Foto: Ma'an
4 Muharram 1437 H / 18 Oktober 2015 13:00
Sumber polisi “Israel”
mengkonfirmasi pada Sabtu (17/10/2015) bahwa Muslimah Palestina asal
Yerussalem, Isra Abed, (29), yang ditembak sebelumnya, tidak berniat untuk
melakukan serangan penusukan di stasiun bus, sebagaimana dilansir oleh IMEMC.
Isra ditembak dengan lebih
dari enam peluru hidup di stasiun bus Afula, Jum’at lalu. Polisi “Israel”
mengklaim bahwa Isra berusaha untuk menikam orang “Israel”.
Sumber media mengatakan bahwa
Isra membawa pisau untuk alasan pribadi dan dia tidak berniat untuk menikam
siapapun.
Sumber polisi “Israel” juga
menjelaskan bahwa Isra membawa pisau saat dia di bus di stasiun Afula, tapi dia
tidak menikam orang “Israel” sama sekali. Menurut sumber itu, hal ini
menimbulkan sejumlah pertanyaan kepada penyidik.
Sumber medis melaporkan bahwa
enam peluru tajam dikeluarkan dari tubuh Isra Abed ini.
Isra Abed adalah ibu dari
satu anak yang diberondong peluru oleh sekelompok tentara “Israel” dengan
sadis. Ia tercatat sebagai mahasiswa jurusan Rekayasa Genetika.
Jum’at lalu (9/10/2015) ia
berangkat menuju ke stasiun bus untuk pergi ke kampusnya. Tentara “Israel”
menuduh Isra Abed membawa pisau dan akan digunakan untuk menyerang mereka.
Namun rekaman video memperlihatkan bahwa saat tentara “Israel” memintanya untuk
mengangkat tangan dan Isra Abed telah melakukannya.
Sambil mengangkat tangan,
Isra Abed memohon agar tentara “Israel” tidak menembaknya. Namun tentara
“Israel” dengan kejinya justru menyalakkan peluru ke arah ibu muda itu. Isra
Abed pun jatuh dan meninggal.
Saksi mata mengatakan bahwa
pembunuhan ini merupakan pembunuhan keji dengan gaya eksekusi.
(ameera/arrahmah.com)
Lagi, Polisi "Israel" membunuh gadis
Palestina di Hebron dengan brutal
Polisi perbatasan “Israel”
menembak dan membunuh seorang gadis Palestina di kota Hebron dekat Masjid
Ibrahimi di Tepi Barat selatan yang diduduki, kata saksi mata, lansir Ma’an pada
Ahad (25/10/2015).
Salah satu saksi, seorang
wanita Palestina yang berada di daerah itu, mengatakan kepada Ma’an bahwa
“tentara pendudukan menutup seorang gadis Palestina yang tergeletak penuh darah
di tanah tanpa memberikan bantuan medis sama sekali, sebelum ambulans tiba dan
membawanya.”
Seorang juru bicara polisi
“Israel” tidak mengkonfirmasi bahwa wanita Palestina telah tewas, tetapi
mengkonfirmasi bahwa seorang perwira polisi “Israel” menembak wanita itu
setelah polisi “melihat wanita itu memiliki pisau.”
Polisi perbatasan tidak
terluka dalam insiden itu, kata juru bicara itu.
Saksi Palestina yang lain
mengatakan kepada Ma’an bahwa ia melihat anak sekolah membawa tas
sekolah di punggungnya, mencoba untuk menyeberangi pos pemeriksaan “Israel” di
dekat Masjid Ibrahimi sebelum dia dibunuh.
“Seorang tentara “Israel”
memintanya untuk mengambil pisau dari tasnya, kemudian ia segera melepaskan
tembakan ke udara,” kata Dia. “Beberapa detik kemudian anak sekolah itu
berbaring di tanah dalam keadaan berdarah setelah ia ditembak.”
Kematian wanita di perbatasan
utara Tepi Barat yang diduduki menandakan setidaknya 57 warga Palestina telah
gugur sejak awal bulan.
Sementara setidaknya 29 dari
mereka yang gugur ditembak mati setelah diklaim melakukan serangan terhadap
pasukan “Israel” atau warga sipil, beberapa kasus telah dibantah oleh saksi
mata dan investigasi oleh kelompok-kelompok hak asasi yang mengatakan para
tersangka tidak menimbulkan ancaman pada saat mereka dibunuh.
Rekaman video insiden
tersebut telah menuai kritik. Kelompok hak asasi B’Tselem mengkritik “Israel”
atas kebijakan “menembak-untuk-membunuh” yang dianjurkan oleh para pejabat
“Israel”, sehingga menyebabkan tingginya jumlah kematian yang tidak perlu.
Sedikitnya sembilan warga
“Israel” telah tewas oleh warga Palestina sejak 1 Oktober, yang menyebabkan
pemerintah “Israel” meningkatkan langkah-langkah keamanan dan jumlah personil
militer dan polisi “Israel” di seluruh wilayah Palestina yang diduduki.
(fath/arrahmah.com)
Biadab, para tentara “Israel” penjajah terus
kampanyekan “bunuh ibu hamil dan janin”
Kampanye “bunuh ibu hamil, janin, dan anak-anak
Palestina” pada kaos zionis penjajah. (Foto: WS)
Kampanye “ledakkan masjid dan rumah penduduk
Palestina” pada kaos zionis penjajah. (Foto: WS)
Sejak 2009, kampanye “bunuh
ibu hamil dan janin” atau “one shot, two kills” telah dilancarkan para tentara
dan pemuda zionis “Israel” melalui berbagai bentuk advokasi, termasuk grafik
kaos dan games. Sebelumnya, pada 2006 kampanye serupa telah berlangsung
dan membudaya di berbagai batalion militer zionis itu dengan nada sarkastik,
sebagaimana dikutip dari WS, Rabu (21/10/2015).
Karena penjualan kaos dan games kontroversial
tersebut merambah dunia maya, IDF atau militer pengecut “Israel” memberikan
pernyataan sanggahan di sebuah koran zionis.
“Peraturan militer tidak
mengikat (hal terkait) pakaian warga sipil, termasuk kaos yang diproduksi di
akhir pendidikan militer dan berbagai pelatihan tentara. Disain dan pencetakan
kaos itu merupakan inisiatif para tentara secara pribadi, dan dikenakan sebagai
pakaian warga sipil.”
Dengan demikian, warga sipil,
terutama kaum wanita, ibu hamil, dan anak-anak merupakan target utama para
zionis penjajah. Sementara rumah-rumah penduduk dan masjid adalah sasaran
pengerusakan mereka secara sistemik, baik dengan dibom atau diambil alih secara
paksa oleh pemukim zionis ilegal.Laa hawla wa laa quwwata illa billaah.