Sunday, October 11, 2015

Siapa yang Masih Istijabah Dengan Seruan Jihad Melawan Rusia di Suriah?

Siapa yang Masih Istijabah Dengan Seruan Jihad Melawan Rusia di Suriah?
Persatuan ulama dan ilmuwan internasional yang dipimpin Yusuf al-Qaradawi, mendesak umat Islam, baik di Arab Saudi maupun di luar negara itu, pergi berjihad ke Suriah, membantu para pejuang oposisi yang menentang rezim Bashar al-Assad, dan memerangi pasukan Rusia,  ungkap Al-Araby, Rabu, 7/10/2015.
Lima puluh dua ulama dan ilmuwan di Arab Saudi mendesak seluruh umat Islam di dunia berangkat ke Suriah memerangi tentara Rusia. Di mana Rusia telah melakukan invasi militer ke Suriah, dan menghancurkan negeri Muslim yang sekarang dicabik-cabik perang. Rusia, Iran, dan Hesbullah mendukung rezim Syiah Alawiyyin, yang melakukan pembantaian ratusan ribu rakyatnya.
Dengan fatwa para ulama yang dipimpin oleh Sheikh al-Qardhawi itu, mendorong kalangan pemuda di Arab Saudi, negara-negara Teluk, dan muslim seluruh dunia, bangkit memerangi penjajah Rusia, seperti yang terjadi ketika Soviet melakukan agresi militer ke Afghanistan. 


Pernyataan para ulama di Timur Tengah itu, juga mendesak para pejuang penentang Presiden Suriah Bashar al-Assad untuk bersatu dan mendesak mereka yang memiliki kemampuan berperang dan ahli dalam senjata agar tidak meninggalkan Suriah.
Al-Araby, koran terbesar yang dimiliki oleh pemerintah Arab Saudi melaporkan, sebagian ulama yang menandatangani pernyataan itu, sebelumnya pernah mengeluarkan fatwa dan memberikan bagi para pemuda yang ingin berjiihad di Suriah menentang Bashar.


Rusia melancarkan serangan udara, darat dan laut ke posisi-posisi pejuang Islam di Suriah. Negeri 'beruang merah' itu, memuntahkan rudal-rudal dari pesawat tempurnya, dan mengirimkan ratusan tank kepada rezim Bashar al-Assad, yang pasukannya sudah mulai berputus asa.

Rusia mati-matian mempertahankan Bashar al-Assad, karena Suriah merupakan sekutu utama Rusia, sejak zamannya Soviet. Rusia dan Amerika serta sekutu-kutunya tidak ingin Suriah jatuh ke tangan kelompok pejuang Islam. Dengan segala cara termasuk taktik 'bumi hangus' seperti yang dijalankan oleh Rusia terhadap ibukota Chechya Grozny.
Taktik bumi hangus atau skenario 'GROZNY' sedang dijalankan oleh Moskow terhadap Suriah. Rusia tidak peduli dengan banyaknya jatuh korban sipil di kota-kota yang dijadikan sasaran rudal balistik Rusia yang ditembakan dari kapal induk di perairan Mediterania. Di mana Rusia memiliki pangkalan angkatan terbesar di Latakia, yang digunakan basis menyerang para pejuang Islam.
Taktik bumi hangus yang dijalankan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin, seperti saat menghadapi para pejuang Chechnya yang menginginkan merdeka dari Rusia, sekarang dijalankan terhadap kota-kota yang menjadi basis kekuatan pejuang Islam.
Rusia menjalankan taktik atau skenario 'GROZNY'. Dengan penghancuran secara total itu, maka seluruh kekuatan yang menentang Bashar akan punah. Semua hanya skenario manusia kafir, seperti Putin, dan pasti akan gagal, seperti Soviet yang gulung tikar di Afghanistan.
Rusia menggunakan seluruh armada udaranya dengan menjatuhkan rudal, dan bom barrel, menggunakan tank-tank darat yang menyerang semua posisi-posisi para pejuang Islam di Hama dan Aleppo. Rusia juga menggunakan rudal balistik yang ditembakan dari kapal induknya, dan mencapai sasaran yang sangat luas, termasuk kota Raqqa.
Namun, para pengamat militer sangat skeptis akan keberhasilan Rusia memadamkan dan menghancurkan kekuatan para pejuang Islam dan kelompok oposisi di Suriah yang berjuang menggulingkan pemerntahan Bashar al-Assad.
Para pengamat intelijen memastikan dengan serangan militer yang dilancarkan Rusia, hanya akan melahirkan kelompok-kelompok jihad yang baru. “Rusia akan menggali kuburannya sendiri di Suriah, sama seperti di Afghanistan”, ungkap pejabat intelijen Amerika.
Rezim Bashar al-Assad mendapatkan dukungan dari Rusia, Iran, dan milisi Hesbollah Lebanon. Tapi, sekarang semakin melemah kemampuan mereka dalam bertempur. Bahkan seorang Jendral Iran tewas di Aleppo. Iran akan kehilangan pengaruhnya di Suriah dan Irak, dan kegagalannya dalam mempertahankan hegemoninya di negara-negara Teluk, bersamaan kekalahan Bashaar al-Assad.
Iran ingin membangun hegemoni di kawasan Timur Tengah dan negara Teluk, termasuk Iran melakukan petualangan dengan membantu Syiah Houthi di Yaman, yang mencoba menguasai Yaman. Namun, Arab Saudi tidak mentolelir, dan mengerahkan seluruh kekuatan koalisi menghancurkan kelompok Syiah Houthi di Yaman. Ini merupakan mimpi buruk bagi Iran, karena gagal menguasai Yaman.
Negara-negara Arab Teluk sangat risau dan kawatir dengan adanya perjanjian nuklir di Wina, Austria, antara enam negara utama di dunia dengan Iran yang menyetujui program nuklir Iran. Terutama Arab Saudi menjadi sangat terancam dengan adanya nuklir Iran. Maka, jatuhnya Yaman ke tangan Syiah Houthi sebuah mimpi buruk bagi Kerajaan Arab Saudi, dan tidak mungkin dibiarkan.
Sesudah Arab Saudi dibawah Raja Salman bin Abdul Aziz berhasil mengakhiri petualangan militer Iran di Yaman, sekarang Arab Saudi berusaha mengakhiri rezim Bashar al-Assad. Seperti dikemukakan oleh Menlu Arab Saudi Adel al-Jubeir, yang mengatakan sudah tidak ada tempat lagi bagi rezim Bashar al-Assad. Arab Saudi tidak mau berkompromi dengan Bashar.
Inilah pertarungan babak akhir dalam perang yang akan menentukan masa depan Islam dan umat Islam, yaitu perang di Suriah alias di Biladus Syam. Di mana di wilayah Billadus Syam, sekarang berkecamuk perang babak 'akhir' antara para penyembah 'berhala' kafir musyrik (Yahudi dan Nasrani) dengan para penegak 'tauhidi (kaum muwahid). Perang eksistensi antara kaum kafir dan mukmin.
Betapa dikawasan Billadus Syam, yang meliputi Syria, Irak, Palestina dan sekitarnya telah meledak perang yang sangat 'dahsyat', melebihi perang yang terjadi di era sebelumnya, yaitu perang antara Arab-Israel, tahun l967. Sekarang berkumpul kekuatan kafir musyrik, yaitu Rusia, Amerika, Eropa, dan Zionis-Israel menghadapi Mukmin.
Sungguh Allah Azza Wa Jalla, membuat skenario sendiri, dan akan mentakdirkan kehancuran kafir musyrik di bumi Billadus Syam, termasuk berakhirnya eksistensi Zionis-Israel. Maka, bagi para pejuang tauhid, yang 'istijabah' (menyambut dan bersiap) dengan seruan para ulama untuk berjihad, dan ditakdirkan mendapatkan kematian di bumi Billadus Syam, maka itulah takdir yang mulia. Semoga. Wallahu'alam.