Oleh: Ust Munir Sokheh*
Sangat berbahaya bagi kelangsungan masa depan
NU. Sosok-sosok elit NU seperti Prof Said Agiel Siradj, Masdar F Mas’udi
(sosok menyamakan Zakat dengan Pajak), Gus Mus (Penasehat LibForAll), Ulil
Abshar abdalla (Mantan kordinator JIL, mantunya Gus Mus), Abd Moqsith ghazali
(pemuja Pluralisme agama), Zuhairi Mishrawi, Siti Musdah mulia (anti poligami,
tetapi bela kaum homo-lesbi), Nuril Arifin (pemuja Gus dur), Alawi Nurul Alam
(Pro Syiah) dan lain sebagainya adalah sederetan orang-orang yang sangat
berbahaya bagi kelangsungan masa depan NU.
Mereka mendukung dan menyebarkan ajaran Syiah dan paham Liberal bahkan menjadi
Misionaris-misionaris “bayaran” yang mengatasnamakan nama besar NU.
Jika tanaman benalu mulai tumbuh di sebuah
pohon, maka akan terus tumbuh dan menjalar ke berbagai sisi pohon, lalu
mengikis habis dan merusak pohon tersebut. Tentu bagi pemilik pohon yang ingin
pohonnya tetap bersih dan sehat, dia akan segera bertindak cepat
membersihkannya dari benalu-benalu tersebut sebelum pohon itu menjadi rusak.
Sifat dasar benalu yang bersifat perusak itulah yang selalu tidak disukai oleh
semua orang sehingga harus disingkirkan dan dibuang agar tidak mendatangkan
kerusakan sehingga pohon tetap selalu sehat dan bermanfaat. Nahdlatul Ulama
(NU) yang telah didirikan oleh para ulama besar Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari
adalah laksana pohon besar yang tumbuh berkembang dan berbuah. Buahnya selalu
bermanfaat bagi umat. Memberikan keteduhan serta kedamaian bagi umat. Ini semua
berkat keikhlasan hati dan bersihnya niat dengan landasan takwa dari para
pendirinya.
Sebagai Ormas Islam dengan jumlah pengikut
sekitar 80 juta orang, NU telah banyak berjasa menyokong umat Islam dalam
kehidupan sosial maupun bernegara. Hiruk pikuk perjuangan dan jihad fi
sabilillah oleh umat Islam Nahdliyin dalam merebut kemerdekaan RI tidak bisa
dilupakan dan dipisahkan dari sejarah bangsa indonesia. Sumbangsih NU dalam
peran serta bernegara dan berbangsa serta bermasyarakat memang tak lepas dari
Visi dan Misi berdirinya NU dalam merealisasikan Amanah Allah SWT bagi
hamba-hambanya-Nya untuk menjadi khoirul ummah yang menjalankan fungsinya dalam
melaksanakan kewajiban AMAR MA’RUF dan NAHI MUNGKAR. Itulah kunci utama
keberadaan NU di Indonesia.
Dibangun dengan landasan ussisa ‘alat taqwa,
sehingga lebih layak dan pantas untuk diikuti dan diteladani, karena di
dalamnya banyak sekali orang-orang salih yang bertakwa kepada Allah SWT
sebagaimana layaknya sebuah masjid yang dibangun atas dasar takwa kepada Allah,
sehingga memiliki kredibilitas dan kepatutan untuk menjadi tempat beribadah
kepada Allah. Sebagaimana difirmankan oleh Allah SWT dalam surah At-taubah:
108. ” …Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa (masjid Quba),
sejak hari pertama adalah lebih patut kamu shalat di dalamnya. Di dalamnya ada
orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang
bersih”.
Sayangnya, dalam perkembangan kehidupan NU
sekarang telah banyak mengalami perubahan. Kebanyakan elit-elit NU telah
melupakan asas-asas NU, melupakan wasiat-wasiat para pendirinya khususnya
Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari yaitu MENEGAKKAN dan MELESTARIKAN AQIDAH
AHLUSSUNAH WAL JAMA’AH. Inilah yang tidak dilaksanakan secara konsekuen, bahkan
sebaliknya yaitu mendukung dan menyebarkan ajaran-ajaran yang sangat
bertentangan dengan ajaran Ahlussunah Waljamaah.
Sosok-sosok elit NU seperti Prof Said Agiel
siraj, Masdar F Mas’udi (sosok menyamakan Zakat dengan Pajak), Gus Mus
(Penasehat LibForAll), Ulil Abshar abdalla (Mantan kordinator JIL, mantunya Gus
Mus), Abd Moqsith ghazali (pemuja Pluralisme agama), Zuhairi Mishrawi, Siti
Musdah mulia (anti poligami, tetapi bela kaum homo-lesbi), Nuril Arifin (pemuja
Gus dur), Alawi Nurul Alam (Pro Syiah) dan lain sebagainya adalah sederetan
orang-orang yang sangat berbahaya bagi kelangsungan masa depan NU. Mereka sudah
tidak setia lagi dengan ajaran-ajaran luhur NU. Mereka telah membelot dari para
pendahulunya. Mendukung dan menyebarkan ajaran Syiah dan paham Liberal bahkan
menjadi Misionaris-misionaris “bayaran” yang mengatasnamakan nama besar NU.
Banyak dari kaum awam yang terpesona dengan
propaganda mereka, bahkan menjual aqidah demi meraup pundi-pundi Dolar dan
jabatan. Mereka telah menjadi corong Syiah dan corong liberal, sehingga membuat
NU saat ini ternoda.
Mereka ini BENALU-BENALU yang harus segera
disingkirkan sebelum meracuni generasi-generasi muda NU. Sungguh suatu
kebodohan manakala orang-orang seperti itu masih dibiarkan eksis di tubuh NU
pasca Muktamar ke 33 di Jombang. Masih belum ada kata terlambat untuk
menyelamatkan NU.
Akhirul kalam, Semoga Allah senantiasa memberikan rahmat kepada para Kyai dan
Santri. Wallahu’allam bisshowwab
*(Member Grup Telegram “Pejuang Aswaja” yang
diasuh Gus Luthfi Bashori)
(nahimunkar.com)