Ustadz Farid: "Syiah ini agama
karangan"
12 Muharram 1437 H / 26 Oktober 2015 16:42
Ustadz Farid Ahmad Okbah
mengatakan bahwa semua ajaran Syiah adalah karangan manusia belaka. Hal
disampaikan di hadapan seribuan umat Islam saat acara deklarasi ANNAS DKI
Jakarta di masjid Al Barkah, Balimatraman Jakarta Selatan, Ahad (25/10/2015).
“Syiah ini awal berdirinya
adalah politik kemudian diadopsi menjadi agama. Jadi kesimpulannya Syiah ini
agama karangan. Makanya rujukannya bukan Rasulullah, rujukannya bukan seperti
kita umat Islam. Rujukannya adalah para imam,” terang Ustadz Farid.
Dari atas mimbar Ustadz Farid
menunjukkan beberapa kitab Syiah karya para imam mereka yang menjadi rujukan
pengikutnya. Sehingga banyak perbedaan dalam hal ushuluddin dengan umat Islam.
“Rukun Islamnya beda, rukun
imannya beda, cara shalatnya beda,” jelasnya.
Dia menghimbau para pejabat
dan aparat di negeri ini agar mengetahui bahwa Syiah berbeda dengan Islam.
Mereka merubah hukum Islam, rukun Iman dan merubah ajaran Islam.
“Siapa yang rela ajaran
agamanya dirubah,” kata Ustadz.
Padahal, imbuh ustadz Farid
di awal sambutannya, salah satu kewajiban kita umat Islam adalah menegakkan
kebenaran dan meruntuhkan kebatilan. Seraya mengutip firman Allah pada Al Quran
Surah Ash Shaff ayat 9:
“Allah lah yang telah mengutus
RasulNya membawa petunjuk dan agama yang benar. Allah memenangkan agama Islam
atas semua agama yang lain, sekalipun orang-orang musyrik membencinya.”
Dia menjelaskan tafsir ayat
ini menurut para ulama bahwa umat Islam kalau ingin berjaya harus berpegang
teguh kepada ajaran nabi Muhammad Shallalahu alaihi wa sallam dan
kemudian mempraktekkannya.
(azmuttaqin/arrahmah.com)
Ustadz Farid: Asyura adalah pendahuluan untuk
revolusi Syiah
Selain memaparkan kesesatan
aqidah dan ibadah Syiah, Ustadz Farid Ahmad Okbah juga menyampaikan kepada
jamaah betapa bahayanya gerakan Syiah di Indonesia. Dirinya mencatat konflik
Suni-Syiah di Indonesia telah terjadi 20 kali.
“Terkhir mereka menyerbu kampungnya
ustadz Arifin Ilham. Jahat mereka itu. Ngapain malam-malam 40 orang mendatangi
kampungnya orang. Agama apa seperti itu,” kata Pimpinan Pesantren Al Islam
dihadapan seribuan jamaah saat deklarasi ANNAS di masjid Al Barkah, Jakarta
Selatan, Ahad (25/10/2015).
Sebelumnya pengadilan negeri
hingga Mahkamah Agung juga telah memutus bersalah kepada gembong Syiah Sampang
Tajul Muluk yang menista Al Quran dan agama Islam.
Ustadz Farid mengungkapkan
bahwa pada tanggal 15-18 Agustus 2015 lalu 800 tokoh syiah dari seluruh penjuru
dunia berkumpul di Teheran termasuk dari Indonesia. Beberapa hal yang
disepakati pada pertemuan itu antara lain menjaga kelestarian acara-acara Syiah
di seluh dunia yakni Idul Ghadir dan Asyura maqtal Imam Husein.
Terkait acara-acara Syiah di
Indonesia, Ustadz Farid memaparkan roadmap mereka yang dipeganya
bahwa tujuan diadakannya Asyura, yakni untuk revolusi.
“Jadi Asyura yang mereka
adakan itu adalah pendahuluan untuk melakukan revolusi (syiah),” ungkapnya.
Kata Ustadz tentunya kita semua
tidak terima Indonesia dijadikan ajang konflik revolusi Syiah.
“Makanya kita meminta kepada
Presiden Indonesia dan aparat keamanan untuk menutup tempat-tempat Syiah itu,”
tegas Ustadz.
Menurutnya pusat penyebaran
dan pendanaan Syiah di Indonesia adalah kedutaan Iran di Jakarta.
“Kalau ingin menghentikan
Syiah di Indonesia, perwakilan Teheran di Jakarta harus ditutup,” kata Ustadz
Farid yang disambut pekik takbir jamaah.
(azmuttaqin/arrahmah.com)
Ustadz Farid Okbah: “Syiah Jelas Berbeda dengan
Islam”
Senin, 12 Muharram 1437 H / 26 Oktober 2015
12:13
Jika umat Islam ingin berjaya
maka harus selalu berpegang teguh kepada ajaran Nabi Muhammad Shallallahu
‘alaihi wa Sallam. Sementara Syiah, menurut Ustadz Farid Ahmad Okbah, merupakan
ajaran dan agama karangan yang merujuk bukan kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam.
“Umat Islam jelas berbeda
dengan Syiah, Syiah bukan Islam, awal berdirinya adalah politik kemudian dibawa
ke ranah agama,“ Ustadz Farid dalam orasinya pada acara deklarasi ‘Aliansi
Nasional Anti Syiah (ANNAS) di Masjid Al Barkah, Bali Matraman, Tebet, Jakarta,
Ahad (25/10).
“Dari sisi tersebut kita
dapat mengetahui dengan baik bahwa Syiah berbeda dengan Islam. Mereka mengaku
cinta Ahlul Bait tetapi merujuknya bukan kepada Rasulullah, tapi kepada imam,”
tutur salah seorang Inisiator MIUMI ini.
Sejak awal Islam, lanjut
Farid, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengajarkan hamba-Nya untuk merujuk kepada
Al-Qur’an dan Sunnah.
“Berbeda dengan Syiah, justru
mereka menambahkan ajaran baru wajib tunduk kepada para imam sehingga para imam
tersebut membuat ajaran baru yang terdiri dari rukun imannya beda, cara
shalatnya berbeda, nikahnya berbeda. Syiah ini merupakan agama karangan,” tambahnya.
Ia mengatakan, dari sisi
ajarannya saja sudah menyimpang, bagaimana dengan pergerakannya. Kita jangan
sampai tertipu oleh mereka. Syiah adalah ajaran yang sesat.
“Ajaran Islam diubah. Siapa
yang rela kalau ajaran kita diubah, dari sisi ajaran saja sudah menyimpang,”
terang Direktur Yayasan pendidikan Al-Islam ini. (EZ/salam-online)
Pakar Hukum: “Lakukan Penyimpangan terhadap
Agama, Syiah Melanggar Hukum”
Senin, 12 Muharram 1437 H / 26 Oktober 2015
13:10
Pakar dan praktisi hukum
Munarman, SH menegaskan, dari segi hukum, menyebarkan penyimpangan-penyimpangan
yang dilakukan oleh Syiah bukan termasuk pelanggaran hukum.
“Apakah mendakwahkan,
menyebarkan kebenaran, memberitahu umat, menyebarkan penyimpangan-
penyimpangan, apakah merupakan pelanggaran hukum, jelas ini tidak,” terang
Munarman saat menyampaikan orasinya dalam acara Deklarasi Aliansi Nasional Anti
Syiah (ANNAS) DKI Jakarta di Masjid Al Barkah, Bali Matraman, Tebet, Jakarta,
Ahad (25/10).
Di Indonesia, lanjut
Munarman, ada UUD nomor 1 tahun 1965, yang menyebutkan siapa pun yang melakukan
penafsiran pelanggaran agama dengan menyimpang dari pokok-pokok ajaran agama
itu, maka harus ditindak secara hukum.
“Syiah ini sudah jelas
melanggar hukum. Rukun imannya saja berbeda dengan umat Islam. Ada salah satu
rukun imannya yaitu al–wilayah, itu merupakan bahwa orang Syiah harus
punya wilayah untuk memimpin suatu negara. Syiah ini bukan mazhab agama tapi
mazhab politik,” tegas mantan Direktur LBH ini. (EZ/salam-online)
Berantas Kesesatan Syiah Lebih Efektif dengan
Kekuasaan
KH Muhammad Al-Khaththath,
Sekretaris Jenderal Forum Umat Islam (FUI) menyatakan dukungan terhadap
kebijakan Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto tentang pelarangan kegiatan
Syiah.
“Apa yang dilakukan Bima Arya
itu sudah tepat. Jadi tidak menghabiskan energi umat Islam untuk menghalangi
kegiatan Syiah,” kata Al-Khaththath kepada voa-islam, Ahad (25/10/2015)
siang.
Menurut Al-Khaththath,
semestinya langkah yang dilakukan Bima Arya ini bisa ditiru kepala daerah
lainnya di Indonesia.
“Jadi memang paling efektif
itu memberantas kesesatan dengan kekuasaan. Sangat bisa kepala daerah lainnya
dan memang seharusnya langkah Bima Arya ini diikuti, sehingga umat Islam tidak
perlu lelah. Tidak perlu terjadi benturan,” jelas Al-Khaththath.
Perihal adanya anggapan bahwa
langkah Wali Kota Bima Arya ini berlebihan dan tidak seharusnya dilakukan oleh
kepala daerah, Al-Khaththath membantahnya. (baca: Larang Syiah,
Wali Kota Bogor Di-bully Kelompok Liberal)
“Saya kira langkah Bima Arya
tidak berlebihan. Karena dia kan menjaga ketertiban umum. Jadi dia punya
wewenang untuk menjaga ketertiban umum. Dia bisa melarang sesuatu kegiatan yang
dinilai oleh para alim ulama berpotensi menimbulkan kerawanan,” kata
Al-Khaththath.* [Syaf/voa-islam.com]