Posted on October 26,
2015 by tabayyunnews
Moskow secara resmi bergabung
dengan perang Suriah pada 30 September, dengan meluncurkan serangan udara di
wilayah yang dikuasai oposisi dan membunuh sebagian besar warga sipil dan
pejuang oposisi. Selain itu Rusia juga memberikan dukungan udara untuk pasukan
rezim Assad, IRGC Iran dan Hizbullat dalam operasi ofensif di Hama, Latakia dan
Aleppo. Alih-alih merebut posisi strategis di dataran al Ghab dan pinggiran
kota Hama, pasukan rezim Assad menderita kerugian besar dengan hancurnya
puluhan kendaraan lapis baja dan banyaknya pasukan yang tewas. Pasukan oposisi
Suriah telah meneguhkan posisi untuk memegang garis pertahanan mereka.
Setelah empat minggu
intervensi Rusia di Suriah, pasukan rezim Assad tidak mencapai kemajuan
strategis meskipun mendapat dukungan udara Rusia habis-habisan. Banyak ahli
percaya bahwa pemboman sengit dari angkatan udara Rusia tidak akan mengubah
skala kemajuan dalam mendukung rezim Assad, karena kekuatan SAA dan sekutu
milisi Syiah telah mulai melemah awal tahun ini.
Arab Saudi tidak akan membiarkan
Suriah jatuh di tangan Iran dan Rusia !
Arab Saudi melihat konflik di
Suriah sebagai pertempuran eksistensial terhadap Iran, dan tidak akan menerima
jatuhnya Suriah ke tangan Iran dan Rusia, sama seperti KSA tidak menerima jika
Yaman diambilalih Iran. Tidak akan mudah bagi Saudi untuk membentuk koalisi
seperti yang mereka lakukan di Yaman, karena ada negara-negara Arab yang tidak
setuju dengan visi Saudi mengenai solusi untuk mengakhiri konflik ini, tetapi
mereka akan meningkatkan dukungan militer mereka untuk kelompok oposisi Suriah
dalam rangka mengalahkan pasukan Rusia dan Iran
Tentara Pembebasan Suriah
menolak bantuan Rusia !
Tentara Pembebasan Suriah
(FSA) menolak tawaran Rusia untuk membantu mereka dalam memerangi Daesh dan
menghentikan seruan Rusia untuk ikut serta dalam pemilu baru dalam rangka
mengakhiri perang Suriah.
“Rusia membom FSA dan faksi
oposisi yang lain, dan sekarang ingin bekerja sama dengan kami, sementara
mereka tetap berkomitmen untuk mendukung Assad? Kami tidak mengerti Rusia sama
sekali! ” Kata Letnan Kolonel Ahmad Saoud, juru bicara Divisi 13 FSA.
Rusia memasuki perang dan
memulai kampanye udara di Suriah, dengan mengatakan akan mentargetkan ISIS dan
“teroris” lainnya setelah mengatakan bahwa “pemberontak” moderat juga eksis di
Suriah. Sebagian besar target Rusia sejauh ini adalah warga sipil dan
kelompok-kelompok oposisi, dimana serangan udara lebih dimaksudkan untuk
menopang rezim Assad daripada menghancurkan ISIS. Kelompok oposisi Suriah saat
ini mulai bersatu dan meningkatkan koordinasi diantara mereka untuk melawan
invasi Rusia.
Meningkatnya konflik
sektarian !
Pemimpin Barat dan sebagian
besar pemimpin Arab mengatakan bahwa Assad telah kehilangan semua legitimasi,
Assad juga telah kehilangan dukungan dari mayoritas Arab Sunni Suriah, belum
lagi Kurdi dan kelompok minoritas lainnya, untuk menerima pemerintahannya.
Bahkan jika Assad entah bagaimana, bisa mengalahkan ISIS dan semua kelompok
oposisi Suriah, yang akan menjadi target serangan udara Rusia, ada sedikit
alasan untuk berpikir bahwa kekejamannya tidak akan pernah mewujudkan
stabilitas di Suriah.
Sejarah intervensi Rusia
dalam perang dan konflik penuh kegagalan, mereka telah melakukan intervensi
militer di Chechnya pada tahun 1994 yang mengakibatkan kemenangan Chechnya dan
penarikan pasukan Rusia dari Chechnya. Juga di Afghanistan pada tahun 1979 dan
berakhir dengan menarik diri dari Afghanistan setelah satu dekade pertempuran,
yang mengakibatkan kematian 15.000 tentara Soviet, dan perang ini adalah salah
satu alasan yang menyebabkan pecahnya Uni Soviet.
Rusia juga akan gagal di
Suriah, karena posisi Moskow menentang mayoritas rakyat Suriah yang beragama
Islam Sunni, Rusia menjadikan dirinya sebagai musuh Islam sejak Gereja Ortodoks
Rusia menyatakan “perang suci” di Suriah, dan kehendak ini mendorong pasukan
oposisi Suriah dan Jihadis untuk memberikan perlawanan lebih sengit lagi.
Perang ini kemungkinan akan
memperburuk kemarahan terhadap rezim Assad di seluruh wilayah, melipatgandakan
angka gerakan jihad Sunni dari seluruh dunia untuk bergabung dengan pejuang
oposisi Suriah. Di pihak lain, koalisi Putin-Assad, bergabung dengan Iran dan
Hizbullat, yang didominasi oleh Syiah dan non-Sunni lain seperti Kristen, akan
memperdalam dinamika sektarian perang di Timur Tengah. Mengingat bahwa Assad
merupakan minoritas sektarian di Suriah, semakin sektarian perang, semakin
kecil kemungkinan baginya untuk memenangkan perang.
On pics : Kuburan Tank dan
helm tentara Rusia di Afghanistan