Artikel sebelumnya :
Ekonomi Terancam Hancur, Rusia Melonggarkan Sanksi
Terhadap Turki. Ya Allah Ya Rabb, Hancurkanlah Melebihi Penderitaan Umat Muslim
Suriah
Ekonomi Rusia memasuki tahun
terburuk sejak krisis keuangan global
January 26, 2016
Ekonomi
Rusia menyusut 3,7 persen pada tahun 2015 akibat penurunan tajam harga minyak,
yang secara signifikan mengurangi nilai ekspor energi, dan sanksi internasional
atas tindakannya di Ukraina
Ini adalah kondisi terburuk sejak krisis
keuangan global, dimana Rusia berjuang mengatasi penurunan harga
ekspor minyak dan sanksi internasional, ungkap layanan statistik negara, Senin.
Penurunan
ekonomi paling tajam yang pernah dialami Rusia sejak 2009, ketika ekonomi
dunia menderita efek dari krisis hutang dan krisis keuangan. Hal ini
sesuai dengan prediksi terbaru dari Dana Moneter Internasional, yang
memperkirakan penurunan sekitar 1 persen pada 2016 sebelum kembali ke
pertumbuhan 1 persen tahun depan. Layanan statistik negara juga mengatakan hari
Senin bahwa tahun lalu ekonomi Rusia mengalami penurunan 10 persen dalam
penjualan ritel, turun 15,3 persen pada Desember dibanding tahun sebelumnya dan
penurunan sepertiga dalam perdagangan luar negeri. Minyak dan gas berkontribusi
sekitar setengah dari pendapatan negara Rusia dan pemerintah telah mengatakan
akan melakukan pemotongan anggaran pada 2016, yang berlaku
pada Oktober dan didasarkan pada harga minyak US $ 50 per barel. Minyak
mentah Brent diperdagangkan di atas $ 31 per barel pada hari Senin.
Rubel sedikit melemah pada angka 79
terhadap dolar di perdagangan Senin, angka terendah setelah ditutup pada
angka 86 hari Kamis. Sementara itu, Pemerintah Rusia telah menyiapkan dana
135 miliar rubel ($ 1,7 miliar) untuk membantu ekonomi riil dalam draft rencana
anti-krisis, dua pejabat senior mengatakan, dan akan menggunakan cadangan
340 miliar rubel secara terpisah untuk meredam ketidakpuasan sosial, menurut
sebuah sumber ketiga.
Terpukul karena harga minyak
yang rendah, sanksi dari Barat dan nilai rubel jatuh, prioritas Rusia
terpecah antara kebutuhan untuk mendukung ekonominya yang menurun dan
keinginan untuk mensuplai dana untuk mendukung kebijakan yang
menyebabakan kemerosotan ekonomi terburuk sejak Vladimir Putin berkuasa.
Dua pejabat senior memberi keterangan
kepada Reuters bahwa rencana anti-krisis telah disusun dengan anggaran 135
miliar rubel untuk membantu sektor ekonomi riil. Dana itu diambil dari
anggaran tahun 2015, kata mereka. Kereta api, mesin pertanian, industri
manufaktur, barang konsumsi, dan sektor konstruksi akan menerima sebagian dana,
salah satu sumber mengatakan. Industri mobil Rusia akan mendapat bantuan
dana 50 miliar dari 135 miliar rubel, kata sumber lain. Kementerian
keuangan, yang mengontrol dana anti-krisis, menentang kebijakan untuk
menghabiskan semua anggaran, salah satu pejabat senior mengatakan. Keputusan
akhir tentang sektor mana yang akan mendapatkan keuntungan dan
seberapa banyak dana bantuan belum disepakati.
Sebagian bantuan akan disalurkan dalam
bentuk subsidi dengan jaminan negara untuk berbagi risiko dengan bank-bank dan
mengurangi bunga pinjaman.
“Pendapatan kami telah jatuh karena harga
yang jatuh di pasar minyak, tidak berkembang, jadi mengapa kita harus
membicarakan peningkatan belanja?” salah satu sumber mengatakan.
Sektor industri Rusia telah berjuang
untuk mendapatkan pinjaman bank karena sektor perbankan sendiri tidak dapat
mengakses pembiayaan Barat disebabkan sanksi terkait dengan krisis Ukraina.
Salah satu sumber mengatakan dana untuk
paket anti-krisis jika terpaksa akan ditingkatkan diatas 340 miliar rubel
dimana akan diperoleh dari pembekuan dana pensiun. Namun
kemungkinan ini sangat kecil, kata sumber itu.
Beberapa penasihat ekonomi Putin
mengatakan preferensinya adalah untuk menjaga cadangan negara bahkan jika
akan mengorbankan pertumbuhan ekonomi. Perekonomian diperkirakan akan
menyusut hingga 1 persen tahun ini setelah menurun 3,9 persen pada tahun
2015.
340 miliar rubel – akumulasi
dari moratorium transfer uang untuk dana pensiun non-negara – mungkin
sebagian akan digunakan untuk menjaga angka ketidakpuasan sosial dengan
mendukung sektor tenaga kerja dan membantu mengimbangi peningkatan harga
obat, salah satu pejabat mengatakan . Pemilihan parlemen dijadwalkan akan
diadakan pada bulan September dan pemilihan presiden pada 2018. Sumber
sebelumnya mengatakan kepada Reuters bahwa 340 miliar rubel dapat digunakan
pada akhir tahun ini untuk meningkatkan dana pensiun. Rusia mengatakan mereka
siap untuk menghabiskan sampai 2,3 triliun rubel sebagai langkah-langkah
anti-krisis pada tahun 2015. Itu termasuk jaminan negara dan dukungan untuk
industri otomotif dan sektor lainnya.
Sistem perbankan Rusia menerima sekitar 1
triliun rubel dana bantuan pada akhir 2014 dan pihak berwenang sedang
mempertimbangkan berapa banyak uang yang akan mereka keluarkan untuk membantu
bank pembangunan negara VEB. Sebuah sumber mengatakan kepada Reuters jumlahnya
akan kurang dari yang direncanakan semula.
Daily Sabah
Kasus HIV di
Rusia Capai Rekor Tertinggi
January 25, 2016
Lebih
dari satu juta orang di Rusia terdiagnosis positif HIV atau sekitar 1 persen
dari seluruh populasi negara. Otoritas Rusia menyebut angka tersebut merupakan
yang paling tinggi sepanjang sejarah.
Mengutip laman Independent, Vadim Pokrovsky,
kepala Russian State Aids Centre mengatakan padaReuters penemuan tersebut menempatkan Rusia
sebagai negara dengan kasus HIV terbanyak di Eropa.
“Angka
yang kami dapat menunjukkan bahwa Rusia adalah negara dengan kasus HIV
terbanyak di Eropa,” ujarnya.
“Epidemi HIV/AIDS bertambah parah di
Rusia. Sayangnya tindak pencegahan yang telah kami lakukan sebelumnya, terbukti
tidak efektif.”
Sepanjang 2014, otoritas Rusia mencatat
90 ribu kasus HIV baru. Adapun Russian State Aids Centre memprediksi penderita
HIV positiv akan berjumlah 2 juta orang pada 2019 mendatang.
Rusia pertama kali mencatat kasus HIV
pada 1987, dengan 204 ribu orang meninggal akibat virus tersebut.
Sebanyak 57 persen pengidap HIV/AIDS di
Rusia, terpapar akibat obat-obatan terlarang yang menggunakan jarum suntik.
Lebih dari itu, hanya sekitar 30 persen pengidap HIV positif di Rusia yang
menerima pengobatan antriretroviral.
Negara menganggarkan dana sebesar US$475
juta untuk menanggulangi HIV/AIDS, namun Pokrovsky mengatakan mereka butuh
biaya, minimun dua kali lipat.
Di sisi lain, ekonomi Rusia pun tengah
goyah akibat harga minyak dunia yang terjun bebas, serta adanya sanksi dari
negara-negara Barat. Pokrovsky mengkhawatirkan anggaran dana kesehatan yang
terpotong di masa depan.
Selanjutnya, Pokrovsky juga menyoroti
pergerseran nilai-nilai masyarakat yang tengah berkembang di Rusia, yakni
gerakan ‘anti kondom’ yang digembar-gemborkan gereja Ortodoks, tingginya
aktivitas pelacuran serta minimnya edukasi seks.
“Kami membutuhkan pendekatan baru untuk
mengkampanyekan waspada HIV/AIDS di masyarakat,” kata Pokrovsky.
Sumber : Reuters Indonesia