Lima puluh dua ulama dan
ilmuwan di Arab Saudi mendesak seluruh umat Islam di dunia berangkat ke
Suriah memerangi tentara Rusia. Di mana Rusia telah melakukan invasi
militer ke Suriah, dan menghancurkan negeri Muslim yang sekarang dicabik-cabik
perang. Rusia, Iran, dan Hesbullah mendukung rezim Syiah Alawiyyin, yang
melakukan pembantaian ratusan ribu rakyatnya.
Dengan fatwa para ulama yang
dipimpin oleh Sheikh al-Qardhawi itu, mendorong kalangan pemuda di
Arab Saudi, negara-negara Teluk, dan muslim seluruh dunia, bangkit
memerangi penjajah Rusia, seperti yang terjadi ketika Soviet melakukan
agresi militer ke Afghanistan.
Pernyataan para ulama di
Timur Tengah itu, juga mendesak para pejuang penentang Presiden Suriah
Bashar al-Assad untuk bersatu dan mendesak mereka yang memiliki kemampuan
berperang dan ahli dalam senjata agar tidak meninggalkan Suriah.
Al-Araby, koran terbesar yang
dimiliki oleh pemerintah Arab Saudi melaporkan, sebagian ulama yang
menandatangani pernyataan itu, sebelumnya pernah mengeluarkan
fatwa dan memberikan bagi para pemuda yang ingin berjiihad di Suriah menentang
Bashar.
Rusia melancarkan serangan
udara, darat dan laut ke posisi-posisi pejuang Islam di Suriah. Negeri
'beruang merah' itu, memuntahkan rudal-rudal dari pesawat tempurnya, dan
mengirimkan ratusan tank kepada rezim Bashar al-Assad, yang pasukannya sudah
mulai berputus asa.
Rusia mati-matian
mempertahankan Bashar al-Assad, karena Suriah merupakan sekutu utama Rusia,
sejak zamannya Soviet. Rusia dan Amerika serta sekutu-kutunya tidak ingin
Suriah jatuh ke tangan kelompok pejuang Islam. Dengan segala cara termasuk
taktik 'bumi hangus' seperti yang dijalankan oleh Rusia terhadap ibukota
Chechya Grozny.
Taktik bumi hangus atau
skenario 'GROZNY' sedang dijalankan oleh Moskow terhadap Suriah. Rusia tidak
peduli dengan banyaknya jatuh korban sipil di kota-kota yang dijadikan sasaran
rudal balistik Rusia yang ditembakan dari kapal induk di perairan Mediterania.
Di mana Rusia memiliki pangkalan angkatan terbesar di Latakia, yang digunakan
basis menyerang para pejuang Islam.
Taktik bumi hangus yang
dijalankan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin, seperti saat menghadapi para
pejuang Chechnya yang menginginkan merdeka dari Rusia, sekarang dijalankan
terhadap kota-kota yang menjadi basis kekuatan pejuang Islam.
Rusia menjalankan taktik atau
skenario 'GROZNY'. Dengan penghancuran secara total itu, maka seluruh kekuatan
yang menentang Bashar akan punah. Semua hanya skenario manusia kafir, seperti
Putin, dan pasti akan gagal, seperti Soviet yang gulung tikar di Afghanistan.
Rusia menggunakan seluruh
armada udaranya dengan menjatuhkan rudal, dan bom barrel, menggunakan tank-tank
darat yang menyerang semua posisi-posisi para pejuang Islam di Hama dan Aleppo.
Rusia juga menggunakan rudal balistik yang ditembakan dari kapal induknya, dan
mencapai sasaran yang sangat luas, termasuk kota Raqqa.
Namun, para pengamat militer
sangat skeptis akan keberhasilan Rusia memadamkan dan menghancurkan kekuatan
para pejuang Islam dan kelompok oposisi di Suriah yang berjuang menggulingkan
pemerntahan Bashar al-Assad.
Para pengamat intelijen
memastikan dengan serangan militer yang dilancarkan Rusia, hanya akan
melahirkan kelompok-kelompok jihad yang baru. “Rusia akan menggali kuburannya
sendiri di Suriah, sama seperti di Afghanistan”, ungkap pejabat intelijen
Amerika.
Rezim Bashar al-Assad
mendapatkan dukungan dari Rusia, Iran, dan milisi Hesbollah Lebanon. Tapi,
sekarang semakin melemah kemampuan mereka dalam bertempur. Bahkan seorang
Jendral Iran tewas di Aleppo. Iran akan kehilangan pengaruhnya di Suriah dan
Irak, dan kegagalannya dalam mempertahankan hegemoninya di negara-negara Teluk,
bersamaan kekalahan Bashaar al-Assad.
Iran ingin membangun hegemoni
di kawasan Timur Tengah dan negara Teluk, termasuk Iran melakukan petualangan
dengan membantu Syiah Houthi di Yaman, yang mencoba menguasai Yaman. Namun,
Arab Saudi tidak mentolelir, dan mengerahkan seluruh kekuatan koalisi
menghancurkan kelompok Syiah Houthi di Yaman. Ini merupakan mimpi buruk bagi
Iran, karena gagal menguasai Yaman.
Negara-negara Arab Teluk
sangat risau dan kawatir dengan adanya perjanjian nuklir di Wina, Austria,
antara enam negara utama di dunia dengan Iran yang menyetujui program nuklir
Iran. Terutama Arab Saudi menjadi sangat terancam dengan adanya nuklir Iran.
Maka, jatuhnya Yaman ke tangan Syiah Houthi sebuah mimpi buruk bagi Kerajaan
Arab Saudi, dan tidak mungkin dibiarkan.
Sesudah Arab Saudi dibawah
Raja Salman bin Abdul Aziz berhasil mengakhiri petualangan militer Iran di
Yaman, sekarang Arab Saudi berusaha mengakhiri rezim Bashar al-Assad. Seperti
dikemukakan oleh Menlu Arab Saudi Adel al-Jubeir, yang mengatakan sudah tidak
ada tempat lagi bagi rezim Bashar al-Assad. Arab Saudi tidak mau berkompromi
dengan Bashar.
Inilah pertarungan babak
akhir dalam perang yang akan menentukan masa depan Islam dan umat Islam, yaitu
perang di Suriah alias di Biladus Syam. Di mana di wilayah Billadus Syam,
sekarang berkecamuk perang babak 'akhir' antara para penyembah 'berhala' kafir
musyrik (Yahudi dan Nasrani) dengan para penegak 'tauhidi (kaum muwahid).
Perang eksistensi antara kaum kafir dan mukmin.
Betapa dikawasan Billadus
Syam, yang meliputi Syria, Irak, Palestina dan sekitarnya telah meledak perang
yang sangat 'dahsyat', melebihi perang yang terjadi di era sebelumnya, yaitu
perang antara Arab-Israel, tahun l967. Sekarang berkumpul kekuatan kafir musyrik,
yaitu Rusia, Amerika, Eropa, dan Zionis-Israel menghadapi Mukmin.
Sungguh Allah Azza Wa Jalla,
membuat skenario sendiri, dan akan mentakdirkan kehancuran kafir musyrik di
bumi Billadus Syam, termasuk berakhirnya eksistensi Zionis-Israel. Maka, bagi
para pejuang tauhid, yang 'istijabah' (menyambut dan bersiap) dengan seruan
para ulama untuk berjihad, dan ditakdirkan mendapatkan kematian di bumi
Billadus Syam, maka itulah takdir yang mulia. Semoga. Wallahu'alam.