Pernah
juga Republika Memuja Pentolan Liberal Ahmad Wahib dan Artis Dugem Nike Ardila
Republika didirikan dengan mengumpulkan saham dari Umat
Islam, tahu-tahu kemudian menikam aqidah Islam dengan menyebaran racun virus
sepilis (sekluerisme, pluralisme agama, dan liberalisme) bahkan syiah.
Republika
adalah koran harian yang didirikan dengan memunguti saham dari Umat Islam.
Karena Umat Islam merasa prihatin, di negeri yang mayoritas penduduknya Muslim
ini tidak punya koran tingkat nasional yang besar. Justru koran yang merajai
negeri ini terbitan Katolik yaitu Kompas. Juga koran-koran lain yang sifatnya
sekuler dan tak menghargai Islam. Bahkan tak jarang mereka menyajikan berita
atau tuisan yang miring-miring terhadap Islam, menyudutkan, atau penjauhan dari
Islam.
Atas
kepihatinan yang merata itulah kemudian Republika didirikan atas saham yang
dikumpulkan dari Umat Islam, dan kemudian Republika terbit perdana pada 4
Januari 1993.
Namun
rupanya justru bagai senjata makan tuan. Yang digadang-gadang dan diharapkan
untuk menumbuh suburkan Islam serta membela Islam dengan benar itu tahu-tahu
menggunting dalam lipatan, menjajakan syubhat-syubhat yang berbahaya bagi
aqidah/ keyakinan Islam.
Tidak
tanggung tanggung, koran Republika ini seperti tidak punya malu, sampai
tega-teganya memuja pentolan plurlisme agama yang telah dinyatakan murtad oleh
MUI 1981, yaitu Ahmad Wahib yang buku catatan hariannya (Catatan Harian Ahmad
Wahib) diterbitkan oleh lembaga yang dipimpin Dawam Rahardjo (belakangan
dikenal sebagai pembela Aliran murtad, yakni Ahmdiyah, dan pembela Lia Eden
yang menghalalkan daging babi). Buku Ahmad Wahib itu hasil suntingan Johan
Efendi seorang pentolan yang tercatat sebagai anggota Ahmadiyah.
Buku itu menghebohkan karena isinya benar-benar liberal dan pluralisme agama,
hingga menginginkan Nabi yang internasional. Jadi Nabi Muhammad seakan dianggap
lokal belaka. Maka dianggap murtad lah manusia yang menulis itu (yakni Ahmad
wahib) oleh MUI. Anehnya, setelah diangkat oleh Republika, maka diada-adakan
pula oleh kelompok liberal, lomba resensi dengan hadiah cukup tinggi, dan konon
yang menang mahasiswa dari Ushuluddin UIN Jakarta.
Umat Islam menghadapi para pengusik
Islam dari golongan sepilis (sekulerisme, pluralisme agama, dan liberalisme).
Buku Bahaya Islam Liberal karya Hartono Ahmad jaiz yng terbit
tahun 2002 mencatat: Sebagian mereka yang terdaftar dalam Jaringan Islam
Liberal, memang pendapat sebagian mereka itu membuat geger. Kadang membuat geger,
dan memang pendapat yang menggegerkan itu adalah pendapat model orang Pluralis
ataupun Islam Liberal. Tetapi sosok penulisnya ketika melontarkan gagasan yang
menggegerkan kadang tidak ditampilkan.
Kasus
itu di antaranya sudah dua kali terjadi di koran Republika. Hingga Republika
didemo oleh tokoh-tokoh Islam dari KISDI, Dewan Dakwah, As-Syafi’iyah, Khairu
Ummah, BKSPPI (Badan Kerjasama Pondok Pesantren se-Indonesia) dan lainnya.
Kasus pertama, kaum Pluralis atau kini menyebut dirinya Islam Liberal itu menampilkan
pemikiran pluralisme dalam bukuCatatan
Harian Ahmad Wahib, lalu dimuat panjang lebar oleh Republika.
Kasus
kedua, menampilkan artis Nike Ardila, yang mati karena mobilnya menabrak
tembok, (sepulang dari diskotik Polo dini hari tanggal 19 Maret 1995) dimuat di
Republika secara besar-besaran dan berhari-hari. Sampai-sampai di koran
Republika yang sahamnya dari umat Islam itu ditulis bahwa Nike Ardila kini
tenang tidur di sisi Tuhan.
Artis yang lakonnya sulit untuk diteladani tetapi diucapi dengan derajat
setinggi itu (tidur di sisi Tuhan), menjadikan gerahnya para tokoh Islam.
Tulisan itu khabarnya memang dibuat oleh orang yang kini ternyata terdaftar
dalam Jaringan Islam Liberal tersebut. (Lihat Buku Hartono Ahmad Jaiz,
Bahaya Islam Liberal, Pustaka Al-kautsar, 2002). Tulisan tanpa nama itu konon
ditulis oleh Hmd Bsib temannya Ulil Abshar Abdalla pentolan liberal dan bahkan
kemudian menggantikan kedudukan Ulil di JIL.
Pemuja
artis dugem Nike Ardila yang “mengotori” Republika dengan tulisannya (tanpa
nama) itu kini setelah jadi relawan orang yang kemudian jadi presiden maka dia
diangkat jadi Komisaris Utama PT Balai Pustaka. (Disadari atau tidak, Republika
yang sahamnya dari Umat Islam itu telah memelihara dan membesarkan orang yang
menjadi pentolan liberal dan kemudian jadi komisaris utama PT Balai Pustaka,Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
yang fungsinya untuk benteng kebudayaan dan peradaban umat manusia, kata orang.
Agar manusia jadi liberal?)
Menyebarkan racun penyesatan
Dalam
hal menyebarkan racun penyesatan, yakni faham pluralisme agama yang teah
diharamkan MUI 2005, Republika tidak kapok pula. Justru memuat tulisan yang
sangat menjerumuskan.
Ahmad
Syafii Maarif mantan ketua Muhammadiyah menulis di rubrik resonansi di Harian Republika berjudul Hamka
tentang Ayat 62 Al-Baqarah dan Ayat 69 Al-Maidah. (Republika, Selasa 21 November 2006/
29 Syawal 1427H, halaman 12). Isinya untuk mendukung faham pluralisme agama,
menyamakan semua agama, masuk surga semua. Maka kelanjutan dari tulisannya itu
lebih menegaskan lagi, “Mereka rakus surga dan melakukan kekerasan teologis,
joke saya, mereka akan masuk sendiri dan kelelahan nyapu surga yang luasnya tak
terbatas.”
Ucapan
pedas mantan ketua umum Muhammadiyah itu ditujukan kepada kaum Muslimin yang
mengikuti aqidah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa yang masuk
surga itu hanya orang Muslim.
Tulisan
Syafii Maarif itu menjadikan Hamka sebagai tameng. Padahal Hamka dalam
Tafsirnya, Al-Azhar juz 6 halaman 325, Hamka menegaskan:
“Yang iman itu yang terbuka hatinya menerima wahyu yang dibawa oleh sekalian
Nabi, sampai kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
Misalnya
sampai Hamka pun berfaham model Syafii Maarif, –dan ternyata tidak–, tetap umat
Islam harus merujuk kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dan kenyataannya, dalam
Hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kalau seandainya Nabi Musa as hidup
berjumpa dengan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam maka tidak ada
kelonggaran kecuali ikut Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Siapa
yang ikut Nabi Musa ‘alaihis salam, dan meninggalkan Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam maka sesat.
Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لو نزل موسى فاتبعتُموهُ وتركتُموني لضلَلْتُمْ ، أنا
حظُّكم منَ النبيينَ . و أنتم حظي منَ الأمَمِ
الراوي : عبدالله بن الحارث
| المحدث : الألباني | المصدر : صحيح الجامع
الصفحة أو الرقم: 5308 |
خلاصة حكم المحدث : حسن
Seandainya
Musa turun lalu kamu sekalian mengikutinya dan kalian meninggalkanku pasti kamu
sekalian sesat. Saya adalah bagian kamu seklian dari nabi-nabi, dan kamu
sekalian adalah bagianku dari umat-umat. (Shahiul Jami’, hadits hasan menurut
Al-Albani/ dorar.net).
Juga
ada hadits shahih, selain orang muslim maka tidak masuk surga, tempatnya di
neraka.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنْ
رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَنَّهُ قَالَ « وَالَّذِى نَفْسُ مُحَمَّدٍ
بِيَدِهِ لاَ يَسْمَعُ بِى أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الأُمَّةِ يَهُودِىٌّ وَلاَ
نَصْرَانِىٌّ ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِى أُرْسِلْتُ بِهِ إِلاَّ كَانَ
مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ ».
‘An
Abii Hurairota ‘an Rasuulillahi shallallahu ‘alaihi wa sallam annahu qoola:
“Walladzii nafsi Muhammadin biyadihi, laa yasma’u bii ahadun min haadzihil
Ummati Yahuudiyyun walaa nashrooniyyun tsumma yamuutu walam yu’min billadzii
ursiltu bihii illaa kaana min ash-haabin naari.” (Muslim).
Diriwayatkan
dari Abu Hurairah dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau
bersabda: “Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada di tanganNya, tidaklah seseorang
dari Ummat ini yang mendengar (agama)ku, baik dia itu seorang Yahudi maupun
Nasrani, kemudian dia mati dan belum beriman dengan apa yang aku diutus
dengannya, kecuali dia termasuk penghuni neraka.” (Hadits Riwayat Muslim bab Wujubul
Iimaan birisaalati nabiyyinaa shallallahu ‘alaihi wa sallam ilaa jamii’in naasi
wa naskhul milal bimillatihi, wajibnya beriman kepada risalah nabi kita
shallallahu ‘alaihi wa sallam bagi seluruh manusia dan penghapusan agama-agama
dengan agama beliau).
Terus
dari mana Pak Ahmad Syafii Maarif mau berkilah bila berhadapan dengan Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam kelak di akherat? Adakan mandat kepada
Pak Ahmad Syafii Maarif untuk memasukkan surga orang-orang sekarang yang tak
percaya kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, tak mengikuti Islam
yang beliau bawa? Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah sejelas itu
dalam menggariskan surga dan neraka. Bagaimana mau menegakkan kepala di akherat
kelak, ketika ingat di dunia telah moyoki Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam sebagai orang yang rakus surga dan akan kelelahan menyapu
surga. Demikian pula umatnya yang mengikuti Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wa sallam dengan baik, telah dipoyoki seperti itu. Lantas, apakah di akherat
kelak akan dibagi surga oleh orang kafir yang telah Pak Ahmad Syafii Maarif
iming-imingi masuk surga pula sebagaimana orang Muslim itu? Bukankah justru
orang kafir akan menagih kepada Pak Syafii Maarif? Lantas dari mana mau membagi
surga kepada mereka? Apakah ada mandat dari ayat maupun hadits sebagai counter
ayat 6 surat Al-Bayyinah?
“Jualan syiah”.
Muhyiddin
Junaidi
Yang
lebih menyedihkan terutama bagi Ummat Islam Indonesia, di saat Ummat Islam
(Sunni) dimusuhi oleh syi’ah di pusatnya di dunia yakni Iran, justru oknum MUI
(Majelis Ulama Indonesia) Pusat berbangga bekerjasama dengan Iran dalam bidang
riset/ penelitian (agama). Surat kabar yang mewawancarainya (Republika) pun
tampak membeberkan dengan lantangnya.
Sebagian
wawancara Republika dengan orang MUI, Muhyiddin Junaidi, sebagai
berikut:
MUI
telah mencoba melakukan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dengan
organisasi-organisasi Islam di luar negeri.
Beberapa
waktu lalu, kami diundang ke Irak dan telah menandatangani kerja sama dengan
Pusat Kajian Alquran di Irak yang berpusat di Karbala. Walaupun berbeda mazhab,
kita ingin sama-sama sharing untuk meningkatkan metodologi hafalan Alquran.
Kami bertemu dengan tokoh di Irak, baik Suni maupun Syiah. Bahkan, mereka
sangat mengapresiasi kunjungan kita ke Irak di tengah-tengah situasi kemanan
yang menurut berita internasional kurang kondusif.
Kita
ingin menjalin kerja sama dengan umat Islam walaupun berbeda aliran/mazhab.
Kita sadar bahwa musuh-musuh Islam selalu berupaya melemahkan Islam dengan
mengadu domba antara Syiah dan Sunni. Kita tak mau itu terjadi. Syiah itu tak
seperti Ahmadiyah karena Syiah adalah mazhab yang diakui dunia Islam.
(Pada
bagian lain dikemukakan):
MUI
juga akan melakukan riset bersama di Iran tentang peradaban Islam. Mereka bisa
melakukan riset mengenai peran MUI dalam merekatkan ukhuwah Islamiyah dan
ormas-ormas Islam di Indonesia. (Republika, KH Muhyiddin Junaidi MA, Umat
Harus Waspadai Konspirasi Musuh, Minggu, 13 Februari 2011 pukul
11:47:00).
Anehnya,
Muhyiddin Junaidi yang suaranya miring-miring ke syiah itu kini diangkat lagi
jadi pengurus MUI periode 2015-2020. Maka muncullah tulisan di
nahimunkar.com agar sejumlah orang sesat dari liberal, LDII, dn pendukung syiah
dikeluarkan dari MUI. https://www.nahimunkar.com/inilah-orang-orang-yang-selayaknya-dikeluarkan-dari-mui/
Republika dilabrak Annas (Aliansi
Nasional Anti Syiah)
Belum
lama ini Republika didatangi dan diprotes ANNAS (Aliansi Nasional Anti Syiah)
karena koran yang didirikannya atas saham umat Islam itu justru menikam Islam
dengan “jualan” syiah.
Menurut
Ustadz Fahmi Salim dari MUI, Koran Republika, hari
Ahad 8 November 2015 hal. 18 di rubrik Islam Digest, mengangkat kembali
soal Taqrib (penyatuan) antara Sunni dan
Syiah dengan judul Sunni dan Syiah Bersatu, Mungkinkah?
Sebenarnya,
ide ini adalah gagasan usang yang terus diulang-ulang. Lanjut Ustadz Fahmi, ini
adalah membuktikan gagasan itu sangat usang dan penulisnya tidak melihat
perkembangan terbaru.
Tulisan itu hanya mengulang lagu lama Dr
Quraish Shihab, cuma sedikit diupgrade menggunakan
buku terbitan Libanon karya Prof Dr Musthafa ar-Rifa’i lewat kitab bertajukIslamuna fi at-Taufiq Baina
as-Sunni wa asy-Syi’ah, sebab kalau mengacu ke buku Quraish
Shihab maka para pembaca sudah paham gagasan yang sesungguhnya basi.
Hidayatullah.com memberitakan, – Terkait pemberitaan Koran
Republika tentang Taqrib Sunni-Syiah yang dimuat pada Ahad (08/11/2015) lalu,
Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS) mendatangi kantor Republika untuk
menyampaikan keberatannya terkait tulisan tersebut pada Senin, (09/11/2015).
Sekretaris
ANNAS, Tardjono Abu Muas mengatakan Sunni dan Syiah sampai kapanpun tidak akan
bisa bersatu, untuk itu pihaknya menyampaikan keberatan terkait tulisan Republikapada
rubrik Islam Digest halaman
18 yang membahas soal upaya penyatuan Sunni-Syiah (Taqrib).
“Sehari
setelahnya kita mendatangi kantor Republika terkait tulisan tersebut,” kata
Tardjono saat dihubungihidayatullah.com, Rabu,
(11/11/2015).
Pada
pertemuan itu KH. Athian Ali, Ketua ANNAS Pusat, mengatakan bahwa persoalan
Syiah bukan sekedar perbedaan madzhab, karena banyak ajaran-ajaran Syiah yang
menyimpang. Sehingga menurutnya Syiah tidak sama dengan Sunni.
“Jadi,
bukan sekadar perbedaan mazhab,” ujar Kiai Athian.
Selama
ini Umat Islam menghadapi bahaya syiah dengan semakin banyaknya faktor yang
mencuat di masyaakat. Di balik itu justru bahaya yang disuntikkan oleh media
pendukung syiah diam-diam terasa juga bagi umat.
Inilah
di antara sorotannya.
***
Posted
on Jul 24th, 2013
Gerilya
Misionaris Syi’ah Dibidang Media
Menuding hadits Muslim ada yang palsu dan hadits Bukhori
ada yang menjijikkan
Ketika
Ustadz Husen Alatas menjawab sebuah pertanyaan dari pendengar yang dibacakan
pembawa acara Rasil AM720 (Radio Silaturahim di Cububur Jakarta Timur), yang
terjadi pada Selasa malam (sekitar jam 23:00 wib) tanggal 25 Oktober 2011 (28
Dzulqa’dah 1432H), Ustadz Husen Alatas kala itu pernah mengatakan salah satu
hadits riwayat Muslim dengan tudingan sebagai hadits palsu. Yaitu, hadits yang
isinya antara lain mengatakan bahwa “orang tua Nabi di neraka”.
Juga,
ada satu hadits riwayat Bukhari yang dikatakannya menjijikkan. Yaitu, salah
satu hadits yang mengatakan bahwa “Fathimah datang ke Nabi Muhammad dan berkata
agar Nabi bersikap adil kepada istri-istrinya sebagaimana kepada Aisyah, dan
ketika Fathimah datang kepada Nabi Muhammad, beliau sedang berada di pangkuan
Aisyah”.
Menurut
Husen Alatas, Bukhari dan Muslim hanya mengumpulkan riwayat. Sedang yang
menentukan shahih atau tidaknya hadits adalah ulama rabbaniyyin berdasarkan
Al-Qur’an dan akal, tanpa menyebut siapa yang dia maksud ulama rabbaniyyin itu.
Dengan
kenyataan melecehkan hadits Shahih Muslim dan Shahih Bukhari tanpa landasan
yang dapat dipertanggung jawabkan itu, maka dalam musyawarah Ulama dan Umat
Islam yang diselenggarakan FUUI di Bandung Ahad 30 Jumadal Awwal 1433/22 April
2012 diputuskan pula poin tentang bahaya penerbitan dan media massa pro syiah.
Inilah
beritanya.
***
Memperingatkan bahaya penerbitan dan
media massa pro syiah
Bahaya
penerbitan dan media massa pro syiah telah diingatkan dalam musyawarah ulama
dan umat Islam yang diselenggarakan FUUI (Forum Ulama Umat Islam) di Bandung,
Ahad 30 Jumadal Awwal 1433/22 April 2012. (lihat Hasil lengkap Musyawarah
‘Ulama dan Ummat Islam Indonesia tentang Langkah Strategis Hadapi Aliran Sesat
Syi’ahhttps://www.nahimunkar.com/hasil-lengkap-musyawarah-ulama-dan-ummat-islam-indonesia-tentang-langkah-strategis-hadapi-aliran-sesat-syiah/ )
Dalam
rekomendasinya disebutkan:
Memperingatkan
masyarakat terhadap bahaya penerbit-penerbit yang terindikasi
terlibat gerakan syiah; seperti Mizan, Al Huda Jakarta, Al Bayan
dll
Memperingatkan
Masyarakat terhadap media cetak dan elektronik yang terindikasi mensponsori
gerakan syiah di Indonesia : antara lain TV Al Hadi, Radio Rasil, Majalah Syiar dll
Masalah
media massa yang terindikasi pro syiah tersebut sempat mendapatkan perhatian
dan komentar, karena ada yang menjelaskan bahwa habib Zen Al-Kaf dari
Al-Bayyinat Surabaya yang juga hadir dalam musyawarah ini telah menyatakan
dalam seminar tentang syiah di Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) beberapa
waktu lalu bahwa Radio Rasil di Cibubur Jakarta mengusung faham syiah.
Dijelaskan
pula bahwa ketika Ustadz Husen Alatas menjawab sebuah pertanyaan dari pendengar
yang dibacakan pembawa acara Rasil AM720, yang terjadi pada Selasa malam
(sekitar jam 23:00 wib) tanggal 25 Oktober 2011 (28 Dzulqa’dah 1432H), Ustadz
Husen Alatas kala itu pernah mengatakan salah satu hadits riwayat Muslim dengan
tudingan sebagai hadits palsu. Yaitu, hadits yang isinya antara lain mengatakan
bahwa “orang tua Nabi di neraka”. Juga, ada satu hadits riwayat Bukhari yang
dikatakannya menjijikkan. Yaitu, salah satu hadits yang mengatakan bahwa
“Fathimah datang ke Nabi Muhammad dan berkata agar Nabi bersikap adil kepada
istri-istrinya sebagaimana kepada Aisyah, dan ketika Fathimah datang kepada
Nabi Muhammad, beliau sedang berada di pangkuan Aisyah”.
menurut
Husen Alatas, Bukhari dan Muslim hanya mengumpulkan riwayat. Sedang yang
menentukan shahih atau tidaknya hadits adalah ulama rabbaniyyin berdasarkan
Al-Qur’an dan akal, tanpa menyebut siapa yang dia maksud ulama rabbaniyyin itu.
Sementara
itu, mengenai Ustadz Zen Al-Hady, yang juga pernah menjadi nara sumber di Rasil
AM 720, masyarakat sudah lama mengenali dia sebagai misionaris Syi’ah, antara
lain melalui kedudukannya sebagai Dewan Pembina di Yayasan Fathimah yang
bermarkas di Jalan Batu Ampar III No.14, Condet, Jakarta Timur 13520. Yayasan
Fathimah adalah salah satu dari sekian puluh Yayasan Syi’ah yang bertebaran di
Indonesia. Lihat data lainnya di sini: https://www.nahimunkar.com/sekilas-data-syiah-di-indonesia/
***
Gerilya Misionaris Syi’ah
Dibidang Media
Benarkah
ada gerilya misionaris syi’ah di bidang media? Siapa saja mereka? Berikut
perkembangan gerilya misionaris syi’ah di bidang media, khususnya yang sedang
menjadi perbincangan hangat mengikuti maraknya penyebaran faham syi’ah dengan
berbagai macam cara, termasuk media. Semoga bermanfaat!
Ada Apa Dengan Republika?
Salah
satu media yang kerap diduga dan telah disusupi faham syi’ah adalah Harian Umum
Republika. Harian yang sering mengklaim media Islam ini sering dikeluhkan
mengapa beritanya tentang Iran terus-menerus.
Salah
satu keluhan kepada Republika mencuat saat diselenggarakannya tabligh akbar
tentang “Menyingkap Tabir Syi´ah” di Masjid Baitul Karim Kebon Kacang Tanah
Abang Jakarta, Ahad 5 Feb 2012/12 Rabi´ul Awwal 1433H.
Ustadz
Hartono Ahmad Jaiz, penulis buku “Aliran dan Paham Sesat di Indonesia” yang
menjadi nara sumber pada acara tabligh akbar tersebut pun menceritakan bahwa di
tahun 2002 dirinya pernah berhadapan dengan Haidar Bagir, pemimpin Harian Umum
Republika, yang memprotes dan keberatan namanya ditulis dalam judul Gerakan
Syi’ah di Indonesia. (https://www.nahimunkar.com/10996/dipertanyakan-kenapa-republika-beritanya-iran-melulu)
Harian
Umum Republika yang pernah dipimpin oleh tokoh syi’ah Haidar Bagir ini dikenal
“rajin” menampilkan berita-berita tentang Iran, bahkan kini secara
terang-terangan mendukung propaganda kaum sesat syi’ah.
Hari
Kamis (09/02/2012), Harian Umum Republika dengan terang-terangan memuat iklan
“terselubung” dari Yayasan Muslim Indonesia Bersatu (YMIB), berjudul “MELAWAN
POLITIK ADU DOMBA DENGAN PERSATUAN UMAT”.
Tidak
tanggung-tanggung, Harian Umum Republika memuat iklan propaganda sesat syi’ah
itu setengah halaman korannya hanya untuk menyatakan keabsahan syi’ah sebagai
aliran dalam Islam. Parahnya lagi, syi’ah mencatut beberapa nama ulama sunni,
dan mengatakan bahwa Syiah diakui sedikitnya di 48 negara, yang dimuat dalam
Risalah ‘Amman. Dalam risalah yang dinukil YMIB itu dikatakan bahwa Mazhab
Jakfari juga bagian dari Islam.
Tulisan
setengah halaman ini berisi ajakan taqrib (pendekatan)
Sunni-Syiah. Iklan berisi ajakan membangun persatuan ummat, khususnya antara
Muslim Ahlu Sunnah wal-Jamaah dengan pengikut Syiah ini juga mengutip
pernyataan berbagai ulama Sunni, seolah-olah nampak indah.
Ustadz
Fahmi Salim, MA, Wakil Sekjen Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia
(MIUMI) menulis artikel berjudul “Distorsi Syiah Di Balik Ajakan “Persatuan”
Umat”, guna menangkal terjadinya distorsi propaganda Syi’ah di balik ajakan
“Persatuan”. (http://hidayatullah.com/read/21086/10/02/2012/distorsi-syiah-di-balik-ajakan-%E2%80%9Cpersatuan%E2%80%9D-umat.html)
Parahnya,
artikel ini juga dikutip situs Syi’ah IRIB, (http://indonesian.irib.ir/beranda)Iran
Indonesian Radio, Irib World Service, yang merupakan propaganda langsung
kepanjangan tangan rezim syi’ah Iran.
Melihat
sepak terjang Harian Umun Republika, khususnya keberadaan Haidar Bagir,
seringnya memuat artikel pro syi’ah, dan juga memuat iklan-iklan propaganda
syi’ah, maka sudah saatnya kita mempertanyakan ada apa dengan Republika?
Radio Silaturahim Pro Syi’ah?
Kontroversi
adanya media-media khusus sebagai corong atau sarana propaganda syi’ah kali ini
menimpa Radio Silaturahim (Rasil), sebuah radio berlabel Islam yang mengudara
pada frekwensi AM 720. Radio Silaturahim atau yang biasa disingkat Rasil,
dinamakan demikian,karena beralamat di jalan Masjid Silaturrahim No. 36
Halimanggis, Cibubur, Bekasi.
Kontroversi
mencuat ketika artikel berjudul “Radio Rasil Pro Syiah?” tulisan Ustadz Hartono
Ahmad Jaiz yang dikirim ke situs Eramuslim dimuat di situs tersebut. Tulisan
itu mengundang pihak Rasil AM 720 melayangkan bantahan dan klarifikasi melalui
Geisz Chalifah, Manager Humas Radio Silaturahim (Rasil AM 720).
Isi
bantahan dari fihak Rasil maupun tanggapan dari fihak Eramuslim bisa dibaca
lebih detail dihttp://www.eramuslim.com/suara-kita/suara-pembaca/bantahan-dan-klarifikasi-radio-silaturahim.htm
Artikel
berjudul “Radio Rasil Pro Syiah?” bisa dibaca lengkap di situs nahimunkar.com,
tepatnya di https://www.nahimunkar.com/10988/radio-silaturahim-pro-syiah/ Dalam
artikel tersebut, Ustadz Hartono Ahmad Jaiz, mengkritisi siaran Rasil yang
bermoto “Untuk Islam Yang Satu” khususnya Tausiah Sore, dengan nara sumber
Ustadz Zen Al-Hady, yang berlangsung sejak pukul 16.00 WIB hingga menjelang
adzan magrib, di edisi 02 Februari 2011.
Dalam
tulisan tersebut, Ustadz Hartono Ahmad Jaiz menangkap kesamaan pandangan Ustadz
Zen Al-Hady, dengan pendukung syi’ah sebelumnya, seperti Said Agil Siradj, Umar
Shihab, yang mengatakan syi’ah sudah ada sejak dulu, dan mereka bagian dari
Islam karena orang Syi’ah diizinkan ber-Haji ke tanah suci. Alasan lainnya,
Republik Syi’ah Iran merupakan anggota OKI dan anggota Rabithah Alam Islami
(Liga Muslim Sedunia).
Banyak
lagi yang diungkapkan oleh Ustadz Hartono Ahmad Jaiz, mengomentari Ustadz Zen
Al Hady, yang menurutnya ingin membentuk sebuah opini yang bagus, namun klise.
Kesimpulannya menyesatkan!
Dari
sinilah Ustadz Hartono Ahmad Jaiz merasakan bahwa Radio Silaturahim (Rasil) pro
syi’ah. Dan menurutnya hal ini bukan hanya didasarkan pada pernyataan ustadz
Zen Al-Hady saja, tetapi selama ini di Rasil ada sosok narasumber bernama
ustadz Husin
Alatas yang oleh umat Islam diidentifikasi sebagai salah
satu misionaris Syi’ah.
Menurut
Ustadz Hartono, indikasi syi’ah yang bisa ditemukan pada diri Ustad Husen
Alatas antara lain ketika Ustadz Husen Alatas menjawab sebuah pertanyaan dari
pendengar yang dibacakan pembawa acara Rasil AM720, yang terjadi pada Selasa
malam (sekitar jam 23:00 wib) tanggal 25 Oktober 2011 (28 Dzulqa’dah 1432H), ia
menggunakan kesempatan itu untuk melampiaskan syahwat paham sesat Syi’ah yang
cenderung meremehkan Imam Bukhari dan Muslim yang diakui otoritasnya oleh ummat
Islam di dunia sebagai perawi hadits shahih.
Ustadz
Husen Alatas kala itu pernah mengatakan salah satu hadits riwayat Muslim dengan
tudingan sebagai hadits palsu. Yaitu, hadits yang isinya antara lain mengatakan
bahwa “orang tua Nabi di neraka”. Juga, ada satu hadits riwayat Bukhari yang
dikatakannya menjijikkan. Yaitu, salah satu hadits yang mengatakan bahwa
“Fathimah datang ke Nabi Muhammad dan berkata agar Nabi bersikap adil kepada
istri-istrinya sebagaimana kepada Aisyah, dan ketika Fathimah datang kepada
Nabi Muhammad, beliau sedang berada di pangkuan Aisyah”.
Bahkan,
ustadz Husen Alatas seperti tidak mengakui eksistensi dan otoritas Imam Bukhari
dan Muslim dengan seolah-olah memposisikan keduanya sebagai bukan termasuk
ulama yang berhak menilai shahih tidaknya hadits. Karena menurut Husen Alatas,
Bukhari dan Muslim hanya mengumpulkan riwayat. Sedang yang menentukan shahih
atau tidaknya hadits adalah ulama rabbaniyyin berdasarkan Al-Qur’an dan akal.
Husen Alatas mereduksi otoritas Imam Bukhari dan Muslim hanya sebagai pengumpul
riwayat (hadits). Ini salah satu ciri khas watak penganut paham sesat Syi’ah
yang senantiasa menentang hadits Bukhari dan Muslim.
Contoh
lain yang mempertegas kaitan ustadz Husen Alatas dengan Syi’ah adalah
sebagaimana diungkap dalam buku berjudul Aliran dan Paham Sesat di Indonesia yang
terbit sejak 2002, bahwa ustadz Husen Alatas cukup aktif menghadiri acara-acara
yang diselenggarakan kalangan syi’ah di gedung Darul Aitam, Tanah Abang,
Jakarta Pusat.
Sementara
itu, mengenai Ustadz
Zen Al-Hady, yang juga pernah menjadi nara sumber di Rasil AM
720, masyarakat sudah lama mengenali beliau sebagai misionaris Syi’ah, antara
lain melalui kedudukannya sebagai Dewan Pembina di Yayasan Fathimah yang
bermarkas di Jalan Batu Ampar III No.14, Condet, Jakarta Timur 13520. Yayasan
Fathimah adalah salah satu dari sekian puluh Yayasan Syi’ah yang bertebaran di
Indonesia.
Dengan
keberadaan Ustadz Zen Al-Hady, dan Ustadz Husen Alatas yang track recordnya telah
dikenali sebagai misionaris faham sesat syi’ah, dan jika keduanya dijadikan
nara sumber oleh Rasil AM 720, maka
munculah pertanyaan apakah Radio
Silaturrahim Pro Syi’ah?
Apakah
ini juga sebagai bentuk bagian dari jalan untuk mengadu domba Umat, dan
menjadikan keragu-raguan antar muslim khususnya Muslim Indonesia? Wallahu’alam
bis showab! (M Fachry/arrahmah.com) Sabtu, 19 Rabiul Awwal 1433 H /
11 Februari 2012 22:46