Thursday, July 9, 2015

Qonun Asasi Nu Serukan Lawan Syiah !!!

JANGAN TAKUT MESKI KETUM PBNU MENJADI PEMBELA SYIAH



Tokoh NU Bogor : Seperti Ahmadiyah, Syiah Juga Menodai Agama

Dewan penasehat Nahdatul Ulama (NU) Kota Bogor, KH Dudi Zuhdi Mas’ud berpendapat bahwa kasus penyerangan kelompok Syiah ke pemukiman Az Zikra beberapa waktu lalu ada hikmahnya.

“Kasus Az Zikra hikmahnya membuat melek para ulama, termasuk Majelis Ulama Indonesia (MUI),” ujar Kyai Zuhdi kepada Suara Islam Online, Ahad (15/3/2015).
Menurut penasehat MUI Kota Bogor ini, soal Sunni Syiah

adalah masalah klasik yang sudah lama, “Namun akhir-akhir ini Indonesia sebagai negeri muslim terbesar yang mayoritas Ahlusunnah wal Jamaah bermazhab Imam Syafi’i dianggap potensial sebagai sasaran oleh Syiah,” ungkapnya.
Karenanya, ia berharap pemerintah bisa segera mengeluarkan aturan yang tegas terhadap kelompok Syiah ini. “Pemerintah jangan tinggal diam, jangan menunggu korban lebih banyak lagi. Sesegera mungkin mengambil keputusan agar Syiah itu dianggap melakukan penodaan agama seperti Ahmadiyah sehingga bisa lebih mudah dihapus dan diajak bertobat kembali ke Ahlusunnah,” jelas Kyai Zuhdi.
Dijelaskannya, Ahlussunnah bukan hanya Syafi’i saja tetapi Hanafi, Maliki, Hambali, itu juga Ahlusunnah. “Kita jangan terlena dengan perbedaan pendapat diantara Ahlusunnah, sedangkan dihadapan kita ada Syiah yang sangat berbahaya,” katanya.
“Ahlusunnah harus bersatu, jangan suka memblowup masalah yang kecil ( furu’ ),” tambahnya.
Selain itu, ia menyatakan setuju jika muncul adanya fatwa sesat dari MUI terhadap Syiah, “mudah-mudahan dalam waktu dekat,” harapnya.

Islam " Nusantara " Berbau Syiah dan Anti Arab !
09/07/2015 1:34 WIB
Para Tokoh Dan Kiai NU Ini Menentang Islam Nusantara Jadi Tema Muktamar

Pro- kontra “Islam Nusantara” sebagai tema utama Muktamar NU ke-33 terus berlanjut. Di media sosial, masalah Islam Nusantara ini banyak jadi polemik dan bahkan menuai kecaman. Bagaimana di internal NU?

Ternyata banyak kiai Nahdlatul Ulama (NU) yang tak setuju dengan istilah Islam Nusantara jadi tema utama Muktamar NU ke-33 di alun-alun Jombang. Menurut mereka, istilah Islam Nusantara mempersempit ruang lingkup Islam dan cenderung eksklusif.
”Padahal NU sendiri tidak hanya di Indonesia tapi juga berkembang di luar negeri. Bagaimana dengan teman teman NU yang berada di Singapura, Malaysia dan sebagainya,” kata KH Misbahussalam, Wakil Ketua Pengurus

Cabang Nahdjatul Ulama (PCNU) Kabupaten Jember kepada wartawan, Selasa (7/7/2015).
Bahkan, menurut Misbah, ada dugaan disosialisasikannya Islam Nusantara untuk mengakomodasi ajaran Syiah,

Islam Liberal, Wahabi dan idelogi lain yang bertentangan dengan Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja).
Apalagi mulai muncul pendapat bahwa  Syiah di Indonesia ada lebih dulu ketimbang Sunni. Artinya, Syiah harus
diakomodasi oleh Islam Nusantara karena bagian dari khazanah atau kekayaan agama Nusantara.

”Panitia Muktamar harus mengganti istilah Islam Nusantara dengan istilah yang tidak bertentangan dengan ideologi NU,” katanya.
KH Muhsyiddin Abdusshomad, Rais Syuriah PCNU Kabupaten Jember juga minta agar Panaitia Muktamar NU ke-33 memakai Islam Rahmatan Lil Alamin yang selama ini sudah jadi jati diri NU.
“Istilah Islam Rahmatan lil Alamin yang dipakai selama ini sudah benar karena ada rujukannya dalam Al Quran,”

katanya, Selasa (7/7/2015).
Menurut dia, istilah Islam Nusantra tak punya sumber baik dalam al Quran, hadits, ijma’ maupun qiyas. ”Justru

banyak pihak baik di internal maupun eksternal NU menyerang NU karena persoalan istilah Islam Nusantara,” kata
Kiai Muhyiddin.

KHA Muhith Muzadi juga mengaku tak setuju dengan islah Islam Nusantara. Alasannya, Islam itu satu. Yaitu Islam

yang sudah jelas ajarannya. “Rumusan khittah itu sudah jelas dan itu adalah ideologi NU. Kalau Islam Nusantara pasti ada mafhum mukholafah. Berarti Islam non Nusantara,” kata kiai penggagas khittah NU 26 yang diratifikasi KH Ahmad Siddiq itu. [NUGarisLurus.Com/BangsaOnline.Com]
Baca juga :


Beda NU-nya KH. Hasyim Asy`ari dan NU Sekarang

ABU ALFARUQ : Ana mau tanya, apa sih bedanya NU GARIS LURUS, dengan NU-nya KH. Hasyim Asy`ari dan NU sekarang (besutan Gus Dur dkk?).

KH. Luthfi Bashori : NU GARIS LURUS adalah merupakan upaya pengembalian pemahaman warga NU kepada ajaran KH. Hasyim Asy`ari yang murni Sunni Syafi`i Non SEPILIS (Sekularisme, Pluralisme dan Liberalisme). Karena Gus Dur adalah Pahlawan Pluralisme, maka NU besutannya juga menjadi NU yang Sekularis, Pluralis dan Liberalis.
SAS adalah `Murid Setia` Gus Dur, jadi langkah dan pemahaman SAS ini adalah terjemahan dari `keyakinan` yang dianut Gus Dur selama ini. Pertemanan aqidah antara SAS dengan Gus Dur sudah lama terjalin, jadi ajaran SEPILIS yang keluar dari kedua orang ini juga akan mempengaruhi pemahaman orang-orang yang selalu mengekor kepada keduanya.
Lebih mudah lagi untuk diingat, jika KH. Hasyim Asy`ari konon mendirikan NU itu benar-benar murni diperuntukkan bagi warga NU untuk kepentingan pelestarian aqidah Sunni Syafi`i sebagai label resmi bagi umat Islam Indonesia.
Konon KH. Hasyim Asy`ari ibarat membelikan mobil pribadi khusus untuk kepentingan warga NU, namun sejak NU dipimpin Gus Dur, maka fungsi NU menjadi bergeser, dan siapa saja dan dari aliran mana saja diperbolehkan `masuk` dan boleh `memanfaatkan` NU asalkan ada kontribusinya.
Ibarat warga NU yang semula mempunyai mobil pribadi ber-plat hitam, lantas disuratkan oleh Gus Dur menjadi mobil ber-plat kuning (angkutan umum) yang siapa saja boleh masuk asalkan mau bayar ongkos naik.
Memang banyak juga oknum dari tokoh-tokoh NU yang pandai memanfaatkan dan menikmati status NU PLAT KUNING ini, ketimbang jika harus mengembalikan kepada satus NU PLAT HITAM yang kurang menjanjikan dari segi peluang bisnis, apalagi karena ketatnya peraturan syariat yang harus diemban oleh para pelestari NU murni ala KH. Hasyim Asy`ari.
Mudah-mudahan saja masih banyak warga NU yang sadar aqidah dan selalu berusaha kembali kepada ajaran dan pemahaman KH. Hasyim Asy`ari yang murni Sunni Syafi`i Non SEPILIS, sekalipun sangat berat dalam mengembannya.