Iran) telah diakui oleh seorang anggota Komisi Pendidikan Kedokteran dan Kesehatan Parlemen Iran, yaitu Hossein Ali Shahriari pada bulan November 2009.
Ada lebih dari 100.000 penderita AIDS di Iran, kata seorang anggota Komisi Pendidikan Kedokteran dan Kesehatan Parlemen Iran.
“Kementerian Kesehatan Iran telah mengumumkan bahwa ada 20.000 penderita AIDS di negara ini, tetapi menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jumlah sebenarnya seharusnya lima sampai tujuh kali lipat, hingga mencapai 100.000 orang,” kata kantor berita Fars yang dikutip oleh Wakil ketua Komisi Pendidikan Kedokteran dan Kesehatan Majlis Iran, Hossein Ali Shahriari, seperti yang dikatakannya pada hari Minggu.
Selanjutnya Shahriari menunjukkan bahwa tidak ada statistik yang akurat mengenai penyakit (HIV-AIDS) di negara ini.
“Sebagian besar penderita AIDS tidak menyadari penyakit mereka, sehingga mereka dapat dengan mudahnya menularkan kepada orang lain,” jelasnya. “Beberapa penderita lainnya tidak melaporkan penyakit dikarenakan mereka takut akan kehilangan pekerjaan dan posisi sosial mereka.”
Menurut Shahriari, Kementerian Kesehatan Iran telah berusaha untuk mencegah penyakit (HIV-AIDS) ini dalam beberapa hal, tetapi telah gagal untuk memberikan laporan yang akurat dan lengkap mengenainya.
Laporan WHO dan Program Gabungan PBB tentang HIV/AIDS (UNAIDS) baru-baru ini menyatakan bahwa jumlah kematian akibat HIV/AIDS di berbagai belahan dunia telah melampaui 25 juta (jiwa).
[http://edition.presstv.ir/detail/112423.html]
Sepertinya Iran negeri Syiah Rafidhah yang menjadi Pusat atau Central Spiritual Mut’ah di dunia memiliki perhatian yang cukup serius dalam menghadapi virus HIV AIDS yang mematikan tersebut. Maka ditempuhlah beberapa langkah untuk mencegah penyebaran virus HIV AIDS di negeri Syiah Rafidhah yang menjadi Pusat atau Central Spiritual Mut’ah di dunia. Salah satunya adalah dengan melokalisasi praktik Mut’ah di beberapa daerah terkhusus di kota suci (baca: Mut’ah) Qum, di mana pendeta-pendeta Syiah Rafidhah terlahir (baca: anak Mut’ah) dari Madrasah Qum tersebut serta mencatatnya di Notaris Mut’ah atau kantor catatan Mut’ah. Sebagaimana yang dilansir oleh koran Republika mengenai trendynya Mut’ah ala Syiah di Iran negeri Syiah Rafidhah yang menjadi Pusat atau Central Spiritual Mut’ah di dunia.
REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI – Kantor notaris atau kantor urusan hukum di Iran, yang biasanya menerima pendaftaran nikah dan urusan sipil, kini memiliki layanan baru, yaitu mencari perempuan-perempuan yang bersedia menjalani nikah mut'ah (kawin kontrak).
Hal ini diungkapkan oleh koran Iran berbahasa Parsi, Mellat, dalam laporan yang dipublikasikan awal pekan ini. "Kantor-kantor notaris ini biasanya mendokumentasikan perkawinan permanen maupun perkawinan sementara. Namun kini memiliki layanan baru, yaitu mencari para wanita yang bersedia dinikah mut'ah," tulis Mellat, sebagaimana dilansir Al-Arabiya, Rabu (8/6).
Menurut Mellat, kantor-kantor tersebut mendapatkan pembayaran uang di muka dalam menyediakan wanita-wanita yang sesuai dengan spesifikasi si peminat, baik yang untuk nikah mut'ah atau nikah permanen. "Nominal uang yang diminta tiap kantor untuk mencari pasangan kaum pria ini, bervariasi antara satu dan lainnya, sesuai tingkat kesulitan pencarian wanita yang bersangkutan," jelas Mellat.
Ketua Lembaga Urusan Sipil, Muhammad Nazimi Ordekani, menyesalkan tindakan kantor notaris yang menciptakan layanan baru tersebut, karena tugas mereka adalah melayani dan mengurusi pendaftaran nikah dan talak. "Bukan untuk mencari wanita yang mau dikawin kontrak," kata Ordekani.
Sebuah studi ilmiah tentang kelompok masyarakat yang dilakukan oleh Lembaga Studi Ilmu-Ilmu Sosial Iran menghasilkan sebuah buku berjudul "Keluarga Modern dan Nikah Mut'ah", tulisan DR Shahla I'zazi. Dalam buku ini, I'zazi menunjukkan pola hubungan antara keluarga modern, yaitu keluarga inti—yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak—dan perkawinan sementara.
"Kami melihat, meskipun keluarga Iran telah modern, namun pemerintahnya mempromosikan fenomena nikah mut'ah. Padahal itu tidak sesuai dengan kehidupan modern kita," kata I'zazi.
Menurut dia, fenomena nikah mut'ah ini adalah tuntutan sejumlah pejabat Iran yang menginginkan adanya hubungan gelap antara laki-laki dan perempuan. Oleh sebab itu, mereka mencoba melegitimasi hubungan ini melalui pernikahan sementara.
Walau demikian, kata I'zazi, mayoritas warga Iran menolak nikah mut'ah, seraya menjelaskan perbedaan antara nikah mut'ah dan permanen. "Nikah mut'ah ditentukan oleh harga dan durasi," ujarnya. "Oleh sebab itu, dikenal adanya 'mahar berjangka' dan 'durasi berjangka' yang menjustifikasi bahwa si wanita tidak berhak mendapatkan nafkah dari suaminya."
Selain itu, bayi yang lahir dari hasil nikah mut'ah tidak berhak menjadi ahli waris, tidak sebagaimana anak yang lahir dari pernikahan permanen. Walau demikian, perempuan yang dinikahi secara mut'ah berhak mengakhiri hubungan dengan 'lakinya' jika ia sudah bosan. Sesuatu yang sangat susah ditemui dalam perkawinan permanen.
Sementara itu, seorang peneliti Iran mengatakan, tujuan promosi kawin kontrak ini adalah untuk mengatur hubungan seksual antara pria dan wanita. "Semua ini tak lepas dari urusan seks," ujarnya.
Statistik menunjukkan bahwa pelaku nikah mut'ah atau kawin kontrak terbesar adalah warga kota Qum. Kota yang dianggap suci dan merupakan pusat pendidikan ilmu agama, yang sebagian besar lulusannya menjadi ulama Syiah ternama. Studi lain menunjukkan bahwa orientasi warga Iran untuk melakukan nikah mut'ah lebih besar ketimbang melakukan pernikahan yang permanen.
[http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-mancanegara/11/06/09/lmiu7r-aha-kawin-kontrak-di-iran-lebih-ngetren-ketimbang-nikah-permanen]
Notaris Mut’ah Syiah Iran
Menit 00:50
Saya menyatakan bahwa Ny.Nasrin adalah istri Mut’ahnya Shahram untuk selama periode satu tahun dengan mahar 5 koin emas.
Menit 01:20
Jika engkau membayar satu juta Toman, aku dapat mencarikanmu seorang istri (Mut’ah) hari ini. Seperti Afsaneh, Homeyra, Soraya atau Marjan, salah satu dari mereka dapat menjadi istri mut’ahmu.[http://www.youtube.com/watch?v=_QiA9lm49LQ]
Sedangkan bagi Syiah Rafidhah Iran yang berpengidap penyakit HIV AIDS, sangat dianjurkan untuk menggunakan kondom ketika hendak melakukan hubungan intim suami isteri Mut’ah agar mencegah penularan penyakit HIV AIDS yang mematikan tersebut.
Silahkan Klik :
Menit 03:15 - 05:40
“Ini adalah kawin Mut’ah yang harus memiliki jangka waktu tertentu, mau berapa lama untuk jangka waktunya?” Tanya Pendeta Syiah Rafidhah.
Laki-Laki Pemut’ah menjawab, “Untuk selama Enam bulan.”
Pendeta Syiah Rafidhah bertanya, “Berapa besar nilai maharnya?”
Laki-Laki Pemut’ah berkata, “Dia (Wanita Syiah Pemut’ah) yang harus memutuskannya.”
“Terserah.” Kata Wanita Pemut’ah.
“Terserah.” Kata Wanita Pemut’ah.
Laki-Laki Pemut’ah tersebut kembali berkata, “Engkau (Wanita Syiah Pemut’ah) yang harus mengucapkannya, bukan aku.”
“Aku tidak akan meminta apa-apa.” Jawab Wanita Pemut’ah.
“Itulah yang orang lakukan (jika ingin Mut’ah).” Timpal Laki-Laki Pemut’ah.
Wanita Pemut’ah berkata, “Apa?”
Kemudian Laki-Laki Pemut’ah tersebut mengaskan kembali, “Engkau (Wanita Syiah Pemut’ah) yang harus menyatakan nilai maharnya.”
Pendeta Syiah Rafidhah menjelaskan, “Engkau (Wanita Syiah Pemut’ah) akan kawin Mut’ah untuk periode enam bulan, dan engkau (Wanita Syiah Pemut’ah) harus setuju pada harga yang akan menjadi maharmu. Misalnya senilai 600.000, 700.000, atau satu juta.”
Teman Laki-Laki Pemut’ah pun ikut berbicara, “Atau sebuah bunga saja.”
Pendeta Syiah Rafidhah mempertegas kembali, “Saya harus menuliskan harga maharnya di sini.”
“Iya sebuah bunga saja.” Jawab Wanita Pemut’ah.
“Tidak, engkau harus memberikan nilai untuk sebuah bunga.” Pertegas Pendeta Syiah Rafidhah.
Kemudian Laki-Laki Pemut’ah itu pun berkata, “Terserah apa saja yang anda katakan wahai Tuan. Kami tidak ingin tawar-menawar di sini.”
Pendeta Syiah Rafidhah berkata, “Baiklah, aku akan menulis nilai maharnya di sini.”
Teman Laki-Laki Pemut’ah tersebut bertanya, “Haruskah mereka memperbaharui kawin Mut’ah mereka, ketika enam bulan telah berakhir?”
“Jika mereka tidak melakukannya, maka mereka akan melakukan dosa.” Jawab Pendeta Syiah Rafidhah.
Teman Laki-Laki Pemut’ah tersebut kembali bertanya, “Jadi mereka harus memperbaharuinya sebelum enam bulan?”
Pendeta Syiah Rafidhah menjawabnya, “Yaitu beberapa hari sebelum dilakukannya perbaharuan kawin Mut’ah tersebut.”
“Berapa lama periode kawin Mut’ah yang terpendek?” Tanya seseorang.
Dijawab oleh Pendeta Syiah Rafidhah, “Minimum bisa satu jam atau kurang, Satu jam, mungkin juga setengah jam. Selama periode ini (satu jam atau kurang) mereka dapat memiliki hubungan sah (hubungan intim suami istri kawin Mut’ah), hal tersebut tidaklah bermasalah.
“Dan periode maksimalnya berapa?” Tanya kembali oleh seseorang.
Dijawab oleh Pendeta Syiah Rafidhah, “Tentu saja, (kontrak) selama 99 tahun kawin Mut’ah adalah sangat mungkin (untuk dilakukan). Bisa saja (kontrak) selama 100 tahun, atau 60 tahun atau juga 40 tahun. hal tersebut tidaklah bermasalah.
Pendeta Syiah Rafidhah bertanya kepada pasangan Mut’ah tersebut, “Ny.Fereshteh Sanati dan Tuan Mohammad Ostadnazar. Dapatkah saya mengucapkan kepada kalian sebagai (pasangan Mut’ah) suami istri?
“Ya.” Jawab Wanita Pemut’ah.
“Dan bagaimana dengan anda (Laki-Laki Pemut’ah)?” Tanya Pendeta Syiah Rafidhah.
“Ya, setuju.” Jawab Laki-Laki Pemut’ah.
Pendeta Syiah Rafidhah mendeklarasikan pasangan Mut’ah tersebut sebagai suami istri Mut’ah, “Saya menyatakan kepada kalian, Fereshteh dan Mohammad, untuk kawin Mut’ah dalam jangka waktu tertentu dengan sejumlah mahar.
Teman Laki-Laki Pemut’ah menyambutnya dengan berkata, “Saya berharap perkawinan (Mut'ah) kalian berlangsung untuk selama 500 tahun.”
Menit 06:20 - 07:15
“Bagaimana kabarmu (Wanita Pemut’ah)?” Tanya teman Laki-Laki Pemut’ah.
“Baik.” Jawab Wanita Pemut’ah.
Wanita Pemut’ah menceritakan, “Ketika kami melakukan hubungan seks, aku merasa dia benar-benar takut menularkan virus (HIV-AIDS) kepadaku. Meskipun ia telah mengambil semua tindakan pencegahan, aku masih merasa bahwa dia benar-benar takut untuk melakukannya. Aku berkata kepadanya, ‘Dengar, aku telah menerima masalah ini, jadi mengapa engkau tidak bisa menerima dirimu sendiri.’”
Teman Laki-Laki Pemut’ah berkata, “Aku akan berbicara dengannya mengenai masalah ini. Tapi hanya sebagai informasi buat engkau, aku dapat meyakinkan engkau bahwa jika engkau menggunakan kondom maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Dan jika kondom tersebut bocor, katakan saja padaku. Apakah engkau menikmati seks bersamanya?
“Sangat menikmati.” Jawab Wanita Pemut’ah.
“Apakah dia (Laki-Laki Pemut’ah) telah memuaskan engkau?”
“Ya , saya sangat senang dengannya.” Jawab Wanita Pemut’ah.
[http://www.youtube.com/watch?v=dPc8wqJKoNk]
Sehingga diproduksilah alat kontrasepsi (yang dikenal dengan nama kondom Syiah Rafidhah Iran) secara besar-besaran untuk memenuhi permintaan pasar dan bahkan mengimpor juga dari negeri lain.
Silahkan Klik :
Pabrik Kondom di Iran Syiah
TAKESTAN, Iran
Pabrik kondom satu-satunya milik negara (Iran Syiah) telah memproduksi lebih dari 70 juta alat kontrasepsi (kondom Syiah Iran) dalam setahun.
“Iran memiliki risiko ditelan oleh rakyatnya sendiri (karena membludaknya populasi),”' kata Kamran Hashemi, Direktur Pabrik Kondom Kayhanbod (yang berlokasi) sekitar 120 km sebelah barat laut dari Teheran.
Sejak tahun 1993, jam kerja di pabrik kondom (Syiah Iran) telah menghasilkan kondom-kondom yang berkategori biasa untuk klinik-klinik negara (Syiah Iran) dan pusat konseling. Jenis-jenis yang lebih eksotis –yaitu (kondom Syiah Iran) yang bertekstur atau yang memiliki rasa seperti mint dan pisang- telah tersedia untuk pasar ritel dengan harga sekitar 50 sen untuk setiap satu pak-nya yang berisi 12 (kondom Syiah Iran).
Hashemi mengakui bahwa pabrik “melakukan sebuah trik kecil” -yaitu kemasan (kondom Syiah Iran) dikemas dalam bahasa Prancis atau Inggris untuk memberikan kesan kepada mereka (Syiah Rafidhah Iran) bahwa (kondom Syiah Iran merupakan kondom yang) diimpor. “Orang-orang Iran (Syiah Rafidhah) masih lebih mempercayai produk impor,” katanya. “Jika pasangan-pasangan (Syiah Rafidhah Iran) menggunakan kondom dengan lebih, maka hal itu adalah ide yang baik.”
Di klinik lainnya di seberang Teheran, sekitar 20 pasangan berkumpul untuk seminar pra-nikah yang wajib (dihadiri) untuk membahas mengenai permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan seks dan metode kontrasepsi, pembicaraannya mengenai hubungan intim.
[iranian.com/News/1999/October/condom.html]
Bahkan Ahmadi Nejad al-Yahudi pun telah melakukan propaganda dalam menipu rakyatnya bahwasanya Iran negeri Syiah Rafidhah yang menjadi Pusat atau Central Spiritual Mut’ah di dunia telah menemukan obat yang dapat menyembuhkan dari penyakit yang disebabkan oleh virus HIV AIDS tersebut.
Silahkan Klik :
Ahmadi Nejad al-Yahudi
Menit 02:00 – 02:3
Selama perayaan tahun revolusi ini, kalian telah menyaksikan beberapa ilmuwan dan teknologi kita telah mencapai prestasi dalam penemuan ilmiyyah (seperti) pencegahan dan penyembuhan penyakit AIDS yang mematikan. Mereka (Amerika) adalah orang-orang yang menciptakan penyakit ini, mereka (Amerika) yang telah mendirikan penyakit ini. Tapi sayang, rakyat Iran yang saling mencintai dan beriman telah menciptakan obat untuk penyakit AIDS tersebut dan akan menempatkannya pada tempat pembuangan di seluruh umat manusia.
[https://www.youtube.com/watch?v=16NziNYtiew]
[https://www.youtube.com/watch?v=16NziNYtiew]
Silahkan Klik :
Hosein Entezami, Juru Bicara Dewan Agung Keamanan Nasional Iran
Saya ingin menyampaikan kabar baik bahwa dua tahun yang lalu obat untuk AIDS telah ditemukan di Iran. Dan telah diuji terhadap para relawan, dan hasilnya adalah positif.
[https://www.youtube.com/watch?v=dPc8wqJKoNk&list=UUBeJUiGXz4aii-mL0wOUwvA]
Namun yang terjadi adalah sebaliknya, pengidap HIV AIDS Syiah Rafidhah Iran setiap tahun-nya terus meningkat, sebagaimana yang dikatakan oleh Hassan Hashemi (Menteri Kesehatan Iran) pada bulan Desember 2013.
Silahkan Klik :
https://www.youtube.com/watch?v=3lNHuSd6Acw
Menit 00:00 – 00:30
Sebuah pertemuan yang berlangsung di Kementerian Kesehatan Iran untuk menandai hari AIDS dunia. Ulama (Pendeta Syiah Rafidhah), pasien (Syiah Rafidhah Iran) dan perwakilan organisasi internasional dan LSM menghadiri konferensi tersebut untuk mendiskusikan langkah-langkah dalam memerangi penyebaran penyakit (AIDS Syiah Iran) yang mematikan di Iran dan di seluruh dunia dengan motto "Getting to Zero". Dalam penyampaiannya di konferensi, Menteri Kesehatan Iran menyatakan keprihatinannya mengenai jumlah pasien HIV-AIDS (Syiah Iran) yang sedang “booming” di Iran. Sayyid Hassan Hashemi mengatakan bahwa saat ini penyebab utama AIDS di Iran telah bergeser dari penyalahgunaan narkoba menuju ke kontak seksual yang tidak aman.
Menit 00:31 – 00:54
Sayyed Hassan Hashemi (Menteri Kesehatan Iran)
Menurut perhitungan kami sepertinya dari tahun 2005 ke tahun 2006 mengenai jumlah pasien AIDS yang merupakan pecandu narkoba yang saling berbagi jarum suntikan diperkirakan telah menurun, tapi sayangnya jumlahnya telah meningkat pada kelompok pasien lainnya. Ia menyalahkan para pasien dalam menolak untuk mengumumkan penyakit mereka. Dan pemerintah juga menyalahkan diri kami sendiri akan penderitaan ini.
Menit 00:55 – 01:10
Para ahli mengatakan bahwa meskipun peringatan pemerintah mengenai jumlah penderita HIV AIDS di Iran masih jauh di bawah rata-rata secara global. Iran juga merupakan salah satu dari sedikitnya negara di dunia yang memberikan kebebasan dari biaya perawatan medis kepada pasien HIV-AIDS yang merupakan susunan pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Menit 01:27 – 01:45
Setiap tahunnya pada hari AIDS dunia, pasien Iran yang positif HIV mengadakan tarif amal secara simbolis di sela-sela acara. Sembari menampilkan beberapa keterampilan mereka, mereka mencoba untuk mengubah citra negatif yang masih ada terhadap mereka di masyarakat. Beberapa pasien percaya bahwa masyarakat masih mengetahui sedikit tentang mereka.
Menit 02:10 – 02:20
Mengenai jumlah pasti dari penderita AIDS di Iran saat ini tidak diketahui tetapi angka WHO menunjukkan peningkatan 50 persen yang mengejutkan dalam jumlah penderita AIDS di dunia antara tahun 2005 dan 2012.
[https://www.youtube.com/watch?v=3lNHuSd6Acw&list=UUBeJUiGXz4aii-mL0wOUwvA]