Monday, October 5, 2015

Dianggap Biang Kerok, Negara Teluk Akan Putuskan Hubungan Diplomatik Dengan Iran

A picture taken on August 20, 2010 shows
Senin, 22 Zulhijjah 1436 H / 5 Oktober 2015 13:30 WIB
Beberapa waktu lalu Yaman telah memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Iran, melalui penutupan kedutaannya di Teheran, dari sini para pengamat bertanya-tanya apakah ada kemungkinan langkah ini juga akan ditiru oleh Negara-negara Teluk lainnya , melihat hubungan yang tegang antara negara-negara ini dan Teheran, yang dianggap telah mengganggu keamanan di wilayah Teluk.
Dr. Zafer Al-Ajmi, direktur eksekutif kelompok pemantauan Teluk di Kuwait, sangat menegaskan dukungannya terhadap penarikan duta besar dari Iran, terutama karena Iran telah meningkatkan gangguan dalam urusan Teluk, sebagaimana menurut laporan situs “Teluk online”.
Dia menekankan dalam pernyataannya bahwa, “Iran tidak berhenti mencampuri urusan Arab dan Kuwait,” ia juga menambahkan, “Telah terbukti keterlibatan jaringan Abdali di Iran, yang memasuki urusan Kuwait”.
Dan Ajami menyerukan negara-negara Teluk untuk, “Segera mengakhiri gangguan ini secara terang-terangan, dan terutama hal tersebut tidak mungkin terjadi secara kebetulan.”
Sementara itu, Anwar Asyqi, mantan penasihat pemerintah Saudi, dan kepala Pusat Kajian Politik dan Strategis Timur Tengah di Jeddah, dan penasehat di Komite Khusus Kabinet, mengatakan: “Penarikan duta besar Teluk dari Iran sangat memungkinkan, karena Iran terlalu sering mencampuri urusan Negara Teluk secara umum dan Arab Saudi khususnya, yang menyebabkan meningkatnya ketegangan antara kedua belah pihak. “
Dia menunjukkan bahwa “penyelidikan kecelakaan Mina sedang berjalan, dan jika terbukti bahwa Iran berada di balik terjadinya insiden ini, penarikan duta besar Saudi dan pemutusan hubungan diplomatik tidak dapat di elakkan, dan hal itu akan berdampak pada Negara-negara Teluk lainnya serta Negara Kuwait khususnya.”
Asyqi Dia menambahkan: “Sebelumnya Iran telah berani mngatakan, bahwa mereka akan keluar dari Suriah, kemudian mulai masuk Kuwait,” ia juga menambahkan bahwa Negara-negara di GCC terlalu banyak bersabar pada Iran.”
Dan tentang posisi Oman dan UEA dalam hal ini Asyqi mengatakan: “Setiap negara Teluk memiliki kedaulatannya secara penuh, dan berhak untuk mengambil sikap yang sesuai dengan keadaan mereka.”
Sementara Dr Zafer Al-Ajmi menekankan bahwa “posisi UEA dan Oman hamper sama dengan negara-negara Teluk lainnya,” ia menambahkan “keduanya dipertemukan pada mendahulukam kepentingan yang lebih tinggi di GCC” . (hr/islamtoday)