Telah kita ketahui bahwasanya Syi’ah adalah agama para
pendusta. Mereka mengaku mencintai Kaum Muslimin, namun ternyata darah dan
harta Kaum Muslimin adalah halal di dalam ‘aqidah mereka. Hal ini sebagaimana
telah diekspos pada blog lama bab takfir yang terdapat di dalamnya celaan-celaan mereka terhadap Kaum
Muslimin termasuk kepada Asy’ariyyah.
Pada tulisan kali ini kita akan membahas mengenai dakwaan
mereka yang juga telah masyhur bahwa mereka mencintai Shufiyyah, padahal
hakikatnya Shufiyyah itu sendiri amat hina dalam ‘aqidah mereka. Namun mereka
diperbolehkan untuk menyamar menjadi Shufiy dengan alasan taqiyyah.
Ulama mereka, Ayatusy-Syaithan Husain Asy-Syahrudiy pada
salah satu forum kenamaan Syi’ah yang sudah masyhur yaitu yahosein.com, ketika
ditanya mengenai Shufiy dia menjawab:
الصوفيّة فرقة منحرفة عن خط الأئمة المعصومين عليهم
السلام، بل أصلُ تأسيس هذه الفرقة كان لأجل اطفاء نور الأئمة عليهم السلام، ومنع
الناس من الاهتداء بهم والوصول الى ابوابهم والاستضاءة بنورهم، ولأجل ذلك وردت
روايات كثيرة في ذم الصوفيّة، بل يظهر من بعض الروايات أن لفظ الصوفي يشتمل على
نقص في الدين حيث ورد في حق احمد بن هلال العبرتائي قول الإمام (ع) : (احذروا
الصوفي المتصنع احمد بن هلال)
“Kaum Shufiyyah adalah firqah yang
menyimpang dari jalur para Imam makshum ‘alaihim as-salam. Bahkan asal
pendirian firqah ini adalah untuk memadamkan cahaya para Imam ‘alaihim as-salam,
menghalang-halangi manusia dari mendapatkan petunjuk para Imam, menghalangi
manusia dari mencapai kepada pintu-pintu mereka (para Imam) dan kilauan cahaya
mereka. Telah disebutkan riwayat-riwayat yang banyak mengenai celaan pada
Shufiyyah, bahkan nampak dari beberapa riwayat bahwasanya lafazh Shufiy turut
mencakup aib/celaan dalam Agama dimana telah disebutkan sabda Imam ‘alaihis
salam berkenaan hakekat Ahmad bin Hilal Al-Abarta’iy: “Berhati-hatilah kalian
dari Shufiy si pemalsu, Ahmad bin Hilal.”
واليك بعض الروايات الواردة في هذه الفرقة :
1.
في وصية النبي (ص) لأبي ذر الغفاري رحمه الله قال : يا أبا ذر، يكون في آخر الزمان
قوم يلبسون الصوف في صيفهم وشتائهم، يرون ان الفضل بذلك على غيرهم، اولئك تلعنهم
ملائكة السماوات والأرض (بحار الأنوار ج77 ص91)
Dan berikut ini pemaparan kepada anda mengenai beberapa
riwayat yang disebutkan berkenaan firqah ini (Shufiy) :
1. Dalam wasiat Nabi shallallaahu ‘alaihi wa aalihi
wasallam kepada Abu Dzar Al-Ghifariy rahimahullah, beliau bersabda: “Wahai Abu
Dzar, akan ada di akhir zaman suatu kaum yang memakai wol di musim panas dan
musim dingin mereka. Mereka memandang bahwa dengan hal itu merupakan keutamaan
(bagi mereka) atas selain mereka. Mereka adalah orang-orang yang dilaknat para
Malaikat langit dan bumi.” [Biharul Anwar, 77/91]
2.
عن الرضا عليه السلام : لا يقول بالتصوف أحد إلا لخدعة أو ضلالة أو حماقة، وأمّا
من سمّى نفسه صوفياً للتقية فلا اثم عليه.
وفي رواية أخرى عنه بزيادة قوله : وعلامته ان يكتفي
بالتسمية ولا يقول بشيء من عقائدهم الباطلة.
2. Dari Ar-Ridha ‘alaihis-salam:
“Tidaklah satu orang pun berkata/berkeyakinan mengenai tashawwuf kecuali untuk
penipuan, atau sesat, atau dia memang tolol. Adapun yang menamakan dirinya
sebagai seorang Shufiy karena taqiyyah, maka tidak ada
dosa atasnya.” Dalam riwayat lain terdapat tambahan sabda beliau: “Dan
ciri-cirinya mencukupkan dengan penamaan saja tanpa berkeyakinan dengan suatu
pun dari ‘aqidah mereka yang bathil tersebut.”
3.
عن قرب الاسناد للشيخ الاقدم علي بن بابويه القمي، بسنده عن ابي محمد العسكري (ع)
انه قال : سُئِلَ ابو عبد الله (ع) عن حال ابي هاشم الكوفي، فقال (ع) انه كان فاسد
العقيدة جداً، وهو الذي ابتدع مذهباً يقال له التصوف، وجعله مقرا[*] لعقيدته الخبيثة.
3. Dari Qurbul Isnad oleh Syaikh
‘Ali bin Babwaih Al-Qummiy dengan sanadnya, dari Abu Muhammad Al-‘Askariy
‘alaihis salam bahwasanya beliau bersabda: “Abu ‘Abdillah ‘alaihis salam
ditanya mengenai keadaan Abu Hisyam Al-Kufiy, maka beliau ‘alaihis salam bersabda
bahwa dia (Abu Hisyam Al-Kufiy) adalah orang yang ‘aqidahnya sangat rusak. Dia
membuat-buat bid’ah dengan suatu madzhab yang dinamakan tashawwuf dan dia
menjadikannya sebagai basis bagi ‘aqidahnya yang busuk.”
4.
عن البزنطي واسماعيل بن بزيع عن الرضا (ع) قال : من ذكر عنده الصوفية ولم ينكرهم
بلسانه وقلبه فليس منا، ومن أنكرهم فكأنما جاهد الكفار بين يدي رسول الله (ص).
4. Dari Al-Bizinthiy dan Isma’il bin
Yuzai’ dari Ar-Ridha ‘alaihis salam, beliau bersabda: “Barangsiapa yang tatkala
kaum Shufiyyah disebutkan di sisinya lalu dia tidak mengingkari mereka dengan
lisannya dan hatinya, maka dia bukan bagian dari kami (Syi’ah). Dan barangsiapa
yang mengingkari mereka, maka sesungguhnya dia seperti orang yang berjihad
melawan orang-orang kafir bersama Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa aalihi
wasallam.”
5.
عن البزنطي انه قال : قال رجل من أصحابنا للصادق جعفر بن محمد (ع) : قد ظهر في هذا
الزمان قوم يقال لهم الصوفية، فما تقول فيهم ؟ قال (ع) : انهم اعداؤنا فمن مال
اليهم فهو منهم، ويحشر معهم، وسيكون أقوام يدّعون حبَّنا ويميلون اليهم ويتشبّهون
بهم، ويلقِّبون أنفسهم بلقبهم، ويؤوِّلون أقوالهم، الا فمن مال اليهم فليس منّا،
وأنا منه براء، ومن أنكرهم وردّ عليهم كان كمن جاهد الكفّار بين يدي رسول الله (ص)
(سفينة البحار مادة صوف).
5. Dari Al-Bizinthiy bahwa dia
berkata, seorang dari sahabat kami bertanya kepada Ash-Shadiq Ja’far bin
Muhammad ‘alaihis salam; “Telah nampak di zaman ini suatu kaum yang menamakan
diri mereka ‘Shufiyyah’, maka apa yang anda katakan (penilaian) mengenai
mereka?” Beliau (Ja’far Ash-Shadiq) ‘alaihis salam bersabda: “Sesungguhnya
mereka adalah musuh-musuh kami. Barangsiapa yang cenderung kepada mereka maka
dia termasuk dari mereka, dan akan dibangkitkan bersama mereka. Dan akan ada
suatu kaum yang mendakwakan bahwa mereka mencintai kami. Namun mereka cenderung
kepada mereka (Shufiyyah), menyerupai mereka, melaqobkan diri mereka dengan
laqob mereka, dan menafsirkan perkataan-perkataan mereka. Maka ingatlah,
barangsiapa yang cenderung kepada mereka maka dia bukan bagian dari kami, dan
aku berlepas diri darinya. Dan barangsiapa mengingkari mereka dan membantah
mereka maka dia seperti orang yang berjihad melawan orang-orang kafir bersama
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wasallam.” [Safinatul-Bihar, Pasal
Shauf]
Kesemua riwayat yang dipaparkan tersebut turut dijadikan
Hujjah juga oleh dedengkot besar Syi’ah yakniAl-Hurr Al-‘Amiliy dimana ia menghukuminya shahih pada kitab khusus yang
disusun olehnya untuk membantah para Shufiy dengan nama:
رسالة الاثني عشرية في الرد على الصوفية
“Risalah Al-Itsna ‘Asyariyyah Fi
Ar-Raddi ‘Alaa Ash-Shufiyyah (Risalah Syi’ah 12 Imam Mengenai Bantahan Terhadap
Shufiyyah).”
Dilihat dari nama kitabnya sudah dapat dipastikan isinya
yaitu tentu saja berkenaan pendiskreditan terhadap Shufiyyah. Dan disini
Al-Hurr Al-‘Amiliy tidak sendiri, dia juga turut memaparkan puluhan ulama-ulama
besar Syi’ah yang kesemuanya membuat kitab khusus dalam membantah Shufiyyah.
Agar tulisan ini tidak berkepanjangan, nantikan pembahasan kitab tersebut bag
2.
[*]. Pada forum tertulis dengan lafazh مفرا dan itu adalah keliru, yang benar adalah مقرا sebagaimana termaktub dalam Risalah fi Ar-Radd ‘alaa Ash-Shufiyyah oleh
Al-Hurr Al-‘Amiliy hal 33.
Ini adalah pembahasan kedua setelah pembahasan pertama mengenai hakikat
pandangan Syi’ah terhadap Shufiyyah sebagai bahasan yang menyingkap dusta
mereka bahwa mereka mencintai Shufiyyah. Pada tulisan kali ini kita akan melihat hakikat Shufiyyah di
sisi Syi’ah melalui ulama besar mereka yang bernama Al-Hurr Al-‘Amiliy (1033 H
– 1104 H) dengan kitabnya yang dia susun secara khusus dalam membantah para
Shufiy, yaitu “Risalah fi Al-Radd ‘alaa Ash-Shufiyyah”.
Di dalamnya dia juga turut memaparkan puluhan ulama-ulama
besar Syi’ah yang kesemuanya membuat kitab khusus dalam membantah Shufiyyah
baik terhadap Shufiyyah yang berfaham wahdatul wujud maupun kepada tashawwuf
yang sebatas dalam pengertian tazkiyatun-nufus. Bahkan mereka juga mencela
meski hanya sekedar penisbatan nama Tashawwuf dan Shufiyyah itu sendiri. Dan
ini akan kita buktikan dengan pemaparan tuduhan-tuduhan mereka terhadap para
Imam Ahlus Sunnah yang identik dengan “tashawwuf” padahal mereka berlepas diri
dari keyakinan wahdatul wujud.
Bisa dilihat pada maktabah Syi’ah secara online berikut
dan ini adalah hal. 1 sebagaimana tertera nama judul kitab tersebut: http://shiaonlinelibrary.com/الكتب/4028_الإثنا-عشرية-الحر-العاملي/الصفحة_0?pageno=1#top
Kitab ini berjumlah 202 halaman. Tentu tidak akan
dipaparkan kesemuanya disini, hanya beberapa darinya sebagai garis besar dari
isi kitab ini. Meski sebenarnya hanya dengan melihat dari nama kitab tersebut
tanpa membahasnya pun maka kita sudah bisa memastikan isinya yaitu
pendiskreditan terhadap Shufiyyah.
I. Sebab Penulisan Kitab Dan Pencelaan Nama Shufiyyah
Pada halaman awal-awalnya, ia berkata bahwa diantara
sebab penulisan kitab tersebut adalah sebagai nasihat kepada orang-orang Syi’ah
yang memiliki kecenderungan terhadap Shufiyyah agar meninggalkannya dan kembali
ke ajaran Ahlul Bait (versi Syi’ah). Dia berkata:
لما رأيت كثيرا من ضعفاء الشيعة قد خرجوا عن طريق
قدمائهم وأئمتهم في أحكام الشريعة وسلكوا مسالك أعدائهم المعاندين الذين تركوا
الرجوع إليهم عليهم السلام في أحكام الدين، فابتدعوا لأنفسهم تسمية دينية فتسموا
بالصوفية ولم ينتسبوا إلى النبي والأئمة عليهم السلام، الذين هم خير البرية،
فاستلزم ذلك موافقة الاعتقاد والأعمال من هؤلاء الضعفاء لأولئك الأعداء الأشقياء
حيث كانوا يغرون الناس بإظهار التقوى واستشعار الزهد في الدنيا زيادة عما كان
يظهره الأئمة عليهم السلام من ذلك
“Tatkala aku melihat banyak
orang-orang lemah (bodoh) dari kalangan Syi’ah telah keluar dari jalan para
pendahulu mereka dan para Imam mereka dalam hukum-hukum Syari’ah, lalu mereka
berjalan di jalan-jalannya para musuh-musuh mereka (yaitu) para pembangkang
yang meninggalkan perujukan kepada para Imam ‘alaihim as-salam dalam
hukum-hukum agama. Mereka membuat bid’ah dengan penamaan diniyyah untuk diri mereka yang mereka namakan dengan Shufiyyah. Mereka tidak menisbatkan kepada Nabi dan para Imam
‘alaihim as-salam yang mereka adalah khairul bariyyah dimana hal itu tentu
melazimkan kesepakatan i’tiqad dan ‘amal orang-orang lemah dari kalangan Syi’ah
itu kepada para musuh yang celaka tersebut yang dimana mereka memperdaya
orang-orang dengan menampakkan ketakwaan dan merasakan kezuhudan dalam dunia
sebagai tambahan dari apa yang telah ditampakkan oleh para Imam ‘alaihim
as-salam mengenai hal itu.” [Risalah fi Al-Radd ‘alaa Ash-Shufiyyah, hal. 3 – 4]
Lalu bagaimana bisa ajaran tashawwuf dihalalkan di sisi
Syi’ah sedangkan dengan menisbatkan diri pada namanya sendiri saja (tashawwuf)
sudah terlarang dan merupakan kehinaan?
II. Terdiri dari 12 Bab, 12 Pasal, dan 12 Dalil Dari Tiap-Tiap Bab Dan Pasal.
Kitab ini disusun olehnya dalam 12 bab dan 12 pasal,
sebagaimana setelah ia berkata di atas yang nampak pada hal. 3 – 4 dari kitab
tersebut, dia berkata:
وسميتها الرسالة الاثني عشرية في الرد على الصوفية
والله أسأل أن يسهل إتمامها على أحسن الوجوه وأن يهدي بها من يلتمس الهدى ويرجوه
وهي مرتبة على أبواب وفصول
“Aku menamakannya (kitab ini) dengan “Ar-Risalah Al-Itsna
‘Asyariyyah fi Al-Radd ‘alaa Ash-Shufiyyah”. Aku memohon kepada Allah untuk
memudahkan penyempurnaannya (penyelesaiannya) kepada sebaik-sebaik bentuk
(pembahasan). Dan agar memberikan Hidayah dengannya kepada siapa pun yang
mencarinya dan mengharapkannya. Kitab ini tersusun dengan beberapa bab dan
pasal.”
أما الأبواب فهي اثنا عشر:
“Adapun bab-babnya, maka ia berjumlah 12 bab.”
Diantara bab-babnya (hal. 4) :
الأول: في إبطال هذه النسبة وذمها.
“Pertama: Mengenai Pembatalan Penisbatan ini (Shufiyyah) dan Celaannya.”
الثاني: في إبطال التصوف وذمه عموما.
“Kedua:
Mengenai Pembatalan Tashawwuf dan Celaannya Secara Umum.” (Dapat difahami bahwa hal ini mencakup kesemuanya baik
yang berfaham wahdatul wujud ataupun tidak sebagaimana dijelaskan pada awal
pemaparan di atas).
الحادي عشر: في إبطال ما يفعلونه من الذكر الخفي
والجلي على ما ابتدعوه.
“Kesebelas:
Mengenai Pembatalan Apa Yang Mereka Kerjakan Dari Dzikir Khafiy Dan Dzikir
Jaliy Berdasarkan Apa Yang Mereka Bid’ah-kan Padanya.”
Adapun mengenai pasal-pasalnya, ia juga berjumlah 12
pasal. Diantaranya (lihat hal. 5) :
الثالث: في ذكر بعض مطاعن مشائخ الصوفية وسادتهم
وكبرائهم وما ظهر من قبائحهم وفضائحهم.
“Ketiga:
Mengenai Penyebutan Sebagian Celaan Syaikh-Syaikh Shufiyyah, Saadah Mereka, dan
Pembesar-Pembesar Mereka. Serta Apa Yang Nampak Dari Kebusukan-Kebusukan Mereka
Dan Skandal-Skandal Mereka.”
التاسع: في جواز لعن المبتدعين والبراءة منهم بل
وجوبهما.
“Kesembilan:
Mengenai Pembolehan Melaknat Para Ahlul Bid’ah Dan Berlepas Diri Dari Mereka.
Bahkan Keduanya (Melaknat dan Berlepas Diri) adalah Wajib.”
Dan perlu diketahui, bahwa Ahlul Bid’ah di mata Syi’ah
adalah Ahlus Sunnah seluruhnya dan memang diwajibkan melaknat Ahlus Sunnah.
Lebihnya dapat dibaca disini dan disini.
الحادي عشر: في عدم جواز حسن الظن بالعامة واتباع شئ
من طريقتهم المختصة بهم.
“Kesebelas:
Mengenai Tidak Adanya Pembolehan Dalam Berhusnuzhan Kepada ‘Ammah dan Mengikuti
Sesuatu Pun Dengan Mereka Dari Thariqah Mereka Yang Khusus.”
‘Ammah adalah
salah satu sebutan Syi’ah untuk Ahlus Sunnah. Lebihnya dapat dibaca disini.
Kemudian, setelah menyebutkan pasal ke-12, Al-Hurr
Al-‘Amiliy menyatakan bahwa setiap dalil yang akan didatangkannya dari
tiap-tiap bab dan pasal berjumlah 12 dalil yang mencakup penghujjahan secara
aql dan naql yaitu riwayat mereka yang shahih. Dia berkata (hal. 5) :
وسأذكر في جميع الأبواب والفصول في الاحتجاج على كل
واحد من هذه المطالب والأصول اثني عشر وجها من الأدلة، أما من صريح العقل
والاعتبار، أو من صحيح النقل والأخبار إن شاء الله تعالى
“Dan akan aku sebutkan dalam
keseluruhan bab dan pasal dalam berhujjah pada setiap masing-masing tema
pembahasannya dan permulaannya dengan 12 dalil dari aql dan i’tibar yang sharih
atau dari naql dan riwayat-riwayat yang shahih. Insya Allahu Ta’ala.”
III. Puluhan ‘Ulama Besar Syi’ah Membantah Shufiyyah
السابع: إجماع جميع الشيعة الإمامية واتفاق الفرقة
الاثني عشرية على ترك هذه النسبة واجتنابها مباينة أهلها في زمن الأئمة عليهم
السلام وبعده إلى قريب من هذا الزمان لم يكن أحد من الشيعة صوفيا أصلا كما يظهر
لمن تتبع كتب الحديث والرجال وسمع الأخبار، بل لا يوجد للتصوف وأهله في كتب الشيعة
وكلام الأئمة عليهم السلام ذكر إلا بالذم، وقد صنفوا في الرد عليهم كتبا متعددة
ذكروا بعضها في فهرست كتب الشيعة (1) وقد نقل الاجماع منهم جماعة من الأجلاء يأتي
ذكر بعضهم إن شاء الله فكيف جاز الآن لضعفاء الشيعة الخروج عن هذا الاجماع وعن
طريقة أهل العصمة؟!
“Yang ketujuh: Ijma’ seluruh Syi’ah Imamiyyah dan kesepakatan kelompok
Itsna ‘Asyariyyah (Syi’ah) meninggalkan penisbatan ini (Shufiyyah) dan
menjauhinya. Berpisah dari orang-orangnya. Pada zaman para Imam
‘alaihim as-salam dan setelahnya hingga dekat zaman ini (zaman Al-Hurr
Al-‘Amiliy) tidak ada satu pun dari Syi’ah yang dia adalah seorang Shufiy
secara asal sebagaimana yang nampak bagi siapa pun yang melihat ke dalam
kitab-kitab hadits dan rijal (Syi’ah) serta mendengarkan riwayat-riwayat.
Bahkan tidak ada penyebutan tashawwuf dan orang-orangnya dalam kitab-kitab
Syi’ah dan sabda para Imam ‘alaihim as-salam kecuali dengan celaan. Para ulama
(Syi’ah) telah menyusun mengenai bantahan kepada mereka (Shufiyyah) dengan
kitab-kitab yang berjumlah. Sebagiannya mereka turut menyebutkannya dalam
fihrist kitab-kitab Syi’ah.(1) Telah dinukilkan ijma’ dari mereka, yaitu
kelompok dari para ulama yang mulia yang akan datang penyebutan sebagian
mereka, Insya Allah. Maka bagaimana boleh bagi orang-orang lemah dari kalangan
Syi’ah keluar dari ijma’ (kesepakatan) ini dan (keluar pula) dari thariqah
Ahlul ‘Ismah (para Imam Makshum) ?!”
Perhatikan adanya no.1 pada teks di atas, lalu lihat pada
footnotenya di hal. 14. Pentahqiq langsung menyebutkan sebagian dari ulama
besar Syi’ah yang membantah Shufiyyah dengan kitab-kitab mereka, diantara
mereka yaitu:
(١)
نذكر بعضها:
(١) الرد على الصوفية للمحقق القمي (قدس سره) ٢ - الرد
على الصوفية للمولى أحمد بن محمد التوني أخ المولى عبد الله التوني صاحب الوافية.
3
- الرد على الصوفية للمولى إسماعيل بن محمد بن حسين المازندراني المشهور
بالخواجوئي.
4
- الرد على الصوفية للسيد أعظم علي البنكوري.
5
- الرد على الصوفية مستخرجا عن كتاب حديقة الشيعة (للأردبيلي) استخرجه بعض
معاصريه.
6
- الرد على الصوفية فارسي لبعض أمراء عصر فتح علي شاه.
7
- الرد على الصوفية فارسي لبعض العلماء (محمد رفيع التبريزي - ط) الموجود في مكتبة
العالم الفاضل السيد مهدي الحسيني اللازوردي.
8
- الرد على الصوفية للأمير محمد تقي الكشميري.
9
- الرد على الصوفية للمولى حسن بن محمد علي اليزدي.
10
- الرد على الصوفية للسيد دلدار علي المجاز من سيدنا بحر العلوم.
11
- الرد على الصوفية للحاج محمد رضى القزويني 12 - الرد على الصوفية للمولى محمد
طاهر بن حسين الشيرازي النجفي القمي.
13
- الرد على الصوفية للشيخ علي بن الميرزا فضل الله المازندراني.
14
- الرد على الصوفية للسيد محمد علي بن محمد مؤمن طباطبائي.
15
- الرد على الصوفية فارسي للسيد فاضل ابن سيد قاضي الهاشمي.
16
- الرد على الصوفية للشيخ محمد بن عبد علي القطيفي.
17
- الرد على الصوفية للمولى مطهر بن محمد المقدادي فارسي.
18
- الرد على الصوفية فارسي للمولى فتح الله المتخلص (وفائي) وغيرها من الكتب
المطبوعة والمخطوطة.
“Kami
sebutkan sebagiannya, yaitu:
1. Ar-Raddu ‘alaa Ash-Shufiyyah oleh Al-Muhaqqiq
Al-Qummiy.
2. Ar-Raddu ‘alaa Ash-Shufiyyah oleh Al-Maula Ahmad bin
Muhammad At-Tuniy saudara Al-Maula ‘Abdullah At-Tuniy, penulis kitab
Al-Wafiyah.
3. Ar-Raddu ‘alaa Ash-Shufiyyah oleh Al-Maula Isma’il bin Muhammad bin Husain
Al-Mazandaraniy yang masyhur dengan nama Al-Khawaju’iy.
4. Ar-Raddu ‘alaa Ash-Shufiyyah oleh As-Sayyid A’zham ‘Ali Al-Bankuriy.
5. Ar-Raddu ‘alaa Ash-Shufiyyah, yang merupakan mustakhraj kitab
Hadiqatusy-Syi’ah oleh Al-Ardabiliy. Beberapa mu’ashir telah menistakhrajnya.
6. Ar-Raddu ‘alaa Ash-Shufiyyah Faarisiy oleh sebagian umara, Fath ‘Ali Syah.
7. Ar-Raddu ‘alaa Ash-Shufiyyah Faarisiy oleh sebagian
ulama, Muhammad Rafi’ At-Tibriziy, yang berada di Maktabah Al-‘Alim Al-Fadhil
As-Sayyid Mahdi Al-Husainiy Al-Lazawardi.
8. Ar-Raddu ‘alaa Ash-Shufiyyah oleh Amir Muhammad Taqi Al-Kasymiriy.
9. Ar-Raddu ‘alaa Ash-Shufiyyah oleh Al-Maula Hasan bin Muhammad ‘Ali
Al-Yazdiy.
10. Ar-Raddu ‘alaa Ash-Shufiyyah oleh As-Sayyid Dildar ‘Ali Al-Majaz.
11. Ar-Raddu ‘alaa Ash-Shufiyyah oleh Al-Hajj Muhammad Ridha Al-Qazwainiy.
12. Ar-Raddu ‘alaa Ash-Shufiyyah oleh Al-Maula Muhammad bin Thahir bin Husain
Asy-Syirazi An-Najafiy Al-Qummiy.
13. Ar-Raddu ‘alaa Ash-Shufiyyah oleh Asy-Syaikh ‘Ali bin Al-Mirza Fadhlullah
Al-Mazandaraniy.
14. Ar-Raddu ‘alaa Ash-Shufiyyah oleh As-Sayyid Muhammad ‘Ali bin Muhammad
Mu’min Ath-Thabathaba’iy.
15. Ar-Raddu ‘alaa Ash-Shufiyyah Faarisiy oleh As-Sayyid Fadhil bin Sayyid
Qadhiy Al-Hasyimiy.
16. Ar-Raddu ‘alaa Ash-Shufiyyah oleh Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdul ‘Ali
Al-Quthaifiy.
17. Ar-Raddu ‘alaa Ash-Shufiyyah oleh Al-Maula Muthahhar bin Muhammad
Al-Miqdadiy Farisiy.
18. Ar-Raddu ‘alaa Ash-Shufiyyah Farisiy oleh Al-Maula Fathullah
Al-Mutakhallish, dan yang lain-lainnya dari kitab-kitab yang telah dicetak
maupun manuskrip.
Dan pada hal. 45, Al-Hurr Al-‘Amiliy memaparkan beberapa
ulama besar Syi’ah lainnya yang membantah Shufiyyah beserta pemaparan oleh
Al-Hurr Al-‘Amiliy mengenai kedudukan mereka yang tinggi di sisi Syi’ah dan
kitab-kitab yang ditulis mereka dalam membantah Shufiyyah. Diantara mereka
adalah:
1. Asy-Syaikh Al-Mufid Muhammad bin Muhammad bin An-Nu’man. (hal. 46)
2. Asy-Syaikh Al-Jalil Ra’isul-Muhadditsin Abu Ja’far bin
Babwaih (hal. 48)
3. As-Sayyid Al-Ajal Al-Musthafa ‘Ilm Al-Huda (hal. 49)
4. Asy-Syaikh Al-Jalil Ra’isuth-Tha’ifah Abu Ja’far
Ath-Thusiy (hal. 49)
5. Ibnu Hamzah (hal. 49)
6. Asy-Syaikh Al-Jalil Al-Mu’tamad bin Muhammad Ad-Darwisiy. (hal. 49)
7. Al-‘Allamah Asy-Syaikh Jamaluddin Al-Hasan bin
Al-Muthahhar Al-Hilliy (hal. 49)
8. Asy-Syaikh ‘Ali bin ‘Abdul ‘Ali Al-‘Amiliy Al-Kurkiy (hal. 50)
9. Al-Muhaqqiq Asy-Syaikh Hasan (hal. 50)
10. Maulana Al-Ajal Al-Akmal Mula Ahmad Al-Ardabiliy (hal. 51)
11. As-Sayyid Al-Jalil Abu Al-Ma’aliy Muhammad bin Ahmad bin
‘Abdullah Al-Hasaniy (hal. 52)
12. Asy-Syaikh Al-Jalil Bahauddin (hal. 53)
Diantara mereka di atas terdapat yang membantah ashhaab
Al-Hallaj seperti Al-Mufid dan membantah pemahaman wahdatul wujud. Dalam hal
ini memang tidak masalah sebab Ahlus Sunnah sendiri berlepas diri dari Al-Hallaj
dan pemahaman menyimpang yang demikian. Namun permasalahannya sebagaimana telah
dijelaskan adalah celaan Syi’ah terhadap tashawwuf bersifat menyeluruh hingga
dalam menggunakan nama tashawwuf itu sendiri adalah terlarang. Oleh karena itu
mereka turut melontarkan tuduhan-tuduhan terhadap Imam Al-Ghazaliy, Imam Hasan
Al-Bashriy, dan yang lainnya dari Imam-Imam Ahlus Sunnah yang identik dengan
“tashawwuf” (dengan tanda kutip) padahal para Imam tersebut berlepas diri dari
wahdatul wujud.
IV.
Tuduhan Keji Terhadap Sufyan Ats-Tsauriy, Hasan
Al-Bashriy, dan Al-Ghazaliy.
Pada hal. 15, Al-Hurr Al-‘Amiliy menyatakan:
قال بعض المحققين من مشايخنا المعاصرين: اعلم أن هذا
الاسم وهو اسم التصوف كان مستعملا في فرقة من الحكماء الزايغين عن الصواب، ثم
بعدهم في جماعة من الزنادقة وأهل الخلاف من أعداء آل محمد عليهم السلام كالحسن
البصري (1) وسفيان الثوري (2) ونحوهما. ثم جاء فيمن جاء بعدهم
وسلك سبيلهم كالغزالي (3) رأس الناصبين لأهل البيت ولم يستعمله أحد من الإمامية لا
في زمن الأئمة عليهم السلام ولا بعده إلى قريب من هذا الزمان
“Telah berkata sebagian muhaqqiq
dari guru-guru mu’ashirin kami : “Ketahuilah, sesungguhnya nama ini yaitu nama tashawwuf adalah nama yang digunakan dalam firqah para hakim yang menyimpang dari
kebenaran. Kemudian setelah mereka digunakan oleh kelompok dari orang-orang
zindiq dan para penyelisih dari musuh-musuh Aalu Muhammad (Ahlul-Bait) ‘alaihim
as-salam seperti Hasan Al-Bashriy, Sufyan Ats-Tsauriy, dan yang
seperti keduanya. Kemudian datang (digunakan) oleh orang yang datang
setelah mereka dan menempuh jalan mereka seperti Al-Ghazaliy sang pemimpin para Nashibi yang menentang Ahlul Bait. Nama tersebut (tashawwuf)
tidak digunakan oleh satu pun dari Syi’ah Imamiyyah. Tidak pada zaman para Imam
‘alaihim as-salam dan tidak pula setelahnya hingga dekat dari zaman ini.”
Sebagaimana Al-Hurr Al-‘Amiliy juga membuat bahasan
khusus mengenai Imam Al-Ghazaliy beserta tuduhan yang dilontarkan kepada beliau
pada hal. 163 sebagai cabang dari pasal ke-3. Juga pasal khusus mengenai Hasan
Al-Bashriy pada hal. 171 (setelah pembahasan Ibnu ‘Arabiy) dan turut
dilontarkan tuduhan dan celaan terhadapnya berdasarkan riwayat-riwayat Syi’ah.
Begitu juga terhadap Sufyan Ats-Tsauriy yang dia membuat pasal khusus berkenaan
dengannya pada hal. 174. Dan Abu Bakr Al-Baghdadiy hal. 180. Maka semakin
jelaslah bahwa Syi’ah memang benar-benar berlepas diri dari tashawwuf baik yang
berfaham wahdatul wujud ataupun tidak.
Dan yang demikian turut pula dinukil oleh dedengkot
Nikmatullah Al-Jazairy (1050 H – 1112 H) dalam kitabnya Al-Anwar An-Nu’maniyyah
pada bab khusus berkenaan Nashibiy dan Shufiy yaitu:
ظلمة حالكة في بيان أحوال الصوفية والنواصب
“Kegelapan
Hitam: Mengenai Penjelasan Keadaaan Shufiyyah dan Nawashib.” [Al-Anwar An-Nu’maniyyah 2/193, cet. Darul-Qari]. Dengan sedikit perbedaan lafazh namun semakna, terdapat
penambahan Abu Hisyam Al-Kufiy seperti berikut:
Adapun penyebutan Al-Ghazaliy dalam bab di atas dari
Al-Anwar An-Nu’maniyyah bisa dilihat pada halaman-halaman berikutnya yaitu hal.
196.
V. Beberapa Riwayat Berkenaan Celaan Terhadap Shufiyyah
Pada hal. 28 – 29 , Al-Hurr Al-‘Amiliy berkata:
ما رواه مولانا الأجل الأكمل ملا أحمد الأردبيلي قدس
الله روحه في كتاب حديقة الشيعة قال: نقل الشيخ المفيد محمد بن محمد بن النعمان
رضي الله عنه عن محمد بن الحسين بن أبي الخطاب أنه قال: كنت مع الهادي علي بن محمد
عليهما السلام في مسجد النبي صلى الله عليه وآله فأتاه جماعة من أصحابه منهم أبو
هاشم الجعفري كان رجلا بليغا وكانت له منزلة عنده عليه السلام ثم دخل المسجد جماعة
من الصوفية وجلسوا في ناحية مستديرا وأخذوا بالتهليل فقال عليه السلام لا تلتفتوا
إلى هؤلاء الخداعين فإنهم خلفاء الشيطان ومخربوا قواعد الدين
“Apa yang diriwayatkan oleh maula
kami Al-Ajal Al-Akmal Mula Ahmad Al-Ardabiliy dalam kitabnya Hadiqatusy-Syi’ah,
beliau berkata, Asy-Syaikh Al-Mufid Muhammad bin Muhammad bin An-Nu’man telah
menukil dari Muhammad bin Al-Husain bin Abi Al-Khaththab bahwasanya beliau
berkata, aku pernah bersama Al-Hadiy ‘Ali bin Muhammad ‘alaihimas-salam di
dalam Masjid Nabi shallallaahu ‘alaihi wa aalihi, lalu datang sekelompok dari
sahabat beliau, diantara mereka adalah Abu Hisyam Al-Ja’fariy. Dia adalah
seorang yang baligh (fasih pent-) dan memiliki kedudukan di sisi beliau ‘alaihis salam. Kemudian
sekelompok Shufiyyah masuk ke dalam Masjid dan mereka duduk di suatu sisi
secara melingkar lalu mereka ber-tahlil. Maka bersabdalah Imam (‘Ali Al-Hadiy)
‘alaihis salam: “Janganlah kalian meminta nasihat kepada mereka para penipu itu
karena sesungguhnya mereka adalah para pengganti setan dan para perusak
kaidah-kaidah agama.”
Masih pada kelanjutan beberapa setelahnya nya di hal. 29
:
فلا يتبعهم إلا السفهاء ولا يعتقدهم إلا الحمقى (الحمقاء
- خ) فمن ذهب إلى زيارة أحدهم حيا وميتا فكأنما ذهب إلى زيارة الشيطان وعبادة
الأوثان ومن أعان أحدا منهم فكأنما أعان يزيد ومعاوية وأبا سفيان.
“Maka tidaklah akan mengikuti mereka
kecuali orang-orang bodoh dan tidaklah meyakini mereka kecuali orang-orang
tolol. Barangsiapa yang pergi berziarah kepada satu pun dari mereka baik saat
mereka hidup dan mati maka sesungguhnya dia pergi menziarahi setan dan
pengibadahan berhala. Dan barangsiapa yang menolong/membantu satu pun dari
mereka maka sesungguhnya dia menolong/membantu Yazid, Mu’awiyyah dan Abu
Sufyan.”
Masih di halaman yang sama dalam riwayat tersebut:
والصوفية كلهم مخالفونا وطريقتهم مغايرة لطريقتنا وإن
هم إلا نصارى أو مجوس هذه الأمة أولئك الذين يجهدون في إطفاء نور الله بأفواههم
والله متم نوره ولو كره الكافرون
“Dan Shufiyyah, mereka seluruhnya
adalah para penyelisih kami dan thariqah mereka adalah bertentangan dengan
thariqah kami. Tidaklah mereka kecuali nashrani atau majusinya umat ini. Mereka
adalah orang-orang yang berusaha memadamkan Cahaya Allah dengan mulut
(ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun
orang-orang kafir benci.”
Pada hal. 34 disebutkan riwayat yang mereka sandarkan
kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam, dan riwayat ini adalah riwayat dusta
di sisi Ahlus Sunnah:
السابع: ما رواه شيخنا الأجل الأفضل الشيخ بهاء الدين
محمد العاملي قدس سره في كتاب الكشكول قال قال النبي صلى الله عليه وآله لا تقوم
الساعة على أمتي حتى يخرج قوم من أمتي اسمهم صوفية ليسوا مني وإنهم يهود أمتي
يحلقون للذكر، ويرفعون أصواتهم بالذكر يظنون أنهم على طريق الأبرار بل هم أضل من
الكفار وهم أهل النار لهم شهقة كشهقة الحمار وقولهم قول الأبرار وعملهم عمل الفجار
وهم منازعون للعلماء ليس لهم إيمان وهم معجبون بأعمالهم ليس لهم من عملهم إلا
التعب.
“Yang ketujuh: apa yang diriwayatkan
oleh guru kami Al-Ajal Al-Afdhal Asy-Syaikh Bahauddin Muhammad Al-‘Amiliy dalam
kitab Al-Kasykul. Bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa aalihi bersabda: “Tidak
akan tegak hari kiamat atas umatku hingga keluar suatu kaum dari umatku yang
nama mereka adalah Shufiyyah. Mereka bukan bagian dari kami dan sesungguhnya
mereka adalah yahudinya umatku. Mereka membuat
halaqah untuk berdzikir, mereka mengeraskan suara mereka dengan dzikir mereka
tersebut, dan mereka menyangka bahwa mereka berada di atas jalannya orang-orang
yang mulia padahal mereka lebih sesat daripada orang-orang kafir dan mereka adalah Ahlun-Naar. Mereka memiliki
lenguhan seperti lenguhan keledai. Perkataan mereka adalah perkataan
orang-orang baik namun amalan mereka adalah amalan orang-orang keji. Mereka
adalah penentang para ‘Ulama. Tidak ada Iman pada mereka. Mereka takjub dengan
amalan-amalan mereka, (padahal) tidak terdapat dari amalan mereka kecuali
kelelahan.”
VI.
Kesimpulan
Telah jelas dan sangat jelas bahwa Shufiyyah amat tercela
dalam ‘aqidah Syi’ah baik yang berfaham wahdatul wujud maupun tashawwuf dalam
pengertian sebatas tazkiyatun-nufus. Dan sangat jelas pula betapa berdustanya
kaum Syi’ah yang terkenal koar-koar bahwa mereka mecintai ini dan itu termasuk
di dalamnya Shufiyyah, padahal yang dicintai amat hina dalam ‘aqidah Syi’ah
sendiri.
Maka jika didapati orang Syi’ah yang memiliki
kecendrungan terhadap tashawwuf, ia tidak lepas dari dua keadaan berikut:
1. Taqiyyah
Sebagaimana yang sudah dijelaskan bahwa mereka
diperbolehkan untuk menjadi seorang penganut firqah hina sebagaimana di mata
mereka sendiri untuk suatu tujuan dengan bertopengkan taqiyyah. Banyak cara
yang dilakukan Syi’ah agar bisa masuk ke tengah-tengah kaum Muslimin, yang salah satunya adalah melalui Shufiyyah. Terbukti, Syi’ah semakin meluas setelah sebelumnya terjadi taqrib antara Syi’ah dengan Shufiyyah. Maka jangan heran apabila
melihat ada dari ulama Syi’ah sekarang yang terlihat keshufi-shufian.
Dan fakta sejarah turut membuktikan bahwa tumpahnya darah
kaum Muslimin tidak lepas dari faktor kelicikan Syi’ah yang menikam dari dalam.
Diantaranya sebagaimana yang dinyatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah
rahimahullah:
إن أصل كل فتنة وبلية
هم الشيعة، ومن انضوى إليهم، وكثير من السيوف التي سلت في الإسلام إنما كان من
جهتهم، وبهم تسترت الزنادقة
“Sesungguhnya asal dari setiap
fitnah dan bencana adalah Syi’ah dan orang yang mengikuti mereka. Kebanyakan
pedang yang menumpahkan darah dalam Islam (Kaum Muslimin) sesungguhnya adalah
dari mereka. Dan pada mereka bersembunyi para zindiq.” [Minhajus-Sunnah, 2/243]
2. Bodoh
Diantara mereka (Syi’ah) terdapat dari kalangan awamnya
yang memang menyukai tashawwuf, tapi mereka tidak mengetahui hakikat tashawwuf
itu sendiri dalam ‘aqidah mereka. Mereka hanya membebek kepada ustadz dan ulama
mereka yang terlihat keshufi-shufian tanpa mereka ketahui tujuan dari ulama
mereka tersebut.
Wallaahul Musta’aan.
– Jaser Leonheart –
Untuk pendalaman silahkan baca :
Syiah Sufistis: Infiltrasi Syiah di Tubuh Sufi
(1/3)
Syiah Sufistis: Infiltrasi Syiah di Tubuh Sufi
(2/3)
Syiah Sufistis: Infiltrasi Syiah di Tubuh Sufi
(3/3)