Senin, 22 Zulhijjah 1436 H / 5 Oktober 2015
13:30 WIB
Beberapa waktu lalu Yaman
telah memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Iran, melalui penutupan
kedutaannya di Teheran, dari sini para pengamat bertanya-tanya apakah ada
kemungkinan langkah ini juga akan ditiru oleh Negara-negara Teluk lainnya ,
melihat hubungan yang tegang antara negara-negara ini dan Teheran, yang
dianggap telah mengganggu keamanan di wilayah Teluk.
Dr. Zafer Al-Ajmi, direktur
eksekutif kelompok pemantauan Teluk di Kuwait, sangat menegaskan dukungannya
terhadap penarikan duta besar dari Iran, terutama karena Iran telah
meningkatkan gangguan dalam urusan Teluk, sebagaimana menurut laporan situs
“Teluk online”.
Dia menekankan dalam
pernyataannya bahwa, “Iran tidak berhenti mencampuri urusan Arab dan Kuwait,”
ia juga menambahkan, “Telah terbukti keterlibatan jaringan Abdali di Iran, yang
memasuki urusan Kuwait”.
Dan Ajami menyerukan
negara-negara Teluk untuk, “Segera mengakhiri gangguan ini secara
terang-terangan, dan terutama hal tersebut tidak mungkin terjadi secara
kebetulan.”
Sementara itu, Anwar Asyqi,
mantan penasihat pemerintah Saudi, dan kepala Pusat Kajian Politik dan
Strategis Timur Tengah di Jeddah, dan penasehat di Komite Khusus Kabinet,
mengatakan: “Penarikan duta besar Teluk dari Iran sangat memungkinkan, karena
Iran terlalu sering mencampuri urusan Negara Teluk secara umum dan Arab Saudi
khususnya, yang menyebabkan meningkatnya ketegangan antara kedua belah pihak. “
Dia menunjukkan bahwa “penyelidikan kecelakaan Mina sedang berjalan,
dan jika terbukti bahwa Iran berada di balik terjadinya insiden ini, penarikan
duta besar Saudi dan pemutusan hubungan diplomatik tidak dapat di elakkan, dan
hal itu akan berdampak pada Negara-negara Teluk lainnya serta Negara Kuwait
khususnya.”
Asyqi Dia menambahkan:
“Sebelumnya Iran telah berani mngatakan, bahwa mereka akan keluar dari Suriah,
kemudian mulai masuk Kuwait,” ia juga menambahkan bahwa Negara-negara di GCC
terlalu banyak bersabar pada Iran.”
Dan tentang posisi Oman dan
UEA dalam hal ini Asyqi mengatakan: “Setiap negara Teluk memiliki kedaulatannya
secara penuh, dan berhak untuk mengambil sikap yang sesuai dengan keadaan
mereka.”
Sementara Dr Zafer Al-Ajmi
menekankan bahwa “posisi UEA dan Oman hamper sama dengan negara-negara Teluk
lainnya,” ia menambahkan “keduanya dipertemukan pada mendahulukam kepentingan
yang lebih tinggi di GCC” . (hr/islamtoday)