Hauzah Ilmiah di Iran adalah institusi resmi
pengkaderan ulama-ulama Syiah yang mencetak para mujtahid, ayatullah dan lain
sebagainya.
Membaca ini akan terbayang di benak kita sebuah madrasah hebat yang mengajarkan
ilmu-ilmu agama Islam secara mendalam dan komprehensif dimulai dari pengajaran
Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian ilmu-ilmu
pokok lainnya seperti fiqh, tafsir, tarikh, bahasa arab dan lain sebagainya.
Namun ‘pesantren’ syiah ini beda dengan sekolah atau institusi agama
lainnya, pasalnya Al-Qur’an sebagai pedoman utama dalam beragama dan
mendalami ilmu agama Islam ternyata tidak dipelajari di jantung pengkaderan
ulama Syiah tersebut, bagaimana bisa? Silakan baca pengakuan dari ulama-ulama
mereka sendiri di bawah ini,
Khomeini, “Wahai murid-murid Hauzah dan universitas-universitas ahli
tahkik, bangkit dan selamatkanlah Al-Qur’an dari kejahatan orang-orang jahil
dan ulama suu’ yang menyerang Al-Qur’an dengan sengaja. Perlu diketahui, saya
berkata dengan rendah hati bukan dengan cara biasa, saya sangat bersedih,
karena hidupku yang telah berlalu di atas jalan kesesatan dan kebodohan.
Untukmu wahai anak-anak Islam yang pemberani, bangkitkanlah hauzah serta
universitas-universitas agar bisa menoleh kepada Al-Qur’an. Jadikanlah
pengajaran Al-Qur’an ada di setiap cabang-cabangnya sejauh pandanganmu dan
tujuanmu yang tertinggi, agar anda semua tidak ditakdirkan oleh Allah untuk
menyesal di akhir usia kalian ketika kelemahan dan usia tua menghalangi anda
beramal kemudian anda menyesali usia muda yang telah lewat, sebagaimana yang
penulis alami sendiri” (Al-Qur’an, Ats-Tsaql Al-Akbar, Khomeini, hal 33,
Al-Qur’an Bab Al-Ma’rifah, hal 68-69)
Ali Khamene’i “Hauzah Ilmiah (sekarang
ini), merupakan hasil dari keadaannya yang jika dilihat dari sejarah tidak
punya perhatian yang besar terhadap Al-Qur’an serta pelajaran-pelajaran Qur’ani,
kondisi ini (jauhnya Hauzah dari Al-Qur’an serta ilmu-ilmunya) memberikan
dampak yang sangat besar terhadap jalannya pembelajaran dan pengajaran di
Hauzah Ilmiah, sama saja jika dilihat dari sisi ilmu-ilmu umum atau dari sisi
ilmu muamalah.”
“Sesungguhnya sikap menutup diri dan menjauh dari Al-Qur’an yang terjadi
di Hauzah-hauzah Ilmiahmenyebabkan terjadinya masalah-masalah yang banyak pada
masa kini dan kedepannya, begitu juga jauhnya kita dari Al-Qur’an menyebabkan
pendeknya pandangan kita dalam menganalisa sesuatu”
“Diantara yang membuat kita heran adalah bahwa seorang penuntut ilmu agama
sangat mungkin menjadi seorang alim dan mujtahid dalam masalah-masalah
keislaman, pemikiran, serta fiqh dengan tidak bersentuhan dengan Al-Qur’an
yang merupakan kitab wahyu!”
“Di antara yang membuat kita bersedih adalah bahwa dengan mudah kita memulai
pelajaran dan mendalaminya sampai pada taraf menerima ijazah ‘ijthad’ tanpa
harus merujuk kepada Al-Qur’an walau cuma satu kali, kenapa bisa begini? Karena
pelajaran-pelajaran kita tidak terikat dengan Al-Qur’an”!
“Di dalam Fiqh terdapat ayat-ayat Al-Qur’an akan tetapi itupun tidak
dipelajari, dan tidak diteliti dalam bentuk yang mendalam sebagaimana yang
terdapat dalam riwayat-riwayat”
“Dari sini, solusinya adalah mengembalikan setiap perkara ke sumber asalnya
yang benar, dan membangun ilmu-ilmu Islam di atas Kitab dan Sunnah, bukan
berubah kepada pengetahuan-pengetahuan yang dibangun di atas dengan
mengenyampingkan Kitab dan Sunnah, kemudian pelajaran Kitab dan Sunnah beralih
ke pelejaran-pelajaran yang tidak pokok, ini merupakan hambatan untuk sampai
pada sebuah tujuan, karena sesungguhnya kita membutuhkan ushul, fiqh, mantiq,
ilmu bahasa arab dan selainnya untuk memahami Kitab dan Sunnah, bukan
sebaliknya” (Al-Hauzah Al-Ilmiyyah fi Fikril Imam Al-Khamene’i, Markaz
Takhtit wal Manahij Ad- Dirasah, hal 59-60. Dan juga Tsawabit wa Mutaghayyiraat
Al-Hauzah Al-Ilmiyyah, Dr. Ja’far Al-Baaqiri, hal 110-112)
Husein Fadhlullah, “Kita telah dikagetkan
dengan kenyataan bahwa ternyata Hauzah Ilmiah di Najaf, Qom atau yang
lainnya tidak memiliki motede pembelajaran Al-Qur’an sama sekali” (Tsawabit
wa Mutaghayyiraat Al-Hauzah Al-Ilmiyyah, Dr. Ja’far Al-Baaqiri, hal 111)
Muh. Ya’qubi, “Saya telah katakan di
beberapa buku saya, bahwa di antara hal yang sangat disayangkan adalah
hilangnya Al-Qur’an dari metode pengajaran di hauzah, saya telah menyusun
dengan bentuk yang tidak membuat seorang penuntut ilmu harus membahas Al-Quran
Al-Karim secara mendalam dari awal ia belajar hingga akhir. Kemudian ia tidak
akan menyentuh pembahasan Al-Qur’an kecuali ketika mencari dalil atas sebuah kaidah
nahwu, atau penelitian ushuli serta masalah fiqh, akhirnya menjadi penelitian
lewat akal semata, sedangkan Al-Qur’an tidak dijadikan gizi bagu hati, ruh
serta obat bagi jiwa.”
“Dan mungkin seorang siswa hauzah akan sampai pada derajat yang tinggi dalam
bidang fiqh dan ushul dengan tidak menjalani hidup bersama Al-Qur’an, dan
belum mencoba berinteraksi dengan Al-Qur’an dan mendalaminya layaknya
risalah perbaikan. Hari-hari dan pekan telah berlalu dan anda tidak mendapat
seorang pun penuntut ilmu yang memegang mushaf asy-syarif uuntuk membaca dan
mentadabburi ayat-ayatnya, karena tidak adanya hubungan ruh yang mendalam
antara dirinya dengan Al-Qur’an, padahal jika hubungan tersebut ada niscaya
bekal dan gizinya telah mencukupinya dari selainnya ketika ia mampu
meninggalkannya, dan ini merupakan musibah yang besar bagi hauzah dan
masyarakat, bahkan bisa jadi sebagian di antara mereka tidak bisa membacanya
dengan bentuk yang diinginkan!”(Tsalatsah Yasykuun; Al-Qur’an, Al-Masjid,
Al-Imam, hal 39)
Beginilah nasib Al-Qur’an di negeri pusat Syiah ini, jangankan bertanya kepada
masyarakat awam yang berada di sana tentang interaksi mereka dengan Al-Qur’an,
institusi pembentukan ulamanya pun sama sekali tidak bersentuhan dengan
Al-Qur’an Al-Karim, oleh karena itu tidak mengherankan jika banyak kita temukan
ulama Syiah yang tidak hafal Al-Qur’an, bahkan ayat kursi yang dihafalkan oleh
anak-anak TPA ternyata juga tidak dihafal oleh ulama Syiah (Baca: Dua UlamaSyiah ini Tidak Hafal Ayat Kursi, Maklum Qur'annya Beda),
Wallahul musta’an.
Bahan bacaan: kitab Al-Fisham An-Nakd; Dirasah Lihaqiqah Al-Azimah Baina
Ulama Asy-Syiah wal Qur’an, karya Abdul Malik bin Abdurrahman Asy-Sayfi’i, Cet
1, 2010.)
(Muh. Istiqamah/lppimakassar.com)
(Muh. Istiqamah/lppimakassar.com)