February 4, 2016
Naiknya
Hafidz al-Assad (bapak dari diktator Bashar al-Assad) menjadi president Suriah
membuat masalah baru bagi rakyat Suriah.
Jika era sosialis dan UAR (United Arab
Republic), kekuasaan hanya dimonopoli kaum Ba’ats, maka naiknya Hafidz justru
menjadikan Ba’ats yang dimonopoli oleh keluarga Assad dan suku
Alawite/Nushairy.
Seluruh sektor vital negara dipegang klan
Assad atau dari sukunya itu. Contohnya adalah Rifaat al-Assad (saudara Hafidz)
ditunjuk menjadi penguasa BUMN Suriah, menantu Hafidz ditunjuk menjadi kepala
unit militer penjaga revolusi dan lain-lain.
Hafiz al-Assad (kanan) dan
Rifaat al-Assad (kiri), Klan kafir Nushayriyah yang bertanggung jawab atas
pembantaian puluhan ribu muslimin kota Hama pada Hama Massacre bulan Februari
tahun 1982
Kebijakan
rezim Assad ini membuat gap sosial dan politik antara mayoritas Ahlussunnah
(Muslim) dan minoritas Alawite. Menyebabkan Ahlussunnah terpinggirkan secara
ekonomi maupun politik.
Pembangunan antara daerah Nushairy dengan
daerah Ahlussunnah pun berbeda hasilnya.
Saat itu, kaum mayoritas hanya menjadi
orang biasa atau miskin, kebanyakan hidup di perkampungan/pinggiran kota.
Sedangkan Alawite dan pro rezim (Ba’ats) mudah menjadi orang kaya atau
berpengaruh.
Ahlussunnah sebagai mayoritas sulit
mendapatkan akses pada kekuasaan/jabatan, sedangkan Alawite sangat lancar dalam
memperoleh kedudukan.
Dominasi sektor penting negara untuk kaum
Alawite dan melakukan memberi tekanan kuat terhadap mayoritas menggunakan hukum
darurat (militer) merupakan metode pemerintahan rezim diktator Assad.
Beberapa tahun setelah Hafidz al-Assad berkuasa,
kaum Muslimin (Ahlusunnah/Sunni/Aswaja) yang merupakan mayoritas Suriah terus
tenggelam dalam kemiskinan serta sistem otoriter.
Saat itu kaum Aswaja mulai beralih pada
pendekatan gerakan Ikhwanul Muslimin (IM) yang berkembang di daerah pinggiran,
karena wilayah perkotaan dikontrol oleh rezim. Pemerintah menggalakkan
ajaran-ajaran yang meninggalkan politik (duniawi), seperti Sufisme akut dan
paham murji’ah.
IM merupakan gerakan politik Islamiyin
yang anti dengan bentuk Komunisme, Liberalisme, Ba’ats/sosialis dan segala
variannya. Lebih-lebih Assad merupakan penganut agama Nushairiyah (kafir
menurut Islam).
IM di Suriah berhasil terharmonisasi
dengan kaum Ahlussunnah yang terpinggirkan ini. Corak IM sebagai suatu gerakan
Islam Ahlussunnah wal Jamaah selalu mengakomodir kelompok apa saja, termasuk
kaum Syafi’iyah dan Sufi yang mendominasi penduduk Suriah.
Apalagi meski orang-orang itu aslinya
bukan IM, tetapi mereka sangat anti dengan Assad dan anti Ba’ats. Sehingga
selama bertahun-tahun gerakan oposisi yang dimotori IM berkembang. Kota Hama
adalah basis terkuat oposisi untuk melawan pemerintah diktator rezim al-Assad.
Hingga terjadilah peristiwa pembantaian
Hama (Hama massacre) pada tahun 1982, dimana puluhan ribu rakyat Suriah
(Aswaja) dibunuh oleh serbuan militer Assad hanya dalam waktu beberapa minggu.
Dari tanggal 3 Februari hingga 28 Februari 1982.
Pemerintah Assad berdalih untuk
membersihkan pemberontakan IM dan menumpas serangan gerilyawan yang “meneror”
negara sejak tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 1981, ratusan oposisi IM telah
dieksekusi Assad di Hama.
2 Penjagal utama rakyat sipil
Suriah, semoga pembalasan yang seperih-perihnya untuk mereka di akhirat kelak
Menurut
majalah Al-Tallia, yang diterbitkan di Paris, alasan serbuan massal militer
Assad ke Hama terjadi karena sekitar 200 orang militan bersenjata muncul di
malam 2 Februari 1982 dan menduduki kota.
Mereka dilaporkan memburu dan
mengeksekusi sekitar 90 orang pro rezim atau pengikut Ba’ats, serta menduduki
kantor-kantor penting di kota itu untuk menyatakan pembangkangan.
Hal inilah yang menjadi alasan
dilakukannya operasi militer besar. Pemerintah menerjunkan unit pasukan khusus
di bawah Rifaat al-Assad, mengepung kota, serbuan Tank ke rumah-rumah,
penggunaan gas beracun dan bombardir udara, sehingga membunuh puluhan ribu
orang.
Eksekusi massal di jalan-jalan, termasuk
penembakan wanita dan anak-anak. Penyisiran ke rumah-rumah dengan alasan
mencari para pemberontak dan simpatisannya, toko-toko dijarah, serta tempat
ibadah (masjid, bahkan gereja) ikut dihancurkan. Sepertiga Hama hancur oleh
serangan militer hanya untuk memburu “ratusan pria bersenjata”.
Pembantaian Hama terjadi secara
terpisah-pisah. Salah satu yang terkenal adalah pembantaian Sihrin. Ratusan
orang dibawa oleh belasan truk ke daerah Sihrin untuk dihabisi secara massal
dan dikubur bersama.
Selain Sihrin, berikut beberapa
pembantaian yang tercatat menurut data SHRC:
4 Februari: Pembantaian al-Jadida, di
selatan stadion kota (1500 korban)
6 Februari: Serangkaian pembantaian di
kompleks Souq al-Shajara (50 korban), di toko Ahmad el-Musaqee al-Halabeye ini
(75 korban) dan kawasan al-Bayad pembantaian (50 korban).
8 Februari: serangkaian pembantaian di
neighberghood Dabagha yang memecah sebagai berikut: Souq al-Taweel (8 korban),
toko Abdul-Razzaq el-Rayes ‘(35 korban), toko Abdul-Mueen muftah ini (20
korban), 6 korban dari keluarga Dabboor, 4 korban dari keluarga Meghaizil, dan
3 dari keluarga al-Qurn.
8 Februari: serangkaian pembantaian di
kompleks al-Bashura, yang korbannya: 11 anggota keluarga al-Dabbagh, 5 dari
keluarga Sayeda-Ameen, 21 dari keluarga Mousa, 3 dari keluarga al-Qeyasseh, 2
dari keluarga al-Azem, 39 warga apartemen, 13 dari keluarga al-Samsam, 4 dari
keluarga Keelani. Serta pembantaian masjid Khankan dengan jumlah korban sangat
banyak, dimana sebagian besar tak diidentifikasi.
Klan al-Assad, Bapak dengan
anak sama-sama pembantai rakyat Suriah
12 Februari:
Pembantaian keluarga Masri di kompleks Osaida (40 korban)
13 Februari: Pembantaian keluarga Sahen
di kompleks Dabbagha (60 korban)
15 Februari: Pembantaian jalan al-Zukkar
di kompleks Shimaleye (6 korban)
23 Februari: Pembantaian keluarga Shaikh Utsman
di kompleks Baroudeye (25 korban)
26 Februari: Pembantaian Masjid al-Jadeed
di kompleks Jehee el-frayee (16 korban)
Peristiwa pembantaian Hama dicatat
sejarah sebagai pembantaian terbesar sebuah rezim Arab pada rakyatnya dalam
satu serbuan, bahkan dikabarkan setiap rumah di kota Hama pasti kehilangan
anggota keluarganya akibat dibunuh rezim.
Tidak ada yang tahu jumlah pasti korban
Assad, angka moderat korban pembantaian Hama diperkirakan mencapai 30 ribu
orang. Sementara belasan ribu lainnya hilang.
Orang-orang sipil hanya bisa seadanya
melawan serbuan mematikan tentara Assad dan Ba’ats. Yang melawan atau lari,
semuanya mati.
SHRC, Risalah – Editing oleh admin Middle
EAST Update
Ikhwanul
Muslimin "Ditipu" Syiah