Thursday, July 30, 2015

Dua Ibnu Jarir Ath-Thabariy - Satu Sunniy, Satu Lainnya Rafidhiy


Allah Azza Wa Jalla berfirman :
وَلِتَسْتَبِينَ سَبِيل الْمُجْرِمِينَ ... 

... Dan supaya jelas (pula) jalan orang-orang yang berdosa. {Al-An'am : 55}

Al-Imam Ibnu Katsir berkata dalam Tafsirnya :

أي : ولتظهر طريق المجرمين المخالفين للرسل ، وقرئ : " وليستبين سبيل المجرمين " أي : وليستبين يا محمد - أو يا مخاطب - سبيل المجرمين 


Yaitu supaya jelas jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang berdosa yang menentang para Rasul. Menurut qiraah yang lain, Ayat ini dibaca sabiila sehingga artinya menjadi demikian : Dan supaya kamu jelas terhadap jalan orang-orang yang berdosa. Artinya agar kamu jelas hai Muhammad; atau hai orang yang diajak bicara terhadap jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang berdosa. [Tafsir Al-Quran Al-Azhim, 3/263-264]
Sesungguhnya termasuk dari perkara-perkara yang sangat penting pada Ahlus Sunnah yaitu memperingatkan jalan-jalan Ahlul Bid’ah. Dan pada pembahasan kali ini khususnya rafidhah mengenai jalan tadlis dan talbis mereka terhadap Ahlus Sunnah yang diantaranya adalah dengan melihat kesamaan nama antara seorang ‘Alim dari Ahlus Sunnah dengan dedengkot mereka untuk kemudian mereka berkata “Telah berkata Imam A, telah berkata Imam B, (dengan perkataan yang mendukung ‘aqidah busuk mereka) dan ia adalah Imam dari Imam-Imam Ahlus Sunnah!”. Padahal orang-orang yang mereka sebut bukan dari Ahlus Sunnah, melainkan justru murni beraqidah Rafidhah.

Al-Imam Al-Alusiy berkata :
ومن مكايدهم أنهم ينظرون في أسماءِ المعتبرين عند أهلِ السنةِ فمن وجدوهُ موافقاً لأحدٍ منهم في الاسمِ واللقبِ أسندوا روايةَ حديثِ ذلك الشيعي إليه ، فمن لا وقوف له من أهلِ السنةِ يعتقدُ أنهُ إمامٌ من أئمتهم فيعتبرُ بقولهِ ويعتدُ بروايتهِ

“Dan diantara tipu daya mereka (Rafidhah) adalah bahwa mereka melihat pada nama-nama ‘Ulama yang muktabar di sisi Ahlus Sunnah. Maka siapa pun yang mereka dapati memiliki kesesuaian/kesamaan dengan seseorang dari kalangan mereka (Rafidhah) pada nama dan laqob, maka mereka menyandarkan riwayat hadits orang Syi'ah tersebut kepadanya. Maka orang yang tidak mengerti dari Ahlus Sunnah akan meyakini bahwa ia adalah seorang Imam dari Imam-Imam Ahlus Sunnah lalu memuktabarkan perkataan dan riwayatnya.” [Mukhtashar At-Tuhfah Al-Itsna ‘Asyariyyah hal. 32]

Dan salah satu tipu daya mereka tersebut adalah dengan menyandarkan kedustaan atas nama Al-Imam Ibnu Jarir Ath-Thabariy. Mereka berdusta atas nama beliau dengan bertopengkan ulama mereka yang memiliki kesamaan nama dan tempat dengan Imam Ibnu Jarir (Sunniy). Terdapat dua Ibnu Jarir Ath-Thabariy, yang satu Sunniy dan yang satu lagi adalah Rafidhiy. Nama keduanya beserta nama kunyah dan nama ayah keduanya adalah sama, dan tempat asalnya pun juga sama. Maka cermatilah perbedaan keduanya.

1. Al-Imam Ibnu Jarir Ath-Thabariy -Sunniy- (224-310 H / 839-932 M)

Beliau bernama Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir. Kunyahnya adalah Abu Ja’far. Al-Imam Al-Jalil Al-Mufassir Al-Muarrikh Al-Faqih Al-Mujtahid, penulis sejumlah karya-karya besar, yang paling masyhur adalahJami‘ul-Bayan atau yang lebih dikenal dengan nama Tafsir Ath-Thabariy. Beliau dari penduduk Amuly, bagian dari daerah Thabristan, karena itulah sesekali beliau disebut sebagai Amuli selain dengan sebutan yang masyhur dengan Ath-Thabariy.

Al-Imam Adz-Dzahabiy berkata mengenainya :
الإمام الجليل، المفسر أبو جعفر،... من كبار أئمة الإسلام المعتمدين 

“Al-Imam Al-Jalil Al-Mufassir Abu Ja'far, ... termasuk dari kalangan Imam besar Islam yang muktamad.”[Mizanul I’tidal 3/498-499]

Beliau berkata juga :
كان ثقة ، صادقا ، حافظا ، رأسا في التفسير ، إماما في الفقه والإجماع والاختلاف ، علامة في التاريخ وأيام الناس ، عارفا بالقراءات وباللغة ، وغير ذلك 

“Beliau adalah seorang yang tsiqah, jujur, hafizh, sesepuh dalam ilmu Tafsir, Imam dalam ilmu Fiqh, Ijma’ serta (hal-hal) yang diperselisihkan, yang sangat ‘alim tentang sejarah dan harian manusia, seorang yang‘arif tentang ilmu Qira’at dan bahasa, serta yang lainnya.” [Siyar A’lam An-Nubala 14/270]

Al-Imam Ibnu Khuzaimah berkata :
ما أعلم على الأرض أعلم من محمد بن جرير 

“Aku tidak mengetahui di bumi ini yang lebih berilmu daripada Muhammad bin Jarir.” [Al-‘Ibar, 1/460]

Al-Imam Ibnu Katsir berkata :
كان أحد أئمة الإسلام علمًا وعملاً بكتاب الله وسُنَّة رسوله 

“Beliau adalah salah satu dari Imam Islam yang berilmu dan beramal dengan Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya (shallallaahu ‘alaihi wasallam).” [Al-Bidayah wa An-Nihayah 11/146]

Dan masih banyak lagi pujian dari para Imam terhadap beliau. Nama beliau dan kedudukannya dalam keilmuan sudah tidak asing lagi dengan karya-karyanya yang begitu harum dan membahana di dunia Islam. Sudah banyak pula yang memaparkan biografi besar beliau. Maka kita cukupkan pembahasan mengenai biografinya hanya agar diketahui perbedaannya dengan sosok berikutnya yakni Ibnu Jarir Ath-Thabariy Ar-Rafidhiy.

2. Ibnu Jarir Ath-Thabariy -Rafidhiy- (411 H)

Yang kedua ini adalah seorang Rafidhiy, dia bernama Muhammad bin Jarir bin Rustum Ath-Thabariy.

Al-Imam Adz-Dzahabiy berkata mengenai biografinya :

محمد بن جرير بن رستم

أبو جعفر الطبري . قال عبد العزيز الكتاني : هو من الروافض ، صنف كتبا كثيرة في ضلالتهم ، له كتاب : " الرواة عن أهل البيت " وكتاب : " المسترشد في الإمامة 

“Muhammad bin Jarir bin Rustum. Abu Ja'far Ath-Thabariy. Telah berkata ‘Abdul ‘Aziz Al-Kitaniy : "dia dari Rawaafidh (Syi’ah Rafidhah). Menyusun sangat banyak kitab-kitab dalam kesesatan-kesesatan mereka. Dia memiliki kitab Ar-Ruwat ‘An Ahlil Bait dan Al-Mustarsyid fil Imamah.” [As-Siyar 9 : #2857, lihat juga Al-Mizan 3/499]

Dan berikut merupakan keterangan dari kitab rijal muktabar Syi’ah sendiri beserta pernyataan ulama besar mereka dimana mereka mengakui bahwa Ibnu Jarir (yang rafidhiy) termasuk dari kalangan ulama besar mereka, sehingga ketika ada dari kaum Syi’ah yang mencoba untuk mentadlis dan mentalbis tentu hal ini akan menjadi boomerang bagi mereka.

Dedengkot Ahli Hadits mereka yang bernama Al-Khu’iy berkata :

محمد بن جرير بن رستم

قال النجاشي: محمد بن جرير بن رستم الطبري الآملى، أبو جعفر: جليل، من أصحابنا، كثير العلم، حسن الكلام، ثقة في الحديث، له كتاب المسترشد في الامامة، أخبرناه أحمد بن علي بن نوح، عن الحسن بن حمزة الطبرى، قال: حدّثنا محمد بن جرير بن رستم بهذا الكتاب وبسائر كتبه

“Muhammad bin Jarir bin Rustum. Telah berkata An-Najasiy : “Muhammad bin Jarir bin Rustum Al-Amuly, Abu Ja’far, jalil (seorang yang mulia), termasuk dari sahabat kami (kalangan ulama Syi’ah), banyak ilmunya, hasanul kalam, tsiqah fil hadits, ia memiliki kitab Al-Mustarsyid fil Imamah.

وقال الشيخ : محمد بن جرير بن رستم الطبري الكبير: يكنّى أبا جعفر، ديّن فاضل، وليس هو صاحب التاريخ، فإنه عامّي المذهب، وله كتب جماعة، منها: كتاب المسترشد

“Asy-Syaikh (Ath-Thusiy) berkata : “Muhammad bin Jarir bin Rustum Ath-Thabariy Al-Kabir, berkunyah Abu Ja’far, seorang yang shalih lagi fadhil (memiliki keutamaan), dan dia bukanlah yang penulis Tarikh (Ibnu Jarir Ahlus Sunnah) karena ia adalah seorang Ammiy Al-Madzhab (‘Ammiy/‘Ammah adalah sebutan yang sudah lumrah digunakan Syi’ah untuk menyebut Ahlus Sunnah). Dan beliau (yang Rafidhiy) memiliki sekumpulan kitab-kitab, diantaranya adalah kitab Al-Mustarsyid.

أقول: محمد بن جرير بن رستم الطبري الآملي أبو جعفر، له كتاب دلائل الامامة أو دلائل الائمة

“Aku (Al-Khu’iy) katakan : “Muhammad bin Jarir bin Rustum Ath-Thabariy Al-Amuly Abu Ja'far memiliki kitabDalailul Imamah atau Dalailul Aimmah.” [Lihat kesemuanya pada Mu’jam Rijalul Hadits oleh dedengkot Al-Khu'iy no 10381]

Kitab Dalailul Imamah ini seringkali dinisbatkan secara dusta oleh Syi’ah kepada Al-Imam Ibnu Jarir Ath-Thabariy rahimahullah. Dengan kesamaan nama yang ada, dan terlebih lagi isi kitab tersebut yang sangat sarat dengan dalil-dalil palsu atas keimamahan para Imam Syi’ah agar orang-orang awam terjerumus karenanya.

Demikian pemaparan yang ringkas mengenai perbedaan antara dua sosok Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabariy. Yang satu adalah seorang Imam dari Imam-Imam besar Kaum Muslimin, sedangkan yang satu lagi adalah seorang gembong besar agama Syi’ah. Dan tak hanya Imam Ibnu Jarir Ath-Thabariy yang nama beliau dijadikan alat dusta oleh kaum Syi’ah, masih banyak selain beliau seperti Imam Ibnu Qutaibah dan yang lainnya. Qabbahallah ar-rafidhah.

- Jaser Leonheart -