Posted on Oct 12th, 2015
Allah subhanahu wa Ta’ala
mengecam pemuka-pemuka agama masa lalu yang hanya diam saja ketika melihat
kemunkaran. Maka kecaman itu mestinya jadi pelajaran berharga bagi
manusia-manusia sekarang kalau tidak mau jadi syetan gagu alias syetan bisu,
yang melihat kemunkaran hanya diam saja padahal mampu berbicara.
وَتَرَى كَثِيرًا مِنْهُمْ يُسَارِعُونَ فِي
الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَأَكْلِهِمُ السُّحْتَ لَبِئْسَ مَا كَانُوا
يَعْمَلُونَ (62) لَوْلَا يَنْهَاهُمُ الرَّبَّانِيُّونَ وَالْأَحْبَارُ عَنْ
قَوْلِهِمُ الْإِثْمَ وَأَكْلِهِمُ السُّحْتَ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَصْنَعُونَ
[المائدة/62، 63]
Dan kamu akan melihat
kebanyakan dari mereka (orang-orang Yahudi) bersegera membuat dosa, permusuhan
dan memakan yang haram. Sesungguhnya amat buruk apa yang mereka telah kerjakan
itu.
Mengapa orang-orang alim
mereka, pendeta-pendeta mereka tidak melarang mereka mengucapkan perkataan
bohong dan memakan yang haram? Sesungguhnya amat buruk apa yang telah mereka
kerjakan itu.(Q.S Al-Maaidah: 62-63)
Syaikh Abu Bakar Al-Jazairi
menegaskan, (ayat terakhir itu adalah) celaan buruk terhadap diamnya ulama atas
kemunkaran dan tutup matanya mereka atas para pelaku keburukan. Oleh karena itu
banyak dari Ulama salaf berkata mengenai ayat ini adalah ayat paling keras
terhadap ulama dan paling bahaya atasnya. (Aisraut Tafaasiir
juz 1 halaman 361).
(nahimunkar.com)