Oleh Umma Azura
Memasuki tahun kelima, krisis
di Suriah memasuki babak baru. Kini ada beberapa negara yang ikut 'menceburkan'
diri: Rusia, Cina, Vietnam dan Hizbullah ikut membantu Resim Assad dengan
menjadikan ISIS sebagai tameng (dalih).
Sebelum negara-negara ini
ikut terlibat dalam konflik di negeri Syam, korban sudah banyak yang
berjatuhan. Sepanjang tahun 2014 saja, Organisasi Kemanusiaan Pemantau HAM di
London, Inggris menyebutkan setidaknya ada 76.000 ribu jiwa, termasuk 3000
diantaranya adalah anak-anak yang meninggal akibat konflik berdarah di Suriah.
Sekarang, dengan hadirnya
negara-negara yang notabene ‘tak bersahabat’ dengan kaum muslim, membantu Assad
membantai rakyat Suriah, entah berapa korban lagi yang akan berjatuhan.
Jelas dan terang, Syiah
Indonesia yang memuja rezim Bashar Assad sebagai pemimpin yang cinta rakyat,
adalah orang-orang yang tak punya akal sehat dan hati. Yang dilakukan Assad
merupakan pembantaian yang sangat keji dan tak berprikemanusiaan.
Rusia dan China punya sejarah
yang kurang baik berkaitan dengan kaum muslim. Di Rusia, jilbab yang merupakan
kewajiban bagi setiap muslim dilarang. Larangan menggunakan jilbab pertama kali
terjadi di desa Karatyube daerah Stavropol Selatan.
Berhijab dilarang oleh
pemerintah dan pejabat sekolah dengan alasan di luar adat kebiasaan. Selain
itu, muslimah Rusia, cukup kesulitan mencari pekerjaan yang cocok, karena
jilbab mereka akan selalu dipersoalkan.
Sedangkan China sangat
membatasi ruang gerak muslim Uighur untuk beribadah. Kaum muslim Uighur yang
berada di wilayah provinsi Xianjing Cina, dibatasi untuk melakukan kegiatan
keagamaan.
Dilakukan pembatasan pada
shalat, puasa, pengajian dan kegiatan keagamaan lainnya. Parahnya, bahkan ada
pejabat khusus yang ditunjuk untuk membuat list laki-laki berusia dibawah 50
tahun yang memelihara jenggot. Polisi bahkan berdiri di depan mesjid untuk
memeriksa orang-orang yang masuk untuk melaksanakan shalat Jumat.
Sementara jika berbicara soal
Hizbullah, negara-negara Gulf Cooperation yang meliputi Arab Saudi, Kuwait,
Bahrain, Qatar dan Oman telah sepakat mem-blaclist pasukan Syi’ah itu. Bahrain
adalah negara pertama yang melakukan blacklist, kemudian disusul negara-negara
Teluk lainnya, setelah Hizbullah secara terbuka menyatakan keterlibatan
militernya di Suriah, dan membantu pasukan Bashar merebut kota Qusayr dari
mujahidin.
Sejatinya pasukan Hizbullah
adalah pasukan Syi’ah yang selalu memusuhi Sunni. Dulu banyak yang mengira
Hizbullah melawan Israel, Syaikh Yusuf Qardhawi yang dahulu mendukung Hizbullah
karena alasan tersebut, akhirnya menyesal dan menyatakan ke publik dirinya
kurang dewasa dalam mengambil sikap sebelumnya. Namun kini sudah terbuka dan
jelas siapa Hizbullah sebenarnya. Jelas, karena Syi’ah memang punya sejarah
panjang menipu dan mengelabui dunia Islam.
Iran sendiri sudah lama
mendukung pemerintah Assad membantai rakyatnya, meski secara gentle mengakui
keterlibatannya baru-baru ini. Negara berpaham Syiah ini, sangat membenci
hingga ke ubun-ubun para sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam.
Ada beragam alasan misterius
dibalik kebencian Syi’ah pada para sahabat. Salah satunya diduga karena mereka
ingin menghapuskan ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad. Sebab, ajaran
Islam sampai kepada generasi berikutnya, melalui tangan para sahabat. Sehingga
mereka mengkafirkan, membenci, mencela para sahabat tujuan tak lain
menghancurkan Islam.
Negara Vietnam sendiri, punya
sejarah konflik yang panjang dan keras sejak lama. Sangat disayangkan
‘keberpihakan’ Vietnam pada Bashar Assad dalam konflik berdarah berdarah di
Suriah ini. Mungkin Vietnam lupa tragedi kekerasan dalam negeri mereka sendiri.
Penduduk Vietnam sampai harus
mengungsi ke negara lain akibat perang saudara yang melibatkan Amerika dan
Perancis. Berbulan-bulan para pengungsi yang disebut manusia perahu Vietnam,
terombang-ambing di perairan laut Cina Selatan tanpa tujuan jelas. Sebagian
meninggal di lautan dan sebagian lagi mencapai daratan termasuk wilayah
Indonesia.
Meskipun serupa dengan Rusia
dan China yang menjadikan komunisme sebagai landasan negaranya, penderitaan
rakyat Vietnam dan korban jiwa yang berjatuhan akibat konflik di negeri itu,
harusnya menjadi pelajaran kemanusian yang mahal untuk Vietnam sendiri. Bukan
justru ikut-ikutan menjadi pembela penjahat seperti Bashar Assad, yang
membantai rakyatnya sendiri.
Maka, sudah seyogianya umat
Islam bisa menilai dengan cerdas. Apa motivasi negara-negara yang merapatkan
diri ke rezim Bashar Assad. Selain itu, patutlah menjadi sebuah pertanyaan
besar dimana suara kelompok liberal atau orang-orang yang mengklaim dirinya
'aktivis Islam'. Kelompok yang kemarin getol menyoroti dan menyalahkan koalisi
yang dipimpin Arab Saudi, saat menyerang dan mengusir pemberontak Syi'ah Houthi
di Yaman atas permintaan Presiden Yaman. Tiba-tiba saja mereka kehilangan
suara. Diam membisu.
Semoga peristiwa ini, membuka
mata dan hati kaum muslimin. Lihatlah bagaimana ulah Syi’ah saat berkuasa di
negara ahlussunnah, maka akan ada penindasan di negara itu. Selain itu, Syi’ah
sangat senang bekerjasama dengan negara-negara yang sangat membenci Islam,
tujuannya satu: menghancurkan Islam.
Apakah begitu sikap negara
yang mengklaim pencinta ahlul bait? Bagaimana pula kita bisa mengatakan Syiah
itu Islam, sementara aqidah baik dari rukun iman dan Islamnya berbeda? Tak
sadarkan orang-orang yang membela Syi’ah di negeri ini? Tak cukupkah bukti
keonaran demi keonaran yang diperbuat Syiah? Apakah koalisi terbaru Syi’ah-Komunis,
yang begitu ingin menghancurkan umat Islam, belum membuat kalian paham juga?
Raga kita, bisa jadi tak bisa
hadir di bumi syam, namun jangan pernah lupa mendoakan saudara-saudara kita di
sana dalam doa-doa kita; doa dalam sujud di waktu sepertiga malam yang
terakhir. Selain itu, mari menyisihkan harta kita untuk membantu mereka.
Semoga Allah subhanahu wa
Ta’ala menolong, menegakkan kaki-kaki para mujahid dan senantiasa bersama
mereka, memerangi musuh-musuhNya. Dan, semoga Allah Ta'ala menyadarkan kaum muslimin
di negeri ini akan bahaya Syi’ah dan bahaya laten komunis. Aamin.