“Bukan menjadi seruan ulama
Saudi saja, tapi menjadi seruan ulama dunia,” kata Ustadz Farid kepada
Kiblat.net di Bekasi Jumat (09/10).
Ustadz Farid menjelaskan
bahwa jika ada agresi kaum kafir terhadap negeri muslim, maka hukum jihad
menjadi fardhu ‘ain bagi kaum muslimin yang ada di negeri tersebut. Sementara,
hukum bagi umat Islam yang jauh posisinya adalah fardhu kifayah. Hal itu telah
menjadi kesepakatan di kalangan ulama.
“Sudah tidak ada perbedaan
lagi, makanya ini akan diikuti ulama seterusnya,” ujarnya.
Sebagaimana diketahui, Rusia
telah mengerahkan kekuatan militernya untuk mendukung rezim Suriah. Rezim yang
dipimpin Bashar Assad sebelumnya telah melakukan pembantaian terhadap warganya,
yang mendorong meletusnya perwalanan dari rakyat Suriah. Melihat hal itu
sejumlah ulama Arab Saudi menyerukan jihad di negara yang masuk dalam wilayah
Syam tersebut.
Ustadz Farid menambahkan
seluruh ulama telah sepakat bahwa wajib hukumnya bagi umat Islam untuk membela
harga dirinya dengan jihad fi sabilillah. Dia pun yakin bahwa seruan tersebut
akan terus berkembang ke seluruh dunia dan umat Islam akan berada dalam satu
suara. “Apalagi syam memiliki kutamaan yang disebut oleh Rasulullah,” pungkas
Ustadz Farid.
Konflik Suriah telah
berlangsung lebih dari empat tahun, dan menurut data PBB telah mengakibatkan
lebih dari 250.000 orang terbunuh. Suriah sendiri merupakan negara yang masuk
dalam wilayah Syam, wilayah yang memiliki keutamaan sebagaimana disebutkan
dalam sejumlah hadist.
Reporter : Taufik
Serangan Rusia ke Suriah, Umat Islam Dunia
Harus Bersatu
Sabtu, 10 Oktober 2015 -
15:45 WIB
Langkah Rusia merupakan
tindakan berbahaya bagi keamanan dan ketertiban dunia, sebab dapat menyeret ke
arah perang yang lebih besar
Ketua Majelis Intelektual dan
Ulama Muda Indonesia (MIUMI) DKI Jakarta Fahmi Salim, MA menilai ada
kepentingan dalam agresi bersenjata yang dilakukan Rusia bersama Basyar Asad
kepada Suriah yaitu supaya kekuasaan rezim Basyar Asad tidak jatuh di tangan
mujahiddin Ahlussunnah di Suriah.
“Ketakutan begitu dirasakan
rezim Basar Asad sebab mereka menganggap kaum mujahidin itu militan,” kata
Fahmi saat ditemui di Kantor MUI Pusat Jalan Proklamasi Jakarta, Jum’at
(09/10/2015) siang.
Mujahidin kata Fahmi adalah
kelompok Ahlus Sunnah Wal Jamaah (Aswaja), dimana mereka tidak pernah rela
melepaskan kekuasaan tersebut kepada rezim Basar Asad.
“Agresi militer yang
dilakukan Rusia kepada Suriah merupakan skenario lama yang ingin diulang
seperti yang pernah dilakukan di Afghanistan,” kata Fahmi.
Dahulu, lanjut Fahmi, mereka
masuk ke Afghanistan dalam rangka untuk mempertahankan rezim pro-komunis untuk
menghancurkan kelompok mujahidin. Dan sekarang, tegasnya, skenario itu akan
terulang kembali di Suriah.
“Ini harus disikapi umat
Islam di seluruh dunia. Jika tidak, maka akan membahayakan umat Islam (Suriah).
Umat Islam harus bersatu,“ serunya.
Menurut Fahmi tindakan yang
dilakukan oleh Rusia kepada kelompok-kelompok perlawanan terhadap rezim Bashar
Assad di Suriah adalah bukti nyata bahwa Rusia ingin menghancurkan umat Islam
yang hendak mengambil alih kekuasaan rezim Bashar di Suriah.
“Rusia ikut terlibat dalam
memerangi lawan-lawan Assad di Suriah karena ingin mencari kekuasaan dengan
membantu rezim Assad. Ini merupakan tindakan yang berbahaya bagi keamanan dan
ketertiban dunia, sebab ini dapat menyeret ke arah perang yang lebih besar,“
demikian tandasnya.*
Rep: Ibnu Sumari
Rusia melakukan intervensi di
Suriah dengan mengerahkan kekuatan militernya setelah konflik berlangsung
lebih dari empat tahun. Hal itu dinilai sebagai indikasi akan tumbangnya
kekuatan Bashar Assad.
“Itu sekaligus
mengindikasikan bahwa kekusaan Bashar Assad sudah hampir tumbang,” kata Ustadz
Farid Ahmad Okbah kepada Kiblat.net di Bekasi, Jumat (09/10).
Kedatangan militer Rusia ke
Suriah, lanjut ustadz Farid, dalam rangka mempertahankan kekuasaan pemimpin
rezim Suriah tersebut. Mereka juga akan menggunakan berbagai alasan untuk
mencapai tujuannya itu, termasuk alasan rekonsiliasi.
Dia menambahkan yang paling
menonjol dari pengiriman kekuatan militer Negeri Beruang Merah ke Suriah adalah
kepentingan Yahudi. Dukungan terhadap rezim bertujuan untuk mengamankan wilayah
Israel, yang berbatasan dengan Suriah. “Yahudi bermain lewat Rusia,” imbuhnya.
Jika selama ini Syiah mengaku
menentang Yahudi, Ustadz Farid menegaskan bahwa itu adalah dusta. Fakta yang
ada saat ini membantah hal itu, yaitu kerjasama yang dilakukan Iran dengan
Rusia di Suriah. Salah satu tujuan kerjasama mereka adalah mengamankan
perbatasan wilayah Israel di Golan.
“Semua hanyalah kamuflase,”
tandas Ustadz Farid.
Rusia menerjunkan kekuatan
militernya di Suriah untuk membantu rezim Nushairiyah dengan dalih memerangi
teroris. Bersama dengan Iran dan kelompok Syiah Hizbullah Lebanon, Rusia
menjadi sekutu utama Bashar Assad.
Reporter : Taufik