Saturday, December 26, 2015

Ambisi Regional Tzar Putin Di Timur Tengah

Russian aerospace forces Lt.-Gen. Sergei Dronov, left, and Lt.-Gen. Sergei Bainetov talk, as an image of a flight data recorder from the Russian warplane downed by Turkey is displayed on a screen in the background. during a news conference, in Moscow, Russia, Friday, Dec. 18, 2015. Russian officials on Friday invited British, Chinese and Indian diplomats to witness the opening of the black box of a Russian warplane downed in Turkey last month. Turkey shot down the Russian Su-24 on a bombing mission in Syria on Nov. 24 after it violated its airspace for 17 seconds but Russia insists that the plane never entered Turkish airspace. (AP Photo/Alexander Zemlianichenko)

December 24, 2015
Opini Oleh : Ahmad Dzakirin
Rusia tampaknya tengah mempermalukan dirinya sendiri. Rusia mengaku bahwa kotak hitam rusak berat sehingga tidak memungkinkan membuka rekaman pembicaraan pilot sebelum pesawat jatuh. Sebelumnya Rusia berjanji akan menunjukkan kepada dunia hasil penyelidikannya.
Dua kemungkinan yang terjadi ini sama-sama akan mempermalukan Rusia.
Pertama, teknologi penerbangan Rusia yang tidak teruji, sehingga kotak hitam yang seharusnya kokoh, tidak rusak ditengah goncangan dan kebakaran yang hebat ternyata tidak terbukti. Pertanyaannya adalah apakah kerusakan black box adalah hal yang lumrah terjadi atau bukan? Karena, hal yang serupa tidak terjadi atas pesawat Malaysia MH 17 yang ditembak jatuh misil Rusia. Rusia mengklaim dari 16 microchip data recorder, 13 diantaranya hancur dan 3 lainnya rusak berat. Artinya, tidak ada bukti yang dapat dikuak sama sekali.
Kedua, Rusia menyadari kesalahannya dalam insiden jatuhnya pesawat tempur mereka sehingga pengungkapan bukti rekaman ke publik hanya akan mempermalukan Rusia secara politik dan tentu akan memukul popularitas Putin secara domestik. Putin telah mengobarkan kebencian kepada Turki dan Erdogan, bahkan sebelum penyelidikan yang kredibel dimulai. Jadi politics of denial yang paling memungkinkan untuk menyelamatkan muka sang Tzar adalah menyalahkan kualitas teknologi mereka. Kendati memalukan, ini resiko yang paling rendah.
Namun yang jelas, Putin telah melakukan ekspansi regional di luar batas teritorialnya (beyond border) dan juga di luar kemampuannya (overextended). Padahal, Timur Tengah adalah political flashpoint yang tidak dapat ditangani, bahkan oleh negara adidaya sekalipun. Sang Tzar akan mengalami kondisi overextended dan overstreched, yakni memaksakan ikut campur secara politik dan militer di luar kemampuan sumber dayanya. Seperti halnya, kecerobahan Hitler yang memaksakan diri menundukkan Moskow, benteng terakhir kekuasaan Komunis Stalin setelah kejatuhan Stalingrad di Front Timur.
Hal yang sama dilakukan Putin ketika menjerumuskan Rusia dalam Perang Suriah untuk menyelamatkan rejim Assad yang kolaps, setelah sebelumnya sukses menekuk Georgia dan Ukraina secara militer karena ketidakberdayaan AS dan NATO.
Namun yang jelas, manuver Putin dapat dikatakan sama bodohnya dengan Leonid Brezhnev yang mengirim ratusan ribu pasukan Soviet ke medan perang Afghanistan karena berasumsi mereka tengah berperang dengan masyarakat tribal yang tidak berpengetahuan. Namun celakanya, medan perang Afghanistan tidak hanya menjadi kuburan pasukan komunis, namun juga kuburan bagi Uni Soviet. Sama jelasnya pula, langkah blunder Putin akan menjadi advonturisme sang Tzar yang mencelakakan.