20 maret 2015
MUI Provinsi Jawa Barat
diminta untuk berperan aktif menanggapi fenomena propaganda Syiah hari ini yang
menyatakan siapa pun yang tidak setuju dengan Syiah adalah bagian dari
kelompok salafi, wahabi dan yang lainnya.
“Ketika mereka sudah membentur-benturkan aqidah
Ahlussunnah wal jamaah itu seolah kita yang sedang berantem. Padahal, aslinya
baik kita, salafi, NU, Persis, semuanya aqidahnya sama bersumber dari Quran dan
Sunnah. Tapi Syiah yang sebetulnya tidak bisa disamakan. Karena sumbernya bukan
dari Quran dan Sunnah,” beber Koordinator Pembela Ahlu Sunnah (PAS), Ustadz
Roinul Balad di hadapan sejumlah pengurus MUI Provinsi Jawa Barat pada Kamis,
(19/03).
Menurut Ustadz Roin, di sejumlah daerah di Jawa
Barat, propaganda Syiah ini kerap ditelan mentah-mentah oleh masyarakat awam.
Oleh sebab itu, MUI diharapkan dapat berperan aktif untuk mengatasinya.
“Kami meminta kepada MUI untuk berperan aktif
menjelaskan itu karena di daerah-daerah sudah terjadi seperti di Tasik dan di
Cianjur. Kami insyaAllah akan selalu berusaha memberikan informasi yang
kongkrit di lapangan,” tambahnya.
Ustadz Roin mencontohkan adanya kejadian
di suatu masjid yang akhirnya disegel karena dianggap wahabi. Padahal bahasa
itu dilontarkan oleh orang-orang yang suka mengaji kepada gembong Syiah,
Jalaludin Rahmat.
“Termasuk di Ciamis tadi malam kami mendapat
satu berita di daerah Pamarican yang speakernya diturunkan karena dianggap
wahabi,” lanjutnya.
Ternyata, informasi yang menyebut bahwa masjid
itu wahabi berasal dari seorang perempuan yang suka mengaji di lembaga
pendidikan milik Syiah, Muthahari.
“Anaknya disekolahkan di SMP Muthahari,
sehingga datang ke sana ibunya menyatakan, ‘oh itu masjid wahabi, masjid
wahabi’. Kemudian, warga sekitar di kalangan nahdliyyin mengatakan “kalo
gitu turunkan miknya, turunkan miknya,” terangnya.
Melihat situasi semacam itu, PAS Jawa Barat
menghimbau agar MUI segera mengambil tindakan sebelum menjadi besar di
daerah-daerah.
“Kami siap bersinergi dengan MUI, karena Syiah
bermain di situ dan membenturkan kaum muslimin,” pungkasnya.
Gabungan Ormas Islam Dukung MUI Jabar Bentengi
Aqidah Umat dari Bahaya Syiah
Sejumlah elemen ormas dan
pergerakan Islam yang tergabung dalam Pembela Ahlu Sunnah (PAS), pada Kamis
siang ini, (19/03) menyambangi Kantor MUI Provinsi Jawa Barat di Jalan RE
Martadinata No 105, Bandung.
Menurut Ustadz Roinul Balad, Koordinator
Pembela Ahlu Sunnah (PAS) Jawa Barat, silaturahim ini juga bertujuan untuk
saling bertukar informasi terkait perkembangan Syiah di Jawa Barat.
“Alhamdulillah, kita hari ini bisa bertemu dan
diterima oleh MUI Provinsi Jawa Barat dalam rangka silaturahim untuk lebih
mempererat silaturahmi kita dan bisa saling bertukar informasi yang
berhubungan dengan harakah/pergerakan keagamaan di Jawa Barat, khususnya
masalah Syiah,” jelas Ustadz Roin kepada para pimpinan MUI Provinsi Jawa Barat.
Rombongan PAS diterima oleh sejumlah pimpinan
MUI seperti Ketua MUI Jabar, KH Ayat Dimyati, Sekretaris Umum MUI Jabar, Drs
H.M. Rafani Achyar, dan pengurus lainnya.
Kedatangan sejumlah perwakilan ormas Islam itu
selain dalam rangka silaturahim juga apresiasi terhadap MUI yang telah
menerbitkan buku panduan “Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syiah di
Indonesia”.
“Kami sangat berbahagia umat Islam di Jawa
Barat ini dan berterimakasih kepada MUI yang sudah menerbitkan buku panduan
“Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syiah di Indonesia”, karena Jawa Barat
sarangnya Syiah,” ujar Ustadz Roin.
Beliau menambahkan, jika berkenaan dengan
hal-hal yang menodai ajaran Islam, banyak orang sepakat mengatakan Jawa Barat
menjadi sarangnya. “Bicara Ahmadiyah Jawa Barat, bicara aliran sesat yang
mengaku nabi Jawa Barat. Di dalam event-event pertemuan lintas harakah skala
nasional pun kalau bicara aliran sesat pasti melihat ke Jawa Barat, tandasnya.
Pembela Ahlus Sunnah (PAS) Jawa Barat ini
merupakan gerakan lokal yang terdiri dari 39 ormas Islam dan elemen
pergerakan. Diantaranya ada dari Muhammadiyah, LPUI, Syarikat Islam, FPI,
Laskar FPI, KORNI, Wahdah, KODAS, Pemuda Masjid Istiqomah, Pemuda Persis, dan
forum-forum pengajian dan majelis taklim Bandung Raya.
“Kami semua mendukung penuh buku yang
diterbitkan MUI dalam rangka mengawal aqidah umat Islam khususnya di Jawa
Barat,” pungkas Ustadz Roin.
Hidayatullah: Karena Istiqomah dalam
Kekafirannya, Syiah Lawan Kaum Muslimin
Ketua Yayasan Pondok
Pesantren Hidayatullah (YPPH) Balikpapan Ustadz Zainuddin Musaddad menyikapi
fenomena adanya gelombang imigran Syiah ke Kota Balikpapan sebagai sesuatu
yang alamiah. Pasalnya, Syiah memang melakukan ekspansi ideologis dan perlawanan
kepada kaum Muslimin karena dia istiqomah dengan ‘kekafirannya’.
“Karena keistiqomahannya itu, dengan sendirinya
dia harus melakukan perlawanan. Justru kalau dia tidak melakukan perlawanan,
palsu dia. Keistiqomahannya dia memusuhi Muslim Sunni ya seperti itu,” ujar
beliau di Ponpes Hidayatullah, Gunung Tembak Balikpapan, Sabtu, (13/12).
Oleh karena itu, Hidayatullah, sebagai sebuah
lembaga yang turut fokus dalam menghadapi syiah harus meningkatkan apa yang
menjadi kewajibannya. Yaitu, memproteksi umat dari aliran-aliran yang sesat.
“Kedua, buktikan bahwa apa yang kita lakukan
itu cahaya Allah ta’ala (kebenaran), sehingga selain dari pada itu bathil
(gelap). Tegaknya syariat Allah itu identik dengan cahaya Allah. Mari kita
bertarung di lapangan (di tengah masyarakat), karena dia (syiah) pakai asumsi.
Kita harus pakai kenyataan. Itu intinya,” tambahnya.
Selanjutnya, Ustadz Zainuddin juga menegaskan
bahwa langkah-langkah yang bisa ditempuh untuk menanggulangi penyebaran
ideologi syiah adalah dengan cara memperkuat dakwah. Menurut beliau, karena
dakwah ini sudah menjadiframe Hidayatullah sejak dulu maka tinggal
memperkuat saja.
“Dakwah itu bukan hanya karena ada syiah baru
digerakkan. Ini hanya sebuah pemicu bahwa kita harus bergerak lebih aktif lagi,
lebih progresif lagi, kalau perlu lebih revolusioner lagi. Dalam artian bahwa
umat harus diperkenalkan dengan aqidah sesungguhnya, kepada ibadah yang
sesahih-sahihnya,” katanya.
Terakhir, beliau juga mengingatkan agar para
da’i jangan hanya bermain di titik aman. Dalam dakwah yang disampaikan kepada
umat jangan cuma materi terkait silaturahmi atau akhlaq saja. Tetapi harus
masuk pada substansi materi dakwah yaitu aqidah Islamiyah.
“Ini bukan tidak penting, cuma tidak mendasar.
Kita kembali pada substansi materi dakwah. Kita kan biasanya mencari amannya
saja, amanlah masalah akhlak, aman di masalah sosial justru tidak pernah masuk
yang sesungguhnya. Tetapi ketika masuk ke ranah aqidah, terproteksi semua,
karena substansi aqidah itu yang benar cuma satu, sampaikan, dan yang lain itu
bathil,” tuturnya.
Menurut beliau, untuk menghadang bahaya
pemikiran syiah titik berangkatnya haru dimulai dari aqidah, karena Rasulullah
SAW hebat itu bukan karena akhlaqnya semata. tapi juga karena aqidahnya.
“Andaikan hanya karena akhlaq, Rasulullah SAW
sudah diterima jadi punggawa, jadi pimpinan. Di usia 25 tahun, Rasulullah sudah
diterima kalau alasannya hanya dengan akhlaq. Begitu rasul sudah masuk ke
wilayah aqidah dan tidak ada selain daripada itu yang benar, mereka mengatakan
ternyata Muhammad yang baik itu ternyata jelek. Muhammad yang baik itu ternyata
merusak,” tukas beliau.
Meski tanpa mengurangi ada tantangan eksternal,
tapi menurut beliau, tantangannya ada pada internal umat Islam. Agar para
dai-dai harus berani menyampaikan aqidah yang benar itu hanya satu.
Lailahaillallah..Muhammadun Rasulullah, pungkasnya.