Thursday, December 17, 2015

Gagal Di Suriah, Teroris Putin Mulai Kalap Memerintahkan Dihancurkan Semua Ancaman Dan Ancam Gunakan Nuklir ( Siapa yang takut ? )

Putin Mengancam Akan Menggunakan Rudal Nuklir di Suriah

Teroris Putin Mulai Kalap dan Memerintahkan Semua Ancaman Di Suriah Segera Dihancurkan

Presiden Rusia Vladimir Putin telah memerintahkan tentara Rusia untuk menghancurkan target yang mengancam pasukan Rusia di Suriah.
“Aku memerintahkanmu untuk bertindak sekuat mungkin … Jika ada target yang mengancam kelompok (militer)  atau infrastruktur harus segera dimusnahkan,” kata Putin pada acara di Kementerian Pertahanan.
Menteri Pertahanan Sergei Shoigu Rusia juga mengklaim bahwa kelompok teroris DAESH saat ini menguasai hampir 70 persen dari Suriah.
Setelah jet tempur Rusia Su-24 ditembak jatuh oleh F-16 Turki karena melanggar wilayah udara Turki, Rusia telah meningkatkan aktivitas militer dengan mengirimkan kapal perang dan mengerahkan sistem rudal pertahanan udara S-300 dan S-400 di kawasan itu.
Rusia mulai serangan udara di Suriah pada 30 September, awalnya mengatakan akan menargetkan posisi yang dikuasai oleh kelompok teroris DAESH, tetapi keprihatinan terbesar muncul setelah diketahui bahwa mayoritas serangan udara Rusia menargetkan oposisi Suriah yang sedang bertempur melawan rezim Bashar al Assad dan DAESH.
Brett McGurk, Utusan Khusus AS untuk Koalisi Global untuk Kontra DAESH, mengatakan bahwa hanya 30 persen dari serangan udara Rusia yang menargetkan DAESH.
Sementara itu, serangan udara Rusia telah menewaskan 1.331 orang, termasuk 403 warga sipil dari 30 September-20 November tahun 2015, Observatorium Suriah yang berbasis di Inggris untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) mengatakan.
Serangan Rusia juga telah memaksa sedikitnya 120.000 warga Suriah meninggalkan rumah mereka.(TRT World)
Middle EAST Update

Mulai Kalap, Teroris Putin Ancam Gunakan Nuklir di Suriah

Presiden Rusia Vladimir Putin mengancam pada Rabu untuk pertama kalinya, akan menggunakan rudal nuklir selama operasi militer yang sedang berlangsung di Suriah.
Saluran “Russia Today” menyebutkan, Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu menyampaikan penjelasan Putin pada armada Rusia yang menargetkan benteng kelompok Daesh di Raqqa dengan rudal bersayap “Caliber” yang diluncurkan dari kapal selam”Rostov-on-Don”  dari kedalaman Mediterania .
Menurut sumber yang sama, Putin memuji roket dan efektivitasnya, dan menyatakan harapan bahwa “tidak harus mengirimkan hulu ledak nuklir, karena kinerja hulu ledak normal sudah cukup.”
Pengamat menganggap eskalasi Rusia baru-baru ini di Suriah dan penyebaran senjata canggih serta ancaman akan menggunakan rudal nuklir merupakan upaya untuk memaksakan agenda mereka sebelum pertemuan Wina berikutnya, terutama karena selama dua bulan terakhir mereka telah gagal untuk mencapai kemenangan militer meskipun telah memberikan dukungan udara untuk pasukan Assad. (ElDorar AlShamia)
MiddleEastUpdate.Net

Ada Upaya Terselubung AS Dan Rusia Untuk Membagi Irak Dan Suriah

Rabu, 5 Rabiul Awwal 1437 H / 16 Desember 2015 14:30 WIB
Direktur ensiklopedia elektronik “Ma’rifah”, Nael El Shafei, memperingatkan bahwa kedatangan Menlu Amerika Serikat John Kerry ke ibukota Moskow pada hari Selasa (15/12) adalah untuk membicarakan pembagian Irak dan Suriah.
“Washington dan Moskow sedang mencari pemahaman bersama mengenai konflik Irak dan Suriah. Rencananya Irak akan diberikan kepada Ameirka Serikat dan Suriah diberikan ke Rusia,” ujar Nael El Shafei mengutip pernyataan Kepala Eurasia di CIS Institute (sebelumnya Uni Soviet), Vladimir Evisseev, di saluran televisi satelit Rusia Today.
Vladimir Evisseev melanjutkan, “Iran akan segera angkat tangan dari konflik Suriah setelah banyak perwira militer mereka di pasukan elit Garda Revolusi tewas di tangan mujahidin Islam. Terlebih Moskow yang kini menjadi penguasa tidak akan membiarkan tindakan permusuhan dengan Zionis Israel yang lekat dengan Barat dan Rusia.”
“Jika benar Iran akan mundur dari Suriah, negara Syiah tersebut akan keluar dengan tangan hampa,” ujar Nael El Shafei menanggapi analisis Vladimir Evisseev, seakan tidak percaya bahwa kehadiran Rusia benar-benar merubah jalannya konflik di Timur Tengah.
Rusia mulai menggelar intervensi militernya di Suriah sejak 30 September lalu, dengan alasan permintaan resmi dari rezim Syiah Bashar Al Assad dalam menghadapi perang melawan kelompok pejuang Islam. (Rassd/Ram)